Laporan PBL [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN BELAJAR LAPANGAN (PBL) MAHASISWA DIPLOMA KEBIDANAN TENTANG MASALAH YANG TERJADI MENCAKUP ANC, INC, PNC, BB, DAN KB DI KLINIK NURTINA GINTING DESA BATANG TERAP KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2021



Disusun Oleh :



TRIA LESTARI NIM : 18.31.006



PROGRAM STUDI KEBIDANAN DIPLOMA FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM ANGKATAN XI TAHUN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya laporan hasil kegiatan Praktik Belajar Lapangan (PBL) dengan masyakat di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2021 ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kegiatan PBL ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma Kebidanan di Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam. Selain itu, tujuan pelaksanaan PBL ini adalah untuk melakukan analisa kesehatan sekaligus membuat intervensi masalah kesehatan dan lingkungan berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun pelaksanaan PBL ini terhitung mulai tanggal 22 Maret – 27 Maret 2021. Dalam pelaksanaan kegiatan PBL sampai penyusunan laporan ini, kami mengalami kesulitan. Namun, berkat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangan. Karena itu, sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Johannes Sembiring, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Medistra Lubuk Pakam. 2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Kep, M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam 3. Desideria Yosepha Ginting,S.Si.T,M.Kes, selaku Dekan Fakultas DIII Kebidanan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam. 4. Bd. Nikmah Jalilah, S.ST, M.Tr.Keb, selaku Dosen pembimbing dalam pembuatan laporan PBL



5. Ibu Nurtiana Ginting, selaku



bidan di klinik di desa Batang Terap



Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. 6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan PBL ini yang tidak bisa disebut satu persatu.



Kami menyadari bahwa laporan hasil kegiatan PBL ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Demikian laporan ini dibuat, semoga dapat memberi manfaat dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk penyempurnaan program PBL yang akan datang.



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................ DAFTAR ISI....................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... DAFTAR TABEL.............................................................................................. ABSTRAK.......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN................................................................................... A. Latar Belakang...................................................................................



B. Kompetensi PBL................................................................................ C. Tujuan PBL........................................................................................ D. Manfaat PBL...................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... A. Antenatal Care................................................................................. 1. Pengertian ANC........................................................................... 2. Tanda Kehamilan......................................................................... 3. Tujuan Asuhan Pelayanan ANC.................................................. 4. Standar Asuhan Pelayanan ANC................................................. B. Intranatal Care................................................................................. 1. Pengertian INC............................................................................. 2. Tujuan Asuhan INC..................................................................... 3. Tanda-Tanda Persalinan............................................................... 4. Kala Persalinan............................................................................ 5. Mekanisme Persalinan................................................................. C. Bayi Baru Lahir............................................................................... 1. Pengertian BBL............................................................................ 2. Perubahan Fisiologis BBL........................................................... 3. Asuhan Pelayanan BBL............................................................... 4. Pelayanan Kesehatan BBL........................................................... D. Postnatal Care.................................................................................. A. Pengertian Nifas........................................................................... B. Perubahan Fisiologis Nifas.......................................................... C. Perubahan Psikologis Nifas......................................................... D. Asuhan Pelayanan Nifas.............................................................. E. Keluarga Berencana........................................................................ 1. Pengertian KB.............................................................................. 2. Tujuan Program KB..................................................................... 3. KIE KB........................................................................................ BAB III METODE PENGUMPULAN DATA................................................ A. Distribusi Pelayanan Kebidanan....................................................



1. Antenatal Care............................................................................. 2. Intranatal Care.............................................................................. 3. Bayi Baru Lahir............................................................................ 4. Postnatal Care.............................................................................. 5. Keluarga Berencana.....................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa. Oleh karena itu, melalui pembuatan berbagai progran



kesehatan, pemerintah berupaya keras menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002/200 menunjukan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini menurun pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, angka ini masih tinggi jika di bandingkan dengan AKI di negara tetangga di Asia Tenggara. Angka ini 20-30 kali besar di bandingkan dengan Malaysia dan Singapura. Tingginya AKI di indonesia di pengaruhi 4 terlalu dan 3 terlambat, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan, terlalu banyak, terlambatdalam mencapai fasilitas kesehatan,terlambat mendapat pertolongan, terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan secara berturut-turut, peyebab kematian ibu adalah perdarahan (28%) eklamsi (24%), infeksi (11%), Komplikasi Nifas (8%), emboli (5%), Abortus (5%), Trauma obstetrik (5%) Persalinan macet (partus lama) (5%) dan penyebab lain (11%). Di Indonesia, AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa AKI di Indonesia meningkat menjadi 359/100.000 KH dari sebelumnya tahun 2007 hanya 228/100.000 KH. AKI menunjukkan penurunan menjadi 305/100.000 KH berdasarkan hasil Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015. AKB di Indonesia 32/1.000 KH berdasarkan SDKI 2012. AKB juga menunjukkan penurunan menjadi 22,23/1.000 KH berdasarkan hasil SUPAS pada tahun 2015 (Kemenkes, 2016).



Menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia merupakan tujuan ketiga dalam pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs). Target dalam tujuan ketiga ini antara lain yaitu mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) hingga dibawah 306/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2019 hingga menjadi 70/100.000 KH pada tahun 2030. Angka Kematian Neonatal (AKN) 12/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita (AKBa) 25/1.000 KH pada tahun 2030 ( Kemenkes, 2016 ). Berdasarkan laporan data Dinas Kesehatan Sumatera Utara tahun 2015, AKI di Sumut meningkat menjadi 93/100.000 KH dari tahun sebelumnya 2014 sebesar 75/100.000 KH. Sedangkan pada tahun 2015, AKB mengalami penurunan sedikit menjadi 4,3/1.000 KH dari tahun sebelumnya 2014 sebesar 4,4/1.000 KH. Sementara itu, AKI yang dilaporkan di kota Medan oleh 39 puskesmas pada tahun 2015 berjumlah 6 dan AKB berjumlah 14 (Dinkes Sumut 2015). Sebesar 20% dari proses kehamilan, persalinan dan nifas akan mengalami komplikasi. Komplikasi yang tidak tertangani dapat menyebabkan kematian. Di Sumatera Utara, kematian ibu disebabkan oleh tiga penyebab utama yaitu perdarahan 35,41%, hipertensi dalam kehamilan 20,42% dan infeksi 3,75%. Sedangkan kematian bayi disebabkan oleh BBLR 21,85%, asfiksia 22,13%, kelainan bawaan 6,7%, dan lain-lain (Dinkes Sumut, 2015). Upaya percepatan penurunan AKI dan AKB dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca



persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana (Kemenkes, 2015). Cakupan



pelayanan kesehatan ibu hamil K1 tahun 2015 mengalami



peningkatan yaitu 95,75% dari tahun 2014 sebesar 94,99%. Pada K4 juga mengalami peningkatan dari tahun 2015 menjadi 87,48% dari tahun sebelumnya 2014 sebesar 86,70% (Kemenkes, 2016). Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2015. Namun demikian, terdapat penurunan dari 88,68% pada tahun 2014 menjadi 88,55% pada tahun 2 015 (Kemenkes, 2016). Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Indonesia pada tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 87,06% dari 86,41% pada tahun 2014. Capaian indikator KF3 yang meningkat merupakan hasil dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat termasuk sektor swasta (Kemenkes, 2015). Pelayanan kesehatan pada neonatus dilakukan minimal tiga kali, satu kali pada usia 0-7 hari (KN1) dan dua kali lagi pada usia 8-28 hari (KN3). Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2015 sebesar 83,67%, KN lengkap sebesar 77.31% (Kemenkes, 2015). Keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) diukur dengan beberapa indikator, diantaranya proporsi peserta KB baru menurut metode kontrasepsi, persentase KB aktif terhadap jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Berdasarkan BKKBN 2016, cakupan peserta KB baru adalah sebesar 13,46%. Angka ini lebih rendah dibandingkan capaian tahun 2014 yang sebesar 16,51% (Kemenkes, 2015).



Pada tahun 2012, Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan AKN sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan AKI dan AKN dengan cara : 1) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas /Balkesmas PONED ; dan 2) memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Kemenkes, 2015). Untuk mendukung program pemerintah melalui Kementrian Kesehatan dalam upaya percepatan penurunan AKI dan AKB di Indonesia, salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau Continuity of Care.Continiuty of care adalah pelayanan berkelanjutan mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, hingga Keluarga Berencana (KB). Jika pendekatan intervensi dilakukan maka akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak. Oleh sebab itu melalui pembuatan berbagai program kesehatan, pemerintah berupaya keras menurunkan angka kematian ibu dan bayi contohnya dengan upaya gerakan sayang ibu (GSI). Bidan berperan penting sebagai ujung tombak atau orang yang berada di garis depan karena merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Oleh karena itu bidan senantiasa meningkatkan kompetensinya, salah satunya dengan meningkatkan pemahaman mengenai asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil hingga nifas serta asuhan kebidanan untuk kesehatan bayi. B. Kompetensi PBL 1. Mampu menganalisa data yang ada di Klinik Nurtiana Ginting Perbaungan.



2. Mengumpulkan data sekunder untuk pelaporan. 3. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus dan Akseptor KB meliputi, pengkajian data, merumuskan diagnosa kebidanan, penyusunan rencana tindakan, merencanakan asuhan kebidanan, penatalaksanaan asuhan kebidanan, melakukan evaluasi, dan melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan secara Continuity of Care. 4. Mempresentasikan dan mempertanggungjawabkan laporan PBL dan menyerahkan laporan akhir ke Pembimbing.



C. Tujuan PBL Untuk mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada Ibu Hamil, Ibu Nifas, Ibu Bersalin, Bayi Baru Lahir Dan Akseptor KB serta melakukan intervensi dalam pemecahan masalah yang terjadi di Klinik Nurtiana Ginting Perbaungan.



D. Manfaat PBL 1. Menggambarkan status kesehatan pasien di Klinik Nurtiana Ginting Perbaungan. 2. Melakukan pengidentifikasikasian masalah kesehatan pada Ibu Hamil, Ibu Nifas, Ibu Bersalin, Bayi Baru Lahir Dan Akseptor KB 3. Menentukan prioritas masalah kesehatan yang terjadi dan intervensi yang akan diberikan untuk pmecahan masalah tersebut.. 4. Melakukan program intervensi terhadap setiap permasalahan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antenatal Care (ANC) 1. Pengertian Antenatal Care Antenatal Care merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada wanita selama hamil, misalnya dengan pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta



mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap mengahadapi peran baru sebagai orangtua (Wagiyo & Putrono, 2016). Menurut Depkes RI (2005, dalam Rukiah & Yulianti, 2014) mendefinisikan bahwa pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Pada hakikatnya pemeriksaan kehamilan bersifat preventif care dan



bertujuan mencegah hal-hal yang yang tidak diinginkan bagi ibu dan



janin (Purwaningsih & Fatmawati, 2010) 2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care) Tujuan pemeriksaan kehamilan menurut Kementrian Kesehatan RI (2010) adalah : a. Tujuan Umum Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. b. Tujuan Khusus Tujuan khusus ANC adalah menyediakan pelayanan antenatal yang terpadu, komprehensif, serta berkualitas, memberikan konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian ASI; meminimalkan mendapatkan



