Laporan Pendahuluan Dan Askep Hemoroid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SISTEM PENCERNAAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HAEMORROID (Dosen Pembimbing: Dewi Nurhanifah, Ns., M. Kep )



Disusun Oleh : KELOMPOK 1V M. Rizali Fahmi



15142013019



M. Taufikurrahman 15142013020 Hairesnita



15142013021



Jamjami



15142013022



Kiki Maria



15142013023



M. Khafiz



15142013024



Nur azizah



15142013065



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS B BANJARMASIN 2015/2016 1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang



Alhamdulillah



PENCERNAAN



tepat



pada



LAPORAN



waktunya



yang



PENDAHULUAN



berjudul



“SISTEM



DAN



ASUHAN



KEPERAWATAN PENYAKIT HAEMORROID”. Makalah ini berisikan tentang Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Penyakit Heamorroid. Di harapkan Makalah ini dapat membantu kita semua dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengidap Penyakit Heamorroid. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala urusan kita. Aamii..



Banjarmasin, November 2015



Penyusun



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR



..........................................................



iii



DAFTAR ISI



..........................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar



belakang



................................................................................. B. Rumusan



1 Masalah



.................................................................................. 1 C. Tujuan ................................................................... ............... D. Manfaat



2



...............



2



...................................................................



BAB II KONSEP TEORI A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.



Pengertian Etiologi Patofisiologi Manifestasi Klinik Klasifikasi Faktor Risiko Pemeriksaan Diagnostik Penatalaksanaan Komplikasi Pohon Masalah



...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ......................................................



3 4 4 7 7 9 10 11 13 14



BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID A. B. C. D. E.



Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan Pemeriksaan Fisik Diagnosa Keperawatan Analisa Data



...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ......................................................



15 16 17 19 20 3



F. Diagnosa Keperawatan ...................................................... G. Rencana Tindakan Keperawatan ...................................................... H. Catatan Perkembangan (Evaluasi) ......................................................



23 24 27



BAB IV A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA



...................................................... ......................................................



29 29



4



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Sistem pencernaan merupakan sistem yang sangat penting bagi manusia karena sistem pencernaan menyerap vitamin, nutrisi, mineral, lemak, protein dan karbohidrat yang sangat dibutuhkan tubuh manusia untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk di asimilasi oleh tubuh, saluran pencernaan secara garis besar terdiri dari : mulut, faring, esophagus, lambung, usus besar dan usus halus. Karena proses panjang saluran pencernaan, maka terdapat berbagai macam penyakit yang sering timbul pada organ organ pencernaan tersebut salah satunya adalah haemorroid. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan konsep penyakit Haemorroid? 2 Bagaimana sistem asuhan keperawatan pada penyakit Haemorroid ? 3 Bagaiman penatalaksanaan penyakit haemorroid ?



1



C.Tujuan 1. Untuk mengetahui salah satu penyakit gangguan saluran pencernaan yaitu Haemorroid. 2. Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Haemorroid.



D. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang salah satu penyakit gangguan saluran pencernaan yaitu haemorroid.



2



BAB II KONSEP TEORI



A. Pengertian Menurut Daldiyono hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar. Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales ( bacon) (Kapita Selekta Kedokteran). Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik ( Buku Ajar Ilmu Bedah) Hemoroid adalah dilatasi varikosus vena pleksus hemoroidalis inferior atau superior, akibat peningkatan tekanan vena yang persisten ( Kamus Kedokteran Dorland) Hemoroid adalah bagian vena yang berdolatasi kanal anal. Hemoroid dibagi menjadi 2, yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis suparior dan media dan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai dengan istilah yang digunakan, maka hemoroid eksterna timbul disebelah luar otot



3



sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam sfingter. (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah). Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. Hanya apabila hemoroid ini menyebabkan



keluhan



atau



penyulit



diperlukan



tindakan(R.



