6 0 430 KB
RETENSIO PLASENTA
DEFINISI : Suatu keadaan dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.5 ETIOLOGI Penyebab terjadinya retensio plasenta diantaranya yaitu :5
Plasenta belum lepas dari dinding uterus
Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika lepas sebagian
terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta :
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu : Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhessiva),
Kelainan dari plasenta, misalnya : Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi khorialis menembus desidua sampai miometrium – sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta)
Kesalahan manajemen kala III persalinan, seperti : manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta dapat menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya juga dapat menyebabkan serviks kontraksi (pembentukan constriction ring) dan menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
DIAGNOSIS dan MANAGEMEN8 Perdarahan Sebelum lahirnya plasenta Perdarahan dalam kala III persalinan biasanya disebabkan karena retensio plasenta. Meskipun demikian pasien juga dapat berdarah karena adanya robekan jaan lahir. Ketika terjadi perdarahan dan plasenta masih didalam uterus hal pertama yang dilakukan adalah berusaha untuk mengeluarkan plasentadengan tarikan ringan dengan penekanan pada uterus dengan menekan abdomen. Bila berhasil, uterus harus tetap ditekan dan diberikan oksitosin intravena. Kompresi bimanual harus tetap dilakukan hingga uterus berkontraksi dengan baik.
1
Gambar 1. Kompresi Bimanual
Retensio Plasenta karena kontraksi serviks Retensio plasenta karena kontraksi serviks hampir selalu terjadi pada persalinan preterm. Serviks akan menutup hingga hanya terbuka 2 jari. Pada situasi ini tidak dianjurkan untuk melakukan pengeluaran plasenta dengan tarikan pada tali plasenta, tekanan pada abdomen maupun pemberian oksitosin. Hal yang lebih baik dilakukan adalah dengan memberikan nitrogliserin untuk merelaksasi serviks sehingga dapat dilakukan manual plasenta. Nitrogliserin merupakan vasodilator kuat, hipotensor dan relaksan otot miometrium. Pemberian dosis rendah intra vena membuat relaksasi uterus tanpa mempengaruhi tekanan darah. Meskipun demikian, obat ini sebaiknya tidak digunakan pada pasien syok dan tekanan darah rendah. Sebelum memasukkan nitrogliserin sebaikknya diberikan cairan intravena berupa kristaloid sebanyak 500-1000 cc, Kemudian 500 micro gram intravena. Kurang lebih 60-120 detik setelah nitrogliserin dimasukkan, serviks akan relaksasi sehingga tangan operator dapat masuk kedalam kavum uteri.
2
Retensio Plasenta karena Perlekatan plasenta yang abnormal10 Terdapat beberapa derajat kuatnya perlekatan plasenta ke dinding uterus. Pada kebanyakan kasus plasenta dapat lepas dari dinding uterus tanpa kesulitan. Pada beberapa kasus plasenta melekat erat pada dinding uterus sehingga plasenta sulit lepas dari dinding uterus sehingga memerlukan tindakan berupa manual plasenta dan perdarahan menjadi sangat banyak. Kondisi ini disebut plasenta akreta dan kebanyakan berakhir dengan histerektomi. Plasenta akreta menunjukkan angka kematian 4 kali lebih tinggi dari plasenta yang dapat lahir normal yang merupakan indikasi histerektomi. Pada plasenta akreta, perlekatan villi plasenta langsung pada miometrium, yang mengakibatkan pelepasan yang tidak sempurna pada saat persalinan. Komplikasi yang signifikan dari plasenta akreta adalah perdarahan post partum. Berdasarkan penelitian oleh Resnik, angka kejadian plasenta akreta meningkat dan dokter diharapkan waspada akan kondisi ini, terutama pada wanita yang memiliki riwayat seksio sesaria sebelumnya atau berbagai penyebab parut pada uterus. Perdarahan setelah Plasenta lahir Perdarahan setelah plasenta lahir biasanya disebabkan atonia uteri. Tidak jarang juga disebabkan karena adanya sisa plasenta, robekan jalan lahir, inversi uteri, ruptur uteri dan juga gangguan sitem koagulasi. Hal pertama yang dilakukan pada perdarahan setelah plasenta lahir adalah penekanan bimanual vaginal dan abdominal, hal ini dapat mengurangi perdarahan. Kemudian dipasang satu atau dua infus dan diberikan infu oksitosin (30 IU dalam 1000 cc RL) Bila penekanan uterus dan infus oksitosin tidak berhasil, pasien diperiksa dengan USG untuk memeriksa sisa jaringan yang masih tertinggal atau dengan tangan memeriksa adanya robekan uterus.
