21 0 692 KB
LAPORAN PRAKTIKUM V
Dasar-Dasar Makhluk Hidup (ABKC 5102) Metabolisme II
Disusun Oleh: Silvia Rahmawati 1910129120013
Asisten Dosen: Ahmad Nadirsyah Novia Zahirina Fajarianti
Dosen Pengampu: Ratna Yulinda, M.Pd Sauqina, S.Pd., M.A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN NOVEMBER 2019
PRAKTIKUM V
Topik
: Metabolisme II
Tujuan
: Untuk Mengetahui Proses Respirasi pada Makhluk Hidup
Hari, Tanggal
: Selasa, 12 November 2019
Tempat
: Laboratorium IPA Terpadu FKIP ULM Banjarmasin
I.
DASAR TEORI Metabolisme merupakan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Reaksi kimia ini akan mengubah suatu zat menjadi zat lain. Metabolisme terdiri atas dua proses yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah proses-proses penyusunan energi kimia melalui sintesis senyawa-senyawa organik. Sedangkan katanolisme adalah proses penguraian dan pembebasan energi dari senyawa-senyawa organik melalui proses respirasi. Semua reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim, baik oleh reaksi yang sederhana maupun yang rumit. Atau dengan pengertian lain, anabolisme adalah pembentukan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana, contoh respirasi (Roebayan, 2011). Bernapas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organic (bahan makanan) sel guna memperoleh energi. Pada hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernafasan, yakni berupa paru-paru, insang atau trakea, sementara pada hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan proses pertukaran udara tersebut dilakukan secara langsung dengan difusi melalui permukaan sel-sel tubuhnya. Dari alat pernafasan, oksigen masih harus diangkut oleh darah atau cairan tubuh yang membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan dmanfaatkan untuk oksidasi di dalam sel guna menghasilkan energi (Campbell, 2010)
Respirasi adalah proses untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memproleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikeluarkan melalui proses pernafasan. Karbohidrat substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel adalah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa, pat,; organik, dan protein. Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + O2
6CO2 + H2O + energi
Reaksi ini merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi yang terjadi dalam proses respirasi (Bakri, 2017). Pada tumbuhan berbiji seperti kacang hijau, oksigen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses perkecambahan. Oksigen berperan pada proses respirasi. Respirasi tanaman merupakan proses perombakan gula (karbohidrat) hasil fotosintesis menjadi ATP sebagai sumber energi utama untuk melakukan aktivitas absorpsi, transpirasi, transportasi, pembelahan sel, pembungaan maupun fotosintesis. Fungsi utama repirasi adalah dalam rangka memproduksi energi melalui metabolisme aerobik dalam hal tersebut terkait dengan
konsumsi
oksigen.
Kurangnya
ketersediaan
oksigen
akan
memperlambat perkecambahan pada biji. Oleh karena itu, untuk mengetahui volume oksigen yang dibutuhkan kecambah dalam melakukan respirasi yaitu menggunakan respirometer (Sholikah, 2018). Menurut (Muchyar, dkk, 2018) Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor Antara lain : 1. Ketersediaan substrat 2. Ketersediaan oksigen 3. Suhu 4. Tipe dan umur tumbuhan
Respirometer meruapakan alat yang digunakan untuk mengukur laju respirasi pada organisme atau tumbuhan yang berukuran kecil. Konsep tentang respirasi tersebut dapat diperoleh melalui praktikum dengan mengukur kecepatan respirasi makhluk hidup (Sholikah, 2018) Dalam percobaan respirasi hewan, yang ingin diukur dalam percobaan menggunakan respirometer adalah banyaknya konsumsi O2 pada objek hewan jangkrik belalan, supaya oksigen yang konsumsi bisa diukur maka gas sisa metabolisme, yaitu karbondioksida yang tercampur dengan oksigen di dalam tabung harus diika. Untuk mengikat CO2 hasil pernapasan itu yang lazim digunakan adalah basa kuat KOH. Adapun reaksi yang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut (Bakri, dkk, 2017).: KOH+CO2
K2CO3+H2O (Bakri, dkk, 2017).
Pengembangan peralatan praktikum respirasi menggunakan bahan daur ulang telah berhasil mengukur respirasi pada kecambah kacang hijau. Peralatan praktikum dapat dibuat dari bahan daur ulang sebagai alternatif peralatan praktikum utama tidak tersedia atau susah didapatkan (Prajoko, 2017)
II.
ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan: 1. Botol ukuran kecil
3 buah
2. Sedotan air gelas kemasan
3 buah
3. Pipet tetes
3 buah
4. Gunting 5. Spatula
1 buah
6. Corong Kaca
1 buah
7. Penggaris
1 buah
8. Spidol
1 buah
9. Stopwatch (Handphone)
1 buah
Bahan-bahan yang digunakan: 1. Kacang yang sedang berkecambah
10 buah
2. Belalang
1 Ekor
3. Larutan Eosin
10 ml
4. Plastisin
Secukupnya
5. Vaselin
Secukupnya
6. Kapur Sirih
Secukupnya
7. Kapas
Secukupnya
8. Wrapping Plastik
Secukupnya
9. Kertas Label
Secukupnya
III.
CARA KERJA 1. Menyiapkan alat dan bahan di atas meja laboratorium 2. Mengeluarkan tutup botol dan memberi pada bagian tutup botol 3. Memasukkan sedotan ke bagian tutup botol yang sudah dilubangi dan melapisi dengan plastisin disekitar sedotan 4. Memasukkan sedikit kapur sirih ke dalam dasar tiap botol dengan perlahan dan memasukkan kapas secukupnya 5. Memberikan nama objek belalang dan kacang yang sedang berkecambah pada masing-masing botl menggunakan kertas label termasuk pada botol yang tidak berisi objek 6. Memasukkan kacang yang sedang berkecambah dan belalang ke dalam masing-masing botol sesuai nama pada kertas label 7. Menutup tiap botol kembali dengan penutup botol 8. Mengolesi vaselin pada daerah di sekitar plastisin dan sedotan 9. Melapisi seluruh bagian botol menggunakan wrapping plastic dan mengatur posisi botol menjadi horizontal 10. Mengambil sedikit larutan eosin menggunakan pipet tetes dan memasukkan larutan eosin kedalam ujung sedotan 11. Mengamati proses dan mencatat pengamatan pada lembar kerja
IV.
HASIL PENGAMATAN Respirometer
Keadaan air pada
Kapur + Kapas +
Kapur + Kapas +
respirometer
Belalang
Kecambah
I
0,3
0,2
0,3
II
-
-
-
III
-
-
-
IV
-
-
-
V
-
-
-
VI
-
-
-
VII
-
-
-
VIII
-
-
-
IX
-
-
-
X
-
-
-
XI
-
-
-
XII
-
-
-
XIII
-
-
-
XIV
-
-
-
XV
-
-
-
Kapur + Kapas
V.
ANALISIS DATA Pada percobaan ini, kami menggunakan belalang kayu (Valanga nigricorns) sedang dan kecambah kacang hijau. Sebelum percobaan menyiapkan tiga botol kaca kosong dan diisi dengan kapas dan kapur sirih. Fungsi kapur sirih pada percobaan ini untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan dari larutan pewarna benar-benar hanya disebabkan oleh penyusutan oksigen dan juga sebagai peningkat suhu agar respirasi terpicu menjadi cepat. Kapas berfungsi sebagai indikator adanya uap air (H2O) sebagai hasil dari proses respirasi. Setelah memasukkan kapur sirih dan kapas, lalu memasukkan seekor belalang pada botol A, 10 buah kecambah kacang hijau pada botol B, dan pada botol C tidak diletakkan makhluk hidup. Alasan mengapa menggunakan kecambah kacang hijau, itu karena tumbuhan tumbuhan ini merupakan suatu organisme yang walaupun masih belum berkembang dengan sempurna tetapi sudah bisa melakukan pernafasan. Selanjutnya menutup botol dengan tutup botol yang telah dimasukkan sedotan. Sedotan berfungsi untuk mengukur kecepatan respirasi makhluk hidup yang ada di dalam respirometer. Kemudian pada melapisi bagian atas botol menggunakan wrapping plastic agar memastikan botol benar-benar tertutup rapat. Pemberian plastisin pada tutup botol untuk menutupi bagian celah-celah atau lubang dan mengolesi Vaseline agar udara yang berada pada botol tidak dapat keluar dan udara yang diluar tidak dapat masuk melalui celah-celah. Selajutnya meneteskan sedikit larutan pewarna pada tiap ujung botol menggunakan pipet tetes. Larutan pewarna ini berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme percobaan pada respirometer. Larutan eosin boleh digantikan dengan cairan lainasalkan cairan pengganti tersebut tidak memiliki kandungan yang dapat mempengaruhi proses respirasi di dalam respirometer. Ketika suatu organisme menghirup oksigen maka terjadi penurunan tekanan gas dalam respirometer sehingga cairan berwarna tersebut bergerak masuk kea rah respirometer. Setelah itu mengamati cairan pewarna di dalam sedotan setiap satu menit dalam 15 kali pengukuran.