Sjamsuhidayat, wim de jong). Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis. Walaupun kondisi ini merupakan suatu kondisi fisiologis, tetapi karena sering menyebabkan keluhan pada pasien sehingga memberikan manifestasi untuk diberikan intervensi. Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir dan ambeien. Sesuai tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. B. Etiologi Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk peradangan pada usus, seperti pada kondisi kolitis ulseratif atau penyakit Crohn, konstipasi, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, konsumsi makanan rendah serat, obesitas, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam system portal. Selain itu system portal tidak mempunyai katup sehingga mudah terjadi aliran balik. C. Patofisiologi Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke 4



derah anorektal dan elevasi yang tekanan yang berulang-ulang mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prolaps. Sebagian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous return. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari otot sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid, mungkin melalui mekanisme yang sama. Penurunan venous return dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet (atau saat membaca) ditakini menyebabkan penurunan relatif venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet), mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang memfasilitasi prolaps. Melemahnya struktur pendukung sudah dapat terjadi pada awal dekade ketiga (Thornton, 2009). Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab dalam pembentukan hemoroid. Kondisi ini mungkin benar, mungkin juga tidak (Johanson, 1994). Pasien yang melaporkan hemoroid memiliki tonus kanal istirahat



lebih



tinggi



dari



biasanya.



Tonus



istirahat



setelah



hemorrhoidektomi lebih rendah daripada sebelum prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalahmekanisme aksi dilatasi (Gibbons, 1988). Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya dengan hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan hipertensi portal biasanya bersifat masif (Hosking, 1989). Varises anorektal merupakan kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di midrektum, di antara sistem portal dan vena inferior rectal.



5



Varises terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis, dan mereka jarang mengalami perdarahan (Chawla, 1991). Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid internal tidak menyebabkan sakit karena berada di atas garis dentate dan tidak ada inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan, prolaps, dan sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitive kulit perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan menyebabkan spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan ketidaknyamanan sekitar anus (Duthie, 1960). Hemoroid internal juga dapat menyebabkan rasa sakit akut ketika terjadi inkarserata atau strangulasi (Dodi, 1986). Kondisi strangulasi dengan nekrosis dapat menyebabkan ketidaknyamanan lebih mendalam. Ketika kondisi ini terjadi, sering menyebabkan kejang sfingter eksternal seiring dengan thrombosis. Thrombosis eksternal menyebabkan nyeri akut. Hemoroid internal yang paling sering menyebabkan perdarahan tanpa rasa sakit pada saat buang air besar. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras dan vena



mengalami



rupture.



Dengan



meningginya



spasme



sfingter,



perdarahan dapat bersifat muncrat. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, mungkin hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan tang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah arteri”. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid internal dapat mendepositkan lender ke jaringan perianal. Lender pada feses dapat menyebabkan dermatitis local, yang disebut pruritus ani. Hemoroid eksternal menyebabkan gejala dalam dua cara. Pertama, thrombosis akut yang mendasari vena hemoroid eksternal dapat terjadi. Thrombosis akut biasanya berkaitan dengan peristiwa tertentu, seperti tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare, atau perubahan dalam diet. 6



Nyeri dari inervasi saraf oleh adanya distensi dan edema. Rasa sakit berlangsung selama 7-14 hari sesuai dengan resolusi thrombosis. Kondisi hemoroid eksternal memberikan manifestasi kurang hygienis akibat kelembaban dan rangsangan akumulasi mucus. Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan cirri hemoroid yang mengalami prolaps menetap. D. Manifestasi Klinik Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps. E. Klasifikasi Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu : 1. Hemoroid Interna Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna. Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir. Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat : a. Stadium I Hemoroid interna dengan perdarahan segar tanpa nyeri pada waktu defekasi. b. Stadium II Hemoroid interna yang menyebabkan perdarahan dan mengalami prolaps pada saat mengedan ringan, tetapi dapat masuk kembali secara spontan. c. Stadium III



7



Hemoroid interna yang mengalami perdarahan dan disertai prolaps dan diperlukan intervensi manual memasukkan ke dalam kanalis. d. Stadium IV Hemoroid interna yang yang tidak kembali ke dalam atau berada terus-menerus di luar. Stadium Berdarah



Menonjo



Reposisi



l I



(+)



(-)



(-)



II



(+)



(+)



Spontan



III



(+)



(+)



Manual



IV



(+)



tetap



Tidak dapat



2. Hemoroid eksterna Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal. Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu: a. Akut Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah: 1) Sering rasa sakit dan nyeri 2) Rasa gatal pada daerah hemorid Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit . b. Kronik Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.



8



F. Faktor Risiko Faktor resiko hemoroid : 1. Keturunan Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis 2. Anatomic Vena darah anorektal tidak mempunyai



katup



dan



plexus



hemorhoidalis kurang mendapat sokongan otot dan fasi sekitarnya 3. Pekerjaan Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat, mempunyai predisposisi untuk hemoroid 4. Umur Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis 5. Endokrin Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon kelaksin) 6. Mekanis Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga perut. Misalnya penderita hipertrofi prostat 7. Fisiologis Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio hordis atau sikrosis hepatis 8. Radang Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang.