PENATALAKSANAAN1,5 Inspeksi plasenta segera setelah bayi lahir. jika ada plasenta yang hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan khususnya jika kita menghadapi perdarahan post partum lanjut. Jika plasenta belum lahir, harus diusahakan mengeluarkannya. Dapat dicoba dulu parasat Crede, tetapi saat ini tidak digunakan lagi karena memungkinkan terjadinya inversio uteri. Tekanan yang keras akan menyebabkan perlukaan pada otot uterus dan rasa nyeri keras 3
dengan kemungkinan syok. Cara lain untuk membantu pengeluaran plasenta adalah cara Brandt, yaitu salah satu tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang lain diletakkan pada dinding perut diatas simfisis sehingga permukaan palmar jari-jari tangan terletak dipermukaan depan rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah dan badan rahim. Dengan melakukan penekanan kearah atas belakang, maka badan rahim terangkat. Apabila plasenta telah lepas maka tali pusat tidak tertarik keatas. Kemudian tekanan diatas simfisis diarahkan kebawah belakang, ke arah vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk membantu megeluarkan plasenta. Tetapi kita tidak dapat mencegah plasenta tidak dapat dilahirkan seluruhnya melainkan sebagian masih harus dikeluarkan dengan tangan. Pengeluaran plasenta dengan tangan kini dianggap cara yang paling baik. Tehnik ini kita kenal sebagai plasenta manual. Indikasi Plasenta manual
Perdarahan pada kala III persalinan kurang lebih 500 cc
Retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir
Setelah persalinan yang sulit seperti forceps, vakum, perforasi dilakukan eksplorasi jalan lahir.
Tali pusat putus
Tehnik Plasenta Manual3 Sebelum dikerjakan penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus Ringer Laktat. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva, lakukan desinfeksi pada genitalia eksterna begitu pula tangan dan lengan bawah si penolong (setelah menggunakan sarung tangan). Kemudian labia dibeberkan dan tangan kanan masuk secara obstetris ke dalam vagina. Tangan luar menahan fundus uteri. Tangan dalam sekarang menyusun tali pusat yang sedapat-dapatnya diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan pergi ke pinggir plasenta dan sedapat-dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan ialah antara bagian plasenta yang sudah terlepas dengan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim. Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar.
4
PENANGANAN RETENSIO PLASENTA6
Skema 2. Penanganan Retensio Plasenta
5
BAB II STATUS PASIEN I.
IDENTIFIKASI A. Identitas Pasien
II.
Nama
: Ny. S.F.J
Umur
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen protestan
Status perkawinan
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: SKIP
Tanggal masuk RS
: 29 Agustus 2016
ANAMNESIS Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 29 Agustus 2016 Keluhan Utama : Ari-ari belum lahir sejak kurang lebih 7 jam SMRS. Keluhan Tambahan & Riwayat Penyakit Sekarang : P2A0 Pasien datang ke IGD RSUD dr. M. Haulussy Ambon dengan keluhan ari-ari belum lahir sejak kurang lebih 7 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di PUSKESMAS PIRU pada jam 03. 23 pagi hari yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah melahirkan. Pasien mengatakan banyak darah merah segar keluar setelah melahirkan. Di PUSKESMAS tersebut, pasien dicoba untuk dikeluarkan plasenta oleh Bidan setempat tetapi tidak berhasil lalu dirujuk ke RSUD dr. M. Haulussy. Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, lemas tetapi tidak mual dan tidak muntah. 6
Riwayat Haid / Keluarga Berencana Haid pertama kali umur
: 13 tahun
Siklus haid
: teratur, 28 hari / bulan
Durasi & banyaknya haid
: 5-7 hari, 2-3 kali ganti softex
Hari pertama haid terakhir
: 22 November 2015, lamanya 5 hari, banyaknya 2-3 kali ganti softex.
