Laporan Praktikum Pemilihan Hewan Coba - Kel 1B [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PEMILIHAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN COBA



Di susun oleh : Mita Fatmawati H. Putri Aisyah Q. N.



(201804030) (201804034)



Rizkika Aletha



(201804037)



Sheila Geby S.Z



(201804043)



Valeriana Nataly



(201804045)



Weni Alfionika



(201804046)



Golongan



: 1B



Dosen Pengampu



: Wahyu Nurani Hasmar, M.Farm., Apt



PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA BEKASI 2020



DAFTAR ISI



Daftar Isi.................................................................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................................................................3 1.2 Tujuan......................................................................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum...........................................................................................................................3 2.2 Penggolongan Hewan Secara Umum.............................................................................3 2.3 Definisi Hewan Uji..............................................................................................................4 2.4 Jenis Hewan Uji....................................................................................................................5 2.5 Syarat Menggunakan Hewan Uji.....................................................................................6 BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan......................................................................................................................8 3.2 Cara Kerja...............................................................................................................................8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil.......................................................................................................................................10 4.2 Pembahasan..........................................................................................................................11 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14 5.2 Saran.......................................................................................................................................14 Daftar Pustaka....................................................................................................................................15 Lampiran.............................................................................................................................................16



i



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan, sebagai mahasiswa farmasi sudah seharusnya mengetahui hal-hal



yang



berkaitan



dengan



obat



baik



dari



segi



farmasetik,



farmakodinamik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya. Farmakologi sebagai ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada ketertarikan yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit mengerti farmakologi tanpa pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia, dan ilmu kedokteran klinik. Jadi, farmakologi adalah ilmu yang mengintergrasikan ilmu kedokteran dasar dan menjembatani ilmu praklinik dan klinik. Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu cara membuat, memformulasi, menyimpan, dan menyediakan obat. Keandalan pengamatan manusia terhadap suatu subyek dalam suatu pengamatan sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan suatu alat atau obyek tertentu untuk dapat membantunya dan yang dapat pula dipergunakan sebagai subyek dalam penelitian, diantaranya adalah dengan mempergunakan hewan-hewan percobaan. Pengunaan hewan percobaan terus berkembang hingga kini. Kegunaan hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari subyek yang diinginkan, sebagai model, disamping itu di bidang farmasi juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kebesaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum diberikan kepada manusia.



1



2



Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih mana yang sesuai dan dapat diberikan memberikan gambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi



persyaratan-persyaratan



tertentu,



antara



lain



persyaratan



genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Oleh karena itu, kita dapat lebih mudah menggunakan hewan coba sebagai hewan percobaan. Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak puluhan tahun lalu. Agar mengetahui bagaimana cara kita sebagai mahaasiswa maupun seorang peneliti dalam hal ini mengethaui tentang kemampuan obat pada seluruh aspeknya yang berhubungan dengan efek toksiknya maupun efek sampingnya tentunya kita membutuhkan hewan uji atau hewan percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologis. Hewan laboratorium tersebut digunakan sebagai uji praktik untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Dalam praktikum kali ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan. Mencit merupakan hewan yang mudah ditangani dan bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Sehingga hewan tersebut sering dan banyak digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. 1.2. Tujuan 1. Untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji mencit (mus musculus) dengan metode BCS (Body Condition Scoring) 2. Menghitung perubahan berat badan mencit (mus musculus) dalam masa adaptasi selama 5 (lima) hari.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Teori Umum Pada uji farmakologi suatu sediaan dilakukan uji praklinis dan uji klinik dimana uji praklinik dilakukan pada hewan coba seperti mencit (Mus musculus), tikus (ratus Novergikus), kelinci (oryctogal us cuniculus), marmot (carvia parcellus) dan untuk uji klinik dilakukan pada manusia (Sulaksono,1987). Pemanfaatan hewan percobaan demi pengembangan ilmu dan teknologi semakin meningkat, baik dalam penggandan jumlah, ras,maupun aneka kondisi hewan. Sejalan dengan hal tersebut terjadi pula



peningkatan



teknik



dalam



tata



laksana



peternakan



dan



pengembanganbiakan, serta cara-cara perlakuan dan penanganan terhadap hewan percobaan (Sulaksono,1987).