G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan adanya anemia. 2. Pemeriksaan Colok Dubur Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. 9



Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 3. Pemeriksaan Anoskopi Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. 4. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar.



H. Penatalaksanaan 1. Non-farmakologi Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan memperbaiki cara defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola atau cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Makanan berserat akan menyebabkan gumpalan isi usus besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari dengan larutan



10



kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air). Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan. 2. Farmakologi Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu: a. Obat yang memperbaiki defekasi Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara lain kentut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine, dulcolax, dll). b. Obat simptomatik Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu. Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct. c. Obat penghenti perdarahan Perdarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah. d. Obat penyembuh dan pencegah serangan Menggunakan Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps. 11



3. Tindakan Operatif Indikasi tindakan operatif pada pasien hemoroid adalah penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV, Perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana, Hemoroid derajat IV dengan thrombus dan nyeri hebat. Penderita hemoroid eksterna juga diberikan terapi bedah karena hemoroid eksterna sudah tidak bisa ditangani dengan tindakan konservatif. Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa. I. Komplikasi 2. Terjadi trombosis Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis. 3. Peradangan Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman kumannya. 4. Terjadinya perdarahan Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat 12



menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/ terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.



J. Pohon Masalah Konsumsi makanan rendah serat Feses kecil dan mengejan selama BAB Peningkatan vena portal



Terlalu lama duduk di Kehamilan Peradangan pada usus, toilet (atau saat , obesitas seperti kolitis ulseratif membaca) atau penyakit Crohn Penurunan relatif Peningkatan venous return di frekuensi daerah perianal BAB Melemahnya Pelebaran dari Seringnya struktur pendukung vena-vena di penggunaan dan memfasilitasi dalam pleksus otot-otot prolaps hemoroidalis perianal Resiko Kondisi Hemoroid kerusakan penuaan integritas kulit Anoreksia Peradangan pada Kompresi Nyeri pleksus saraf lokal Intake hemoroidalis nutrisi tidak Perdarah Rupture Prolaps adekuat an anus vena pleksus Risiko feses keluar ketidakseim Intoleran berdarah anus bangan Anemia si nutrisi aktivitas kurang dari kebutuhan Risiko Interveni Intervensi bedah Gangguan Respons infeksi hemoroidektomi psikologis skleroterapi defekasi Port de Respons Preoperatif Ansietas, entree 13 kurang serabut lokal pengetahuan



Luka pasca bedah



BAB III Kerusakan Pascab jaringan lunakDASARedah KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN pascabedah “HEMOROID”



A. Pengkajian 1. Identitas Klien Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. 2. Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi. 3. Riwayat Penyakit sekarang Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali. Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis. 5. Riwayat Penyakit Keluarga Biasanya apabila ada anggota keluarga yang menderita hemoroid maka anggota keluarga yang lain juga akan berisiko untuk menderita hemoroid karena berhubungan dengan dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis yang diturunkan.



B. Pola Fungsi Kesehatan 1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Terjadi pada individu dan keluarga yang kurang memperhatikan pola hidup dan pola atau cara defekasi (terlalu kuat mengedan). 2. Pola Nutrisi



14



Pada klien dengan hemoroid kurang memperhatikan pola makan dan minum (kurang makanan yang berserat). 3. Pola Istirahat dan Tidur Pada klien dengan hemoroid istirahat dan tidur kemungkinan terganggu dan terjadi perubahan pola tidur karena terasa nyeri pada anus saat tidur. 4. Pola Aktivitas dan Latihan Pada klien dengan hemoroid aktivitas klien sedikit terganggu karena adanya nyeri pada anusnya, kelemahan dan kelelahan. 5. Pola Eliminasi Pada klien dengan hemoroid akan mengalami gangguan pola eliminasi (defekasi). 6. Pola Koping dan Stres Keluarga adalah support bagi klien, keluarga klien berusaha menyelesailkan masalah kesehatan yang dialaminya dengan cara membawa ke tempat pelayanan kesehatan.



C. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum Kesadaran TTV : TD : Normal / meningkat N : Normal / meningkat RR : Normal / meningkat Temp : Normal / meningkat 2. Data Fokus Inspeksi : Ada benjolan pada daerah anus. 15



Palpasi : Nyeri tekan pada bagian anus Perkusi : Auskultasi : D. Analisa Data No . 1.



2.



