Laporan Pengenalan Hewan Kel.1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LABORATORIUM FARMASI LAPORAN PRAKTIKUM MK FARMAKOLOGI 1



PENGENALAN HEWAN COBA



OLEH : KELOMPOK I CHINTIA RAHMATIA BAKRI



754840120042



ELIN SULFIANI



754840120043



FADHLU YUDHA RAHMAN KAMARU



754840120046



MELIS MA’RUF



754840120051



NUR’AIN BUTOLO



754840120057



RIVALDO BUNTUANG



754840120067



SRI YUSPITA CANI



754840120075



PEMBIMBING : YSRAFIL., S.Farm., M.Biomed



PROGRAM STUDI D3 FARMASI JURUSAN FARMASI POLTEKKES KEMENKES GORONTALO TAHUN AKADEMIK 2021/2022



KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat beraktivitas sebagaimana mestinya termasuk dalam penyusunan laporan ini yang berjudul “PENGENALAN HEWAN COBA”. Dalam penyusunan laporan ini ada beberapa pihak yang membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.



Gorontalo, 15 November 2021



Kelompok I



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.......................................................................................i DAFTAR ISI......................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1 1.1 Latar Belakang........................................................................................1 1.2 Tujuan Percobaan....................................................................................2 1.3 Prinsip Percobaan....................................................................................2 1.4 Manfaat Percobaan..................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3 2.1 Pengertian Hewan Coba..........................................................................3 2.2 Cara Pemberian Obat ..............................................................................4 2.3 Uraian Hewan Coba................................................................................7 BAB III METODE KERJA..............................................................................11 3.1 Alat dan Bahan........................................................................................11 3.2 Prosedur Kerja.........................................................................................11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................13 4.1 Hasil Pengamatan....................................................................................13 4.2 Pembahasan.............................................................................................13 BAB V PENUTUP.............................................................................................16 5.1 Kesimpulan..............................................................................................16 5.2 Saran........................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................18 LAMPIRAN.......................................................................................................19



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Farmakologi dan Toksikologi adalah Ilmu yang membahas tentang pokok-pokok prinsip dasar kerja obat, farmakodinamik, farmakokinetik. Dalam percobaan ini, kita terlebih dahulu mengetahui dan mengenal hewan yang akan dijadikan sebagai bahan percobaan. Hewan coba atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis. (Hau & Hoosier Jr., 2003). Penggunaan hewan hidup ini penting sebagai alat untuk memperjelas teori dan fenomena yang terjadi dalam materi mata kuliah yang bersangkutan dan hal ini tidak dapat dihindari. Dan Kegunaan hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari subyek yang diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum diberikan kepada manusia. Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Pentingnya pengetahuan mengenai teknik handle hewan coba yaitu mempermudah mahasiswa dalam praktikum/penelitian yang berhubungan dengan hewan coba. Ada beberapa hal yang harus diketahui mengenai hewan coba antara lain pakannya, tempat hidupnya dan cara penggunaan pemberian



obat secara oral, intravena dan intraperitonial. Oleh karena itu, kita melaksanakan



praktikum



pengenalan



hewan



percobaan



ini



dengan



menggunakan beberapa jenis hewan yaitu Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus). 1.2 Tujuan Percobaan 1. Untuk mengetahui dan memahami cara penanganan dari masing-masing hewan coba yang digunakan yakni Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus). 2. Untuk mengetahui cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuskular dan intraperiontal pada hewan coba yakni Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus). 1.3 Prinsip Percobaan Memperlakukan hewan percobaan dengan baik sesuai dengan cara penanganannya sehingga hewan uji tetap tenang dan merasa aman pada saat diberi perlakuan. 1.4 Manfaat Percobaan 1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara penanganan dari masing-masing hewan coba



yang digunakan yakni Mencit (Mus



musculus), Tikus (Rattus novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus). 2. Mahsiswa dapat mengetahui cara pemberian obat yang benar pada hewan coba Mencit (Mus musculus), Tikus (Rattus novergicus) dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hewan Percobaan Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003). Penggunaan hewan uji sebagai pengganti dari subyek yang diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga digunakan sebagai alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum diberikan kepada manusia. Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Tjay,T.H dan Rahardja,K, 2002). Ditinjau dari segi sistem pengelolaannya atau cara pemeliharaannya, di mana faktor keturunan dan lingkungan berhubungan dengan sifat biologis yang terlihat/karakteristik hewan percobaan, maka ada 4 golongan hewan, yaitu: 1. Hewan Liar 2. Hewan yang konvensional, yaitu hewan yang dipelihara secara terbuka



3. Hewan yang bebas kuman spesifik patogen, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistim barrier (tertutup) 4. Hewan yang bebas sama sekali dari benih kuman, yaitu hewan yang dipelihara dengan sistem isolator Sudah barang tentu penggunaan hewan percobaan tersebut di atas disesuaikan dengan macam percobaan biomedis yang akan dilakukan. Semakin meningkat cara pemeliharaan, semakin sempurna pula hasil percobaan yang dilakukan. Dengan demikian, apabila suatu percobaan dilakukan terhadap hewan percobaan yang liar, hasilnya akan berbeda bila menggunakan hewan percobaan konvensional ilmiah maupun hewan yang bebas kuman (Sulaksonono, M.E., 1987). 2.2 Cara Pemberian Obat Cara pemberian obat sangat penting, karena setiap jenis obat berbeda penyerapannya oleh tubuh dan sangat bergantung pada lokasi pemberian. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemberian obat ini juga sangat penting bergantung pada kondisi individu, jenis kelamin dan spesies hewan laboratorium. Hewan percobaan yang dipakai sebagai Animal Model merupakan suatu modal dasar dan modal hidup yang mutlak dalam bebagai kegiatan penelitian (riset). Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya. (Katzug, B.G,1989) Rute pemberian obat (Routes of Administration) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek obat, karena karakteristik lingkungan fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda pada daerah kontak obat dan



tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai darah yang berbeda enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang terdapat di lingkungan tersebut berbeda. Hal-hal ini menyebabkan bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug, B.G,1989). Cara pemberian obat pada hewan percobaan yaitu: 1. Per-Oral Sebagian besar obat diberikan melalui mulut dan ditelan. Beberapa obat (misalnya : alcohol dan aspirin) dapat diserap dengan cepat dari lambung, tetapi kebanyakan obat diabsorpsi sebagian besar melalui usus halus. Absorpsi obat melalui usus halus, pengukuran yang dilakukan terhadap absorpsi obat baik secara in vivo maupun secara in vitro, menunjukan bahwa mekanisme dasar absorpsi obat melaluiusus halus ini adalah secara transfer pasif. Dimana kecepatan obat ditentukan oleh derajat ionisasi obat dan lipid solubilitas dari molekul obat tersebut. Keuntungan pemberian obat dengan cara oral yaitu mudah, ekonomis, tidak perlu steril. Sedangkan kerugiannya rasanya yang tidak enak dapat mengurangi kepatuhan (mual), kemungkinan dapat mengiritasi lambung dan usus, menginduksi mual, dan pasien harus dalam keadaaan sadar. Selain itu obat dapat mengalami metabolisme lintas pertama dan absorpsi dapat terganggu dengan adanya makanan (Anonim, 2007). 2. Intraperiontal Rongga peritoneum mempunyai permukaan absorpsi yang sangat luas sehingga obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat. Cara ini banyak digunakan di laboratorium tetapi jarang digunakan di klinik karena adanya bahaya infeksi dan perlengketan peritoneu. Keuntungannya adalah obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat (Munaf, 1994).



3. Subkutan Suntikan subkutan hanya bisa dilakukan untuk obat-obat yang tidak menyebabkan iritasi terhadap jaringan karena akan menyebabkan rasa sakit hebat, bnekrosis dan pengelupasan kulit. Absorpsi melalui subkutan ini dapat pula bervariasi sesuai dengan yang diinginkan. Keuntungannya obat dapat diberikan dalam kondisi sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberian obat perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi lokal ditempat injeksi (Anonim, 2007). 4. Intravena Pemberian obat secara intravena adalah cara yang paling cepat dan paling pasti. Suatu suntikan tunggal intravena akan memberikan kadar obat yang sangat tinggi yang pertama-tama akan mencapai paru-paru dan kemudian ke sirkulasi sistemik. Kadar puncak yang mencapai jaringan tergantung pada kecepatan suntikan yang harus diberikan secara perlahanlahan sekali. Obat-obat yang berupa larutan dalam minyak dapat menggumpalkan darah atau dapat menyebabkan hemolisa darah, karena itu tidak boleh diberikan secara intravena. Keuntungan rute ini adalah jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV daripada melalui SC, cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat, efek sistemik dapat segera dicapai, level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan. Sedangkan kerugiannya adalah meliputi 4 gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti



pemberian



cepat



volumecairan



dalam



jumlah



besar,



perkembangan potensial trombophlebitis, kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau teknik injeksi septik, dan pembatasan cairan berair (Mutschler, 1986).



5. Intramuskular Obat-obat yang larut dalam air akan diabsorbsi dengan cepat setelah penyuntikan IM. Disuntikkan ke dalam jaringan otot, umumnya di otot pantat atau paha. Umumnya kecepatan absorpsi setelah penyuntikan pada muskulus deloid atau vastus lateralis adalah lebih cepat dari pada bila disuntikkan pada gluteus maximus. Pemberian suntikan intra-anterial. Kadang-kadang obat disuntikan ke dalam sebuah arteri untuk mendapatkan efek yang terlokalisir pada jaringan atau alat tubuh tertentu. Tetapi nilai terapi cara ini masih belum pasti. Kadang-kadang obat tertentu juga disuntikan intra arteri untuk keperluan diagnosis. Suntikan intraarteri harus dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli. Pemberian suntikan intratekal. dengan cara ini obat langsung disuntikkan ke dalam ruang subaraknoid spinal. Suntikanin tratekal dilakukan karena banyak obat yang tidak dapat mencapi otak, karena adanya sawar darah otak. Keuntungan pemberian obat dengan cara ini, absorpsi berlangsung dengan cepat, dapat diberikan pada pasien sadar atau tidak sadar, sedangkan kerugiannya dalam pemberiannya perlu prosedur steril, sakit, dapat terjadi iritasi ditempat injeksi (Munaf, 1994). 2.3 Uraian Hewan Coba 1) Kelinci (Oryctolagus cuniculus) (Syarif, M. 2010) a.  Klasifikasi Kerajaan              : Animalia Filum                  : Chordata Sub filum            : Vertebrata Kelas                   : Mamalia Ordo                    : Lagumorida Family                 : Leporidae Genus                  : Oryctolagus Spesies                : Oryctolagus cuniculus



b.  Morfologi Kelinci mempunyai punggung melengkung dan berekor pendek, kepalanya kecil dan telinganya tegak lurus ke atas akan tetapi bibir terbelah dan yang bagian atasnya bersambung hingga hidung. Mempunyai beberapa helai kumis dan pembuluh darah banyak terdapat pada telinga. c.   Karakteristik Masa reproduksi              : 1-3 tahun Masa hamil                     : 28-35 hari Umur dewasa                 : 4-10 bulan Umur kawin                    : 6-12 bulan Siklus kelamin                : Setahun 5 kali hamil Periode eksterus            Jumlah kelahiran       



: 11-15 hari    : 4-10



Volume darah                  : 10 ml/kg berat badan Masa perkawinan       



   : 1 minggu



2) Mencit (Mus musculus) (Syarif, M. 2010) a. Klasifikasi Kerajaan



: Animalia



Filum



: Chordata



Kelas



: Mammalia



Ordo



: Rodentia



Famili



: Muridae



Subfamili



: Murinae



Genus



: Mus



Subgenus



: Mus



Spesies



: M. Musculus



b. Morfologi Ukuran lebih kecil, bulu berwarna putih, dan warna kulit lebih pucat, mata berwarna hitam dan kulit berpigmen.



c. Karakteristik Lama hidup



: 1-2 tahun bisa sampai 3 tahun



Lama bunting



: 19-21 hari



Umur dewasa



: 35 hari



Siklus eksterus



: 4-5 hari



Lama ekstrus



: 12-24 jam



Berat dewasa



: 20-40 gram



Berat lahir



: 0,5-1 gram



Jumlah anak



: 6-15



Suhu tubuh



: 35-390C



Volume darah



: 6% BB



3). Tikus ( Rattus novergicus) (Syarif, M. 2010) a.    Klasifikasi Kerajaan             



: Animalia



Filum                   



: Chordata



Kelas                   



: Mamalia



Ordo                   



  : Rodentia



Family              



    : Murinae



Genus              



    : Rattus



Spesies               



: Rattus novergicus



b.    Morfologi Memiliki kepala, badan, dan leher yang terlihat jelas, tubuhnya tertutup



rambut, ekornya



bersisik, kadang-kadang



berambut.



