Laporan Lengkap Praktikum Geomorfologi Dan Analisis Lanskap 2022 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI DAN ANALISIS LANSKAP



Disusun Oleh :



AHMAD HIDAYATULLAH ADIN PRASETYO MUHAMMAD NAUVAL JAYA HASRUL AYU DWI PUTRI MAHARANI YULITA HAIRIZA ADRIYANI ANDI NURFADILLAH



D1D120001 D1D120031 D1D120020 D1D120040 D1D120036 D1D120059 D1D120033



JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2022



LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI DAN ANALISIS LANSKAP Disusun Oleh :



AHMAD HIDAYATULLAH ADIN PRASETYO MUHAMMAD NAUVAL JAYA HASRUL AYU DWI PUTRI MAHARANI YULITA HAIRIZA ADRIYANI ANDI NURFADILLAH



D1D120001 D1D120031 D1D120020 D1D120040 D1D120036 D1D120059 D1D120033



Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Nilai Praktikum Geomorfologi dan Analisis Lanskap



JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2022 ii



HALAMAN PENGESAHAN Judul



: Laporan Lengkap Praktikum Geomorfologi dan Analisis Lanskap



Ketua Kelompok



: Ahmad Hidayatullah



Stambuk



: D1D120001



Kelas



:B



Kelompok



: VI



Program Studi



: Ilmu Tanah



Mengetahui, Penanggung Jawab Koordinator Praktikum Mata Kuliah Geomorfologi dan Analisis Lanskap



La Ode Rustam, S.P., M.Sc NIDN. 0013088604



Hari/Tanggal/Pengesahan : Kendari, Juni 2022



iii



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan praktikum dan penyusunan Laporan Lengkap Praktikum Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada semua yang telah berpatisipasi dan membantu kami dalam pembuatan laporan ini. Khususnya kepada dosen pembimbing dalam praktikum yang telah mengarahkan dan membimbing kami dalam melaksanakan praktikum. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan, masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan laporan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini dapat tersusun dengan baik sehingga pembaca maupun pendengar dapat memahami dengan baik isi dari laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca pada saat ini dan di masa yang akan datang. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Kendari, Juni 2022 Penulis



Kelompok VI



iv



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................i HALAMAN SAMPUL...........................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii KATA PENGANTAR...........................................................................................iv DAFTAR ISI...........................................................................................................v DAFTAR TABEL.................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang..........................................................................................1 1.2 Tujuan dan Manfaat..................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4 2.1 Dasar Teori...............................................................................................4 2.2 Bentang Lahan..........................................................................................4 2.3 Ekosistem Bentuk Lahan..........................................................................6 2.4 Faktor-Faktor Bentuk Lahan.....................................................................7 2.5 Degradasi Lahan.......................................................................................7 2.6 Teori dan Model Ekologi Bentang Lahan................................................8 2.7 Pengelolaan dan Perencanaan Penggunaan Lahan...................................8 BAB III METODE PRAKTIKUM.....................................................................10 3.1 Waktu dan Tempat..................................................................................10 3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................10 3.3 Prosedur Kerja........................................................................................10 BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................11 4.1 Hasil........................................................................................................11 4.2 Pembahasan............................................................................................11 BAB V PENUTUP................................................................................................13 5.1 Kesimpulan.............................................................................................13 5.1 Saran......................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15 LAMPIRAN PETA GEOMORFOLOGI KOTA KENDARI..........................16



v



DAFTAR TABEL No



Judul



Hal



1.



Hasil Pengamatan Praktikum........................................................................11



vi



DAFTAR LAMPIRAN No 1.



