14 0 73 KB
LAPORAN PENDAHULUAN A. Tinjauan Medis 1. Pengertian Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh. (Saryono & Widianto, 2011) Eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran pembersihan
dan
penyisihan.
Dalam
bidang
kesehatan
eliminasi adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang berupa urine maupun fekal. Eliminasi urine adalah keadaan dimana seorang invidu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan elimasi urine akan dilakukan katerisasi urine, yaitu tindakan memasukkan selang kateter kedalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine. (Saryono & Widianti, 2011) Eliminasi fekal adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko tinggi mengalami statis pada usus besar mengakibatkan jarang buang air besar, keras feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah,
baik
huknah
tinggi
maupun
huknah
rendah.
Memasukkan cairan hangat melalui anus sampai kekolon desenden dengan menggunakan kanul reksi 2. Etiologi a. Gangguan eliminasi urin 1. Intakake cairan jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine dan defekasi. Seperti protein dalam sodium memengaruhi jumlah
urine
yang
keluar,
kopi
meningkatkan
pembentukkan urine intake cairan dan kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak 2. Aktivitas Aktivitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak
berfungsi.
Aktivitas
yang
lebih
berantakan
memengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh. 3. Obstruksi : batu ginjal, pertumbuhan jaringan yang abnormal, struktur uretra. 4. Stress psikologi Meningkatkan stress seseorang dapat meningkatkan frekuensi
keinginan
berkemih.
Hal
ini
karena
meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatkan jumlah urine yang diproduksi 5. Gaya hidup Banyak segi gaya hidup memengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat memengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat memengaruhi tingkah laku. 6. Penyakit : pembesaran kelenjar prostat 7. Trauma sumsum tulang belakang 8. Operasi pada abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, uretra. 9. Kondisi patologis
Saat seseorang dalam kondisi sakit, produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit. b. Gangguan eliminasi fekal 1. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna Makanan adalah faktor utama yang memengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, pentingya untuk memperbesar volume feses. 2. Asupan cairan Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses lebih keras. Ini karena jumlah absorpsi cairan dikolon meningkat. 3. Tonos otot Tonus otot terutama abdomen yang ditunjang dengan aktivitas yang cukup akan membantu defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan materi feses bergerak disepanjang kolon. 4. Faktor psikologis Perasaan
cemas
peristaltic
atau
atau
takut
motilitas
akan
usus
mempengaruhi
sehingga
dapat
menyebabkan diare 5. Pengobatan Beberapa jenis obat dapat menimbulkan efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat melakukan feses dan meningkatkan peristaltic. Akan tetapi, jika digunakan dalam
waktu
lama,
kedua
oabat
tersebut
dapat
menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi kurang responsive terhadap stimulus laksatif. Obat-obat lain yang dapat menganggu pola defakasi antara lain: analgesic narkotik, opiate dan anti kolinergik
6. Penyakit Beberapa penyakit pencernaan dapat menyebabkan diare atau konstipasi. 7. Gaya hidup Aktivitas harian yang bisa dilakukan, bowel training pada saat kanak-kanak, atau kebiasaan menahan buang air besar. 8. Aktivitas fisik Orang
yang
banyak
bergerak
akan
memengaruhi
mobilitas usus 9. Posisi Selama defekasi posisi jongkok merupakan posisi paling untuk defaksi. Posisi tersebut memungkinkan individu menggerakkan mengerutkan
tekanan otot
yang
pahanya
terabdomen
sehingga
dan
memudahkan
