Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH



DISUSUN OLEH : NAMA : DITA MULIATY A. MANOPPO NIM



: PO7120421007



PRECEPTOR KLINIK



PRECEPTOR INSTITUSI



POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS 2021/2022



A. Tinjauan Medis. 1. Pengertian. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi yang sedang dialami (Firdaus, 2016). Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak mampu dalam mencapai keinginan. (Linka, 2015). Firdaus (2016) membagi harga diri rendah menjadi 2, yaitu sbb: a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan). b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.



2. Psikodinamika. Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi secara situasional dan kronik. a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu



(korban



perkosaan,



dituduh



KKN,



dipenjara



tiba-tiba).



Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena : 1) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal). 2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit. 3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. b. Kronik. Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini



dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2015). Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu member respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah. (Linka, 2015). Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisisi tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional. (Firdaus, 2016).



3. Tanda dan Gejala. Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah, Fitria (2009) dalam Kusumawati & Hartono (2015) adalah sbb: a.



Mengkritik diri sendiri



b.



Perasaan tidak mampu



c.



Pandangan hidup yang pesimistis



d.



Tidak menerima pujian



e.



Penurunan produktivitas



f.



Penolakan terhadap kemampuan diri



g.



Kurang memperhatikan perawatan diri



h.



Berpakaian tidak rapi



i.



Selera makan berkurang



j.



Tidak berani menatap lawan bicara



k.



Lebih banyak menunduk



l.



Bicara lambat dengan nada suara lemah



4. Rentang Respon Pathway



5. Dampak yang Ditimbulkan. Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Linka, 2015).



B. Tinjauan Keperawatan. 1. Pengkajian. Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual. Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah: I. Identitas klien Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa, nama panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat. II. Alasan masuk



Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit, apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah ini. Pada klien dengan harga diri rendah klien menyendiri, tidak mampu menatap lawan bicara, merasa tidak mampu. III. Faktor predisposisi Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidak menyenangkan.Pada klien dengan perilaku kekerasan faktor predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan. Faktor Predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis. IV.Pemeriksaan fisik Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa apakah ada



kekurangan pada kondisi fisiknya. Pada klien harga diri rendah terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi.



V. Psikososial 1. Genogram Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.Penelusiran genetic yang menyebabkan/ menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan hingga saat ini. 2. Konsep diri a. Gambaran diri Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai. Pada klien harga diri rendah klien cenderung merendahkan dirinya sendiri, perasaan tidak mampur dan rasa bersalah terhadap diri sendiri.. b. Identitas diri Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan harga diri rendah klien lebih banyak



menunduk, kurang percaya diri, dan tidak berani menatap lawan bicara



Fungsi



peran



Tugas



atau



peran



klien



dalam



keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.Pada klien HDR tidak mampu melakukan perannya secara maksimal hal ini ditandai dengan kurang percaya diri dan motivasi yang kurang dari individu tersebut. c. Ideal diri Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap



lingkungan,



harapan



klien



terhadap



penyakitnya,



bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada klien dengan harga diri rendah klien cenderung percaya diri kurang, selalu merendahkan martabat, dan penolakan terhadap kemampuan dirinya. d. Harga diri Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Pada klien dengan harga diri rendah merasa malu terhadap dirinya sendiri, rasa bersalah terhadap dirinya sendiri, merendahkan



martabat, pandangan hidup yang pesimis, penolakan terhadap kemampuan diri, dan percaya diri kurang.



3. Hubungan sosial Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini orang yang mengalami harga diri rendah cenderung menarik diri dari lingkungn sekitarnya dan klien merasa malu. 4. Spiritual Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Pada klien harga diri rendah cenderung berdiam diri dan tidak melaksanakan fungsi spiritualnya VI. Status mental 1. Penampilan Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada yang tidak rapih, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian,



dampak



ketidakmampuan



berpenampilan



baik/berpakaian terhadap status psikologis klien.Pada klien dengan harga diri rendah klien kurang memperhatikan perawatan diri, klien dengan harga diri rendah rambut tampak kotor dan lusuh, kuku panjang dan hitam, kulit kotor dan gigi kuning. Pembicaraan Klien dengan harga diri rendah bicaranya cenderung gagap, sering terhenti/bloking, lambat, membisu, menghindar, dan tidak mampu memulai pembicaraan 2. Aktivitas motorik Pada klien dengan harga diri rendah klien lebih sering menunduk, tidak berani menatap lawan bicara, dan merasa malu. 3. Afek dan Emosi Klien cederung datar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan). 4. Interaksi selama wawancara Pada klien dengan harga diri rendah klien kontak kurang (tidak mau menatap lawan bicara). 5. Proses Pikir a. Arus fikir Klien



dengan



harga



diri



rendah



cenderung



blocking



(pembicaraan terhenti tiba – tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali).



b. Bentuk Pikir Otistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia tau lamunan untuk memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapainya. c. Isi fikir - Pikian rendah diri: selalu merasa bersalah pada dirinya dan penolakan terhadap kemampuan diri. Klien menyalahkan, menghina dirinya terhadap hal-hal yang pernah dilakukan ataupun belum pernah dia lakukan - Rasa bersalah: pengungkapan diri negatif - Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang suram tentang banyak hal di dalam kehidupannya 6. Tingkat kesadaran Klien



dengan



harga



diri



rendah



tingkat



kesadarannya



composmentis, namun ada gangguan orientasi terhadap orang lain. 7. Memori Klien dengan harga diri rendah mampu mengingat memori jangka panjang ataupun jangka pendek 8. Tingkat konsentrasi Tingkat konsentrasi klien harga diri rendah menurun karena pemikiran dirinya sendiri yang merasa tidak mampu. 9. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan



Klien harga diri rendah sulit mementukan tujuan dan mengambil keputusan karena selalu terbayang ketidakmampuan untuk dirinya sendiri.



10. Daya Tilik Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain atau lingkungan yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang. VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang 1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan 2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) VIII.



Mekanisme Koping Bagaimana



dan jelaskan



reaksi klien bila



menghadapi



suatu



permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, olah raga, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi



lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau lainnya. Pada proses pengkajian, data penting dan masalah yang perlu di kaji adalah



2. Diagnosa Keperawatan.







Gangguan konsep diri:harga diri rendah







Isolasi sosial: menarik diri







Koping individu tidak efektif



3. Intervensi Keperawatan.



4. Strategi Pelaksanaan Strategi Pelaksanaan (SP) Berdasarkan Pertemuan a. SP 1 Pasien: 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini 3. Memilih kemampuan yang akan di latih 4. Melatih kemampuan pertama yang dipilih 5. Memasukkan dalam jadwal kegiatan klien b. SP 2 Pasien 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP 1). 2. Melatih kemampuan kedua yang dipilih klien. 3. Melatih kemampuan yang dipilih 4. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. c. SP 3 Pasien 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan 2). 2. Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan 3. Melatih kemampuan ketiga yang dipilih. 4. Masukkan dalam kegiatan jadwal klien. d. SP 1 Keluarga 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.



2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah serta proses terjadinya. 3. Menjelaskan cara merawat klien dengan harga diri rendah. 4. Bermain peran dalam merawat pasien HDR. 5. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien. e. SP 2 Keluarga 1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1). 2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri rendah. 3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien. f. SP 3 Keluarga 1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1). 2. Evaluasi kemampuan klien 3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.



Daftar Pustaka







Firdaus , 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Salemba Medika; Yogyakarta.







Kusumawati dan Hartono, 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. TIM; Yogyakarta.







Linka, 2015. Asuhan Keperawatan Jiwaed. II. BITI; Palembang







Lilik, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Indonesia Pustaka