Laporan Pendahuluan Gengren Pedis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GENGREN PEDIS DI RUANGAN DAHLIA RSUD DR.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



DIBUAT OLEH : SIDIATI NIM : 2019. A. 10. 0825



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021



I.



KONSEP DASAR 1. Pengertian Gangrene pedis adalah kondisi jaringan tubuh yang mati akibat tidak mendapat pasokan darah yang cukup atau akibat infeksi bakteri yang berat. Kondisi serius ini umumnya terjadi di tungkai, jari kaki, atau jari tangan, namun juga bisa terjadi pada otot serta organ dalam. Gangrene adalah kondisi serius yang bisa mengarah ke amputasi hingga kematian.







Gangrene kering. Kulit kering dan mengerut dengan warna kulit cokelat, biru, atau hitam adalah ciri gangrene kering. Gangrene ini terjadi secara bertahap, dan umumnya menimpa penderita penyakit arteri perifer.







Gangrene basah. Gangrene ini umumnya menimpa penderita diabetes yang tidak sadar saat mengalami luka di kaki. Gangrene basah juga bisa terjadi pada seseorang yang mengalami luka bakar atau frostbite. Ciri gangrene basah adalah kulit bengkak, melepuh, dan terlihat basah. Jika tidak segera ditangani, gangrene basah bisa menyebar dan akan berakibat fatal.







Gangrene gas. Gangrene gas umumnya menyerang jaringan otot. Pada awalnya, kulit penderita gangrene gas terlihat normal. Namun seiring waktu, kulit akan terlihat pucat lalu berubah menjadi ungu kemerahan, kemudian gelembung udara akan terbentuk. Gangrene gas umumnya disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens, yang berkembang pada luka akibat bedah atau cedera yang mengeluarkan banyak darah. Infeksi tersebut menghasilkan racun yang melepaskan gas dan menyebabkan kematian jaringan. Sama seperti gangrene basah, gangrene gas juga bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani.







Gangrene internal, yaitu gangrene yang terjadi akibat terhambatnya aliran darah ke organ dalam tubuh, seperti usus atau empedu. Gangrene internal bisa menyebabkan demam serta nyeri hebat, dan bisa berbahaya jika tidak cepat ditangani.







Gangrene Fournier. Gangrene ini menyerang daerah genital atau kelamin, dan kebanyakan penderitanya adalah Kondisi ini umumnya terjadi karena infeksi pada area kemaluan atau saluran kemih, yang menyebabkan pembengkakan dan nyeri pada kemaluan.







Gangrene Meleney. Jenis gangrene ini tergolong langka, yang terjadi 1-2 minggu pasca operasi 2. Penyebab Beberapa hal berikut diketahui menjadi penyebab terjadinya gangren, yaitu kurangnya suplai darah ke area tubuh tertentu yang tidak memenuhi bahkan kebutuhan minimal metabolisme di jaringan tersebut Darah bertugas menyediakan oksigen, nutrisi, serta komponen sistem pertahanan tubuh yang dibutuhkan untuk mencegah infeksi. Jika alirah darah tidak memadai, maka sel-sel yang menyusun suatu jaringan tidak akan bertahan. Penyebab lain adalah terjadinya infeksi. Infeksi yang berat di lingkungan dengan kekebalan yang lemah dapat berujung pada kematian jaringan. Penyebab lainnya adalah trauma, seperti pasca kecelakaan, luka tembakan, dan sebagainya, di mana memungkinkan mikroorganisme menginfeksi jaringan di bagian dalam tubuh. Kemungkinan mengalami gangren juga akan meningkat jika seseorang menderita penyakit tertentu seperti diabetes dan arteriosklerosis, karena kedua penyakit ini memiliki komplikasi gangguan alirah darah terutama ke bagian tubuh yang jauh seperti kaki atau tangan.



3. Tanda dan gejala a. perubahan warna kulit pada area kaki (mulai dari pucat kebiruan, ungu, hitam, atau kemerahan tergantung jenis gangren yang dialami), b. pembengkakan c.



pembentukan benjolan berisi cairan di permukaan kulit



d.



terbentuk batas yang jelas antara kulit yang sehat dan yang rusak



e.



rasa nyeri yang berat pada daerah yang terkena



f.



keluar cairan berbau dari luka



g.



hilangnya rambut di bagian yang terkena



h.



rasa dingin pada daerah tersebut



i. jika terjadi infeksi, maka demam dapat juga terjadi.