Taksiran persalinan
: 29 Agustus 2016
KB
: Tidak ada riwayat menggunakan kontrasepsi
Riwayat Antenatal Care Pemeriksaan kehamilan di praktek bidan oleh bidan, teratur setiap bulan. Selama pemeriksaan pasien tidak ada keluhan dan kelainan. Pasien pernah USG, dan pada pemeriksaan USG tersebut pasien dinyatakan kondisi janin baik dengan presentasi kepala. Riwayat Perkawinan & Kehamilan Pasien kawin baru 1 kali ini. Lama menikah dengan suami sekarang 2 tahun. Anak : 1. Perempuan, 4 tahun, lahir pervaginam di bidan di PUSKESMAS PIRU, berat badan lahir : 3000 gram. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat asma (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes mellitus (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit ginjal (-)
Riwayat menjalani operasi (-)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Diabetes mellitus (-)
7
III.
Riwayat asma (-) / ibu pasien
PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan pertama kali pada tanggal 29 Agustus 2016 STATUS GENERALIS Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital Tekanan Darah
: 130/70 mmHg
Nadi
: 112 x/menit, reguler, cukup, simetris kanan kiri
Suhu
: 36,8 °C
Pernapasan
: 28 x/menit, teratur
Kulit
: Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, kelembaban normal, pucat
Kepala dan Leher Kepala
: Normosefali, ubun-ubun normal, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, pucat
Mata
: Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Hidung
: Bentuk normal,
septum deviasi (-), nafas cuping
hidung -/-, sekret -/-, Mulut
: Bibir merah muda, kering (-), sianosis (-), trismus (-), halitosis (-)
Lidah
: Tidak dinilai
Tonsil
: Tidak dinilai
Tenggorokan
: Tidak dinilai
Leher
: KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normal
8
Thorax Paru Inspeksi
: Bentuk dada normal, simetris, pulsasi abnormal (-), gerak
pernapasan
simetris,
irama
cepat,
tipe
abdomino-thorakal, retraksi (-) Palpasi
: Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi
: Sonor di semua lapang paru
Auskultasi
: Suara napas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis teraba, thrill (-)
Perkusi
: Redup
Auskultasi
: SISII reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi
: Datar
Palpasi
: Teraba supel, nyeri tekan di seluruh kuadran abdomen
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Ekstremitas
: Akral dingin, edema (-), sianosis (-), pucat, CRT lebih 2 detik
PEMERIKSAAN OBSTETRIK Status Lokalis Abdomen 1. Inspeksi
: tampak datar, striae gravidarum (+), linea nigra (+), terlihat tali pusat berukuran 5 cm di depan vagina diklem dengan forcep.
2. Palpasi nyeri tekan
: Kontraksi (-), TFU teraba 2 jari di bawah pusar, seluruh abdomen
9
3. Auskultasi
: tidak dilakukan
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher) Teraba tali pusat keluar dari ostium uteri externa, stolcel +, portio terbuka sedikit Pemeriksaan Pelvimetri Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
IV.
Hemoglobin
: 8,2 g/dl
Leukosit
: 32, 000 ribu
Hematokrit
: 31,8%
Trombosit
: 250, 000 ribu
Golongan darah
:O
DAFTAR MASALAH Anamnesis Pasien datang ke IGD RSUD dr. M. Haulussy Ambon dengan keluhan ari-ari belum lahir sejak kurang lebih 7 jam SMRS. Pasien telah melahirkan di PUSKESMAS PIRU pada jam 03. 23 pagi hari yang sama tetapi ari-ari belum lahir setelah melahirkan. Pasien mengatakan banyak darah merah segar keluar setelah melahirkan. Di PUSKESMAS tersebut, pasien dicoba untuk dikeluarkan plasenta oleh Bidan setempat tetapi tidak berhasil lalu dirujuk ke RSUD dr. M. Haulussy. Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah, pusing, lemas tetapi tidak mual dan tidak muntah. Hari pertama haid terakhir adalah 22 November 2015, taksiran persalinan 29 Agustus 2016, riwayat antenatal rutin di bidan dan sudah menikah 2 tahun menikah. Riwayat kehamilan: P2A0.
Pemeriksaan Fisik 10
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah pasien normal, nadi 100 x/menit, pernapasan 28 x/ menit, akral dingin, pucat dan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan obstetrik, abdomen tampak datar, linea nigra (+), striae gravidarum (+) dan keluar tali pusat kira-kira sepanjang 5 cm dari vagina yang telah diklem dengan forcep. Pada palpasi, teraba tinggi fundus uteri adalah 2 jari di bawah pusar dan nyeri tekan di seluruh kuadran abdomen. Pada pemeriksaan vagina toucher, didapatkan tali pusat yang keluar dari ostium uteri externa, stolcel dan portio serviks yang terbuka sedikit. Pemeriksaan Laboratorium Ditemukan anemia.
