Laporan Tutorial Kasus 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUTORIAL KASUS 1 KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I GANGGUAN CITRA TUBUH



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7



1. Rossie Intan Komala



G1B119020



2. Helni Yusriya Safitri



G1B119021



3. Indah Widya Astuti N.



G1B119022



4. Esa Surya Aulia



G1B119042



5. Dwi Kartika



G1B119043



6. Anisa



G1B119044



7. Nadia Rifelda



G1B119065



8. Ayu Komala Sari



G1B119066



9. Harnika



G1B119067



10. Fariska Rian Elfandes



G1B119086



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2021



KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tutor dengan kasus skenario 1 tentang “GANGGUAN CITRA TUBUH”. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I, pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dorongan, dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun laporan ini, baik dari segi moral dan materil. Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikdan saran yang sifatnya konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan laporan ini. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi pengembangan Ilmu Keperawatan. Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh



Jambi, 18 April 2021



Kelompok 7



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1



Latar Belakang................................................................................................ 1



1.2



Rumusan Masalah .......................................................................................... 1



1.3



Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2



1.3.1



Tujuan Umum ......................................................................................... 2



1.3.2



Tujuan Khusus ........................................................................................ 2



1.4



Manfaat ........................................................................................................... 2



1.4.1



Manfaat Untuk Mahasiswa ..................................................................... 2



1.4.2



Manfaat Untuk FKIK UNJA ................................................................... 2



1.4.3 Manfaat Untuk Masyarakat ........................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3 A. Gangguan Citra Tubuh ......................................................................................... 3 2.1



Konsep Diri .................................................................................................... 3



2.2



Konsep Gangguan Citra Tubuh ...................................................................... 5



2.3



Etiologi Gangguan Citra Tubuh ..................................................................... 5



2.4



Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh ...................................................... 7



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH .................. 9 1.



Pengkajian .......................................................................................................... 9 A. Data Klien....................................................................................................... 9 B. Analisa Data ................................................................................................. 10



2.



Diagnosa keperawatan ..................................................................................... 11



3.



Intervensi Keperawatan .................................................................................... 12



ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS ....................................... 30 Identitas Klien ...................................................................................................... 30



ii



Analisa Data ......................................................................................................... 34 2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................ 36 3. Intervensi Keperawatan ....................................................................................... 36 BAB III PENUTUP..................................................................................................... 39 3.1



Kesimpulan ................................................................................................... 39



3.2



Saran ............................................................................................................. 40



LAMPIRAN ............................................................................................................ 41 Step 1 (Klasifikasi Istilah) ....................................................................................... 42 Step 2 ( Identifikasi Masalah).................................................................................. 44 Step 3 ( Analisa Masalah)........................................................................................ 44 Step 4 ( Mind Mapping) .......................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 49



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang dirinya sendiri, merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaan,sikap dan persepsi baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Konsep diri merupakan representasi psikis individu yang dikelilingi dengan semua persepsi dan pengalaman yang terorganisir (Potter dan Perry, 2005 dalam Dermawan dan Deden, 2013). Citra tubuh adalah sikap individu yang disadari atau tidak disadari terhadap tubuhnya termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2014). Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara dinamis.



1.2 Rumusan Masalah a. b. c. d. e.



Apa yang dimaksud dengan konsep diri? Apa yang dimaksud dengan konsep gangguan citra tubuh? Apa saja etiologi gangguan citra tubuh? Apa saja tanda dan gejala gangguan citra tubuh? Bagaimana konsep asuhan keperawatan gangguan citra tubuh?



1



1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1



Tujuan Umum Untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan informasi secara runtut dan lengkap tentang gangguan citra tubuh



1.3.2



Tujuan Khusus



a. b. c. d. e.



1.4



Mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep diri Mengetahui konsep gangguan citra tubuh Mengetahui etiologi gangguan citra tubuh Mengetahui tanda dan gejala gangguan citra tubuh Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada gangguan citra tubuh



Manfaat



1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa a. Menambah wawasan mahasiswa tentang gangguan citra tubuh b. Sebagai penunjang pengetahuan lebih bagi mahasiswa



1.4.2 Manfaat Untuk FKIK UNJA Meningkatkan pengetahuan mahasiswa UNJA tentang gangguan citra tubuh



1.4.3 Manfaat Untuk Masyarakat Agar masyarakat dapat mengetahui apa itu gangguan citra tubuh lebih baik



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gangguan Citra Tubuh 2.1 Konsep Diri Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang dirinya sendiri, merupakan gambaran tentang diri dan gabungan kompleks dari perasaan,sikap dan persepsi baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Konse diri merupakan representasi psikis individu yang dikelilingi dengan semua persepsi dan pengalaman yang terorganisir (Potter dan Perry, 2005 dalam Dermawan dan Deden, 2013). Menurut Suhron (2017), menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Konsep diri terbagi menjadi 5 yaitu : a. Identitas diri Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. b. Harga diri Merupakan penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. c. Ideal diri Merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar perilaku. d. Peran diri Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial yang berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial. e. Citra tubuh Merupakan sekumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu



3



dan sekarang, serta perasaan tentang struktur, bentuk dan fungsi tubuh. Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang terhadap tubuh sendiri. Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa lalu serta perasaan tentang ukuran, fungsi, bentuk/penampilan, dan potensi. Citra tubuh terus berubah saat persepsi dan pengalaman baru terjadi dalam kehidupan. Eksistensi tubuh menjadi penting dalam mengembangkan citra tubuh seseorang. (Stuart,2013). Individu yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang baik terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Pandangan individu yang realistis terhadap dirinya dengan menerima segala hal dari dirinya akan membuat individu tersebut terhindar dari rasa cemas sehingga dapat meningkatkan harga dirinya. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya (Yusuf, dkk, 2015). Citra tubuh terbagi menjadi dua macam yaitu : a.



Citra tubuh positif Citra tubuh yang positif merupakan suatu persepsi individu yang benar mengenai bentuk tubuh individu tersebut. Individu tersebut melihat dirinya sendiri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan menghargai tubuhnya apa adanya. Dan individu tersebut memahami bahwa tubuh atau penampilan fisik seseorang itu hanya berperan kecil, sehingga ia menerima bentuk tubuhnya yang memiliki keunikan tersendiri dan tidak membuang waktu untuk memikirkan bentuk tubuhnya dan merasa nyaman dengan bentuk tubuhnya walaupun individu tersebut mempunyai kekurangan dalam segi fisik (Dewi, 2009).



4



b.



Citra tubuh negatif Citra tubuh yang negatif yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu untuk mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntun diri kearah kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri Contohnya, pada pasien yang mengalami fraktur terbuka akan tampak jelas bentuk luka tersebut sehingga dapat menyebabkan pasien tersebut merasa malu dan cemas yang menandakan citra tubuh pasien negatif (Suhron, 2017).



2.2 Konsep Gangguan Citra Tubuh Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik (Muhith, 2015). Pada pasien yang mengalami ganggguan citra tubuh, ia akan mempersepsikan tubuhnya tersebut memiliki kekurangan dan ia tidak dapat menjaga integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan dengan lingkungan sosial ia akan merasa rendah diri. Misalnya pada pasien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi karena terjadinya perubahan struktur tubuh karena tindakan invasif, penyuntikan, pemasangan alat kesehatan dan lainnya (Muhith 2015). 2.3 Etiologi Gangguan Citra Tubuh a. Faktor Predisposisi a) Biologi Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti suhu dingin atau panas, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yang tidak memadai.



5



b) Psikologi Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor lainnya adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan. c) Sosio kultural Faktor sosio kultural yang mempengaruhi seperti peran, gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial. d) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh. e) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh. f) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi g) Faktor predisposisi gangguan harga diri h) Penolakan dari orang lain. i) Kurang penghargaan. j) Pola asuh yang salah k) Kesalahan dan kegagalan yang berulang. l) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan (Stuart,2013).



b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu terdiri dari : a) Operasi seperti mastektomi, amputasi, luka operasi b) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam melakukan perannya.