Pada botol A yang berisi belalang, kapur, dan kapas dari pengulangan awal hingga pengulangan akhir cairan berwarna tidak bergerak sama sekali. Seharusnya ada pergerakan pada cairan berwarna tersebut, karena belalang melakukan respirasi ketika di dalam respirometer. Hal tersebut bisa terjadi karena dua kemungkinan yaitu kapasitas ikat terhadap CO2 hasil respirasi belalang mengalami kejenuhan mengikat uap air dan hal kedua yang mungkin terjadi adalah menurunnya kebugaran hewan uji. Penurunan kebugaran itu sangat mungkin karena ada kemungkinan hewan mengalami keracunan KOH baik dalam bentuk tetean wujud cairnya ataupun asupan uapnya. Hal ini sangat mungkin terjadi karena sulitnya menghindari tercemarnya dinding tabung respirometer dari cemaran KOH, meskipur KOH telah dilapisi kapas. Sebagaimana diketahui bahwa KOH adalah basa kuat yang sangat beracun bila terhirup atau tertelan. Pada botol B yang berisi kecambah kacang hijau, kapur, dan kapas dari pengualngan awal hingga pengulangan akhir tidak ada pergerakan sama sekali pada cairan pewarna tersebut. Hal tersebut terjadi karena pada kecambah kacang hijau membutuhkan CO2 tidak memerlukan oksigen karena pada tumbuhan memerlukan CO2 dan menghasilkan oksigen bukan sebaliknya. Sehingga tidak ada pergerakan sama sekali pada cairan pewarna tersebut. Dan kemungkinan yang bisa terjadi karena kurangnya kapur sirih pada botol. Pada botol C yang hanya berisi kapur dan kapas dari pengulangan awal hingga pengulangan akhir tidak mengalami pergerakan sama sekali pada cairan pewarna tersebut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kapur sirih yang digunakan. Karena jika terlalu banyak kapur sirih akan menyebabkan suhu yang ada dalam respirometer naik dan kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat. Sehingga peningkatan pengambilan oksigen yang membuat cairan pewarna bergerak.
VI.
KESIMPULAN Metabolisme merupakan reaksi kimia yang terjadi di dalam sel. Reaksi kimia ini akan mengubah suatu zat menjadi zat lain. Metabolisme terdiri atas dua proses yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah proses-proses penyusunan energi kimia melalui sintesis senyawa-senyawa organik. Sedangkan katanolisme adalah proses penguraian dan pembebasan energi dari senyawa-senyawa organik melalui proses respirasi. Bernapas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organic (bahan makanan) sel guna memperoleh energi. Dari hasil percobaan apabila di dalam tabung respirometer ada makhkluk hidup maka larutan pewarna akan bergerak karena adanya oksigen dan apabila tidak ada makhluk hidupnya maka larutan pewarna tidak bergerak karena tidak ada oksigen. Pada respirasi tumbuhan yaitu membutuhkan karbondioksida dan menghasilkan oksigen dan uap air. Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor Antara lain : 1. Ketersediaan substrat 2. Ketersediaan oksigen 3. Suhu 4. Tipe dan umur tumbuhan
DAFTAR PUSTAKA Campbell, Neil A. (2000). Biologi. Jakarta : Erlangga Bakri, A. dkk. (2017). Alternatif Bahan Pembungkus Kalium Hidroksida (KOH) dalam Penyerapan O2 dalam Percobaan Respirasi. Jurnal Peneltian Sains, 19(1), 17-22 Muchyar, dkk. (2018). Modul Praktikum Dasar-Dasar Makhluk Hidup. Banjarmasin: Pendidikan IPA FKIP ULM Banjarmasin Prajoko, S.,Amin, M.,Rohman, F., & Gipayana, M. (2017). The usage of recycle materials for science practicum: is there any effect on science procces skills?. International Journal of Evaluation Research in Education (IJERE), 6(1), 1-8 Renobayan. (2011). Biologi. Jakarta: Grasindo Sholikah, N. dkk. (2018). Pengembangan Respirometer Sederhana dari Bahan Daur Ulang. Indonesian Journal of Natural Science Education, 01(01), 41-47