2.2. Penggolongan Hewan Secara Umum Ditinjau



dari



pemeliharaannya,



segi di



mana



sistem faktor



pengelolaannya keturunan



dan



atau



cara



lingkungan



berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat/karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan menurut (Sundari,1986), yaitu: 1. Hewan liar 2. Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka 3. Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistem barrier (tertutup)



3



4



4. Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistem isolator Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan. Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman. Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran/biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis / keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Smith,1988). 2.3. Definisi Hewan Uji Hewan coba / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik.Mencit merupakan hewan yang paling umum di gunakan pada penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan yaitu sekitar 40-80%. Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan percobaan yaitu siklus hidup yang relative pendek, jumlah anak perkelahian banyak, variasi sifat sifat nya tinggi dan mudah dalam penanganannya (Ridwan,2013).



5



Dalam penggunaan hewan percobaan di samping mutu harus baik, juga pengadaan harus mudah dan siap setiap saat bila mana diperlukan



.



Dengan



demikian



tidak



terjadi



kendala



dalarn



merencanakan suatu percobaan. Rancangan percobaan yang makin komplek banyak perlakuan, makin banyak memerlukan hewan. Lebihlebih kalau merencanakan membunuh hewan pada periode berbedabeda, hewan perkelompok harus tersedia cukup banyak. Lama penggunaan hewan percobaan dapat pula mempengaruhi cara pengadaannya (Sundari,1986).



2.4. Jenis Hewan Uji Hewan yang digunakan diantaranya adalah mencit, tikus, kelinci, marmot. karakteristik utama mencit : hewan mencit di laboraturium mudah ditangani ia bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif dimalam hari dari pada siang hari. Kehadiran manusia akan o



menghambat aktivitas mencit. Suhu normal 37,4 C. Laju respirasi normal 163 kali tiap menit (Tjay,2002). Karakteristik utama tikus : tikus relatif resisten terhadap infeksi dan cerdas. Tikus putih pada umumnya tenang dan mudah ditangani. Ia tidak begitu bersifat fotofobik dibandingkan dengan mencit,dan kecenderungan untuk berkumpul sesamanya, ukuran tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak begitu terganggu dengan adanya manusia disekitanya. Suhu tubuh 0



normal : 37,5-38,0 C. Laju respirasi normal 210 tiap menit. Bila diperlakukan kasar (atau apabila ia mengalami defisiensi nutrisi) tikus menjadi galak dan sering menyerang si pemegang.Mencit dan tikus digunakan sebagai hewan model hidup dalam berbagai kegiatan penelitan terutama yang akan diterapkan pada manusia. Hewan



6



ini mudah didapat, mudah dikembangbiakkan dan harganya relatip murah, ukurannya kecil sehingga mudah ditangani, jumlah anak perperanakannya banyak. Sebagaimana makhluk hidup lainnya selama pertumbuhan dan perkembangannya mencit tidak dapat lepas dari pengaruh berbagai faktor lingkungan hidupnya (Moriwaki,1994).



2.5. Syarat Menggunakan Hewan Uji Dalam penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba, juga harus diterapkan prinsip 3 R dalam protokol penelitian, yaitu: replacement, reduction, dan refinement (Sulaksono,1987). Replacement adalah banyaknya hewan percobaan yang perlu digunakan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari penelitian sejenis yang sebelumnya, maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. Replacement terbagi menjadi dua bagian, yaitu: relatif (sebisa mungkin mengganti hewan percobaan dengan memakai organ/jaringan hewan dari rumah potong atau hewan dari ordo lebih rendah) dan absolut (Sulaksono,1987). Reduction diartikan sebagai pemanfaatan hewan dalam penelitian seminimal mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Jumlah minimal biasa dihitung menggunakan rumus Frederer yaitu (n1) (t-1) >15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t Praktikum Farmakologi 5 adalah jumlah kelompok perlakuan. Kelemahan dari rumus ini adalah semakin sedikit kelompok penelitian, semakin banyak jumlah hewan yang diperlukan, serta sebaliknya. Untuk mengatasinya, diperlukan penggunaan desain statistik yang tepat agar didapatkan hasil penelitian yang sahih (Sulaksono,1987).



