Laporan Pendahuluan TBC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS



Disusun : O l e h AGUSTINUS LEDE 2018610062 KELAS A



FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAN STUDI SARJANA KEPERAWATAN UNIVERSITAS TRIBUWANA TUNGGA DEWI MALANG 2020



BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Penyakit Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang yaitu bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar bakteri tuberculosis menyerang bagian tubuh manusia yaitu paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Penularan bakteri dapat terjadi melalui perantara ludah atau dahak dari si penderita yang mengidap penyakit tuberculosis paru. Selain itu penularan bakteri juga dapat terjadi pada saat si penderita batuk, butir-butir air ludah yang beterbangan diudara kemudian terhisap oleh orang-orang yang sehat pun dapat tertular. Dengan demikian penyakit ini dapat menular melalui kontak langsung dengan si penderita dan melalui udara. Di Indonesia terdata setiap tahunnya sebanyak 583 kasus baru pengidap penyakit tuberculosis dengan jumlah kematian



sebanyak 130 jiwa akibat mengidap tuberculosis



positif (WHO, 1999). Dan jumlah kematian sebanyak 105.952 jiwa diperkirakan terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Hal ini juga disebabkan dengan sosio ekonomi lemah, daya tahan tubuh yang tidak kuat atau gizi yang tidak baik dan kebersihan lingkungan tempat tinggal sehingga kasus tuberculosis banyak terjadi (Kusnindar, 1990). Jumlah pasien tuberculosis di Indonesia terhitung menempati urutan ke-3 terbanyak setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di tahun 2001 diketahui bahwa penyakit pada sistem pernapasan adalah penyebab kematian di urutan kedua setelah sistem sirkulasi. Data SKRT 1992 dsebutkan penyakit tuberculosis menjadi penyebab kematian kedua sedangkan pada data SKRT 2001 disebutkan bahwa tuberculosis adalah penyebab



kematian pertama di dalam golongan penyakit infeksi. Secara nasional pada tahun 2010 tuberculosis paru telah menyerang masyarakat dengan jumlah penderita sebanyak 302.861 jiwa. Dan sekitar Universitas Sumatera Utara 2 75% pasien penderita tuberculosis adalah sekelompok masyarakat yang berusia produktif yaitu 15-50 tahun (Depkes RI dan Ditjen PP & PL, 2004). Hasil data yang ditemukan di provinsi Banten pada tahun 2010 sebanyak 13.877 kasus penderita tuberculosis paru atau sekitar 75,2% sedangkan pada tahun 2013 kasus tuberculosis paru tercatat sebanyak 5.123 penderita di Kota Serang (Dinkes Serang, 2013/2014). Penelitian yang pernah di lakukan dengan judul Identifikasi Penyakit Tuberculosis Paru dengan Metode Template Maching berdasarkan Citra Rontgen Toraks. Hasil dari pengujian dapat disimpulkan bahwa metode Template Matching dapat diterapkan untuk mengidentifikasi penyakit tuberculosis paru dengan presentase keberhasilan pada pengujian 10 template sebesar 60% dengan rata-rata presentase kemiripan sebesar 51,46% sedangkan pada pengujian 20 template menghasilkan presentase keberhasilan sebesar 75% dengan rata-rata presentase kemiripan sebesar 73,93%. (Hermanto, 2014). Kemudian penelitian



juga pernah dilakukan dengan



judul Identifikasi Bakteri Tuberculosis Berdasarkan Ciri Morfologi



Dan Warna



Menggunakan Algoritma Propagasi Balik. Proses pengolahan citra digital dimulai dari proses akuisisi citra, operasi warna, opeasi morfologi dan pengenalan dengan jaringan syaraf tiruan. Hasil identifikasi bakteri tuberculosis akan diuji dengan hasil identifikasi secara manual, sedangkan hasil uji identifikasi tersebut mencapai 86,7%. (M, Ya‟qub Zain dan Aulia.MT.Nasution, 2012). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis akan mengajukan penelitian yang dapat membantu dan mempermudah proses klasifikasi