4. Fatosiologi   Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandangDM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluhdarah. Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomikakan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot yang kemudianmenyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki danselanjutnya akan mempermuda terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadapinfeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas.Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes. PATHWAY



5. Komplikasi gangren pedis terjadi ketika ada memperlambat atau hambatan dalamaliran darah ke bagian tubuh seperti jari-jari kaki dan jari-jari. 1 Dan tipe 2 diabetes mellitus tipe mengarah pada kering gangrenkarena gula darah tinggi dan kerusakan diabetes menyebabkan pembuluhdarah yang membawa darah ke jari tangan dan kaki. Arteriosklerosis mengarah ke dinding-dinding arteri yang menebalatau pembentukan plak kolesterol dan mempersempit diameter pembuluhkecil yang mengarah ke gangrene.Demikian pula, penyakit arteri perifer mengarah ke lemak dalam arteridan berhenti darah dari mengalir ke jari tangan dan kaki yang mengarahke gangrene. gangren pedis biasanya terbatas untuk bagian terpengaruh dan adaadalah sebuah kawasan di kulit yang sehat hanya di luar daerah yang erkena dampak. Wilayah yang terlibat berubah dingin, kering, dan hitamdan akhirnya jatuh. Ini disebut mumifikasi daerah 6. Pemeriksaan penunjang a. Glukosa darah:200-1000mg/dl2. Asam lemak bebas: kadar lipid dan ko lesterol meningkat3 b. Insulin darah4. c. Tes laboratorium5. d. Foto rontge



7. Penatalaksaan medis A.Rehidrasii.  1 .Jam pertamaberi infuse 200 –  1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9% bergantung pada tingkat dehidrasi. 2. Jam kedua dan jam berikutnya 200 – 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung pada tingkat dehidrasiiii.



3.12



am pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darahantara 200 –  300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bilakadar gula darah sampai 150 mg/ 100 cc.II



B. Kehilangan elektrolit Pemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipunkonsentrasi kalium dalam plasma normal. Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulindan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasivaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalahmencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguanserius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaanDM, yaitu a.DietSyarat diet DM hendaknya dapat : 1)Memperbaiki kesehatan umum penderita 2)Mengarahkan pada berat badan normal 3)Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic 4)Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita 5)Menarik dan mudah diberikan Prinsip diet DM, adalah : 1) Jumlah sesuai kebutuhan 2)Jadwal diet ketat 3) Jenis : boleh dimakan / tidakDalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 yaitu: a) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atauditambah  b) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya c) jenis makanan yang manis harus dihindari



II.



MANAJEMEN KEPERAWATAN / KEBIDANAN



1. Pengkajian Keperawatan a. Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. b. Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. a. Riwayat kesehatan sekarang : Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung. Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutam, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung. b. Riwayat kesehatan lalu Biasanya klien DM mempunya riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti Infark Miokard, gout. c. Riwayat kesehatan keluarga : Biasanya ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM d. Pengkajian Pola Kesehatan 1) Pola persepsi – penanganan kesehatan Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi (Debra Clair, journal februari 2011). 2) Pola nutrisi metabolik



Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah. 3) Pola eliminasi Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya dieuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan oengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. 4) Pola aktivitas dan latihan kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas seharihari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan. 5) Pola tidur dan istirahat Istirahat tidak efektif adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka sehingga klien mengalami kesulitan tidur. 6) Pola kognitif persepsi Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan penglihatan. 7) Pola persepsi dan konsep diri Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). 8) Pola peran hubungan Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan menarik diri dari pergaulan. 9) Pola seksualitas reproduksi



Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Resiko lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati (Chin-Hsiao Tseng on journal, Maret 2011). 10) Pola koping toleransi Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping konstruktif / adaptif 11) Pola nilai kepercayaan Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita. 2. Diagnosa keperawatan 1) Gula darah meningkat biasanya > 200 mg/dl 2) Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok 3) Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt 4) Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) 5) Alkalosis respiratorik 6) Trombosit



darah



:



mungkin



meningkat



(dehidrasi),



leukositosis,



hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap stress/infeksi. 7) Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal. 8) Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut. 9) Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin. 10) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin. 11) Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat. 12) Kultur : kemungkinan infeksi pada luka.



1. Intervensi keperawatan a. kaji fungsi jantung tentang: bunyi, frekuensi, irama jantung, b. observasi sirkulasi nadi perifer, c. pantau tekanan darah pasien, d. kaji adanya sianosis dan perubahan kulit yang pucat, e. kaji perubahan sensori: letargi (penurunan kesadaran, cemas, dan depresi), f. beri lingkungan yang tenang, g. kolaborasi pemberian terapi sesuai dengan indikasi. 2. Implementasi keperawatan 1. lakukan pengkajian secara komprehensif dengan PQRST, 2. gunakan teknik distrasi relaxasi, 3. observasi tandatanda vital, 4. ciptakan lingkungan yang tenang, 5. observasi nonverbal pasien terhadap ketidaknyamaan, 6. kolaborasi pemberian terapi sesuai dengan indikasi. 3. Evaluas keperawatan 1. Gangren pedis kering dapat berkembang menjadi gangren basah jika terjadi infeksi mikroorganisme. Gangren pedis merupakan istilah untuk gangren yang terjadi di bagian kaki. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan banyaknya alat monitor yang terpasang yang ditandai dengan pasien kesulitan memenuhi kebutuhan teoletingi



DAFTAR PUSTAKA Smetzer, Suzanne C. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta : EGC. Amin H.N, Hardhi K. 2015. NANDA NIC – NOC. Edisi revisi jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Yuliana E, Andrajati R, dkk. 2012. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta : ISFI Mutakin A, Kumala S. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika