LAPORAN RESMI FTSS Infus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL “INFUS RINGER LAKTAT”



DOSEN PENGAMPU : Dra. Suhartinah, M.Sc., Apt.



KELOMPOK/ TEORI TANGGAL PRAKTIKUM NAMA



:(3) / E : JUM’AT, 22 NOVEMBER 2019 :1. Fitri Melati (22164852A) 2. Cici Devi I (22164854A) 3. Ade Laras S (22164857A) 4. Yolanda Monica K (22164858A) 5. Alfian Bagas P (22164859A)



PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2019



“INFUS RINGER LAKTAT” I.



TUJUAN Mengetahui dan menguasai pembuatan infuse secara steril



II.



DASAR TEORI Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dasar proyeksi kinetis angka kematian mikroba (Anonim, 1995) Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Pada umumnya cairan infus intravena digunakan untuk pengganti cairan tubuh dan memberikan nutrisi tambahan, untuk mempertahankan fungsi normal tubuh pasien rawat inap yang membutuhkan asupan kalori yang cukup selama masa penyembuhan atau setlah operasi. Selain itu ada pula kegunaan lainnya yakni sebagai pembawa obat-obat lain (Ansel, H.C., 1989). Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal, dalam wadah plastik atau gelas, steril, bebas pirogen serta bebas partikel-partikel lain. Oleh karena volumenya yang besar, pengawet tidak pernah digunakan dalam infus intravena untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat-zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin. Walaupun cairan infus intravena yang diinginkan adalah larutan yang isotonis untuk meminimalisasi trauma pada pembuluh darah, namun cairan hipotonis maupun hipertonis dapat digunakan. Untuk meminimalisasi iritasi pembuluh darah, larutan hipertonis diberikan dalam kecepatan yang lambat (Priyambodo, B., 2007). Pemberian cairan infuse dapat di berikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Pemberian cairan infuse ke dalam vena (pembuluh



darah pasien) di antaranya pada vena lengan (vena safalika basilea dan mediana kabiti), pada tungkai (vena sakena), atau pada vena yang ada di kepala, seperti : vena temporalis krontolis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infuse pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami syok, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu (Anief, Moh 2009). Persyaratan (Voight, 1994) 1. Sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket dan yang ada dalam sediaan; terjadi pengurangan efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia. 2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya interaksi bahan obat dengan material dinding wadah. 3. Tersatukan tanpa terjadi reaksi. untuk itu, beberapa faktor yang paling banyak menentukan adalah: a) bebas kuman b) bebas pirogen c) bebas pelarut yang secara fisiologis tidak netral d) isotonis e) isohidris f) bebas bahan melayang



Keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah terhadap absorbsi obat. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan



Ringer laktat merupakan cairan yang paling fisiologi yang dapat diberikan pada kebutuhan bessar . Ringer laktat banyak digunakan sebagai replacement therapy antara lambung , shock hipovolemik , diare , trauma dan luka bakar . Laktat yang terdapat dalam larutan ringer laktat akan dimetabolisme oleh hati yang digunakan untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik . Kalium yang terdapat didalam ringer laktat tidak cukup untuk pemeliharaan sehari hari , apalagi untuk kasus defisit kalium . Larutan ringer laktat tidak mengandung glukosa sehingga bila akan dipakai sebagai cairan rumatan , dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah terjadinyaketoris (Agoes, Goeswien, 2009)



III.



ALAT DAN BAHAN -



IV.



V.



CARA KERJA



HASIL Kelompok



Kontrol media



Hari ke1



2



3



4



5



6



7



Kesimpulan



_



_



_



_



_



_



_



Steril



_



_



_



_



_



_



_



Steril



_



_



_



_



_



_



_



Steril



Kontrol ruang



Kontrol sampel “Sediaan Infus”



VI.



PEMBAHASAN



VII.



KESIMPULAN .



DAFTAR PUSTAKA Agoes, Goeswien, 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : Penerbit ITB Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Ed ke 4, Penerbit U I, Jakarta. Buku Ketrampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar Karya Husada. Voight, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi V, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama, Yogyakarta.



Lampiran Hari ke 1



Hari ke 4



Hari ke 2



Hari ke 5



Hari ke 3



Hari ke 6



Hari ke 7



Pengukuran Ph



Sediaan infus ringer laktat