13 0 184 KB
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasikan, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman. Dalam farmasi terdapat cabang ilmu farmasi, salah satunya analisis farmasi Analisis farmasi merupakan suatu ilmu kimia, dan diberikan dalam suatu bentuk bahan studi yang saling terpisahkan dari ilmu kimia. Selama ini analisis farmasi dipandang sebagai bagian dari cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Secara kualitatif, Ilmu analisis farmasi digunakan untuk melakukan analisis terhadap bahan-bahan atau sediaan yang digunakan dalam farmasi. Dalam praktikum ini dilakukan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif tentang identifikasi boraks pada makan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau dan stabil pada suhu tekanan normal dan bersifat sangat beracun, sehingga peraturan pangan tidak membolehkan boraks untuk digunakan dalam pangan. Banyak orang yang belum mengetahui pengertian bahkan bahaya boraks pada makanan yang sering kita konsumsi sehari-hari yang dapat menimbulkan kematian. Masyarakat sekarang ini hanya mengetahui bahwa makanan yang dibelinya enak dan harganya murah tanpa mengetahui kandungan zat-zat berbahaya didalamnya. Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan. Seperti contonya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat bakso/lontong tersebut akan sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur bagus dan renyah. Parahnya, 1
makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masi alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks dilaboratorium. Dari hasil latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa, boraks atau asam borat sering banyak digunakan oleh pedagang makanan untuk mengawetkan suatu makanan, tampa memikirkan bahaya dari penggunaan boraks bagi kesehatan jika sering dikomsumsi tiap hari. 1.2
Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui perbedaan dari makanan yang menggunakan boraks dengan makanan yang tidak menggunakan boraks dan mengetahui bagaimana cara identifikasi boraks yang terkandung pada makanan. 1.2.2 Tujuan Percobaan 1.
Mahasiswa dapat mengetahui mengetahui perbedaan dari makanan yang menggunakan boraks dengan makanan yang tidak menggunakan boraks.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara identifikasi boraks yang terkandung pada makanan.
1.3
Prinsip Percobaan Adapun prinsip dari percobaan ini adalah identifikasi boraks pada
makanan dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode BaCl2, metode FeCl3 dan metode tumerik untuk mengetahui ada atau tidaknya boraks pada makanan.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Dasar Teori
2.1.1
Pengertian Boraks Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat,
berbentuk kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Secara lokal boraks dikenal sebagai 'bleng' (berbentuk larutan atau padatan/kristal) dan ternyata digunakan sebagai pengawet misalnya pada pembuatan mie basah, lontong dan bakso. (Saparinto,dkk. 2011) Borak atau Bleng (bahasa Jawa) adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi yang dipakai dalam pembuatan beberapa makanan tradisional, seperti karak dan gendar. Sinonimnya natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat. Bleng adalah bentuk tidak murni dari boraks, sementara asam borat murni buatan industri farmasi lebih dikenal dengan nama boraks. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700 di Indonesia, dalam bentuk air bleng. Bleng biasanya dihasilkan dari ladang garam atau kawah lumpur (seperti di Bledug Kuwu, Jawa Tengah). Pemerintah telah memperbolehkan penggunaan boraks sebagai bahan makanan, namun dibatasi sejak 5 Juli 1959, batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih itu ilegal. Penggunaan boraks ternyata telah disalahgunakan sebagai pengawet makanan, antara lain digunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi mekanisme toksisitasnya berbeda dengan formalin. Toksisitas boraks yang terkandung di dalam makanan tidak langsung dirasakan oleh konsumen. Boraks yang terdapat dalam makanan akan diserap oleh tubuh dan disimpan secara kumulatif dalam hati, otak, atau
3
testis (buah zakar), sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi. Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusingpusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih. (Saparinto,dkk.2011) 2.1.2
Karakteristik Boraks Boraks berasal dari bahasa arab yaitu BOURAQ yang berarti kristal lunak
yang mengandung unsur-unsur boron, berwarna dan larut dalam air. Boraks merupakan
kristal
lunak
dengan
nama
kimia
Natrium
Tetrabonat( Na2.B4O7.10H2O). Boraks mempunyai nama lain natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat yang seharusnya hanya digunakan dalam industri non pangan. Ciri Boraks adalah serbuk kristal putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH : 9,5. Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya. Karakteristik Boraks, antara lain: 1. Berbentuk kristal putih 2. Tidak berbau 3. Larut dalam air 4. Stabil pada suhu serta tekanan normal 5. Boraks dipasaran terkenal dengan nama pijer, petitet, bleng, gendar dan air kl. 2.1.3
Fungsi Boraks Boraks juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, khususnya
industri kertas, gelas, pengawet kayu, keramik, antiseptik dan pembasmi kecoak, dan mengurangi kesadahan air. Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut
4
dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3) atau yang lazim kita kenal dengan nama Bleng. Asam borat (H3BO3) merupakan asam organik lemah yang sering digunakan sebagai antiseptik, dan dapat dibuat dengan menambahkan asam sulfat (H2SO4) atau asam khlorida (HCl) pada boraks. Asam borat juga sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air (3%) digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Boraks seringkali disalah gunakan dalam proses pembuatan bahan makanan, seperti digunakan sebagai bahan tambahan untuk pembuatan bakso, nuget, tahu, cenil, kecap, ketupat/lontong serta kerupuk. (Putri, 2011) 2.1.4
Metode Pengujian Boraks Metode pengujian boraks pada bahan pangan dapat dilakukan dengan
beberapa uji, yaitu: a.