7



Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi (humane), memelihara hewan dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir penelitian. Didalam penelitian, ada beberapa hewan uji yang sering digunakan, yakni tikus, kelinci, dan primata. Permasalahannya adalah tidak sembarang hewan uji bisa digunakan untuk penelitian. Hewan hewan uji tersebut harus memenuhi beberapa kriteria sehingga hewan uji dapat dikatakan sesuai untuk fungsi atau penyakit yang di jadikan obyek penelitian kita. Berikut beberapa spesies hewan uji beserta karakteristiknya serta seringnya peneliti menggunakannya (Sulaksono,1987).



BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1. Alat dan Bahan



➢ Alat • • •



Sarung tangan Kandang mencit Alat perlindung diri



➢ Bahan • •



Pakan mencit Air minum mencit



➢ Hewan Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat badan 20g-30g berumur antara 6-8 minggu. 3.2. Cara Kerja 1. Pemilihan hewan coba Siapkan 5 ekor mencit Siapkan 5 ekor mencit



Letakan satu ekor mencit diatas kandang yang terbuat dari



Biarkan mencit dalam posisi istirahat



Amati kondisi tulang belakang mencit hingga ke tulang dekat kemaluan (bokong)



8



9



Secara perlahan-lahan sentuhlah (rabalah) bagian tulang belakang hingga ke tulang bokong



Catatlah hasil pengamatan dan perabahan serta ulangi untuk 4 mencit yang lain 2. Pemeliharaan hewan coba Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 10



Hewan percobaan kemudian ditimbang berat badannya dan dikelompokkan menjadi 2 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor



Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang yang berbeda



Mencit diaklimatisasi selama 7 hari dengan pemberian makan dengan pakan regular dan air minum



Mencit dipelihara dalam ruangan yang dengan suhu kamar sama, tetapi dengan siklus cahaya terang : gelap yang berbeda dimana kelompok I dengan siklus cahaya terang : gelap (14 : 10) dan kelompok II dengan siklus terang : gelap (10 : 14)



Setelah 7 hari mencit kemudian ditimbang berat badannya dan dicatat



Hitunglah persentase perubahan berat badan sebelum dan sesudah perlakuan



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 1. Data hasil pengamatan perabaan pada mencit No. Mencit



Berat badan (g)



Hasil Nomor BCS



Keterangan



1. Mencit I



1,0 gram



1



Mencit kurus, tulang sedikit terlihat dan sedikit sekali daging



2. Mencit II



1,1 gram



2



Mencit kondisi standart urus, tulang terlihat jelas dan terdapat sedikit daging



3. Mencit III



1,2 gram



2



Mencit kondisi standart urus, tulang terlihat jelas dan terdapat sedikit daging



4. Mencit IV



1,0 gram



2



Mencit kondisi standart urus, tulang terlihat jelas dan terdapat sedikit daging



5. Mencit V



1,1 gram



2



Mencit kondisi standart urus, tulang terlihat jelas dan terdapat sedikit daging



10



11



2. Perubahan berat badan pada mencit Berat badan (g) Mencit Kelompok



1 (siklus gelap)



Persentase Sebelum



Sesudah



No. 1



1,0



1,1



90,90%



No. 2



1,1



1,2



91,6%



No. 3



1,2



1,3



92,30%



No. 4



1,1



1,3



84,61%



No. 5



1,1



1,3



84,61%



4.2. Pembahasan Pada praktikum farmakologi kali ini, telah dilakukan pemilihan hewan coba berupa mencit. Untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji yang berupa mencit adalah dengan menggunakan metode BCS (Body Condition Scoring).



