Laporan Pendahuluan Oksigenasi Dian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pendahuluan Oksigenasi A. Pengertian Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubu (Tarwoto dan Wartonah, 2006 dalam Andiani 2016). Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel (Mubarak 2007 dalam Wulandari 2017). B. Etiologi 1. Gangguan jantung, yang meliputi : ketidakseimbangan jantung seperti ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer (Tarwoto & Wartonah, 2010Shinta 2017).  2. Alergi pada Saluran Napas Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan bersin bila terdapat rangsangan



di



daerah



nasal;



batuk



bila



di



saluran



bagian



atas;



bronkhokontriksi pada asma bronkhiale; dan rhinitis bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah.Zat alergan tadi merangsang membran mukosa saluran, pernapasan sehingga mengakibatkan vasokontraksi dan vasodilatasi pembuluh darah, seperti pembuluh darah, seperti pada pasien asma (Tarwoto & Wartonah, 2010).



3. Gaya hidup dan kebiasaan Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti emfisema, bronkitis, kanker, dan infeksi lainnya. Pengguna alkohol dan obatobatan memengaruhi susunan saraf pusat yang akan mendepresi pernapsan sehingga menyebabkan frekuensi pernapasan menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010). 4.



Kapasitas darah untuk membawa oksigen.



  



5.  Peningkatan aktivitas tubuh Aktivitas tubuh membutuhkan metabolisme untuk menghasilkan energi. Metabolisme membutuhkan oksigen sehingga peningkatan metabolisme akan meningkatkan kebutuhan lebih banyak oksigen (Tarwoto & Wartonah, 2010Dalam Shinta 2017). 6.  Gangguan pergerakan paru Kemampuan pengembangan paru juga berpengaruh terhadap kemampuan kapasitas



dan volume paru.Penyakit yang mengakibatkan gangguan



pengembangan paru diantaranya adalah pneumothoraks dan penyakit infeksi paru menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010Dalam Shinta 2017). 7. Obstruksi saluran pernapasan Obstruksi saluran pernapasan seperti pada penyakit seperti pada penyakit asma dapat menghambat aliran udara masuk ke paru-paru. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif (Tarwoto & Wartonah, 2010 DalamShinta 2017) 8. Faktor fisiologi a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia. b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi napas bagian atas, penyakit asma. c. Hipovelimia sehingga tekanan arah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu seperti pada hipotensi, syok, dan dehidrasi.



d. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada obesitas, muskuloskeletal, yang abnormal serta penyakit kronis seperti TB paru (Tarwoto & Wartonah, 2010 Dalam Shinta 2017). C. Manifestasi Klinis Adanya  penurunan   tekanan   inspirasi/ ekspirasi   menjadi   tanda   gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk  bernafas,   pernafasan   laring   (nafas   cuping   hidung),   dispnea,   ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan   bibir,   ekspirasi   memanjang,   peningkatan   diameter   anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi. Selain itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti : 1. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman) 2. Suara napas tidak normal.



a.       Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus), bernada tinggi yg terjadi baik pada waktu inspirasi ataupun pada waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat stetoskop, biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya penyempitan pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini mengarahkan pada dugaan adanya edema laring, tumor laring, kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya disebabkan oleh



tindakan



trakeostomi



atau



dapat



pula



akibat



pipa



endotrakeal (Nurjanah, 2014). b.      Wheezing (mengi) : Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu, yg durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi & ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat melakukan ekspirasi. Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yg menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan dengan cara batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus



menerus yg berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yg menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik).Wheezing dapat terjadi oleh lantaran perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, & bahan iritan pada bronkus. c.       Ronchi : Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu  ekspirasi. Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yg menyempit akibat terjadi obstruksi nafas.  3. Perubahan jumlah pernapasan. 4. Batuk disertai dahak. 5. Penggunaan otot tambahan pernapasan. 6. Dispnea (sesak napas). 7. Penurunan haluaran urin.. 8. Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010 Dalam Shinta 2017 ).