Uji Nyala Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah
dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur dilakukan dengan melarutkan senyawa uji dengan metanol dalam wadah (cawan penguap) kemudian dibakar, warna api hijau menunjukkan terdapat senyawa boraks (Roth, 1988). b.
Uji Warna dengan Kertas Turmerik Kertas turmerik adalah kertas saring yang dicelupkan ke dalam larutan
turmerik (kunyit) yang digunakan untuk mengidentifikasi asam borat. Uji warna
5
kertas kunyit pada pengujian boraks yaitu dengan cara membuat kertas tumerik dahulu yaitu: 1.
Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang
2.
Kemudian tumbuk dan saring sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning
3.
Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik. Selanjutnya, buat kertas yang berfungsi sebagai kontrol positif dengan
memasukkan satu sendok teh boraks ke dalam gelas yang berisi air dan aduk larutan boraks. Teteskan pada kertas tumerik yang sudah disiapkan. Amati perubahan warna pada kertas tumerik. Warna yang dihasilkan tersebut akan dipergunakan sebagai kontrol positif. Tumbuk bahan yang akan diuji dan beri sedikit air. Teteskan air larutan dari bahan makanan yang diuji tersebut pada kertas tumerik. Apabila warnanya sama dengan pada kertas tumerik kontrol positif, maka bahan makanan tersebut mengandung boraks. Dan bila diberi uap ammonia berubah menjadi hijau-biru yang gelap maka sampel tersebut positif mengandung boraks (Roth, 1988). c.
Uji Warna dengan Kertas Kurkuma Uji warna kertas kurkuma pada pengujian boraks yaitu sampel ditimbang
sebanyak 50 gram dan di oven pada suhu 120 0 C, setelah itu di tambahkan dengan 10 gram kalsium karbonat. Kemudian masukkan ke dalam furnance hingga menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan. Abu kemudian tambahkan 3 ml asam klorida 10%, celupkan kertas kurkumin. Bila di dalam sampel terdapat boraks, kertas kurkumin yang berwarna kuning menjadi berwarna merah kecoklatan (Rohman, 2007). 2.2
Uraian Bahan
2.2.1
Alkohol (Dirjen POM, 1995: Rowe, 2009) Nama Resmi
: AETHENOLUM
Nama Lain
: Etanol, Alkohol, Absolut, Etil Hidrat
Berat Molekul
: 46,07 gram/mol
Rumus Molekul
: C2H5OH
6
Rumus Struktur
:
H3C Pemerian
OH
: Cairan tak berwarna jernih, mudah menguap dan mudahbergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala api biru yang tidak berasap.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air.
Kegunaan
: Sebagai pelarut
Khasiat
: Antiseptik
(membunuh
pertumbuhan desinfektan
bakteri
atau
pada
(membunuh
menghambat
jaringan atau
hidup),
menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan mati) dan sebagai kosolven (pelarut). Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari kelembapan atau uap air, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1995: Rowe, 2009) Nama Resmi
: AQUA DESTILLATA
Nama Lain
: Air suling
Rumus Molekul
: H2O
Berat Molekul
: 18,02 gram/mol
Rumus Struktur
:
Pemberian
: Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan
: Larut dengan semua jenis larutan
Kegunaan
: sebagai pelarut
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
7
2.2.3
Methanol (Dirjen POM, 1979:Rowe, 2009) Nama resmi
: METANOL
Nama lain
: Methanol Absolute
Berat molekul
: 32.04 g/mol
Rumus molekul
: CH3OH
Rumus struktur
:
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
Pemerian
jernih tidak berwarna : Pada “keadaan atmosfer” ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol)..