Mencit dengan bahasa latin Mus musculus termasuk juga dalam hewan pengerat. Hewan ini selalu dipakai dalam penelitian karena bentuk tubuhnya yang kecil, penanganannya yang kompleks dan memiliki sistem tubuh yang sama dengan manusia. Untuk mendapatkan penelitian ilmiah yang baik, maka semua aspek dalam protokol penelitian harus direncanakan dengan seksama, termasuk dalam pemilihan hewan percobaan, penting untuk memastikan bahwa penggunaan hewan percobaan merupakan pilihan terakhir dimana tidak terdapat cara lain yang bisa menggantikannya. Pada saat praktikum, mahasiswa melakukan pemindahan mencit dari kandang ke wadah yang lebih besar. Setelah itu mahasiswa mulai meraba bagian tulang sacroiliac pada mencit, lalu dilakukan pencocokan dengan nilai Body Condition Scoring (BCS).



12



Body Condition Scoring (BCS) merupakan penilaian kondisi tubuh untuk menilai endpoint klinis hewan. BCS merupakan penilaian yang cepat, noninvasif dan efektif dalam menilai kondisi fisik hewan. Dalam banyak kasus, BCS adalah titik akhir klinis yang lebih baik daripada berat badan. Penggunaan berat badan saja tidak dapat membedakan antara lemak tubuh atau simpanan otot. Berat badan hewan yang kurang dapat tertutupi oleh kondisi abnormal (misalnya pertumbuhan tumor, akumulasi cairan ascetic, dan pembesaran organ) atau pada kondisi normal (misalnya kehamilan). Selain itu jika suatu hewan telah kehilangan berat badan lebih dari 20% namun berdasarkan penilaian BCS kondisinya masih di nilai 3 (BCS 3) maka mungkin belum perlu dilakukaan euthanasia segera. Dengan demikian, BCS adalah penanda yang lebih komprehensif dan akurat untuk kesehatan hewan dibandingkan kehilangan berat badan. Nilai BCS yang kurang dari 2 biasanya akan dianggap sebagai titik akhir klinis. Endpoint klinis lain juga dapat dilaporkan seperti penurunan perilaku eksplorasi, keengganan untuk bergerak (penurunan penggerak / mobilitas), postur membungkuk, piloereksi (rambut berdiri), dehidrasi sedang hingga berat (mata cekung, lesu), nyeri tak hentihentinya (misalnya distress vokalisasi). Pada praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui cara memilih hewan uji yang baik serta penanganan hewan uji tersebut. Hewan uji yang dipilih berkelamin jantan karena sistem imun pada mencit jantan cenderung lebih tidak dipengaruhi oleh hormon repeoduksi. Pada saat praktikum mahasiswa juga dapat melakukan perabaan pada tulang sacroiliac untuk pengukuran kesehatan hewan uji dan mencocokkannya dengan nilai pada BCS. Hasil praktikum yang didapat pada data kelompok kami hanya mencit nomor 1 yang menunjukkan klasifikasi BCS nilai 1, yang artinya mencit tersebut kurus dan tulang-tulang pada tubuhnya pun terlihat sangat jelas. Jika diraba, tidak terasa adanya lemak maupun daging. Dari bagian atas juga terlihat sekali bagian-bagian tubuhnya tidak berisi lemak ataupun daging. Sedangkan