Merupakan hewan liar, mempunyai sepasang daun telinga dan bibir yang lentur. c.    Karakteristik Lama hidup                   



: 2-3 tahun



Lama produksi              



: 1 tahun



Lama hamil                    



: 20-22 hari



Umur dewasa                



: 40-60 hari



Umur kawin                   



: 10 minggu



Siklus eksterus             



  : 9-10 gram



Ovulasi                         



   : 8-11 jam



Berat dewasa              



    : 300-400 gram



Berat lahir                       



: 5-6 gram



Jumlah anak                 



: 9-20 ekor



BAB III METODE KERJA 3.1 Alat dan bahan 1) Alat a. Handscoon b. Lap Kasar c. Kawat Kandang 2) Bahan a. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) b. Mencit (Mus musculus) c. Tikus ( Rattus novergicus) 3.2 Prosedur Kerja a) Cara memegang Mencit 1. Diangkat mencit dengan cara memegang ekornya ke arah atas dengan tangan kanan 2. Diletakkan mencit dipermukaan yang kasar, dibiarkan mencit menjangkau/ mencengkram alas kasar 3. Dijepit kulit tengkuk mencit menggunakan tangan kiri dengan ibu jari



telunjuk menjepit kulit tengkuk mencit seerat/ setegang



mungkin. 4. Dipindahkan ekornya dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri. 5. Diberi perlakuan b) Cara memegang Tikus 1. Diangkat



Tikus dengan lembut degan menempatkan tangan



disekitar dada bagian atas tanpa meremas, tempat ibu jari dibawah rahang hewan jika takut digigit, tetapi tidak memberikan tekanan pada tenggorokan.



2. Dipijat perut tikus dengan lembut, berbicara dengan tenang dan menghindari suara nada tinggi. Ingatlah untuk menahan bagian belakang hewan. c). Cara memegang Kelinci 1.



Diposisikan Kelinci harus di atas handuk/ baju laboratorium, pastikan anda memiliki control penuh atas hewan setiap saat, sehingga kelincitidak dapat membahayakan dirinya sendiri sendiri dengan melompat dari meja.



2.



Dipegang kulit di leher kelinci



3.



Ditahan bagian bawah kelinci dengan tangan yang lain



4.



Diangkat bagian belakang kelinci dengan mendukung daerah pinggul antara kaki



5.



Dilepas lengan kanan untuk sementara, misalnya untuk membuka pintu kandang. Kepala hewan harus ditutup setiap saat oleh siku.



6.



Dipegang kelinci menggunakan jas lab, handuk tebal atau kain yag melilit hewan. Sehingga memberikan rasaaman. Kelinci tidak suka ditinggal ditempat-tempat terbuka.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil No. 1. 2. 3.



Nama Hewan Uji Mencit Mus musculus Tikus Kelinci



Latin Mus musculus Rottus novergicus Oryctolagus



Berat Badan 23 g 200 g 1,5 kg



cuniculus



4.2 Pembahasan Mencit dengan bahasa latin Mus musculus termasuk juga dalam hewan pengerat. Hewan ini selalu dipakai dalam penelitian karena bentuk tubuhnya yang kecil, penanganannya yang kompleks dan memiliki sistem tubuh yang sama dengan manusia. Perlakuan pada hewan coba mencit (Mus musculus) dilakukan dengan ujung ekor diangkat dengan tangan kanan, dan mencit diletakkan diatas alas yang kasar, kemudian, mencit (Mus musculus) dibiarkan mencengkeram alas yang kasar sehingga tertahan ditempat. Ibu jari dan jari telunjuk kiri menjepit kulit tengkuk seerat mungkin. Ekor dipindahkan, dijepit di antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri. Mencit (Mus musculus) siap diberi perlakuan dengan tangan kanan. Keuntungan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus) yaitu mudah ditangani, mudah dikembangbiakan, mudah dipelihara dan reaksi obat yang digunakan ke tubuhnya cepat terlihat. Sedangkan kerugiannya yaitu aktivitas terganggu bila ada manusia untuk pemberian oral agak sulit dilakukan karena ukurannya yang kecil. Tikus dengan bahasa latin Rottus novergicus termasuk hewan pengerat juga sama seperti mencit (Mus musculus). Hewan coba tikus digunakan untuk