2.2.4
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup
Kegunaan
: Sebagai pereaksi
FeCl3 (Dirjen POM, 1979: Rowe, 2009) Nama Resmi
: FERRI CHLORIDA
Nama Lain
: Besi (III) Klorida
RM/BM
: FeCl3 / 162,5
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah berpengaruh oleh kelembapan
Kelarutan
: Larut dalam air, lautan berpotensi berwarna jingga
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
8
Kegunaan 2.2.5
2.2.6
: Sebagai pereaksi
BaCl2 (Dirjen POM, 1979: Rowe, 2009) Nama Resmi
: BARII CHLORIDIUM
Nama Lain
: Barium Klorida
RM/BM
: BaCl2 / 208.336 gr/mol
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Hablur tidak berwarna
Kelarutan
: Larut dalam 5 bagian air
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai pereaksi
Asam Borat (Dirjen POM, 1979: Rowe, 2009) Nama Resmi
: ACIDUM BORICUM
Nama Lain
: Asam Borat
RM/BM
: H3BO3 / 61.83 gr/mol
Rumus Struktur
:
Pemerian
: Serbuk hablur, putih, atau sisik mengkilap, tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam, pahit, kemudian manis.
Kelarutan
: Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (96%) P dan dalam 3 bagian gliserol.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai Sampel
9
BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1
Waktu dan Tempat Praktikum Analisis Farmasi “Identifikasi Boraks Pada Makanan”
dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Maret 2019, pukul 15.00-18.00 WITA di Laboratorium Bahan Alam Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. 3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu bunsen, gelas kimia, gelas ukur, kertas saring, lumpang dan alu, pipet tetes, rak tabung reaksi, tabung reaksi. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu Aquadest, Ayam, Amonia, BaCl2, Bakso, FeCl3, HCl, Ikan, Mie Basah, Nuget, Kunyit, dan Asam oksalat 3.3
Cara Kerja
a.
Metode BaCl2 1. Sampel haluskan 2. Kemudian diperas dnegan menggunakan kertas saring dan diambil filtratnya 3. Ambil 1 ml dan masukkan kedalam tabung reaksi 4. Tambahkan larutan beberapa tetes BaCl2 5. Akan terdapat endapan bila dia positif boraks 6. Kemudian dipanaskan terjadi perubahan warna menjadi gelap menandakan terdapatnya boraks.
b.
Metode kertas tumerik 1. Diambil beberapa potong kunyit ukuran sedang 2. Ditumbuk dan disaring sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning 3. Dicelupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan dikeringkan. Hasil dari proses ini disebut tumerik.
10
Dengan menggunakan kertas tumerik 1. Sampel dimasukkan kedalam mortar 2. Gerus/tumbuk sampel sampai halus 3. Setelah ditambahkan air sedikit demi sedikit sampai larut 4. Setelah larut, cairan sampel disaring dengan menggunakan penyaring teh 5. Kemudian celupkan kertas tumerik kedalam cairan yang telah disaring. Apabila positif mengandung boraks maka kertas akan berubah warna 6. Dan apabila dibei uap ammonia berubah menjadi hijau-biru yang gelap maka sampel tersebut postif mengandung boraks c.
Metode FeCl3 1. Sampel dihaluskan 2. Diperas menggunakan kertas saring dan diambil filtratnya 3. Diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 4. Ditambahkan larutan FeCl3 sebanyak 5 tetes dan HCl sebanyak 5 tetes 5. Terjadi perubahan warna dari menjadi kuning kehijauan 6. Dipanaskan, terjadi perubahan warna menjadi orange kemerahan menandakan terdapatnya boraks.
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil
4.1.1
Metode BaCl2
Sampe
Hasil
Gambar
Reaksi
l +
Reaksi boraks + Hcl Na2B4O7.10 H2O+HCl
Bakso
2NaCl + 4H3Ba Reaksi boraks + HCl + FeCl3 +
Mie
FeCl3 +4H3Ba FeBO3+12HCl
Basah + Nugget + Ayam + Ikan
12
4.1.2
Metode FeCl3
Sampe
Hasil
Gambar
Reaksi
l +
Na2B4O7 + 2Ba2+ +H2O 2Ba(Ba2)2 + 2H-
Bakso
+ Mie Basah + Nugget
+ Ayam
Ikan
4.1.3
Metode Kertas Tumerik
13
Sampe
Hasil
Gambar
Reaksi
l Bakso
Mie Basah Nugget
Ayam
Ikan
4.2
Pembahasan Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama
kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentuk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan. Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan shock
14