Judul



Hal



Lampiran Peta Geomorfologi Kota Kendari.................................................16



vii



I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geomorfologi adalah studi bentuk lahan serta proses-proses yang mempengaruhi pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk dan proses dalam tatanan keruangannya (Van Zuidam, 1986). Geomorfologi ialah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang bentuk lahan. Objek kajian dalam studi geomorfologi adalah bentuk lahan yang tidak akan terlepas dari kajian genesis dan evolusi bentuk lahan. Genesis dan evolusi bentuk lahan dapat ditelusuri dengan mengetahui



proses



geomorfologi



yang



bekerja



pada



bentuk



lahan



(Thornbury,1989). Proses geomorfologi yang bekerja secara terus menerus pada bentuk lahan akan mengakibatkan perubahan pada bentuk lahan (Sartohadi, 2007; Verstappen, 1983 dalam Wahyudi, 2012). Yushardi (2017) mendefinisikan geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan tentang bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan. Geomorfologi adalah studi bentuk lahan dan pemekarannya pada sifat alamiah asal mula, proses pengembangan dan komposisi materialnya. Bidang kajian geomorfologi sangat luas. Secara umum geomorfologi yaitu studi bentuk lahan (landform) (Lobeck, 1939 dalam Yushardi, 2017). Salah satu cabang terapan dari geomorfologi itu sendiri yaitu geomorfologi wilayah teluk terkhusus untuk wilayah pesisir (Cooke, 1990). Geomorfologi wilayah pesisir mencakup proses dan bentuk lahan yang terdapat pada wilayah peralihan antara darat dengan laut, tidak termasuk bentuk lahan di kedalaman laut (Bloom, 1991 dalam Herudan Ashari, 2014) menjelaskan bahwa wilayah kepesisiran meliputi pantai (shore) dan pesisir (coast). Pantai berkedudukan di antara daratan dan laut yang dibatasi oleh rata-rata garis surut terendah yang disebut dengan garis pantai (shoreline) dengan rata-rata garis pasang tertinggi airlaut yang disebut dengan garis pesisir (coast).



1



2



Geomorfologi menggambarkan aspek-aspek utama lahan atau terrain dan disajikan dalam bentuk simbol huruf dan angka, warna, pola garis, dan hal itu tergantung pada tingkat kepentingan masing-masing aspek. Peta geomorfologi memuat aspek-aspek yang dihasilkan dari sistem survei analitik (di antaranya morfologi, morfogenesa dan proses geomorfologi) dan sintetik (di antaranya, tanah/soil, tutupan lahan). Unit utama geomorfologi (geomorphological mainunit) adalah



kelompok



bentuk



lahan



didasarkan



atas



bentukan



asalnya



(morfologiorigin), diantaranya: struktur, gunung api, denudasi, fluvial, marin, karst, angin dan es. Istilah yang luas digunakan di Eropa sebelum digunakan di Amerika Serikat adalah fisiografi (physiography) yang dianggap sebagai cabang darigeologi. Secara tegas, geomorfologi mempelajari hal yang berhubungan dengan bentuk bumi (termasuk geodesi, struktur dan geologi dinamik). Pemakaian istilah ini sangat umum digunakan di Eropa, karena istilah ini digunakan secara luas pada ilmu kebumian. Pernyataan tersebut mencerminkan bahwa peran geomorfologi untuk analisis dan rekonstruksi geologi menjadi sangat penting untuk dipahami oleh para ahli geologi. Bentukan geomorfologi disetiap daerah akan berbeda tetapi ada sedikit kemiripan dengan daerah lainnya, disebabkan karena proses terjadinya pada zaman dahulu. Kami menggunakan alat klinometer untuk mengetahui kemiringan salah satu objek yang kita amati, selain itu juga kita menggunakan peta RBI dan peta geologi untuk menentukan dimana posisi kami saat memploting tempat objek tersebut dan dibantu dengan GPS. Dengan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bentukan lahan daerah Sulawesi Tenggara khususnya Kota Kendari. Berdasarkan Marsoedi et al.,(1997), landform atau bentuk lahan dapat diklasifikasikan ke dalam 9 grup atau kelompok utama yang selanjutnya dibagi lebih lanjut sesuai dengan sifat masing-masing. Sistem



klasifikasi



ini



mendasarkan pada proses geomorfik dalam penentuan kelompok, pada kategori lebih rendah selanjutnya menggunakan relief, lereng, litologi (bahan induk) dan tingkat torehannya. Pembagian kelompok utama tersebut adalah sebagai berikut:



3



1. Grup Alluvial (Alluvial Landform) Simbol : A 2. Grup Marin (Marine Landform) Simbol : M 3. Grup Fluvio-Marin (Fluvio Marin Landform) Simbol : B 4. Grup Gambut (Peat Landform) Simbol : G 5. Grup Eolin (Aeolian Landform) Simbol : E 6. Grup Karst (Karst Landform) Simbol : K 7. Grup Volkanik (Volcanic Landform) Simbol : V 8. Grup Tektonik dan Struktural Simbol : T (Tectonic and Structural Landform) 9. Grup Aneka (Miscellaneous Landform) Simbol : X Bentang lahan menurut Sunarto (2005) dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu bentang lahan secara:(1) umum, dan (2) khusus. Secara umum, bentang lahan adalah:(1) gambar suatu kenampakan pemandangan alam di pedalaman, (2) bentuk-bentuk lahan pada suatu wilayah yang tampak sebagai suatu keseluruhan, (3) suatu pemandangan alam yang tampak oleh mata ketika orang memandang (Forman dan Godron, 1986; dalam Sunarto, 2005). Pengertian bentang lahan secara khusus adalah: (1) permukaan lahan beserta habitat-habitatnya yang berasosiasi, dilihat pada skala menengah,(2) mosaik lingkungan,(3) daerah yang heterogen secara keruangan (Hugget, 1995, Vink, 1983, Forman dan Godron, 1986; dalam Sunarto, 2005). 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi Kota Kendari dan untuk mengetahui proses terjadinya morfologi pada wilayah tersebut. Manfaat praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.



II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Geomorfologi adalah studi bentuk lahan serta proses-proses yang mempengaruhi pembentukannya dan menyelidiki hubungan antara bentuk dan proses dalam tatanan keruangannya (Van Zuidam, 1986). Geomorfologi ialah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang bentuk lahan. Objek kajian dalam studi geomorfologi adalah bentuk lahan yang tidak akan terlepas dari kajian genesis dan evolusi bentuk lahan. Genesis dan evolusi bentuk lahan dapat ditelusuri dengan mengetahui



proses



geomorfologi



yang



bekerja



pada



bentuk



lahan



(Thornbury,1989). Proses geomorfologi yang bekerja secara terus menerus pada bentuk lahan akan mengakibatkan perubahan pada bentuk lahan (Sartohadi, 2007; Verstappen, 1983 dalam Wahyudi, 2012). Yushardi (2017) mendefinisikan geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan tentang bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan. Geomorfologi adalah studi bentuk lahan dan pemekarannya pada sifat alamiah asal mula, proses pengembangan dan komposisi materialnya. Bidang kajian geomorfologi sangat luas. Secara umum geomorfologi yaitu studi bentuk lahan (landform) (Lobeck, 1939 dalam Yushardi, 2017). 2.2 Bentang Lahan Menurut Sunarto (2005) bentang lahan dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu bentang lahan secara:(1) umum, dan (2) khusus. Secara umum, bentang lahan adalah:(1) gambar suatu kenampakan pemandangan alam di pedalaman, (2) bentuk-bentuk lahan pada suatu wilayah yang tampak sebagai suatu keseluruhan, (3) suatu pemandangan alam yang tampak oleh mata ketika orang memandang (Forman dan Godron, 1986; dalam Sunarto, 2005). Pengertian bentang lahan secara khusus adalah: (1) permukaan lahan beserta habitat-habitatnya yang berasosiasi, dilihat pada skala menengah,(2) mosaik lingkungan,(3) daerah yang



4



5



heterogen secara keruangan (Hugget, 1995, Vink, 1983, Forman dan Godron, 1986; dalam Sunarto, 2005). Dalam banyak tulisan dikenal beberapa pengertian lanskap terkait dengan beberapa bidang, seperti: artefak lanskap, geologi lanskap, klimatologi lanskap, ekologi lanskap dan kehutanan lanskap (Fandeli, 2009). 1. Artefak lanskap Artefak lanskap yaitu lanskap yang terbentuk dan di dalamnya terdapat bangunan bernilai teknologi dan seni tinggi yang dibuat oleh manusia sebagai ukuran tingginya kebudayaan manusia masa lalu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Menara Pisa, Menara Eiffel, Candi Borobudur, Taj Mahal, Piramid, dan lain-lain di dalam suatu lanskap yang sangat menarik. 2. Geologi lanskap Geologi lanskap adalah lanskap yang terbentuk oleh adanya proses geologis, baik secara alami maupun oleh kegiatan penambangan yang dilakukan manusia. Kegiatan penambangan yang mempengaruhi lanskap, utamanya tambang terbuka. 3. Klimatologi lanskap Dalam biologi atau ekologi dan ilmu kehutanan dikenal klimatologi



lanskap.



menggambarkan



atau



Klimatologi mempelajari



lanskap pola



adalah



adanya



lanskap



pembungaan



yang



tumbuhan



(phenology). 4. Ekologi lanskap Ekologi lanskap (ekologi bentang lahan) pertama kali diperkenalkan oleh geograf dari Jerman bernama Carl Troll yang menggunakan istilah geoecology. Ekologi bentang lahan dipandang sebagai perkawinan antara geografi dengan biologi (ecology). Ekologi bentang lahan merupakan disiplin ilmu yang meletakkan dasar geosfer sebagai kunci dari lingkungan komunitas vegetasi, hewan, dan manusia. Beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu: (a) phytocentric approach, yang menekankan pada hubungan timbal balik antara bentang lahan dengan vegetasi,



(b)



zoocentric approach, yang menekankan pada hubungan timbal balik antara



6



komunitas hewan dengan bentang lahan,(c) antropocentric approach, yang menekankan pada tanggung jawab dan hubungan antara manusia dengan bentang lahan (Worosuprojo,2004). Komponen utama bentang lahan, meliputi: kualitas lahan dan air, penutup lahan, dan artefak manusia. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor fisik. Komponen



lahan



selanjutnya dibedakan menjadi 3 (tiga) komponen dasar, yaitu: (a) bentuk dominan, meliputi: gunung, tipe lembah, (b) relief, meliputi: pengukuran biologikal, hidrologi, dan komponen manusia, (c) komponen lahan yang lain. 5. Kehutanan lanskap Kehutanan lanskap adalah: (a) suatu seni mengorganisasi bentang alam berupa hutan untuk menghasilkan sejumlah manfaat dari satu atau lebih tegakan hutan yang mempertimbangkan ruang dan waktu tertentu, (b) suatu manajemen yang mengorganisasi bentang alam berupa hutan untuk memanfaatkan dan menyalurkan energi matahari untuk menjadi benda atau barang, jasa serta pengaruh pada aspek lain. Pada hakekatnya kehutanan lanskap mendasarkan pengetahuan dinamika biologi dan memanfaatkan kaidah konversi energi dari matahari menjadi flora dan fauna serta air yang kemudian menjadi benda dan jasa. Benda dalam hal ini adalah produk kayu dan non kayu, serta jasa yang berupa lingkungan dan pariwisata. 2.3 Ekosistem Bentang Lahan Istilah ekosistem lahan dikemukakan oleh ahli biologi Inggris bernama Sir Alfred Tansley. Ekosistem lahan adalah kumpulan organisme dan lingkungan dalam suatu satuan spasial. Bagian terpenting dari sistem alami adalah lingkungan (organik dan anorganik) dalam spasial unit yang mendukung perkembangan organisme dan saling berinteraksi secara timbal balik. Pendekatan ekosistem lahan ini merupakan hal penting dalam ekologi bentang lahan karena merupakan satusatunya cara dalam menilai berbagai jenis hubungan dalam menjelaskan alam dan bentang lahan (Vink, 1983).



7



Dapat dikatakan bahwa ekosistem lahan merupakan jembatan penghubung antara biologi dan geografi fisik dengan penekanan pada aspek biologi. Sementara itu ekologi bentang lahan merupakan jembatan penghubung antara geografi fisik dan biologi sebagaimana penghubung antara geografi fisik dan geografi sosial. Jembatan penghubung ini sangat penting dalam pengembangan keilmuan dan penelitian aplikasi yang berhubungan dengan perencanaan penggunaan lahan (Vink, 1983). 2.4 Faktor-Faktor Bentang Lahan Bentang lahan yang terbentuk sekarang ini merupakan hasil dari integrasi berbagai komponen abiotik seperti iklim, topografi dan tanah; interaksi antar organisme sehingga membentuk pola spasial yang spesifik meskipun dalam kondisi serupa; pola pemukiman dan penggunaan lahan di masa lampai dan sekarang; dinamika gangguan alam dan suksesi. Levin (1976, dalam Turner et al. 2003) menentukan ada 3 pola umum penyebab pola spasil yaitu (1) keunikan lokal; (2) perbedaan fase atau variasi pada pola spasial yang terbentuk karena adanya gangguan dan (3) dispersi, sehingga bentang lahan didominasi oleh populasi tunggal yang dominan. Iklim dijadikan sebagai faktor lingkungan yang pertama semua aspek lingkungan terpengaruh oleh iklim. Iklim merubah bentuk lahan baik secara geologi, topografi, maupun fisik. Distribusi komunitas tumbuhan dan hewan bahkan bioma bervariasi karena adanya perubahan iklim (Turner. et.al. 2003). 2.5 Degradasi Lahan Geoekosistem