“missed



opportunity”



pada



pelayanan



antenatal



terpadu,



ibu



hamil



untuk



komprehensif.dan



berkualitas ; mendeteksi secara dini adanya kelainan atau penyakit yang diderita ibu hamil ; dapat melakukan intervensi yang tepat



tehadap kelainan atau penyakit sedini mungkin pada ibu hamil ; dapat melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan yang sudah ada. Selain itu pemeriksaan kehamilan atau antenatal care juga dapat dijadikan sebagai ajang promosi kesehatan dan pendidikan tentang kehamilan, persalinan, dan persiapan menjadi orang tua (Simpson &Creehan, 2008 dalam Novita, 2011) 3. Manfaat Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care) Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat terhadap ibu dan janinnya, antara lain : 1. Bagi Ibu a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengurangi penyulit masa antepartum; b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jamani dan rohani ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan; c. Dapat meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan dan untuk dapat memberikan ASI; d. Dapat melakukan proses persalinan secara aman. 2. Bagi Janin Sedangkan manfaat untuk janin adalah dapat memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi kejadian prematuritas, kelahiran mati dan berat bayi lahir rendah. 4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan/ANC



Pemeriksaan



kehamilan/ANC



(Antenatal



Care)



sangatlah



dibutuhkan guna memantau kondisi kesahatan ibu dan janinnya. Sehingga diperlukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Menurut Saifudin (2007, dalam Ai Yeyeh & Yulianti, 2014) pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Minimal 1 kali pada trimester ke-1 (kehamilan < 14 minggu); 2. Minimal 1 kali pada trimester ke-2 (kehamilan 14 – 28 minggu); 3. Minimal 2 kali pada trimester ke-3 ( >28 minggu sampai kelahiran). Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2 yaitu paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (Kemenkes, 2012). Selain untuk ibu hamil sebaiknya melakukan kunjungan ANC minimal sebanyak 4 kali, yaitu sebagai berikut : 1) Kunjungan 1/K1 (Trimester 1) K1/ kunjungan baru ibu hamil yaitu ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika ibu hamil mengalami terlambat dating bulan. Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada antenatal care adalah sebagai berikut : a. Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan;



b. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas; c. Mengenali dan mengobati penyakit- penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin; d. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak; e. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari, keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas serta laktasi. Pada kunjungan pertama juga merupakan kesempatan untuk memberikan informasi bagi ibu hamil supaya dapat mengenali factor resiko ibu dan janin. Informasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : i.



Kegiatan fisik yang dapat dilakukan dalam batas normal;



ii.



Kebersihan pribadi khususnya daerah genetalia, karena selama kehamilan akan terjadi peningkatan secret di vagina;



iii.



Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi;



iv.



Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan;



v.



Wanita



perokok



atau



peminum



harus



menghentikan



kebiasaannya. c. Kunjungan 2/K2 (Trimester 2) Pada periode ini, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 28 minggu. Adapun tujuan pemeriksaan kehamilan di



trimester II antara lain : 1. Pengenalan



komplikasi



akibat



kehamilan



dan



pengobatannya; 2. Penapisan pre-eklamsi gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan; 3. Mengulang perencanaan persalinan. d. Kunjungan 3 dan 4/ K3 dan K4 (Trimester 3) Pada periode ini sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dilakukan setiap 2 minggu jika tidak mengalami keluhan yang membahayakan dirinya atau kandungannya. Tujuan kunjungan pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu : 



Mengenali adanya kelainan letak janin;







Memantapkan rencana persalinan;







Mengenali tanda-tanda persalinan. Sedangkan menurut Manuaba (2000, dalam Wagiyo &



Putrono, 2016) mengemukakan bahwa untuk mengetahui perkembangan janin maka pemeriksaan kehamilan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan pertama dapat dilakukan setelah mengetahui adanya



keterlambatan



haid



atau



menstruasi.



Idealnya



pemeriksaan ulang dapat dilakukan pada setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan, kemudian setiap 2 minggu sekali setelah usia kehamilan mencapai 9 bulan sampai pada proses



persalinan. Jadwal tersebut di atas merupakan jadwal pemeriksaan dalam kondisi kehamilan yang normal, karena biasanya penyulit kehamilan baru akan timbul pada tirimester ketiga hingga menjelang akhir kehamilan. Jika kehamilan tidak normal, maka jadwal pemeriksaankehamilan akan disesuaikan dengan kondisi ibu hamil (Purwaningsih & Fatmawati, 2010). 5. Standar Asuhan Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan/ANC Adapun



standar



asuhan



pelayanan



pemeriksaan



kehamilan menurut Wagiyo (2016) adalah sebagai berikut : 1) Timbang Berat Badan (T1) Pengukuran berat badan diwajibkan setiap ibu hamil melakukan kunjungan. Kenaikan berat bada normal pada waktu kehamilan sebesar 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua. 2) Ukur Tekanan darah (T2) Tekanan darah yang normal adalah 110/80 hingga 140/90 mmHg, apabila diketahui tekanan darah ibu hamil melebihi 140/90 mmHg maka perlu diwaspadai adanya preeklamsi. 3) Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3) Merupakan suatu cara untuk mengukur besar rahim dari tulang kemaluan ibu hingga batas pembesaran perut tepatnya pada puncak fundus uteri. Dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui pertumbuhan janin sesuai dengan