D. Patofisiologi Untuk kelangsungan hidupnya manusia butuh bernafas. Sistem pernafasan sangat penting dimana terjadi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Salah satu organ yang sangat mebutuhkan oksigen dan peka terhadap kekurangannya adalah otak. Tidak adanya oksigen dalam 3 menit akan mengakibatkan seseorang kehilangan kesadaran. 5 menit tidak mendapatkan oksigen sel otak akan rusak secara irreversibel (tidak bisa kembali ataudiperbaiki). Oksigen dalamudara dibawamasuk ke dalamparu-paru dan berdifusi dalam darah. Bersamaan dengan itu dikeluarkannya karbondioksida yang juga berdifusi dari darah dan kemudian dikeluarkan bersama udara. Oksigen dibutuhkan oleh semua sel dalam tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Sedangkan karbondioksida merupakan sisa hasil metabolisme yang tidak digunakan lagi dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Perjalanan oksigen dan karbondioksida. Dari atmosfer (udara) oksigen masuk melalui mulut/hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus sampai



dengan alveoli. Dari alveoli oksigen berdifusi masuk ke dalam darah dan dibawa oleh eritrosit (sel darah merah). Dalam darah oksigen dibawa ke jantung kemudian dipompakan oleh jantung diedarkan ke seluruh tubuh untuk digunakan sampai tingkat sel. Oksigen masuk ke dalam sel dan di dalam mitokondria digunakan



untuk



proses-proses



metabolisme



yang



penting



untuk



kelangsunganhidup. Sedangkan karbondioksida berjalan arah sebaliknya dengan oksigen. Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka



kerusakan



pada



sekuncup, afterload, preload,



transportasi dan



seperti



kontraktilitas



perubahan miokard



juga



volume dapat



mempengaruhi pertukaran gas (Nurjanah, 2014Dalam Shinta 2017). E. Pemeriksaan Penunjang 1. Bronkosopi Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/ benda asing yang menghambat jalan nafas. 2. Endoskopi



Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi. 3. Fluroskopi



Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jntung dan kontraksi paru. 4. CT-Scan



Untuk mengetahui adanya massa abnormal. 5.



  



Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri



Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan karbondioksida pemeriksaan ini dilakukan  secara efisien dengan menggunakan masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer yang berfungsi untuk mencatat volume paru, cadangan inspirasi, volume rasidual dan volume cadangan ekspirasi (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017 ). 6.



  



Kecepatan aliran ekspirasu puncak



Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017). 7.  Pemeriksaan gas darah arteri



Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah arteri yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi ion hydrogen, tekanan parsial oksigen dan karbondioksida dan saturasi hemoglobin, pemeriksaan ini dapat menggambarkan bagaimana difusigas melalui kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi jaringan (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017). 8.



  



Oksimetri



Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri.Saturasi oksigen adalah prosentase hemoglobin yang disaturasi oksigen.Keuntungannya; mudah dilakukan, tidak invasive, dan dengan mudah diperoleh, dan tidak menimbulkan nyeri.klien yang bisa dilakuakn pemeriksaan ini adalah klien yang mengalami kelainan perfusi/ ventilasi, seperti Pneumonia, emfisema, bronchitis kronis, asma embolisme pulmunar, dan gagal jantung congestive (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017). 9.  Pemeriksaan darah lengkap



Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan sel darah putih per mm3 darah. Hitung darah lengkap mengukur kadar hemoglobin dalam sel darah merah. Defisiensi sel darah merah akan



menurunkan kapasitas darah yang menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena molekul hemoglobin yang terseda untuk mengangkut ke  jaringan lebih sedikit. Apanila jumlah sel darah merah meningkat kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat. Namun peningkatan jumlah sel darah merah akan meningkatkan kekentalan dan risiko terbentuknya trombus (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017). 10.   X-Ray Thorax



Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanay cairan (misalnya fraktur klavikula dan tulang iga dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017). 11. Bronskokopi



Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobonkeal melalui bronskokop serat optic yang fleksibel, dan sempit.Bronskokopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum untuk mengangkat plak lender atau benda asing yang menghambat jalan napas (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017). 12. Pemindaian paru



Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian Computed Tomografi (CT) Scan paru. Sebuah pemindaian CT paru dapat mengidentifikasikan massa



abnormal



melalui



ukuran



dan



lokasi



tetapi



tidak



dapat



mengidentifikasikan tipe jaringan maka harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017). 13.  Spesimen Sputum



Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam sputum (misalnya TB Paru).Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi kanker pau abnormal dan dengan tipe sel yang ada didalamnya (Andarmoyo, 2012Dalam Shinta 2017).



F. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah: 1. Penurunan kesadaran Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/ tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal. 2. Hipoksia Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya dengan cepat. 3. Disorientasi Meliputi disorientasi waktu, tempat, dan orang.Pasien tidak mampu mengenali kondisi atau suasana yang ada (Nurjanah, 2014Dalam Shinta 2017). G. Penatalaksanaan 1. Terapi Pemberian Oksigenasi a. Kateter nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.



Keuntungan pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. b.



Kanul nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien.



c. Sungkup



muka sederhana : Kecepatan aliran yang disarankan



(L/menit):5-8. d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang



disarankan (L/menit): 8-12. e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran yang



disarankan (L/menit): 8-12 (Asmadi, 2008). 2. Pemantauan Hemodinamika



Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam



paru-paru).



Pemantauan Hemodinamika  adalah



pemantauan



dari hemodinamika status 3.  Pengukuran bronkodilator Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat.Senyawa bronkolidator dapat tersedia secara alami dari dalam tubuh, maupun didapat melalui asupan obat-obatan dari luar. 4.  Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen bila diperlukan. 5. Penggunaan ventilator mekanik. Ventilator  mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. 6. Pelatihan batuk efektif 7. Fisioterapi dada. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan



  



drainase postural, tepukan dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan.Tujuan Tindakan ini bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas. 8. Atur posisi pasien (semi fowler) 9. Tekhnik bernapas dan relaksasi (Tarwoto & Wartonah, 2010 Dalam Shinta 2017). H. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d sekresi yang tertahan, kelembaban yang sangat tinggi atau rendah, adanya jalan nafas buatan : ETT, tracheostomi.



2. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiper/hipo ventilasi, cemas, kerusakan persepsi/kognitif 3. Kerusakan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi ventilasi, perubahan membran kapiler-alveoli 4. Risiko Kerusakan integritas Kulit b/d faktor risiko eksternal : mekanik (tekanan, gesekan), kelembaban udara, Iritan, substansi kimia (oksigen) 5. Risiko teraspirasi. Faktor risiko : pemakaian oksigen masker, depresi reflekreflek laring dan glotik sekunder akibat terpasang ETT/trakeostomi. 6. Risiko infeksi. Faktor risiko : Intubasi, trakeostomi, destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen, penurunan gerak silia, lingkungan hangat,lembab (humidifier) 7. Risiko keracunan. Faktor risiko : pemakaian terapi oksigen dengan FiO2 50 % terus-menerus lebih dari 1-2 hari, tidak ada perlindungan saat kontak dengan bahan kimia, polusi udara (eksternal), kesulitan kognisi atau emosional (internal) 8. Managemen regimen terapeutik tidak efektif b/d tindakan : kompleksitas aturan terapeutik, efeksamping terapi, Situasional : ketidakcukupan pengetahuan, kesulitan ekonomi (untuk pemberian terapi oksigen di rumah) ( Andiani.2016).



Daftar Pustaka Shinta.Y.S.2017.Asuhan keperawatan pada pasien ny. ‘s’ dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di ruang kenanga rsud sleman Yogyakarta. Yogyakarta Akademi Keperawatan Notokusumo . (http://heniyashintatugaskeperawatan.blogspot.com/jumat .20maret2020jam13.45 ) https://docplayer.info/47007788-Laporan-pendahuluan-oksigenasi-oleh-sriwulandari.html



Andiani.K.W.N 2016. Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Denpasar.Kementrian kesehatan republik indonesia politeknik kesehatan denpasar