tuberculosis berdasarkan pengolahan citra rontgen paru-paru manusia dengan menggunakan metode Extreme Learning Machine. 2. TUJUAN a. Tujuan umum Untuk mengetahui tentang masalah penyakit TB paru b. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui dan memahami definisi tuberculosis 2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi tuberculosis 3. Untuk mengetahui dan memahami tanda dan gejala tuberculosis 4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi tuberculosis 5. Untuk mengetahui dan memahami klarifikasi tuberculosis 6. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan dan penatalaksanaan tuberculosis 7. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi pada tuberculosis



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. PENGERTIAN PengertianTuberculosis paru adalah



suatu penyakit menular langsung yang



disebabkan oleh kuman  Mycrobacterium Tuberculosis .Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2010). Tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan kadang padastrukturstruktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacteriumtuberculosis (Saputra, 2010) Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Soemantri, 2008) Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacteriumtuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru danorgan di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yangsering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012). 2. ETIOLOGI Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh RobetKoch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapaminggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan,sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinyafibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2007)Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinarmatahari dan sinar



ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipehuman dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderitamastitis tuberkulosis usus.Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasaldari penderita TBC terbuka dan



orang



yang



rentan terinfeksi



TBC



ini



bila



menghirup bercak



ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapatmasuk



ke



sistem



pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yangterkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkatdan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005) 3. TANDA DAN GEJALA/MANIFESTASI KLINIS Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah :  a. Demam .  b. Malaise.  c. Anoreksia. d. Penurunan berat badan. e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu-minggusampai berbulan- bulan).  f. Peningkatan frekuensi pernapasan. g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit. h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi. i. Demam persisten . j. Manifestasi gejala yang umum : pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan.



4. PATOFISIOLOGI Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembangbiak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofildan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.Interaksiantara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awalinfeksi



membentuk



sebuah



massa



jaringan



baru



yang



disebut



granuloma.



Granulomaterdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag sepertidinding.



Granuloma



selanjutnya



berubah



bentuk



menjadi



massa



jaringan



fibrosa.Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atasmakrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif. Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awal jika respons sistem imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif, Pada kasus ini,



ghon tuberculosis mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadisembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru



yang



terinfeksi



kemudianmeradang,



mengakibatkan



timbulnya



bronkopneumonia, membentuk tuberkel, danseterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofagyang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuksel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari).Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel



PATHWAY



5. KLARIFIKASI Ada beberapa klasifikasi TB yaitu menurut Depkes (2007) yaitu : a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena: 1) Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. 2) Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru: 1) Tuberkulosis paru BTA positif. a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 2) Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi: a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.



b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis. c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan. c. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit. 1) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk. 2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu: TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. TB ekstra-paru berat, misalnya



: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,



pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin. d. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu: 1) Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). 2) Kasus kambuh (Relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur). 3) Kasus setelah putus berobat (Default ) Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.



4)



Kasus setelah gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.



5)



Kasus Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.



6) Kasus lain: Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan 6. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN Tuberkulosis paru terutama diobati dengan agens kemoterapi selama periode 12 bulan. 



medikasi garis depan digunakan: isoniasid (INH), rifampin (RIF),



Streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan Pirasinamid (PZA).Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, terutama INH, RIF,PZA selama 4 bulan, dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (totalnya 6 bulan). Pencegahan bisa dengan cara Tutupi mulut saat bersin,batuk,dan tertawa, dan menggunakan masker saat berada ditempat ramai. 7. KOMPLIKASI a. Hepatitis karena efek terapi obat-obatan  b. TB miliaris c. Dermatitis d. Gangguan GI e. Hiperurisemia



DAFTAR PUSTAKA Sudoyo dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV . Jakarta: FKUI.Depkes RI., 2010. Pedoman Nasional penanggulangan Tuberculosis.Jakarta :Gerdunas TB. Edisi 2 hal 46Chandra B, 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC Soemantri A, 2008.Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencan Prenada Media Group