Laporan Pendahuluan Stase KDP - Eliminasi Urine [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KDP ELEMINASI URINE DI RUMAH SAKIT SITI AISYAH



DI SUSUN OLEH : SAIDI Nim.221269015



PEBIMBING AKADEMI



PEMBIMBING LAHAN



Ns.Elmi susanti.Skep.Mkep



Ns.Rini Kurniawati.Skep



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PROGRAM STUDY PROFESI NERS BHAKTI HUSADA BENGKULU TAHUN AJARAN 2021/2022



ELEMINASI URINE



1. PENGERTIAN Pengertian Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses) (Potter & Perry, 2006).Eliminasi urine adalah pengeluaran cairan proses pengeluaran ini sangat tergantung pada fungsi organ-organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bledder urine di tampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian di keluarkan melalui uretra (Fundamental Nursing Skills and Concepts. Hal 705, 2009). Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh yang berupa cairan yang tergantung dari fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Sehingga urine dapat keluar dengan baik (Chris Brooker, 2009). Gangguan atau



eliminasi



urin



adalah



keadaan



berisiko mengalami disfungsi eliminasi



dimana



seorang



individu mengalami



urine. Biasanya orang yang mengalami



gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine (Azis, 2006)a) Anatomi  GinjalSatuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap - tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh - pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus - tubulus, yaitu



tubulus



kontortus proksimal, tubulus kontortus



distal,



tubulus pengumpul dan



lengkung Henle yang terdapat pada medulla Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme. Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsifungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra. (Tarwoto Martonah, 2006).



2. FISIOLOGI Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat yang yang tidak berguna bagi tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. zat yang tidak di gunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan Sistem Perkemihan Ginjal Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di



bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan. Ginjal pada orang dewasa memiliki panjang kira-kira 11 cm, lebar 5-7,5 cm, tebal 2,5 cm dan berat sekitar 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva yang terletak di area retroperitoneal, pada bagian belakang dinding abdomen di samping depan vertebra, setinggi torakal ke-12 sampai lumbal ke-3. Ginjal disokong oleh jaringan adiposa dan jaringan penyokong yang disebut fasia gerota, serta dibungkus oleh kapsu ginjal, yang berguna untu mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adreenal terhadap adanya trauma. Ginjal terdiri atas tiga area, yaitu : korteks, medula, dan pelvis. 1. Korteks Merupakan bagian oalng luar ginjal, terletak di bawah kapsula fibrosa sampai dengan lapisan medula, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Senua glomerolus berada di korteeks dan 90% aliran darah menuju pada korteks. Medula Terdiri atas saluran-saluran atau duktus pengumpul yang disebut piramida ginjal yang tersusun antara 8-18 buah. Pelvis Merupakan area yang terdiri atas kaliks minor yang kemudian bergabung menjadi kalikss mayor. Empat sampai lima kaliks minor bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureteer bagian proksimal. Nefron, merupakan unit fungsional ginjal, di mana pada masing-masing ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Noefron terdiri atas komponen vaskular dan tubular. Komponen vaskular atau pembuluh darah kapiler di antaranya adalah arteriola, aferen, glomerolus, arteriola eferen, dan kapiler peritubular. Komponen tubular merupakan penampung hassil filtrasi dan glomerolus, terdiri dari kapsula Bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa Henle, tubulus kontortus distal,serta tubulus kapiler. Di dalam glomerolus inilah terjadi proses filtrasi. Fungsi ginjal, Ginjal merupakan organ yang penting dalam proses keseimbangan cairan tubuh dan sebagai organ sekresi dari zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke kandung kemih, panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm. Berjalan mulai dari dari pelvis renal stinggi lumbal ke-2. Kandung Kemih Kandunng kemih merupakan organ berongga dan berotot yang berfungsi menampung urine sebelum dikeluarkan melalui uretra. Kandung kemih terletak pada rongga pelvis. Pada laki-laki, kandung kemih berada di belakang simfisis



pubis dan di depan rektum, sedangkan pada wanita kandung kemih berada di bawah uterus dan di depan vagina. Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan urine dari kandung kemih ke luar. Uretra memanjang dari leher kandung kemih sampai ke meatus. Pada wanita, panjangnya sekitar 4 cm, lokasinya antara klirotis dengan liang vagina. Urin (Air Kemih) Sifat fisis air kemih, terdiri dari: Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya, Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh, Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau ,berat jenis 1,015-1,020,reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam) (Hidayat Alimul, Aziz. 2006)



3. NILAI –NILAI NORMAL Komposisi zat didalam urine bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang diminumnya. Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam- garam terutama garam dapur dan zatzat yang berlebihan dalam darah misalnya vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan pembentuk urine trsebut berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa (Siregar, c. Trisa , 2004) 4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI a. Diet dan intake Jumlah dan tipe makanana mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar. b. Respon keinginan awal untuk berkemih Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan yang mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat.



Akibatnya urine banyak tertahan dalam kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kamdung kemih yang lebih dari normal. c. Gaya hidup Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku d. Stress psikologi Meningkatnya stres seseorang dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitif untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi. e. Tingkat aktivitas Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus spingter internal dan eksternal. f. Tingkat perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya g. Kondisi patologis Saat seseorang dalam keadaan sakit,produksi urinnya sedikit hal ini disebabkan oleh keinginan untuk minum sedikit (Hidayat Alimul, Aziz. 2006) 5. JENIS GANGGUAN a. Inkontinensia Urinarius Fungsional Batasan Karakteristik : 



Mampu mengosongkan kandung kemih dengan komplet







Jumlah waktu yang diperlukan untuk mencapai toilet melebihi lama waktu antara merasakan dorongan untuk berkemih dan tidak dapat mengontrol berkemih.