dapat



terganggu



karena



adanya



fluktuasi



lingkungan, kejadian yang merusak baik bersifat fisik maupun



kondisi biologik.



Gangguan fisik misalnya oleh angin, api, banjir, longsor, petir atau pengaruh ekstra terestrial. Gangguan biologik misalnya hama, patogen atau aktivitas tumbuhan maupun manusia. Degradasi lahan dapat berupa erosi, pergerakan massa, deposisi lahan, destruksi lahan, peracunan bentang lahan (disaster). Penyebab dari degradasi lahan adalah deforesasi. Subjek yang termasuk dalam degradasi lahan adalah erosi; salinisasi dan alkalinisasi; materi organik



8



terutamadari daerah urban; penyakit; infeksi; limbah anorganik dari industri; pestisida, radioaktif, logam berat, pupuk dan deterjen (Rauschkolb, 1971 dalam Vink, 1983). 2.6 Teori dan Model Ekologi Bentang Lahan Minimal ada 2 teori yaitu teori hirarki dan perkolasi serta 2 model populasi yaitu metapopulasi dan model demografik sourcesink yang mempunyai peranan penting dalam ekologi bentang lahan. Diversitas bentang lahan, komponen ekosistem, perubahan tingkah lakupopulasi, tekanan terhadap habitat jelas sangat berpengaruh terhadap organisme yang hidup dibentang lahan tersebut (Farina, 2007). Teori hirarki menjelaskan bahwa lokalisasi komponen-komponen yang berbeda pada skala tertentu berhubungan dengan komponen-komponen lainnya pada skala yang berbeda. Dalam teori hirarki, sistem yang besar dibagi dalam subsub sistem. Sebagai contoh, klasifikasi bentang lahan dimulai dari ekopite, mikro, meso, makro dan megachore. Aliran sungai merupakan suatu contoh sistem hirarki. Semakin banyak komponen yang tercakup dalam suatu sistem,semakin kompleks pula sistem tersebut (Farina,2007). Teori perkolasi menjelaskan bahwa perubahan pola pengelompokan (kluster) sangat besar terjadi pada ambang pc (0,5928). Pada titik ini efek contagion, distrurbansi, kebakaran hutan dan penjangkitan hama merupakan titik awal. Teori perkolasi telah diterapkan pada kajian batasan pinggir bentang lahan (Gardner et al.,1992). 2.7 Pengelolaan dan Perencanaan Penggunaan Lahan Manusia merupakan komponen utamadalam ekosistem yang berbeda yang memiliki potensi utama dalam memberikan dampak signifikan



terhadap



ekosistem. Manusia dapat saja merusak ekosistem, seperti peningkatan erosi tanah, namun di sisi lain manusia juga mampu membangun ekosistem baru yang disebut sebagai ekosistem kultural. Pada ekosistem kultural ini, manusia merupakan agen pengontrol karena tujuannya adalah untuk mendapatkan material untuk makanan, pakaian, energi, atau tempat rekreasi. Dengan kata lain,