usia kehamilan. 4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4) Tablet Fe merupakan tablet penambah darah. Selama masa pertengahan kehamilan, tekanan sistolik dan diastolik menurun 5 hingga 10 mmHg. Hal ini biasa terjadi karena vasodilatasi perifer akibat perubahan hormonal selama kehamilan (Indriyani, 2013). 5) Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (T5) Pemberian imunisasi ini sangat dianjurkan untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus neonatorum. Penyakit tetanus neonatorum yang disebabkan oleh masuknya kuman Clostridium Tetani ke tubuh bayi m erupakan penyakit infeksi yang dapat mengakibatkan kematian bayi dengan gejala panas tinggi, kaku kuduk, dan kejang. Imunisasi TT dianjurkan 2 kali pemberian selama kehamilan, yaitu TT1 diberikan pada kunjungan awal dan TT2 dilakukan pada 4 minggu setelah suntukan TT1(Bartini, 2012). 6) Pemeriksaan Hb (T6) 7) Pemeriksaan VDRL (T7) 8) Perawatan Payudara, senam payudara, dan pijat tekan payudara (T8) 9) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T9) 10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10) Biasanya dokter atau bidan akan memberikan informasi



mengenai rujukan apabila diketahui adanya masalah dalam kehamilan termasuk rencana persalinan. 11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11) 12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12) 13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13) 14) Pemberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria (T14) 6. Tempat Pelayanan ANC Menurut Prasetyawati(2011), pelayanan ANC bisa diperoleh di : 1) Klinik bersalin; 2) Rumah Sakit Bersalin; 3) Dokter Umum dan Puskesmas; 4) Organisasi Sukarela; 5) Bidan; 6) Perawatan mandiri 7. Tenaga Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan / ANC Dalam pelayanan antenatal juga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten seperti dokter, bidan, dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan pelayanan antenatal yang berlaku (Kemenkes RI, 2010)



B. Pengertian Intranatal Care (INC) d. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Bandiyah, 2012). Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Saifuddin, 2013). e. Tahap persalinan Tahap persalinan menurut Prawirohardjo (2012) antara lain : 1. Kala I (kala pembukaan) Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu : a. Fase laten Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif



berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. b. Fase Aktif Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain c. Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. d. Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. e. Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap. 2. Kala II (kala pengeluaran janin) Menurut Prawirohardjo (2012), beberapa tanda



dan gejala



persalinan kala II yaitu : a) Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya kontraksi; b) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, c) Perineum terlihat menonjol; d) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka; e) Peningkatan pengeluaran lendir darah. Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga



terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2012). Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh regangan dan robekan jaringan misalnya pada perineum dan tekanan pada otot skelet perineum. Nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur somatik superfisial dan digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplai oleh saraf pudendus (Mander, 2012). 3. Kala III (kala pengeluaran plasenta) Menurut Prawirohardjo (2012) tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini : a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh (discoit) dan tinggi fundus biasanya



turun



sampai



dibawah



pusat.



Setelah



uterus



berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada di atas pusat (sering kali mengarah ke sisi kanan). b. Tali pusat memanjang



Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda Ahfeld). c. Semburan darah tiba-tiba Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang secara tiba-tiba menandakan darah yang terkumpul diantara melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (maternal portion) keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2012). 4. Kala IV Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai 500 cc. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV antara lain :



a. Intensitas kesadaran penderita b. Pemeriksaan



tanda-tanda



vital:



tekanan



darah,



nadi



dan



pernafasan c. Kontraksi uterus d. Terjadinya perdarahan f. Jenis Persalinan Yang Aman Dilakukan Jenis persalinan yang aman tentu menjadi pertimbangan untuk ibu hamil tua, apalagi bagi mereka yang menginginkan untuk persalinan normal (Prawirohardjo, 2012). 1. Persalinan normal Persalinan normal adalah jenis persalinan dimana bayi lahir melalui vagina, tanpa memakai alat bantu, tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), dan biasanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Kekuatan mengejan ibu, akan mendorong janin kebawah masuk ke rongga panggul. Saat kepala janin memasuki ruang panggul, maka posisi kepala sedikit menekuk menyebabkan dagu dekat dengan dada janin. Posisi janin ini akan memudahkan kepala lolos melalui jalan lahir, yang diikuti dengan beberapa gerakan proses persalinan selanjutnya. Setelah kepala janin keluar, bagian tubuh yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan kedua kaki buah hati anda. 2. Persalinan dengan vakum (ekstrasi vakum) Proses persalinan dengan alat bantu vakum adalah dengan meletakan alat di kepala janin dan dimungkinkan untuk



dilakukan penarikan, tentu dengan sangat hati-hati. Persalinan ini juga disarankan untuk ibu hamil yang mengalami hipertensi. Persalinan vakum bisa dilakukan apabila panggul ibu cukup lebar, ukuran janin tidak terlalu besar, pembukaan sudah sempurna, dan kepala janin sudah masuk ke dalam dasar panggul. 3. Persalinan Dibantu forsep (ekstrasi forsep) Persalinan forsep adalah persalinan yang menggunakan alat bangu yang terbuat dari logam dengan bentuk mirip sendok. Persalinan ini bisa dilakukan pada ibu yang tidak bisa mengejan karena keracunan kehamilan, asma, penyakit jantung atau ibu hamil mengalami darah tinggi. Memang persalinan ini lebih berisiko apabila dibandingkan persalinan dengan



bantuan



vakum. Namun bisa menjadi alternatif apabila persalinan vakum tidak bisa dilakukan, dan anda tidak ingin melakukan persalinan caesar. 4. Persalinan dengan operasi sectio caesarea Persalinan sectio caesarea adalah jenis persalinan yang menjadi solusi akhir, apabila proses persalinan normal dan penggunaan alat bantu sudah tidak lagi bisa dilakukan untuk mengeluarkan janin dari dalam kandungan. Persalinan ini adalah dengan cara mengeluarkan janin dengan cara merobek perut dan rahim, sehingga memungkinkan dilakukan pengambilan janin dari robekan tersebut.



5. Persalinan di dalam air (water birth) Melahirkan di dalam air (water birth) nadalah jenis persalinan dengan menggunakan bantuan air saat proses peralinan. Ketika sudah mengalami pembukaan sempurna, maka ibu hamil masuk ke dalam bak yang berisi air dengan suhu 3637 Celcius. Setelah bayi lahir, maka secara pelan-pelan diangkat dengan tujuan agar tidak merasakan perubahan suhu yang ekstrem.