13



untuk mencit dari nomor 2 sampai 5 termasuk kategori BCS nilai 2 dimana mencit dibawah kondisi standar. Tulang-tulangnya masih terlihat jelas, namun bila diraba masih terasa adanya daging atau lemak. Jika dilihat dari atas sudah tidak terlalu berlekuk-lekuk, agak berisi. Tulang pelvic dorsal-nya pun dapat langsung terasa. Mahasiswa melakukan pengukuran berat badan pada hewan uji sebelum diaklimasi selama 7 hari dengan pemberian pakan reguler dan air minum. Setelah dilakukannya pemeliharaan mencit pada suhu kamar dengan siklus gelap menggunakan penutup koran. Dilakukan pengukuran berat badan kembali pada hewan uji untuk mendapatkan persentase perubahan berat badan yang terjadi pada hewan uji selama 7 hari. Hasil pengukuran berat badan pada mencit setelah pemeliharan dengan siklus gelap selama seminggu mengalami peningkatan atau penaikan berat badan. Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan dari mencit yaitu salah satunya faktor makanan dan protein yang terkandung dalam pakan tersebut serta faktor lingkungan tempat hidup yang sangat baik. Mencit juga merupakan mamalia yang memiliki waktu pertumbuhan yang relatif cepat. Aktifitas mencit dimalam hari atau kondisi gelap lebih aktif sehingga menjadi agresif, tetapi kehadiran manusia akan mengurangi aktifitasnya karena hewan ini bersifat penakut. Jika penangannya tidak sesuai biasanya mencit akan buang air besar ataupun buang air kecil, hal ini terjadi dikarenakan mencit strees, takut ataupun merasa terancam.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dalam praktikum Pemilihan Hewan Coba, kami menggunakan hewan mencit galur murni jantan sebagai percobaan dan menggunakan metode BCS. Metode ini dilakukan untuk mengukur tingkat kesehatan hewan uji yang berupa mencit adalah dengan menggunakan metode BCS (Body Condition Scoring). BCS merupakan penilaian kondisi tubuh untuk menilai endpoint klinis hewan. Lewat metode ini, kami memperoleh data bahwa mencit yang kami gunakan memiliki nilai BCS 1 untuk 1 mencit dan nilai BCS 2 untuk 4 mencit.



Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi penambahan bobot badan dari mencit, salah satunya adalah faktor makanan dan protein yang terkandung dalam pakan tersebut serta faktor lingkungan tempat hidup yang harus dijaga dengan baik. Pengaruh cahaya gelap terhadap masa adaptasi mencit adalah adanya kenaikan berat badan pada mencit. Intensitas cahaya tidak banyak berpengaruh terhadap kesehatan mencit (dalam hal ini berat badan) karena mencit lebih aktif dimalam hari dibandingkan siang hari. 5.2. Saran Perlu adanya pengawasan dan indikator yang lebih jelas terhadap penggunaan nilai BCS. Sebab penggunaan metode BCS dilakukan berdasarkan pengamatan kualitatif. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan hubungan masa adaptasi mencit pada waktu siang hari (pengaruh berat badan terhadap cahaya) dan malam hari (pengaruh berat badan terhadap cahaya gelap/ tidak ada cahaya) dengan rentang waktu yang lebih panjang untuk melihat hubungan cahaya terhadap berat badan dan masa adaptasi mencit.



14



DAFTAR PUSTAKA



Moriwaki, K.T., Shiroshi,. H. Yonekawa. 1994. Genetic in Wild Mice Its Application to Biomedical Research. Japan Scientific Societies Press. Karger: Tokyo. Ridwan, E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan .Journal of the Indonesian Medical Association Vol. 63, No. 3, Hal: 112-119. Smith, J. B., Soesanto M. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta : Kemenkes RI. Sulaksono, M.E. 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan Hewan Percobaan. Jakarta. Sundari, S,Y.,Pudjoprajitno, Edhie, M. S., Patra,K. 1986. Keadaan dan Masalah Hewan Uji di Indonesia . Jurnal Penelitian Kesehatan. (3).14 Tjay dan Rahardja. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya, Edisi V. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia: Jakarta



15



LAMPIRAN



(Mencit 1 awal percobaan)



(Mencit 1 percobaan cahaya gelap)



(Mencit 2 awal percobaan)



(Mencit 2 percobaan cahaya gelap)



16



17



(Mencit 3 awal percobaan)



(Mencit 3 percobaan cahaya gelap)



(Mencit 4 awal percobaan)



(Mencit 4 percobaan cahaya gelap)



(Mencit 5 awal percobaan)



(Mencit 5 percobaan cahaya gelap)