9



penggunaan lahan merupakan refleksi dari kebutuhan manusia. Proteksi dan konservasi ekosistem alam melalui cagar alam merupakan bentuk lain dari penggunaan lahan yang mencerminkan bahwa manusia juga bertanggung jawab terhadap alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu maka ekologi bentang alam dan penggunaan lahan tidak dapat dipisahkan. Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia dan kebutuhan akan ruang yang mencukupi, maka tidaklah mungkin melakukan analisis ekologi tanpa mempertimbangkan dampak aktivitas manusia dan pengelolaannnya (Vink, 1983). Pengelolaan



lingkungan



merupakan



konsep



yang



sangat



Pengelolaan lingkungan berdampingan dengan penggunaan lahan



besar. yang



merupakan sentral aktivitas manusia dalam bentang lahan. Tujuan manusia adalah menciptakan, meningkatkan atau mempertahankan lingkungan yang sudah ada. Ekologi bentang alam dapat merupakan bagian dari Biologi Lingkungan atau Geografi Lingkungan tergantung pada sisi kajiannya. Aspek biologi sangat esensial dalam membahas lingkungan. Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi organisme (termasuk manusia didalamnya) baik secara langsung maupun tidak langsung. Masing-masing organisme memiliki lingkungannya sendiri-sendiri



sehingga



dipengaruhi



oleh



organisme



lainnya



karena



persinggungan lingkungannya. Komponen lingkungan meliputi faktor biotik, abiotik dan psikologi (kultur). Tentu saja dalam pengembangan artifisial bentang lahan tidak dapat dipisahkan bahkan saling timbal balik pengaruhnya dengan komponen bentang lahan alami maupun aspek pemenuhan kebutuhan hidup manusia, ekonomi, sosial, teknik, agama dan etika (Vink, 1983).



III. METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2022 pada pukul 13.00 sampai selesai, bertempat di Puncak Amarilis. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis menulis. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah spidol permanen. 3.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu, sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi Landform. 2. Menetapkan relief, lereng, dan bahan induk.



10



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No



Relief



Lereng



1



Datar



0-3%



2



Bergelombang



15-25%



3



Datar



0-3%



4



Berombak



3-8%



5



Datar



0-3%



6



Berbukit



15-25%



bahan induk Lempung & pasir Batugamping & batulanaw Lempung & pasir



Tanah Inceptisol Inceptisol



Vegetasi Semak belukar Semak belukar



Entisol



Mangrove



Konglomerat & batupasir



Inceptisol



Semak belukar



Batugamping



Inceptisol



Semak belukar



Inceptisol



Hutan primer



Batugamping



Grup landform Aluvial Karst FluvioMarin Tektonik dan Struktural Aluvial Tektonik dan Struktural



Landform Dataran aluvial Plateu karst



5675,53 394,48



Delta laut



156,12



peneplain berombak



5.619,51



Dataran aluvial



7657,39



Perbukitan paralel



7.376,32



4.2 Pembahasan Dari data hasil praktikum di wilayah Kota Kendari di peroleh bentuklahan pada dataran aluvial dengan grup landfomnya aluvial, reliefnya datar, bahan induknya lempung dan pasir, lerengnya 0-3%, dengan vegetasi semak belukar, jenis tanahnya inceptisol dan luas 5675,53 ha. Pada bentuklahan platuekarst dengan grup landfomnya karst, reliefnya bergelombang, bahan induknya batu gamping dan batulanaw, lerengnya 15-25%, dengan vegetasi semak belukar, jenis tanahnya inceptisol dan memiliki luas 394,48 ha. Bentuklahan delta laut dengan grup landfomnya fluvio-marin, reliefnya datar, bahan induknya lempung dan pasir, lerengnya 0-3%, dengan vegetasi mangrover, jenis tanahnya entisol dan memiliki luas 156,12 ha. Pada bentuk lahan penemplain berombak dengan grup landfomnya tektonik dan struktural, reliefnya berombak, bahan induknya konglomerat dan batu pasir, memiliki lereng 3-8%, dengan vegetasi semak belukar, jenis tanahnya inceptisol dan memiliki luas 5.619,51 ha. Pada bentuk lahan dataran aluvial dengan grup landfomnya aluvial, reliefnya datar, bahan



11



Luas(Ha)



12



induknya batugamping, memiliki lereng 0-3%, dengan vegetasi semak belukar, jenis tanahnya inceptisol dan memiliki luas 7.657,39 ha. Pada bentuk lahan perbukitan paralel dengan grup landfomnya tektonik dan struktural, reliefnya berbukit, bahan induknya batugamping, memiliki lereng 15-25%, dengan vegetasi hutan primer, jenis tanahnya inceptisol dan memiliki luas 7.376,32 ha. Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk topografi yang khas dan unik yang disebabkan oleh proses alam dan geologi pada material batuan dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu.