C. Pengertian PNC Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti



melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010). Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alat- alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu. a) Tahap Masa Nifas Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut: 1. Puerperium Dini Kepulihan dimana



ibu



telah



diperbolehkan



berdiri



dan



berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2. Puerperium Intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Anggraeni, 2010).



b) Perubahan Fisiologi Masa Nifas Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain (Anggraeni, 2010) : 1. Perubahan Sistem Reproduksi a. Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU). b. Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : c. Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium. d. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta



berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum. e. Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke- 14. f. Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”. 2.



Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi



lebih menonjol. 3.



Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.



4. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh. 5. Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. 6. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit,



sehingga



akan



menghentikan



perdarahan.



Ligamen-ligamen,



diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. 7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum. 8. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain : 1. Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium. 2. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus waspada



kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum. 3. Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampsi post partum. 4. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. c) Penyembuhan Luka Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak (Boyle, 2008). Pada ibu yang baru melahirkan, banyak komponen fisik normal pada masa postnatal membutuhkan penyembuhan dengan berbagai tingkat. Pada umumnya, masa nifas cenderung berkaitan dengan proses pengembalian tubuh ibu ke kondisi sebelum hamil, dan banyak proses di antaranya yang berkenaan dengan proses involusi uterus, disertai dengan penyembuhan pada tempat plasenta (luka yang luas) termasuk iskemia dan autolisis. Keberhasilan resolusi tersebut sangat penting untuk kesehatan ibu, tetapi selain dari pedoman nutrisi (yang idealnya seharusnya diberikan selama periode antenatal) dan saran yang mendasar tentang higiene dan gaya hidup, hanya sedikit yang bisa



dilakukan bidan untuk mempengaruhi proses tersebut. a. Fisiologi penyembuhan luka Menurut Smeltzer dan Suzanne (2002) beragam proses seluler yang saling tumpang tindih dan terus menerus memberikan kontribusi terhadap



pemulihan



luka, regenerasi



sel,



proliferasi



sel, dan



pembentukan kolagen. Respon jaringan terhadap cidera melewati beberapa fase yaitu :  Fase inflamasi Respon vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan terpotong atau mengalami cidera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplateler terbentuk dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti



oleh



vasodilatasi



venula.



Mikrosirkulasi



kehilangan



kemampuan vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraseluler. Sehingga histamin dilepaskan yang dapat meningkatkan



permebialitas



kapiler.



Ketika



mikrosirkulasi



mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskuler selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. Sel-sel basal pada pinggir luka mengalami mitosis dan menghasilkan selsel anak yang bermigrasi. Dengan aktivitas ini, enzim proteolitik disekresikan dan menghancurkan bagian dasar bekuan darah. Celah antara kedua sisi luka secara progresif terisi, dan sisinya pada akhirnya saling bertemu dalam 24 sampai 48 jam.







Fase proliferatif Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka, kuncup ini berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida. Banyak vitamin, terutama vitamin C sangat membantu proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.







Fase maturasi Jaringan parut tampak lebih besar, sampai fibrin kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi yang mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya



d) Proses Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka menurut Smeltzer dan Suzanne (2002) yaitu :  Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.  Per Sekunden yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan perprimam. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan



kehilangan



jaringan,



terkontaminasi



atau



terinfeksi.



Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.



 Per Tertiam atau per primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridemen. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari).



D. Bayi Baru Lahir (BBL) 1. Pengertian Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayiyang baru lahir mengalami proses kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan baik (Marmi dkk, 2015). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. (Tando, Naomy Marie, 2016). Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu denganberat badan sekitar 25003000gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm. Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut : 1) Berat badan 2.500-4.000 gram. 2) Panjang badan 48-52. 3) Lingkar dada 30-38.



4) Lingkar kepala 33-35. 5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit. 6) Pernapasan ±40-60 kali/menit. 7) Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup. 8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna. 9) Kuku agak panjang dan lemas. 10) Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan pada laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada. 11) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. 12) Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik. 13) Refleks grap atau menggenggam sudah baik. 14) Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan(Tando,2016). 2. Perubahan Fisiologi BBL A. Perubahan pada sistem pernapasan Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 3060 kali/menit. B. Perubahan sistem Kardiovaskuler



Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir keparu-paru dan ductus arteriosus tertutup. C. Perubahan termoregulasi dan metabolik Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi, konduksi,



dan



radiasi.



Suhu



lingkungan



yang



tidak



baik



akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin (cold injury). D. Perubahan Sistem Neurologis Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas. E. Perubahan Gastrointestinal Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi 50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL. F. Perubahan Ginjal



Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam. G. Perubahan Hati Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah. H. Perubahan Imun Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.



3. Asuhan Pelayanan Bayi Baru Lahir 1. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermi. 2. Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada di mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, jalan napas segera dibersihkan.



3.



Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain atau handuk yang kering, bersih dan halus. Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem, Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang berbau sama.



4. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor menit kelima. Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut : a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat dipotong (oksotosin IU intramuscular) b. Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kea rah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu. c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang



lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT (steril) d. Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci pada sisi lainnya. e. Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi menyusui dini. 5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai menyusui. 6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis kelamin. 7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada



anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B. 8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir. 9. Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari. 10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari kaki). Diantaranya : a. Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal hepatoma. b. Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan tandatanda infeksi. c. Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis, labiopalatoskisis dan reflex isap . d. Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan bentuk telinga.



e. Leher: perumahan terhadap serumen atau simetris. f. Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada tidaknya retraksi. g. Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa, tumor). h. Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau selangkangan. i. Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam skrotum, penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina berlubang dan apakah labia mayora menutupi labio minora. j. Anus: tidak terdapat atresia ani k.



Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili dan syndaktili.(Sondakh,2017).



4. Pelayanan Kesehatan BBL Pelayanan kesehatan neonates menurut kemenkes RI, (2015) adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir. 1. Kunjungan neonatus ke-1 (KN I) dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau tidak, ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada,



pemberian salep mata, vitamin K1, Hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan kehilangan panas bayi. 2. Kunjungan neonatus ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan tanda-tanda bahaya. 3.



Kunjungan neonatus ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai hari ke-28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi badan dan nutrisinya.



E. Keluarga Berencana (KB) 1.



Pengertian Program Keluarga Berencana Program keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur jarak interval kehamilan, merencanakan waktu kelahiran yang tepat dalam kaitanya dengan umur istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. 21 Tujuan umum dari pelayanan kontrasepsi adalah pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan pokok yang diharapkan adalah penurunan angka kelahiran. 21, 22



2.



Visi dan Misi Keluarga Berencana Visi program Keluarga Berencana sangat menekankan pentingnya upaya



menghormati



hak-hak



reproduksi



sebagai



upaya



dalam



meningkatkan kualitas keluarga. Visi tersebut dijabarkan dalam enam misi kesejahteraan, yaitu: 23 a. Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas. b. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga. c. Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. d. Meningkatkan promosi, perlindungan dan upayamewujudkan hak- hak reproduksi. e.



Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesejahteraan



dan



keadilaan



jender



melaluiprogram



Keluarga



Berencana. f. Mempersiapkan



sumber



daya



manusia



yangberkualitas



sejak



pembuahan dalam kandungansampai dengan lanjut manusia. 3. Tujuan Keluarga Berencana Menurut Kemenkes, (2014) tujuan dari program keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi adalah: 21 a. Mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan cara menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP). Pertambahan penduduk yang tidak terkendali akan mengakibatkan kesenjangan bahan pagan kaena perbandingan yang tidak sesuai dengan jumlah penduduk. Hal ini tentunya juga akan diikuti dengan penuran angka kelahiran atau disebut Total Fertility Rate dari 2,78 menjadi 2.0 per wanita pada tahun 2015. b. Mengatur kehamilan dengan cara menunda usia perkawinan hingga



benar-benar matang., menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan. Serta untuk menghentikan kehamilan bila dirasakan telah memiliki cukup anak. c. Membantu dan mengobati kemandulan atau infertilisasi bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun dan ingin memiliki anak tetapi belum mendapat keturunan. d. Sebagai married conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah. Dengan harapan nantinya pasangan tersebut memiliki pengetahuan untuk membentuk keluarga yang sejahtera dan berkualitas. e. Tercapainya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera serta membentuk keluarga yang berkualitas. a) Kontrasepsi Hormonal 1) Pengertian Kontrasepsi Hormonal Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk mengatur banyaknya jumlah kelahiran, sehingga bagi ibu, bayinya, ayah, serta keluarga atau yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebgai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversible untuk mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi hormonal merupakan alat atau obat kontrasepsi yang bahan bakunya mengandung sejumlah hormon kelamin wanita (estrogen dan progresteron), kadar hormon tersebut tidak sama untuk setiap jenisnya. Alat kontrasepsi homonal termasuk dalam jenis meliputi



suntik, pil, dan implan. 2) Kontrasepsi Suntik d. Definisi Kontrasepsi suntik adalah obat yang diberikan dengan cara menyuntikan hormon secara intramuscular. Penyuntikan tersebut diberikan pada musculus gluteus atau musculus deltoideus, saat ini beberapa kontrasepsi hormonal yang dikembangkan dan sudah tersedia, yaitu suntik setiap tiga bulan dan suntik setiap satu bulan. Secara umum kontrasepsi suntik mepunyai tingkat efektivitas yang tinggi angka tingkat



keberhasilanya. Sehingga jarang



dikawatirkan terjadi kelupaan seperti halnya penggunaan kontrasepsi hormonal oral yang diminum setiap hari. Pemakaianyadapat diberikan saat menstruasi atau setelah melahirkan e. Jenis Jenis



kontrasepsi



suntik



diberikan



dalam



tiga



bulan



mengandung 6-alfa-medroxyprogesterone yang dikenal dengan nama DMPA (Depo Medroxy Progerterone Acetate) atau suntik progestin dengan dosis 150 mg. Depoprovera adalah derifatif yang dibuat secara sintetis atau semisintetis yang mempunyai efektivitas tinggi dalam mencegah terjadi ovulasi. KB suntik Cyclofem atau suntik kombinasi merupakan suntikan kombinasi antara 25 mg medroksi progresterone acetate dan 5 mg estradiol sipinoat yang diberikan secara intramuscular sebulan sekali.



f.Efek Samping Efek samping pada kontrasepsi jenis suntik meliputi gangguan siklus haid, amenore, spotting, atau metroragia, depresi, keputihan, jerawat, rambut rontok, perubahan berat badan, pusing atau sakit kepala, mual muntah, perubahan libido atau dorongan seksual, tidak melindungi dari infeksi menular seksual dan HIV/AIDS. g. Cara Penggunaan Penggunaan KB suntik dilakukan tiap tiga bulan sekali untuk suntik progestin dan satu bulan sekali untuk suntik kombinasi. Penyuntikan dilakukan di 1/3 paha luar dengan suntikan IM. Kunjungan ulang dilakukan apabila ada keluhan dan sesuai jadwal suntik satu bulan sekali untuk kombinasi dan tiga bulan sekali untuk suntik progestin. 3) Kontrasepsi Pil a. Definisi Penggunaan KB suntik dilakukan tiap tiga bulan sekali untuk suntik progestin dan satu bulan sekali untuk suntik kombinasi. Penyuntikan dilakukan di 1/3 paha luar dengan suntikan IM. Kunjungan ulang dilakukan apabila ada keluhan dan sesuai jadwal suntik satu bulan sekali untuk kombinasi dan tiga bulan sekali untuk suntik progestin. b. Jenis Pil Kombinasi terdiri dari 28 pil kontrasepsi oral dan setiap