dan kematian. Efek akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan sakit kepala (BPOM,2007). Oleh sebab itu pada praktikum kali ini dilakukan pengujian kadar boraks pada makanan yang dijual di pasaran. Hal pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Sampel yang diuji pada percobaan ini adalah bakso, tahu, ayam, ikan, mie, dan nugget tanpa merk yang dijual di pasaran. Pertama bersihkan alat menggunakan alkohol 70%. Alasan penggunaan alkohol 70% adalah efektivitas alkohol 70% sebagai desinfektan terhadap berbagai kuman pada membran stetoskop, dengan menyemprot dan menggenangi membran stetoskop selama 10 menit, hasilnya alkohol 70% mampu mereduksi jumlah koloni kuman sampai 91% tiap membran stetoskop (Handoko, 2007) Sampel yang telah disiapkan dibersihkan dan selanjutnya digerus hingga halus menggunakan lumpang dan alu. Sampel yang telah halus disaring menggunakan kertas saring hingga didapatkan filtrat. Filtrat yang didapat selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk diuji. Uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya boraks pada sampel makanan bakso mie dan nugget adalah uji dengan metode BaCl 2. Prinsip dari metode BaCl2 adalah filtrat sampel kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu tambahkan
larutan barium klorida. Jika terjadi
endapan
putih, maka
sampel positif mengandung boraks (Sudjana,1996). Sampel dihaluskan dan diperas menggunakan kain saring. Diambil filtrat dan di tambahkan dengan larutan BaCl2. Sampel yang mengandung boraks akan terjadi pembentukan endapan putih barium metaborat Ba (BO 2)2. Menurut Sudjana (1996) apabila terbentuk endapan putih maka reaksi yang terjadi adalah : Na2B4O7 + 2Ba2+ H2O
2Ba(BO2)2 + 2H-
Boraks + Barium Barium metaborat Pada metode ini,+ Air seluruh sampel yang diuji menunjukkan positif
mengandung boraks dengan ditandai endapan putih yang terbentuk setelah proses pemanasan.
15
Kemudian dilanjutkan dengan pengujian secara kualitatif mengunakan metode FeCl3. Sampel dihaluskan dan diperas menggunakan kain saring. Prinsip dari metode ini adalah filtrat ditambahkan dengan larutan FeCl3 danHCl beberapa tetes. Sampel yang mengandung boraks akan berubah warna menjadi orange kemerahan. Pada uji ini, 4 dari 5 sampel menujukkan perubahan warna menjadi orange kemerahan setelah proses pemanasan (Sudjana,1996). Adapun reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut : Na2B4O7.10 H2O+HCl FeCl3 +4H3Ba
2NaCl + 4H3Ba FeBO3+12HCl
Selanjutnya dilakukan uji ketiga yaitu uji kurkumin, sampel diuji dengan menggunakan metode uji kurkumin karena senyawa kurkumin ekstrak rimpang kunyit dapat digunakan sebagaisenyawa pengompleks pada analisis boraks. Sesuai dengan prinsipnya, pada uji boraks dengan kurkumin, akan terbentuk suatu kompleks kurkumin-boron dengan perbandingan 2:1 yang berwarna merah cerah,
bernama
kompleks rososianin. Reaksinya adalah sebagai berikut
(Lawrence, et.al, 2012):
Kompleks
rososianin bersifat kurang stabil.
Sehingga
senyawa ini
mudah terdekomposisi dengan kehadiaran basa seperti ammonia yang menurut See, et.al (2010), akan merubah warna
kertas
tumerik
dari merah
cerah
(kompleks rososianin) menjadi hijau kebiruan. Ada pun menurut Pereira (2014),
16
ammonia sendiri dapat bereaksi dengan kurkumin menghasilkan warna kemerahan. Berdasarkan hasil yang didapat baik itu menggunakan metode BaCl 2, metode FeCl3
dan metode kertas tumerik, dari sampel yang kami gunakan
hasilnya bervariasi. Pada metode BaCl2, kelima sampel uji dinyatakan postif; metode FeCl3, empat dari lima sampel uji dinyatakan postif; sedangkan pada metode kurkumin kelima sampel dinyatakan negatif.
17
BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan
1.
Perbedaan makanan yang mengandung boraks yaitu contohnya seperti, bakso/lontong yang diberikan boraks dia akan sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur bagus dan renyah. Sedangkan makanan yang tidak mengandung boraks atau yang mengandung boraks sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indra, namun harus dilakukan uji khusus borak dilaboratorium.
2.
Cara mengidentifikasi boraks yang terkandung pada makanan contohnya seperti, bakso/lontong yang diberikan boraks dia akan sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur bagus dan renyah.
5.2. Saran 5.2.1 Saran untuk jurusan Saran agar supaya bisa lebih memperhatikan alat yang mungkin sudah rusak agar segera digantikan degan yang lebih baik. 5.2.2 Saran untuk laboratrium Untuk laboratorium diharapkan agar dapat melengkapi fasilitasnya berupa alat-alat dan bahan-bahan yang menunjang dalam proses proses praktikum, agar praktikum yang dilaksanakan dapat berjalan lancar 5.2.3. Saran untuk asisten Diharapkan agar kerja sama antara asisten dengan praktikan lebih dipererat lagi agar kegiatan praktikum dapat berjalan dengan lancar.
18