V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa bentuklahan digunakan sebagai satuan analisis yang menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dalam perencanaan pemanfaatan lahan baik dalam skala lokal, regional, maupun nasional. Sehingga di peroleh data bentuklahan pada dataran aluvial dengan grup landfomnya aluvial, reliefnya datar, bahan induknya lempung dan pasir, lerengnya 0-3%, dengan vegetasi semak belukar, jenis tanahnya inceptisol dan luas 5675,53 ha. Pada bentuklahan platuekarst dengan grup landfomnya karst, reliefnya bergelombang, bahan induknya batu gamping dan batulanaw, lerengnya 15-25%, dengan vegetasi semak belukar, jenis tanahnya inceptisol dan memiliki luas 394,48 ha. Bentuklahan delta laut dengan grup landfomnya fluvio-marin, reliefnya datar, bahan induknya lempung dan pasir, lerengnya 0-3%, dengan vegetasi mangrover, jenis tanahnya entisol dan memiliki luas 156,12 ha. Pada bentuk lahan penemplain berombak dengan grup landfomnya tektonik dan struktural, reliefnya berombak, bahan induknya konglomerat dan batu pasir, memiliki lereng 3-8%, dengan vegetasi semak belukar, jenis tanahnya inceptisol dan memiliki luas 5.619,51 ha. Pada bentuk lahan dataran aluvial dengan grup landfomnya aluvial, reliefnya datar, bahan induknya batugamping, memiliki lereng 0-3%, dengan vegetasi semak belukar, jenis tanahnya inceptisol dan memiliki luas 7.657,39 ha. Pada bentuk lahan perbukitan paralel dengan grup landfomnya tektonik dan struktural, reliefnya berbukit, bahan induknya batugamping, memiliki lereng 15-25%, dengan vegetasi hutan primer, jenis tanahnya inceptisol dan memiliki luas 7.376,32 ha. Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk topografi yang khas dan unik yang disebabkan oleh proses alam dan geologi pada material batuan dalam skala ruang dan waktu kronologis tertentu.



13



14



5.2 Saran Saran saya mengenai praktikum ini agar lebih memahami penuntun demi mempermudah dalam melaksanan praktikum harus memahami akan prosedur kerja agar pada saat praktikum dapat melakukan hal yang sesuai dengan prosedur kerja dan mendapatkan data yang sesuai dan relefan.



DAFTAR PUSTAKA Cooke, R.U., 1990. Geomorphology in environmental management: A new introduction, 2 ed. Oxford University Press, New York. Fandeli, C. dan Muhammad. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Farina, A. 2007. Pirncicples and Methods in Landscape Ecology. Chapman & Hall, London. Heru, P., Ashari, A., 2014. Geomofologi Dasar. UNY Press, Yogyakarta. Sunarto. 2005. Ekologi Bentang lahan. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Thornbury, W., 1989. Principle of Geomorphology. Prentice Hall India Private Limited, London. Turner, M.G., Gardner, R.H. and O’Neill, R.V. 2003. Landscape Ecology in Thery and Practice: Pattern and Process. Springer, New York. Van Zuidam, R.A., 1986. Aerial photointerpretation in terrain analysis and geomorphologic mapping. Publisher The Hague, Netherland. Vink. A.P.A. 1983. Landscape ecology and landuse. Longman. London. Wahyudi, 2012. Geologi Lingkungan Kawasan Pesisir. Sosialisasi Geologi Lingkungan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Pesisir Di Jawa Timur Tahun 2012. Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim, (PSKBPI) LPPM-ITS, Malang. Worosuprojo, Suratman. 2004. Ekologi Bentang lahan dan Aplikasinya. Pidato Disampaikan Dalam Rangka Dies Natalis ke-41 Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 1 September 2004 Yogyakarta, 15–16 September 2015 54. Yushardi, 2017. Bahan Ajar Geomorfologi Umum. Universitas Jember, Jember.



15



LAMPIRAN



16