Mengeluarkan urine sebelum mencapai toilet







Mungkin inkontinen hanya pada dini hari







Merasakan perlunya untuk berkemih.



b. Inkontinensia Urine Aliran Berlebih Batasan Karakteristik : 



Distensi kandung kemih







Volume residu pascaberkemih tinggi







Nokturia







Terlihat rembesan involunnter sedikit urine







Melaporkan rembesan involunter sedikit urine



c. Inkontinensia Urine Refleks Batasan Karakteristik :  Ketidakmampuan untuk menghambat berkemih secara volunter  Ketidak mampuan untuk memulai berkemih secara volunter  Pengosongan tidak tuntas pada lesi di atas pusat mikturisi pontine  Pengosongan tidak tuntas pada lesi di atas pusat mikturisi sakral  Tidak ada sensasi penuhnya kandung kemih  Tidak ada sensasi dorongan untuk berkemih  Tidak ada sensasi berkemih  Pola berkemih yang dapat diprediksi  Sensasi dorongan tanpa hambatan voluter kontraksi kandung kemih  Sensasi yang dikaitkan dengan kandung kemih penuh (misal berkeringat, gelisah, ketidaknyamanan abdomen) d. Inkontinensia Urine Stres Batasan Karakteristik :  Terlihat rembesan involunter sedikit urine pada tidak adanya  Terlihat rembesan



involunter



sedikit



urine



pada



tidak



overdistensi kandung kemih  Terlihat rembesan involunter sedikit urine pada aktivitas fisik  Terlihat rembesan involunter sedikit urine pada saat batuk



adanya



 Terlihat rembesan involunter sedikit urine pada saat tertawa  Terlihat rembesan involunter sedikit urine pada saat bersin  Melaporkan rembesan involunter sedikit urine pada tidak adanya kontraksi detrusor  Melaporkan rembesan involunter sedikit urine pada tidak adanya overdistensi kandung kemih  Melaporkan rembesan involunter sedikit urine pada aktivitas fisik  Melaporkan rembesan involunter sedikit urine pada saat batuk  Melaporkan rembesan involunter sedikit urine pada saat tertawa  Melaporkan rembesan involunter sedikit urine pada saat bersin. e. Inkontinensia Urine Dorongan Batasan Karakteristik :  Terlihat tidak mampu mencapai toilet pada waktunya untuk berkemih  Menyatakan ketidakmampuan mencapai toilet pada waktunya untuk berkemih  Menyatakan keluarnya urine involunter dengan kontraksi kandung kemih  Menyatakan keluarnya urine involunter dengan spasme kandung kemih Melaporkan dorongan berkemih. f. Retensi Urine Batasan Karakteristik : 



Tidak ada haluaran urine







Distensi kandung kemih







Menetes







Disuria







Sering berkemih







Inkontinensia aliran berlebih







Residu urine







Sensasi kandung kemih penuh







Berkemih sedikit. (Nanda Internasional. 2011.)



6. PENGKAJIAN a. Riwayat keperawatan



- Pola berkemih - Frekuensi urine - Gejala dari perubahan berkemih - Faktor yang memengaruhi berkemih b. Pemeriksaan fisik - Abdomen Pembesaran, pelebaran



pembuluh



darah vena, distensi



bladder,



pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus. - Genetalia wanita Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina. - Genetalia laki-laki Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran skrotum. c. Intake dan output cairan - Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam). - Kebiasaan minum di rumah. - Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT. - Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan. - Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi. - Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan. d. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan urine (urinalisis): - Warna (N : jernih kekuningan) - Penampilan (N: jernih) - Bau (N: beraroma) - pH (N:4,5-8,0) - Berat jenis (N: 1,005-1,030) - Glukosa (N: negatif) - Keton (N:negatif) - Kultur urine (N: kuman patogen negatif). 7. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih b. Inkontensia urin berlanjut berhubungan dengan disfungsi neurologis



c. Inkontensia urin berlebih berhubungan dengan obstruksi jalan keluar urin 8. RENCANA KEPERAWATAN No 1



Diagnosa



Intervensi



Gangguan eliminasi urin berhubungan penurunan



dengan kapasitas



kandung kemih



Manajemen eliminasi urine 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontensia urin 2. Indentifikasi faktor yang menyebabkan retensi 3. Batasi asupan cairan 4. Ajarkan



tanda



dan



gejala



infeksi



saluran kemih 5. Ajarkan mengenali tanda berkemih 2



Inkontensia urin berlanjut berhubungan



dengan



disfungsi neurologis



Manajemen inkontensia urin 1. Identifikasi penyebab inkontensia urin 2. Identifikasi



perasaan



dan



presepsi



terhadap inkontensia urin 3. Ambil sampel urine untuk pemeriksaan urin lengkap 4. Diskusikan program inkontensia urin 5. Kolaborasi



dengan



medis



dan



fisioterapi untuk mengatasi inkontensia urin 3



Inkontensia urin berlebih berhubungan



dengan



obstruksi jalan keluar urin



Perawatan inkontensia urin 1. Identifikasi penyebab inkontensia urin 2. Monitor kebiasaan BAK 3. Jelaskan



program



penanganan



inkontensia urin 4. Anjurkan membatasi cairan 2-3 jam menjelang tidur 5. Anjurkan menghindari minum kopi, minuman bersoda, teh dan coklat.



DAFTAR PUSTAKA



Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta:Salemba Medika. Hidayat Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC Tarwoto & Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: salemba medika Tim Pokja SDKI DPP PPNI . 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesisa. Jakarta : DPP PPNI Tim Pokja S1KI DPP PPNI . 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesisa. Jakarta : DPP PPNI



Siregar, c. Trisa , 2004 Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu Keprawatan