pilnya berisi derivate estrogene atau etilestradiol dan progestine dosis kecil untuk penggunaan satu siklus. Pil kontrasepsi oral ini diminum saat pertama kali haid, selanjutnya setiap pil 1 hari 1 pil selama 28 hari. Pil mini atau pil progestin hanya berisi devirate progestine, noretindron atau norgestrel, dosis kecil, terdiri dari 28 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe pil kombinasi. c. Efek Samping Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Adapun efek samping akibat hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan dan natrium, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), albus (keputihan), hipomenorea. d. Cara Penggunaan Penggunaan kontrasepsi pil dengan cara meminum tiap tablet pil tiap hari pada waktu yang sama. Sehari satu tablet selama 28 hari, kunjungan ulang dilakukan apabila ada keluhan dan sebelum pil



habis supaya stok pil KB tetap tersedia. 4) Kontrasepsi Implan a. Definisi Implan adalah metode kontrasepsi yang dipakai dilengan atas berbentuk silastik (lentur). Berukuran sebesar batang korek api yang ditanam dibawah antara kulit dan daging (otot) sehingga terlihat dari luar menonjol dandapat diraba. Metode alat kontrasepsi implan mengandung



levonogestrel



yang



dibungkus



dalam



kapsul



silasticsilikon dan di susukkan dibawah kulit. Implant adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita. b. Jenis Kontrasepsi Implan 1. Terdiri dari 1 kapsul silastik berisi 68 mg 3-ketodesogestrel dan 66 mg kopolimer EVA (implanon). 2. Terdiri dari 2 kapsul silastik berisi levonogestrel 75 mg. c. Efek Samping Efek samping pada kontrasepsi jenis implan meliputi gangguan siklus haid, ekspulsi implan, perubahan berat badan, jerawat, rasa nyeri (perih, nyeri payudara), pusing (sakit kepala, migran), nyeri perut bagian bawah, kloasma bercak hitam pada wajah, infeksi pada luka insisi, liang senggama terasa kering, perubahan perasaan (depresi). d. Cara Penggunaan Kontrasepsi implan ditanam di bawah lengan atas dengan cara insisi,



perawatan yang dilakukan setelah pemasangan yaitu tetap jaga agar luka kering, hindari mengangkat beban berat, dan menhindari dari infeksi. Implan memiliki jangka waktu penggunaan 3-5 tahun. Kunjungan ulang dilakukan seminggu setelah pemasangan, jadwal pelepasan, apabila ada keluhan, dan minimal satu kali dalam setahun.



BAB III METODE PELAKSANAAN PBL A. Distribusi kunjungan pelayanan kebidanan 1. Antenatal Care Tabel 3.1 Distribusi Ibu Antenatal Care di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan : No 1 2 3 4 5 6 7



Kunjungan KI K II K III K IV TM I TM II TM III



Jumlah



2. Intranatal Care Tabel 3.2 Distribusi Ibu Intranatal Care di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1



Kunjungan Persalinan



Jumlah



3. Bayi Baru Lahir Tabel 3.3 Distribusi Bayi Baru Lahir di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3 4



Kunjungan KN II KN III KN III KN IV



Jumlah



1. Postnatal Care Tabel 3.4 Distribusi Ibu Postnatal Care di Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1



Kunjungan KF I



Jumlah



2 3 4



KF II KF III KF IV



2. Keluarga Berencana Tabel 3.5 Distribusi Ibu Postnatal Care di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3 4



Metode Pil Suntik AKDR AKBK



Jumlah



B. Distribusi Ibu ANC di Klinik Sri Rejeki 1 Batang Kuis Pekan 1. Ibu ANC berdasarkan Usia Tabel 3.6 Distribusi Ibu ANC berdasarkan usia di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Usia 35



Jumlah



2. Ibu ANC Berdasarkan Pendidikan Tabel 3.7 Distribusi Ibu ANC berdasarkan pendidikan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Pendidikan SD/SMP SMA Perguruan Tinggi



Jumlah



3. Ibu ANC Berdasarkan Pekerjaan Tabel 3.8 Distribusi Ibu ANC berdasarkan pekerjaan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan:



No 1 2 3



Pekerjaan IRT Wiraswasta Wirausaha



Jumlah



4. Ibu ANC Berdasarkan Paritas Tabel 3.9 Distribusi Ibu ANC berdasarkan paritas di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Paritas 3



Jumlah



5. Ibu ANC Berdasarkan BB/IMT Tabel 3.10 Distribusi Ibu ANC berdasarkan BB/IMT di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



BB/IMT 65



Jumlah



6. Ibu ANC Berdasarkan Usia Kehamilan Tabel 3.11 Distribusi Ibu ANC berdasarkan usia kehamilan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



BB/IMT 65



Jumlah



7. Ibu ANC Berdasarkan Riwayat Kehamilan



Tabel 3.12 Distribusi Ibu ANC berdasarkan riwayat kehamilan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Riwayat Normal Abnormal



Jumlah



8. Ibu ANC Berdasarkan Riwayat Persalinan Tabel 3.13 Distribusi Ibu ANC berdasarkan riwayat persalinan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Riwayat Normal SC



Jumlah



9. Ibu ANC Berdasarkan pemberian imunisasi TT Tabel 3.14 Distribusi Ibu ANC berdasarkan pemberian imunisasi TT di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Imunisasi TT I TT II