proses defakasi. 10. Kehamilan Konstipasi adalah masalah umum ditemui pada trimester akhit kehamilan. Seiring bertambahnya usia kehamilan, ukuran janin dapat menyebabkan obstruksi yang akan menghambat pengeluaran feses. Akibatnya, ibu hamil sering kali mengalami hemoroid permanen karena seringnya mengedan saat defekasi. 3. Masalah kebutuhan eliminasi a. Eliminasi urine Retensi urine adalah penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat
ketidakmampuan
kandung
kemih
mengosongkan isinya. Dengan demikian menyebabkan
untuk
distensi vesika urinaria atau retensi urine dapat pula merupakan keadaan seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Kandungan urine normal dalam vesika (Hidayat aliyah, 2014). Tanda-tanda Klinis 1) Ketidaknyamanan daerah pubis 2) Distensi vestika urinaria 3) Ketidak sanggupan untuk berkemih 4) Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50ml) 5) Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluaran dengan asupannya 6) Meningkatkan
keresahan
dan
keinginan
untuk
berkemih 7) Adanya
urine
sebanyak
3.000-4.000
ml
dalam
kandung kemih Penyebab 1) Operasi pada daerah abdomen bawah, pervis vesika urinaria 2) Trauma sumsum tulang belakang 3) Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot destrusor yang lemah 4) Sfingter yang kuat 5) Sumbatan (struktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)
b. Eliminasi fekal 1. Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras atau keluarnya tinja terlalu kering. 2. Tanda klinis a) Adanya fese yang keras b) Defekasi kurang dari 3 kali seminggu c) Menurunnya bising usus d) Adanya keluhan pada rectum e) Nyeri pada saat mengejan dan defekasi f) Adanya perasaan masih dan feses B. Tinjauan Keperawatan 1. Pengkajian keperawatan a. Riwayat keperawatan 1) Pola berkemih pasien 2) Gejala dari perubahan berkemih dan sejak kapan, lamanya 3) Faktor 4) Yang
memengaruhi
berkemih
dan
usaha
yang
dilakukan selama mengalami masalah eliminasi urine b. Pemeriksaan fisik 1) Penampilan umum pasien seperti ekspresi wajah, pasien gelisah, atau , menahan sakit. 2) Keadaan kulit Kulit kering, mukosa mulut kering, turgor kulit kerang, lidah menjadi kering tanda kekurangan cairan. Kulit berkeringat, basa dapat disebabkan karena pasien
menahan nyeri saat berkemih. Kaji adanya edema atau asites mungkin dapat terjadi. 3) Abdomen Pembesaran,
pelebaran
pembuluh
darah
vena,
distensi kandung kemih, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, dan bising usus. 4) Genetalia wanita Inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus dan keadaan atrofi jaringan vagina. 5) Genetalia laki-laki Kebersihan adanya lesi, tendeness, dan adanya pembesaran skrotum. c. Intake dan output cairan 1. Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam) 2. Kebiasaan minum dirumah 3. Intake: cairan infuse, oral, makanan, NGT 4. Kaji
perubahan
volume
urine
untuk
mengetahui
ketidakseimbangan cairan. 5. Output
urine
dan
urinal,
kantong
urine,
drainase
ureterostomi, dan sitostpmo 6. Karakteristik
urine
:
warna,
kejernihan,
kepekatan. d. Pemeriksaan diagnostic 1, pemeriksaan urine (urinalisis) a) Warna (normalnya jernih kekuningan) b) Penampilan (normal jernih) c) Bau (normalnya beraroma) d) Ph (normalnya 4,5-8,0) e) Berat jenis (normal 1,005-1,030) f) Glukosa (normalnya negative) g) Keton (normalnya negative)
bau
dan
2. Culture urine (N: kuman pathogen negative) 2 Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan
bagian
vital
dalam
menentukan
asuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal. (PPNI, 2017) 1. Gangguan eliminasi urine a. Definisi Disfungsi eliminasi urine b. Penyebab 1) Penurunan kapasitas kandung kemih 2) Iritasi kandung kemih 3) Penurunan
kemampuan
menyadari
tanda-tanda
gangguan kandung kemih 4) Efek tindakan medis dan diagnostik (mis. Operasi ginjal, operasi saluran kemih, anestesi, dan obatobatan) 5) Kelemahan otot pelvis 6) Ketidakmampuan mengakses, toilet, (mis. Imobilisasi) 7) Hambatan lingkungan 8) Ketidakmampuan
mengkomunikasi
kebutuhan
eliminasi 9) Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis. Anomaly saluran kemih congenital 10) Imaturitas (pada anak-anak usia