Data DS : biasanya klien merasa



Gangguan rasa



nyeri pada daerah



jaringan,



nyaman (nyeri)



anusnya.



pelebaran vena



DO :



hemorrhoidalis,







adanya massa



Klien tampak meringis P : nyeri saat BAB Q : nyeri seperti di



tusuk-tusuk R : nyeri di daerah anus S : skala nyei 3 (0-5) T : sewaktu-waktu. DS : biasanya klien merasa DO :  Klien hanya berbaring 



di tempat tidur Klien terlihat lemah,







pucat Aktivitas klien dibantu



keluarga. DS : biasanya klien sering bertanya tentang keadaannya. DO :  Klien terlihat gelisah 



Problem



Iritasi kulit /



badannya lemah.



3.



Etiologi



dan khawatir Klien terlihat cemas.



anal, respons pembedahan.



Kelemahan



Intoleransi



umum sekunder



aktivitas



dari anemia.



Faktor



Ansietas



psikologis, prognosis penyakit, rencana pembedahan, kurang informasi tentang perawatan di



4.



DS : biasanya klien



rumah Intake makanan



Resiko tinggi



16



mengatakan kurang nafsu makan. DO :  BB klien menurun  Klien terlihat lemah  Badan klien sangat 5.



kurus. DS : biasanya klien



yang kurang



ketidakseimbanga



adekuat,



n nutrisi kurang



pecahnya vena



dari kebutuhan



pleksus



tubuh



hemorrhoidalis Port de entree



Resiko tinggi



mengatakan luka post-



luka pasca



infeksi



op nya memerah.



bedah,



DO : pertahanan  Luka terlihat merah  Terdapatnya tanda-tanda primer tidak adekuat. infeksi : rubor, dolor, kalor, tumor, function 6.



laesa. DS : biasanya klien



Iritasi pada



Resiko kerusakan



mengeluh nyeri, gatal



ujung-ujung



integritas kulit



pada bagian anusnya. DO :  Klien terlihat meringis  Terlihat lecet dan



saraf, gatal.



kebiru-biruan pada anus klien.



E. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iritasi kulit / jaringan, pelebaran vena hemorrhoidalis, adanya massa anal, respons pembedahan. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum sekunder dari anemia. 3. Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, prognosis penyakit, rencana pembedahan, kurang informasi tentang perawatan di rumah. 4. Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat, pecahnya vena pleksus hemorrhoidalis.



17



5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port de entree luka pasca bedah, pertahanan primer tidak adekuat. 6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada ujung-ujung saraf, gatal.



F. Rencana Tindakan Keperawatan No. 1.



Diagnosa



Tujuan dan



Intervensi



Rasional



Gangguan



Kriteria Hasil Setelah 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk



rasa nyaman



dilakukan



mengetahui



(nyeri)



tindakan



tingkat nyeri klien



berhubungan



keperawatan



sehingga dapat



dengan iritasi



selama 1x24



memberikan



kulit /



jam diharapkan



jaringan,



gangguan rasa



pelebaran



nyaman (nyeri)



vena



dapat teratasi /



hemorrhoidali



berkurang



s, adanya



dengan kriteria :



massa anal,







Nyeri klien







berkurang Klien tidak



respons pembedahan.



meringis 



lagi Klien terlihat







tenang Skala nyeri 0.



2. Anjurkan tehnik relaksasi untuk menurunkan ketegangan otot .



intervensi lebih lanjut. 2. Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2



3. Ajarkan metode



akan terpenuhi



distraksi selama



sehingga akan



nyeri.



menguranggi



4. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.



nyeri. 3. Mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenangkan. 4. Analgetik memblok lintas 18



nyeri sehingga nyeri akan 2.



Intoleransi



Setelah



aktivitas



dilakukan



respon klien



mengetahui



berhubungan



tindakan



dalam



sejauh mana



dengan



keperawatan



beraktivitas



aktivitas yang



kelemahan



selama 3x24



umum



jam diharapkan



sekunder dari



intoleransi



anemia.



aktivitas dapat teratasi / berkurang dengan kriteria : 



1. Observasi



berkurang 1. Untuuk



dapat dilakukan 2. Tingkatkan aktivitas secara bertahap 3. Bantu klien dalam beraktivitas



klien 2. Melatih otot klien agar tidak lemah 3. Agar energy klien tidak terbuang sia-sia.



Klien dapat beraktivitas







sendiri Kliendapat bengun dari







tempat tidur Klien tidak terlihat lemah dan pucat lagi.



3.