Jumlah



10. Ibu ANC Berdasarkan Pemberian Suplemen Tabel 3.15 Distribusi Ibu ANC berdasarkan pemberian suplemen di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Suplemen Tablet Fe Tablet Kalsium



Jumlah



11. Ibu ANC Berdasarkan Masalah Tabel 3.16 Distribusi Ibu ANC berdasarkan masalah di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1



Masalah Anemia



Jumlah



2 3 4



Hiperemesis Gravidarum Preeklamsi/Eklamsi Hipertensi Gestasional



C. Distribusi Ibu INC di Klinik Sri Rejeki 1 Batang Kuis Pekan 1. Ibu INC berdasarkan Usia Tabel 3.17 Distribusi Ibu INC berdasarkan usia di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Usia 35



Jumlah



2. Ibu INC Berdasarkan Pendidikan Tabel 3.18 Distribusi Ibu INC berdasarkan pendidikan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Pendidikan 35



Jumlah



3. Ibu INC Berdasarkan Pekerjaan Tabel 3.19 Distribusi Ibu INC berdasarkan pekerjaan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Pekerjaan IRT Wiraswasta Wirausaha



Jumlah



4. Ibu INC Berdasarkan Paritas Tabel 3.20 Distribusi Ibu INC berdasarkan paritas di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No



Paritas



Jumlah



1 2 3



3



5. Ibu INC Berdasarkan Usia Kehamilan Tabel 3.21 Distribusi Ibu INC berdasarkan usia kehamilan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



UK Cukup Bulan Kurang Bulan Postdate



Jumlah



5. Ibu ANC Berdasarkan Riwayat Kehamilan Tabel 3.22 Distribusi Ibu ANC berdasarkan riwayat kehamilan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Riwayat Normal Abnormal



Jumlah



6. Ibu INC Berdasarkan Riwayat Persalinan Tabel 3.23 Distribusi Ibu INC berdasarkan riwayat persalinan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Riwayat Normal SC



Jumlah



8. Ibu INC Berdasarkan Masalah Tabel 3.24 Distribusi Ibu ANC berdasarkan masalah di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Masalah KPD Retensio Plasenta Atonia Uteri



Jumlah



D. Distribusi BBL di Klinik Sri Rejeki 1 Batang Kuis Pekan : 1. BBL berdasarkan berat badan Tabel 3.25 Distribusi BBL berdasarkan berat badan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Berat Badan 4000 Gram



Jumlah



2. BBL berdasarkan Panjang Badan Tabel 3.26 Distribusi BBL berdasarkan Panjang Badan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan:



No 1 2 3



Panjang Badan 50 cmi



Jumlah



3. BBL berdasarkan Pemberian Imunisasi Tabel 3.27 Distribusi BBL berdasarkan Pemberian Imunisasi di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan:



No 1 2



Imunisasi HB 0 Dilaksanakan Tidak di Laksanakan



Jumlah



Tabel 3.28 Distribusi BBL berdasarkan Pemberian Imunisasi di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Imunisasi Vit K Dilaksanakan Tidak di Laksanakan



Jumlah



4. BBL Berdasarkan Masalah Tabel 3.29 Distribusi Ibu ANC berdasarkan masalah di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan:



No 1 2 3



Masalah Asfiksia BBLR Infeksi Neonatorum



Jumlah



E. Distribusi Ibu PNC di Klinik Sri Rejeki 1 Batang Kuis Pekan : 1. Ibu PNC Berdasarkan IMD Tabel 3.30 Distribusi PNC berdasarkan IMD di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan : No 1 2



IMD Dilaksanakan Tidak di Laksanakan



Jumlah



2. Ibu PNC Berdasarkan ASI Ekslusif Tabel 3.31 Distribusi PNC berdasarkan ASI Ekslusif di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan : No 1 2



ASI Eksklusif Dilaksanakan Tidak di Laksanakan



Jumlah



3. Ibu PNC Berdasarkan Masalah Tabel 3.32 Distribusi Ibu PNC berdasarkan masalah di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Masalah Infeksi Nifas Bendungan ASI Postpartum Blues



Jumlah



F. Distribusi Akseptor KB di Klinik Sri Rejeki 1 Batang Kuis Pekan : 1. Akseptor KB berdasarkan Usia Tabel 3.33 Distribusi Akseptor KB berdasarkan usia di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Usia 35



Jumlah



2. Akseptor KB Berdasarkan Pendidikan Tabel 3.34 Distribusi Akseptor KB berdasarkan pendidikan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Pendidikan SD/SMP SMA Perguruan Tinggi



Jumlah



3. Akseptor KB Berdasarkan Pekerjaan Tabel 3.35 Distribusi Akseptor KB berdasarkan pekerjaan



di Klinik



Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Pekerjaan IRT Wiraswasta Wirausaha



Jumlah



4. Akseptor KB Berdasarkan Paritas Tabel 3.36 Distribusi Akseptor KB berdasarkan paritas di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Paritas 3



5. Akseptor KB Berdasarkan BB/IMT



Jumlah



Tabel 3.37 Distribusi Akseptor KB berdasarkan BB/IMT di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



BB/IMT 65



Jumlah



6. Akseptor KB Berdasarkan Riwayat Kehamilan Tabel 3.38 Distribusi Akseptor KB berdasarkan riwayat kehamilan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Riwayat Normal Abnormal



Jumlah



7. Akseptor KB Berdasarkan Riwayat Persalinan Tabel 3.39 Distribusi Akseptor KB berdasarkan riwayat persalinan di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2



Riwayat Normal SC



Jumlah



8. Akseptor KB Berdasarkan Masalah Tabel 3.40 Distribusi Akseptor KB berdasarkan masalah di Klinik Nurtiana Ginting Desa Batang Terap Kecamatan Perbaungan: No 1 2 3



Masalah Amenorea Poliamenorea Obesitas



Jumlah