V.
DIAGNOSIS KERJA P2 A0 post partum dengan retensio plasenta 7 jam SMRS Anemia ec perdarahan post partum ec retensio plasenta.
VI.
PENATALAKSANAAN Rencana Diagnostik:
Observasi tanda vital, keadaan umum, perdarahan pervaginam dan jumlah urin.
Rencana Terapi:
Oksigen 5 liter/menit dengan kanul oksigen
IVFD 2 line: 20 i.u Oxytocin drip 12 tetes/ menit dalam cairan RL 500 cc : NaCl 0,9% 20 tetes/ menit + Rencana transfusi 2 kolf Whole Blood
(cc)
Memasang kateter urin
Pro manual plasenta dan kuretase
Manual Plasenta -
Melakukan tindakan plasenta saat dilakukan transfusi kolf WB yang kedua. Diharapkan dengan tranfusi 700 cc whole blood, anemia pasien 11
dapat teratasi hingga tahap optimal Hb lebih dari 8.0 g/dL. Ini adalah untuk memperbaiki kontraksi uterus dan mempersiapkan pasien untuk kehilangan lebih banyak darah saat dan pasca tindakan melahirkan -
plasenta. Dilanjutkan dengan tranfusi kolf yang ketiga. Melahirkan plasenta dengan teknik perengangan tali pusat. Apabila plasenta telah lahir, diperiksa apakah plasenta lengkap. ( kotiledon dan selaput ketuban lengkap). Dieksplorasi untuk memastikan tiada sisa
-
plasenta atau selaput ketuban. Jika plasenta tidak berjaya lahir dengan teknik ini, dilakukan manual plasenta. Sebelumnya dipastikan dahulu apakah portio serviks terbuka. Jika masih tertutup, teknik manual plasenta tidak dapat dilakukan. Pasien diberikan nitrogliserin dosis rendah untuk relaksasi serviks supaya portio
-
terbuka dan tangan bisa dimasukkan ke dalam uterus. Sebelum dikerjakan penderita disiapkan pada posisi litotomi. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva, lakukan desinfeksi pada genitalia eksterna begitu pula tangan dan lengan bawah si penolong (setelah menggunakan sarung tangan). Kemudian labia dibeberkan dan tangan kanan masuk secara obstetris ke dalam vagina. Tangan luar menahan fundus uteri. Tangan dalam sekarang menyusun tali pusat yang sedapatdapatnya diregangkan oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan pergi ke pinggir plasenta dan sedapat-dapatnya mencari pinggir yang sudah terlepas. Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan ialah antara bagian plasenta yang sudah terlepas dengan dinding rahim dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim. Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan perlahan-lahan ditarik keluar. Diperiksa apakah plasenta dilahirkan lengkap. Lalu plasenta lahir lengkap, berat kurang lebih 450 cc, ukuran 14
-
x 20 cm. Jika Perdarahan masih aktif, dilakukan massase uterus. Jika tidak berhasil, palpasi bimanual untuk kompresi uterus sehingga perdarahan berhenti. Atau bisa juga dilakukan tampon kondom kateter untuk kompresi. Dimasukkan 200-300 cc aqua steril ke dalam tampon kateter untuk
-
kompresi pembuluh darah uterus. Diperiksa lagi apakah terdapat penyebab lain perdarahan masih tidak berhenti. Contohnya terdapat trauma pada serviks atau vagina atau 12
kontraksi yang masih belum baik. Jika terdapat laserasi, luka dijahit dan jika kontraksi masih belum baik, dicoba dulu dengan massase uterus, pemberian oksitosin, methylergometrin dan misoprostol.
Pada pasien didapatkan sisa plasenta, lalu direncanakan kuretasae -
Kosongkan kandung kemih
-
Pasien tidur telentang dengan posisi litotomi dan pasien dalam keadaan narkose umum
-
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah vulva, vagina dan sekitarnya
-
Pasang sims bawah lalu sims atas, tampak portio, jepit portio dengan tenakulum di jam 11, sims atas dilepas dan sims bawah dipegang oleh asisten.
-
Lakukan sondase uterus dengan alat sonde panjang kavum uteri 10 cm, dengan arah
-
anteflexi.