LAMPIRAN FOTO PRAKTKUM A. Alat dan Bahan
Botol ukuran kecil Sedotan air gelas mineral
Pepet Tetes
Spatula
Corong Kaca
Penggaris
Spidol
Stopwatch (Handphone)
Kacang yang sedang berkecambah
Belalang
Larutan pewarna makanan
Plastisin
Vaselin
Kapur Sirih
Kapas
Kertas Label
Wrapping Plastik
B. Cara Kerja
Memberi lubang pada bagian tutup
Melapisi dengan plastisin disekitar
botol
sedotan
Melapisi dengan vaselin disekitar
Memasukkan sedikit kapur sirih ke
sedotan
dalam dasar tiap botol
Memasukkan kapas ke dalam dasar tiap
Memberikan label pada tiap botol
botol secukupnya
meggunakan kertas label
Memasukkan belalang kedalam botol
Memasukkan kecambah kacang hijau
kaca yang telah berisi kapur sirih dan
ke dalam botol kaca yang telah berisi
kapas sebelumnya
kapur sirih dan kapas sebelumnya M
Menutup tiap botol kembali dengan
Melapisi seluruh bagian botol
penutup botol
menggunakan wrapping plastic
Mengatur posis botol menjadi
Mengambil sedikit larutan berwarna
horizontal
menggunakan pipet tetes dan memasukkan larutan pewarna kedalam ujung sedotan
LAMPIRAN PERTANYAAN 1. Apakah terjadi pergerakan pewarna (eosin) pada alat respirometer A, B, C? Mengapa hal itu terjadi? Jelaskan Jawab : Tidak ada pergerakan sama sekali pada pewarna (eosin) pada alat respirometer. Hal itu terjadi karena : Pada botol A yang berisi belalang, kapur, dan kapas dari pengulangan awal hingga pengulangan akhir cairan berwarna tidak bergerak sama sekali. Seharusnya ada pergerakan pada cairan berwarna tersebut, karena belalang melakukan respirasi ketika di dalam respirometer. Hal tersebut bisa terjadi karena dua kemungkinan yaitu kapasitas ikat terhadap CO2 hasil respirasi belalang mengalami kejenuhan mengikat uap air dan hal kedua yang mungkin terjadi adalah menurunnya kebugaran hewan uji. Penurunan kebugaran itu sangat mungkin karena ada kemungkinan hewan mengalami keracunan KOH baik dalam bentuk tetean wujud cairnya ataupun asupan uapnya. Hal ini sangat mungkin terjadi karena sulitnya menghindari tercemarnya dinding tabung respirometer dari cemaran KOH, meskipur KOH telah dilapisi kapas. Sebagaimana diketahui bahwa KOH adalah basa kuat yang sangat beracun bila terhirup atau tertelan. Pada botol B yang berisi kecambah kacang hijau, kapur, dan kapas dari pengualngan awal hingga pengulangan akhir tidak ada pergerakan sama sekali pada cairan pewarna tersebut. Hal tersebut terjadi karena pada kecambah kacang hijau membutuhkan CO2 tidak memerlukan oksigen karena pada tumbuhan memerlukan CO2 dan menghasilkan oksigen bukan sebaliknya. Sehingga tidak ada pergerakan sama sekali pada cairan pewarna tersebut. Dan kemungkinan yang bisa terjadi karena kurangnya kapur sirih pada botol. Pada botol C yang hanya berisi kapur dan kapas dari pengulangan awal hingga pengulangan akhir tidak mengalami pergerakan sama sekali pada cairan pewarna tersebut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kapur
sirih yang digunakan. Karena jika terlalu banyak kapur sirih akan menyebabkan suhu yang ada dalam respirometer naik dan kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat. Sehingga peningkatan pengambilan oksigen yang membuat cairan pewarna bergerak.