Ansietas



Setelah



1. Kaji tingkat



berhubungan



dilakukan



kecemasan



pedoman untuk



dengan faktor



tindakan



klien.



memberikan



psikologis,



keperawatan



prognosis



selama 1 jam



penyakit,



diharapkan



rencana



ansietas dapat



pembedahan,



teratasi /



kurang



berkurang



2. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit yang di derita. 3. Kaji ulang



1. Dapat menjadi



intervensi. 2. Mengetahui seberapa jauh pengetahuan klien tentang penyakitnya. 19



informasi



dengan kriteria :



patologi



tentang







Klien tidak



prognosa dan



untuk



harapan klien



memberikan







gelisah lagi Klien tidak



yang akan



informasi dan



khawatir



datang.



motivasi sehingga



perawatan di rumah.



dan cemas lagi.



4. Beri dukungan kepada klien



3. Dapat membantu



cemas klien berkurang. 4. Klien merasa di perhatikan



5. Beri pengertian pada klien bahwa penyakit yang di derita pasti akan sembuh. 4.



Resiko tinggi



Setelah



ketidakseimba dilakukan



1. Timbang BB klien.



sehingga termotivasi untuk sembuh. 5. Klien akan merasa tenang menghadapi penyakit yang di deritanya. 1. Menimbang merupakan



ngan nutrisi



tindakan



langkah untuk



kurang dari



keperawatan



mengetahui



kebutuhan



selama 3x24



tubuh



jam diharapkan



berhubungan



ketidakseimban



dengan intake



gan nutrisi



makanan yang kurang dari



2. Monitor input dan ouput.



kecukupan nutrisi klien. 2. Intake dan output yang seimbang



3. Berikan



kurang



kebutuhan



makanan sedikit



adekuat,



tubuh dapat



tapi sering.



pecahnya



teratasi /



vena pleksus



berkurang



hemorrhoidali



dengan kriteria :



s.







dapat meningkatkan BB. 3. Supaya klien berselera dan mau makan sehingga



4. Sajikan



nutrisi terpenuhi,



Nafsu



makanan dalam



sedikit tapi sering



nmakan



keadaan hangat.



agar klien tidak 20



klien



mual dan muntah. 4. Supaya klien







meningkat BB



5. Jelaskan kepada







meningkat Badan klien



pentingnya



klien akan



tidak lemas



nutrisi bagi



lagi.



klien.



berselera makan sehingga nutrisinya terpenuhi. 5. Klien akan mengerti dan berusaha untuk meningkatkan masukan nutrisi



5.



Resiko tinggi



Setelah



infeksi



dilakukan



sebelum dan



berhubungan



tindakan



sesudah



dengan port



keperawatan



melakukan



de entree luka



selama 2x24



pasca bedah,



jam diharapkan



pertahanan



infeksi dapat



primer tidak



teratasi /



adekuat.



berkurang dengan kriteria : 



1. Cuci tangan



tindakan . 2. Lakukan



silang.



2. Mencegah mikroorganisme



perawatan



berkembang biak



dengan tehnik



di daerah luka.



aseptic dan septic. 3. Observasi TTV.



3. Mengidentifikasi bila ada gejalagejala infeksi. 4. Mencegah



Tidak terdapatnya



klien. 1. Menecah infeksi



4. Awasi/ batasi



tanda-tanda



pengunjung bila



infeksi



perlu jelaskan



kontaminasi silang.



prosedur isolasi terhadap pengunjung. 5. Kolaborasi



5. Mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan



dengan tim medis dalam pemberian



21



6.



antibiotic. 1. Kaji keadaan



Resiko



Setelah



kerusakan



dilakukan



kulit.



1. Dapat mengetahui apakah adanya



integritas kulit tindakan



kerusakan



berhubungan



keperawatan



integritas kulit



dengan iritasi



selama 2x24



sehingga dapat



pada ujung-



jam diharapkan



memberikan



ujung saraf,



kerusakan



gatal.



integritas kulit dapat teratasi /



2. Pertahankan tempat tidur tetap kering.



selanjutnya. 2. Dapat memperlancar



berkurang



saluran sirkulasi



dengan kriteria : 



intervensi



Lecet dan



3. Ajarkan kepada



kebiruan



klien untuk



pada anus



menjaga



berkurang/hi



kebersiahan atau



lang.



personal hygiene pada daerah sekitar rectum dan perineum. 4. Berikan salep



darah dan mencegah lesi pada daerah yang tertekan.. 3. Hygiene yang terjaga mencegah terjadinya kerusakan integritas jaringan.



pelumas atau bedak pada daerah rectum dan perineum.