Keluarkan jaringan dengan sendok kuret paling besar yang mungkin masuk lubang portio
-
Lakukan kuret secara tajam dan sistematis, mulai dari jam 12 searah jarum jam, dari angka genap lalu ganjil,
-
Keluar jaringan sebanyak ± 30 g, darah ± 50 cc
-
Setelah kesan : bersih (tampak gelembung-gelembung dan suara kerokan), kuret selesai dilakukan
-
Tenakulum dilepas, spekulum bawah dilepas.
-
Dilakukan kembali tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina pasien
-
Observasi keadaan umum dan tanda tanda vital : TD, nadi dan frekuensi nafas
Rencana Terapi Medikamentosa
Cefotaxime injeksi 2x1 gr IV
Metronidazole 3x500 mg IV
Asam Mefenamat 3x 500 mg tab
B. Comp 3 x 1 tab
13
Rencana Edukasi:
Informasikan kepada keluarga dan pasien tentang kemungkinan terjadi perdarahan hebat setelah melahirkan plasenta
Intervensi informed consent untuk tindakan melahirkan plasenta
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
FOLLOW UP
30 Agustus 2016 S: nyeri perut berkurang, lemas -. pusing -, perdarahan -, belum BAB, BAK +, O: TD: 120/80 mmHg N: 72 x/menit S: 36,5 oC P: 18 x/ menit Status generalis Kepala: CA +/+ Abdomen : datar, supel, nyeri tekan -, BU + normal Ekstremitas: akral hangat, pucat – Status obstetrik Payudara: bengkak -, nyeri tekan -, ASI + Abdomen: datar, strias gravidarum +, line grissea +, supel, nyeri tekan -, TFU teraba 1 jari bawah pusar Genitalia: edema -, luka -, terpasang tampon kateter, tertampung 50 cc darah merah segar di urine bag, terpasang kateter dengan 1600 cc urine warna kuning
jernih dalam urine bag.
A: P2A0 nifas hari ke 1 post manual plasenta ec retensio plasenta hari ke 1 P: Cefotaxime injeksi 2 x 1 gr IV Metronidazole 3x 500mg drip 14
Methylergometrin tab 3x1 tab p.o Misoprostol tab 2 x 1 tab p.o Asam mefenamat tab 3 x 500 mg p.o Edukasi pompa ASI untuk bayi di rumah
31 Agustus 2016 S: nyeri perut -, lemas -. pusing -, perdarahan -, BAB +, BAK +, O: TD: 130/90 mmHg N: 90 x/menit S: 37,0 oC P: 20 x/ menit Status generalis Kepala: CA -/-, tidak pucat Abdomen : datar, supel, nyeri tekan -, BU + normal Ekstremitas: akral hangat, pucat – Status obstetrik Payudara: bengkak -, nyeri tekan -, ASI + Abdomen: datar, strias gravidarum +, line grissea +, supel, nyeri tekan -, TFU teraba 1 jari bawah pusar Genitalia: edema -, luka -, tampon kateter dan kateter sudah dilepas, lochia + di pembalut. Laboratorium 30/8/2016 Hb: 9,6 g/dl Ht: 24,7% Leukosit: 229,000 ribu Trombosit: 171,000 ribu A: P2A0 nifas hari ke 2 dengan post manual plasenta ec retensio plasenta hari ke 2 P: Amoxicillin tab 3 x 500 mg p.o Methylergometrin tab 3x1 tab p.o Misoprostol tab 2 x 1 tab p.o Asam mefenamat tab 3 x 500 mg p.o Farbion tab 1x 1 tab Edukasi pompa ASI untuk bayi di rumah 15
Rencana pulang dan nasihat pulang : bedrest di rumah, tidak melakukan kerja berat, menyusui bayi
16
BAB III PEMBAHASAN Pasien Ny. S.F.J, usia 26 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama ari-ari belum lahir. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ditegakkanlah diagnosis pasien ini yaitu P1A0 + Retensio Plasenta + Anemia Penegakkan Diagnosis a. Anamnesis Teori Plasenta belum lahir setengah jam
Kasus Anak lahir spontan dan setelah
setelah janin lahir
setengah jam plasenta tidak lahir
Plasenta belum lepas dari dinding
Pasien merasa lemas
uterus dapat karena : a.Kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan
plasenta
(plasenta adhesive) b.Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus
desidua
sampai miometrium – sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta – perkreta) Penegakan diagnosis pada pasien dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis diperoleh perdarahan pervaginam. Akibat perdarahan, maka anemia defisiensi besi dan anemia delusional akibat hipervolemia seringkali terjadi pada beberapa kasus.