menguji berbagai macam obat dan suplemen sehingga tercipta pengembangan ilmu medis terbaru dan bermanfaat bagi manusia. Perlakuan pada hewan uji tikus (Rottus novergicus) dilakukan diangkat hewan uji secara lembut dengan menempatkan tangan anda di sekitar dada bagia atas, tanpa meremas. Tempatkan ibu jari anda di bawa rahang hewan jika anda takut digigit, tetapi tidak memberikan tekanan pada tenggorokan. Menurut dr. Alvin Nursalim, Sp.PD alasan para ahli menggunakan hewan uji tikus (Rottus novergicus) antara lain mudah didapat dan disimpan di lab, mudah berkembang biak, usia tikus pendek, relatif jinak dan kesamaan genetik dan biologis dengan manusia. Kelinci dengan bahasa latin (Oryctolagus cuniculus), awalnya kelinci diklasifikasikan ke dalam ordo Rodensia (binatang pengerat) yang bergigi seri empat, namun sekarang digolongkan ke dalam ordo tersendiri yaitu ordo Logomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al, 1987). Perlakuan pada hewan uji kelinci (Oryctolagus cuniculus) dilakukan dengan memegang kulit di leher kelinci (Oryctolagus cuniculus), lalu ditahan bagian bawah kelinci dengan tangan yang lain. Kemudian, diangkat bagian belakangnya kelinci (Oryctolagus cuniculus) dengan mendukung daerah pinggul antara kaki. Lengan kanan sekarang dapat dilepas untuk sementara, misalnya untuk membuka pintu kandang. Kepala hewan kelinci harus ditutupi setiap saat oleh siku anda. Kelinci dapat dipegang menggunakan lap kasar/lap halus yang melilit kelinci tersebut sehingga memberikan rasa aman. Kelinci adalah salah satu hewan yang tak bisa muntah, ilah sebabnya kelinci dijadikan sebagai bahan eksperimen di laboratorium karena seluruh zat kimia yang diberikan akan masuk ke dalam tubuh kelinci tanpa perlu khawatir dimuntahkan. Dalam pemberian zat atau obat pada hewan harus diperhatikan 1 hal yakni sebelum diberikan zat atau obat pada hewan coba, hewan coba harus



puasa untuk mengurangi interaksi atau variasi biologis dengan makanan yang nantinya akan menghambat dan memperlambat efek dari zat atau obat yang diberikan.



BAB V PENUTUP



5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Cara penanganan dari masing-masing hewan uji yang digunakan yaitu: a. Mencit (Mus musculus), mencit diangkat dengan memegang ekor kearah atas dengan tangan kanan. Lalu, letakkan di atas permukaan yang kasar. Kemudia, tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuk mencit seerat mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan demikian, mencit tlah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi perlakuan. b. Tikus (Rottus novergicus), diangkat hewan secara lembut dengan menempatkan tangan di sekitar dada bagian atas, tanpa meremas. Tempatkan ibu jari di bawah rahang hewan jika takut digigit. c. Kelinci (Oryctolagus cuniculus), dipegang kulit dileher kelinci. Lalu, ditahan bagian bawah kelinci dengan tangan yang lain. Angkat bagian belakang kelinci dengan mendukung daerah pinggul antara kaki. Lengan kanan sekarang dapat dilepas. Kepala hewan harus ditutupi setiap saat oleh siku. 2. Cara pemberian obat pada mencit (Mus musculus), tikus (Rottus novergicus) dan kelinci (Oryctolagus cuniculus) antara lain pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuskular dan intraperitonial. 5.2 Saran Sebaiknya dalam menangani hewan coba perlu diperhatikan etika-etika penanganan hewan coba di laboratorium.



DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2007). Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan



Keamanannya,



(http://www.jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/



vo3no1/lusia0301.pdf, diakses pada 26 Agustus 2007). Hau, J. &. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science Second Edition. Boca Raton: CRC Press. Katzung, B. G. (1994). Buku Bantu Farmakologi, 137, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, EGC, Jakarta. Malole,



&



Promono.



(1989).



Penggunaan



Hewan-Hewan



Percobaan



Laboratorium. Bogor : IPB. Munaf, S.



(1994). Catatan Kuliah Farmakologi, Penerbit Buku Kedokteran,



ECG. Mutschler, E. (1986). Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, diterjemahkan oleh Widianto, M.B., dan Ranti, A.S., Edisi Kelima, 157158, Penerbit ITB, Bandung. Sulaksono, M. E. (1992). Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan Karakteristik Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis. Jakarta.



LAMPIRAN Gambar



Keterangan Gambar



hewan



percobaan



Kelinci



(Oryctolagus cuniculus) yang digunakan.



Gambar



pada



saat



mempraktikan



cara



penanganan kelinci untuk diberikan perlakuan



Gambar hewan percobaan Tikus (Rottus novergicus) yang digunakan.



Gambar



pada



saat



mempraktikan



cara



penanganan tikus untuk diberikan perlakuan



Gambar



hewan



percobaan



musculus) yang digunakan.



Mencit



(Mus



Gambar



pada



saat



mempraktikan



cara



penanganan tikus untuk diberikan perlakuan