4. Pemberian salep atau bedak dapat menguranggi resiko lecet.



G. Catatan Keperawatan (Implementasi) No. 1.



Hari/



No.



Tgl



Dx. 1.



Jam



Implementasi



Paraf



1. Mengkaji tingkat nyeri 2. Menganjurkan tehnik relaksasi untuk



22



menurunkan ketegangan otot . 3. Mengajarkan metode distraksi selama nyeri. 4. Berkolaborasi dalam pemberian 2.



3.



2.



3.



analgetik. 1. Mengobservasi respon klien dalam 2. 3. 1. 2.



beraktivitas Meningkatkan aktivitas secara bertahap Membantu klien dalam beraktivitas Mengkaji tingkat kecemasan klien. Mengkaji tingkat pengetahuan klien



tentang penyakit yang di derita. 3. Mengkaji ulang patologi prognosa dan harapan klien yang akan dating. 4. Memberi dukungan kepada klien 5. Memberi pengertian pada klien bahwa penyakit yang di derita pasti akan 4.



4.



sembuh. 1. Menimbang BB klien. 2. Memonitor input dan ouput. 3. Memberikan makanan sedikit tapi sering. 4. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat. 5. Menjelaskan kepada klien akan



5.



5.



pentingnya nutrisi bagi klien. 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan . 2. Melakukan perawatan dengan tehnik aseptic dan septic. 3. Mengobservasi TTV. 4. Mengawasi/ batasi pengunjung bila perlu jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung. 5. Berkolaborasi dengan tim medis dalam



6.



6.



pemberian antibiotic. 1. Mengkaji keadaan kulit. 2. Mempertahankan tempat tidur tetap kering 3. Mengajarkan kepada klien untuk 23



menjaga kebersiahan atau personal hygiene pada daerah sekitar rectum dan perineum. 4. Memberikan salep pelumas atau bedak pada daerah rectum dan perineum.



H. Catatan Perkembangan (Evaluasi) No. 1.



Hari/



No.



Tgl



Dx. 1.



Jam



Evaluasi (SOAP)



Paraf



S : Biasanya klien mengatakan tidak nyeri lagi pada daerah anusnya. O : Klien tidak meringis lagi, skala nyei 0



2.



2.



A : Masalah nyeri teratasi P : Hentikan intervensi S : biasanya klien merasa badan tidak



24



lemah lagi O : Klien dapat beraktivitas sendiri, klien dapat bangun dari tempat tidur, klien



3.



3.



tidak terlihat lemah dan pucat lagi. A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi P : Hentikan intervensi S : biasanya klien tidak bertanya lagi tentang keadaannya. O : Klien tidak terlihat gelisah dan khawatir lagi, klien tidak terlihat cemas



4.



4.



lagi. A : Masalah ansietas teratasi P : Hentikan intervensi S : biasanya klien mengatakan nafsu makannya meningkat O : BB klien meningkat, klien terlihat segar. A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi



5.



5.



teratasi P : Hentikan intervensi S : biasanya klien mengatakan luka post-op nya kering. O : Luka terlihat kering, tidak terdapatnya tanda-tanda infeksi : rubor, dolor, kalor,



6.



6.



tumor, function laesa. A : Masalah infeksi teratasi P : Hentikan intervensi S : biasanya klien mengatakan tidak lagi nyeri, gatal pada bagian anusnya. O : Klien tidak meringis, tidak terlihat lecet dan kebiru-biruan pada anus klien. A : Masalah kerusakan integritas kulit teratasi P : Hentikan intervensi



25



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Hemorroid adalah varises vena eksternal dan atau internal dari kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan pada vena anorektal. Hemorroid adalah pelebaran (dilatasi) vena pada anus maupun rektal. Hemoroid atau “wasir” merupakan vena varikosa pada kanalis dan dibagi menjadi 2 jenis yaitu, hemorroid interna dan eksterna. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Hemoroid atau wasir memang menjadi momok bagi sebagian orang yang menderitanya. B. Saran Hemorrhoid dapat terjadi disemua umur baik itu laki-laki maupun perempuan maka jagalah aktivitas dan menu makan yang sehat.



26



DAFTAR PUSTAKA



Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika. Campbell, Reece, Mitchel. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit; alih bahasa, Brahm U. Pendit, dkk; editor edisis bahasa Indonesia, Huriawan Hertanto, dkk. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sinaga, E. dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Medan: UNIMED Press



27