b. Pemeriksaan Fisik 17
Pada
Teori pemeriksaan
pervaginam,
Kasus Tinggi fundus uteri : 15 cm,
kontraksi: kurang baik Periksa Dalam:
plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial
tampak
perdarahan tidak aktif dan tali
atau lengkap menempel di dalam uterus
pusat dengan panjang 7 cm,
pembukaan 2 cm, porsio tebal lunak. Konjungtiva anemis (+/+) Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, didapatkan beberapa tanda yang mendukung diagnosis retensio plasenta sebab pada anamnesis ibunya mengatakan setelah 30 menit bayi lahir plasenta tidak lahir setelah melakukan perasat crede brandt tidak berhasil. Selain itu berdasarkan hasil pemeriksaan darah diperoleh bahwa kadar hemoglobin pasien adalah 8,2 mg/dl yang didukung oleh konjungtiva yang anemis akibat perdarahan pervaginam. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori. Pemeriksaan Penunjang Teori -
Kasus Darah Rutin
Hemoglobin
: 8,3 gr %
Hematokrit Trombosit
: 31,8% : 250.000 / mm3
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ialah pemeriksaan laboratorium darah.
c. Penatalaksanaan Teori -
Retensio plasenta tanpa perdarahan masih
-
Kasus Manual Plasenta 18
dapat menunggu. Sementara itu kandung kemih dikosongkan, masase uterus dan suntikan oksitosin (i.v. atau i.m. atau
-
melalui infus). Perasat Crede Perasat Brandt Manual Plasenta
Penatalaksanaan pada kasus ini ialah dengan memperbaiki keadaan umum dan melakukan Manual Plasenta. Perbaikan keadaan umum yang dilakukan ialah dengan memberikan IVFD RL dan transfusi hingga Hb mencapai ≥ 10 mg/dl.
BAB IV KESIMPULAN
19
1.
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir.
2.
Insiden perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 1617%.
3.
Etiologi retensio plasenta, yaitu: 1). Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat atau plasenta melekat erat erat pada dinding uterus, 2). Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
4.
Diagnosis retensio plasenta apabila plasenta tidak lepas secara spontan setelah setengah jam setelah bayi lahir dan pada pemeriksaan pervaginam plasenta menempel di dalam uterus.
5.
Diagnosis banding retensio plasenta adalah plasenta akreta.
6.
Penanganan retensio plasenta yang terbaik adalah dengan manual plasenta.
7.
Pencegahan dilakukan dengan manajemen aktif kala III.
DAFTAR PUSTAKA 20
1. Cunningham, F.Gary, Norman F. Gant, et all. Williams Obstetrics international edition. 21 st edition. Page 619-663. 2. Wainscott, Michael P. Pregnancy, Postpartum Hemorrhage. http://www.eMedicine.com. May 30, 2006 3. Smith,
John
R
,
Barbara
G.
Brennan.
Postpartum
Hemorrhage.
http://www.eMedicine.com. June 13, 2006 4.
ALARM International. Hemorrhage in Pregnancy. 2nd edition. Page 49-53. 5. Wiknjosastro, Hanifa, Abdul Bari Saifudin, Triatmojo Rachimhadhi. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo.Jakarta. 2002 6.
www. General Java Online. Maternal & Neonatal Health. OBSTETRIC & NEONATAL EMERGENCY. 2003
7.
http://www.pregnancyinfo.net. PostPartum Hemorrhage. 8. Arias, Fernando. Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery. 2nd edition. Mosby Year Book.1993
9.
htpp://www.WHO.int. Managing Complication in Pregnancy and Childbirth. 10. Walling, D. Anne. American Academy Family of Physician. Risk of Hemorrhage and scarring in placenta accreta. August 1999
BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
LAPORAN KASUS OKTOBER 2016 21
UNIVERSITAS PATTIMURA
PERDARAHAN POST PARTUM ec. RETENSIO PLASENTA
Disusun Oleh: Vito Oeibisono (2010-83-023)
Pembimbing: dr. Novy Rianti Sp. OG, M.Kes DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2016
22