6



c) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh. d) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal. e) Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2013). 2.4 Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh Berikut tanda dan gejala gangguan citra tubuh menurut Keliat, 2013 yaitu : a. Data Objektif Data objektif yang dapat diobservasi dari pasien gangguan citra tubuh yaitu : a) Perubahan dan kehilangan anggota tubuh, baik struktur, bentuk, maupun fungsi b) Pasien menyembunyikan bagian tubuh yang terganggu. c) Pasien menolak melihat bagian tubuh. d) Pasien menolak menyentuh bagian tubuh. e) Aktivitas sosial pasien berkurang. b. Data Subjektif Data subjektif didapatkan dari hasil wawancara, pasien dengan gangguan citra tubuh biasanya mengungkapkan : a) Pasien mengungkapkan penolakan terhadap perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi, ada anggota tubuh yang tidak berfungsi, dan menolak berinteraksi dengan orang lain. b) Pasien mengungkapkan perasaan tidak berdaya,malu, tidak berharga, dan keputusasaan. c) Pasien mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu. d) Pasien sering mengungkapkan kehilangan. e) Pasien merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang. Beberapa gangguan pada citra tubuh tersebut dapat menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut (Muhith, 2015) yaitu : 7



a. Respon pasien adaptif a) Syok psikologis Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Informasi yang banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan mekasnisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri. b) Menarik diri Pasien menjadi sadar pada kenyataan, tetapi karena ingin lari dari kenyataan maka pasien akan menghindar secara emosional. Hal tersebut menyebabkan pasien menjadi pasif, tergantung pada orang lain, tidak ada motivasi dalam perawatan dirinya sendiri. c) Penerimaan atau pengakuan secara bertahap Setelah pasien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka akan muncul. Dan setelah fase ini pasien akan mulai melakukan reintegrasi terhadap gambaran dirinya yang baru. b. Respon pasien maladaptif a) Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah. b) Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh. c) Mengurangi kontak sosial sehingga bisa terjadi isolasi sosial. d) Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuhnya e) Mengungkapkan keputusasaan f) Mengungkapkan ketakutan akan ditolak g) Menolak penjelasan mengenai perubahan citra tubuhny



8



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH



1. Pengkajian Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah diagnosa, tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon pasien terhadap perubahan-perubahan . Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif ( Keliat, 1998) . A. Data Klien 1) Identitas pasien : nama, umur, alamat, dll 2) Alasan masuk 3) Faktor predisposisi dan presipitasi 4) Pengkajian fisik 5) Psikososial a) Genogram b) Konsep diri : gambaran diri atau citra tubuh , identitas diri , peran , ideal diri , harga diri c) Hubungan sosial d) Spiritual : nilai, keyakinan dan ibadah 6) Status mental a) Penampilan b) Pembicaraan c) Aktivitas motorik : hipomotorik , hipemotorik , TIK, Agitasi, Grimaseren, Tremor atau Kompulsif d) Alam perasaan e) Afek -



Dari mana datangnya afek didapatkan



-



Jenis afek : Appropriate atau inappropriate



f) Interaksi selama wawancara g) Persepsi



9



h) Proses berpikir : sirkumtansial , tangensial , kehilangan asosiasi , flight of ideas, blocking , reeming , perseverasi i) Isi pikir (dapat diketahui dari ?) : obsesi, phobia, ide terkait , depeersonalisasi , waham (agama, somatic, kebesaran, curiga, nihilistic, hipokondria , magik mistik)atau waham yang bizar ( Ada berapa? ) j) Tingkat kesadaran dan orientasi -



Kesadaran pasien (bingung, sedasi atau stupor )



-



Orientasi terhadap waktu, tempat, orang



k) Memori ( gangguan gaya ingat jangka panjang, gangguan daya ingat jangka pendek , gangguan daya ingat saat ini , konfabulasi ) l) Tingkat konsentrasi dan berhitung (mudah dialihkan , tidak mampu berkomunikasi atau tidak mampu berhitung ) m) Kemampuan penilaian ( gangguan kemampuan penilaian ringan , gangguan penilaian hermaka) n) Daya tilik diri 7) Masalah psikososial dan lingkungan 8) Pengetahuan 9) Aspek medic a) Diagnose medis b) Program terapi obat yang diberikan



B. Analisa Data Data yang mungkin didapat a. Data Objektif a) Hilangnya bagian tubuh b) Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi c) Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu d) Menolak melihat bagian tubuh e) Menolak menyentuh bagian tubuh f) Aktifitas sosial menurun 10



b. Data Subjektif a) Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi b) Mengatakan hal negative tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi c) Menolak berinteraksi dengan orang lain d) Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu e) Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi f) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang c. Konsep diri Ideal diri; tidak realistis, ambisius d. Sosial budaya : 1) Nilai budaya yang ada di masyarakat 2) Nilai budaya yang dianut individu



2. Diagnosa keperawatan Selama pasien dirawat , perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnose actual . Beberapa diagnose gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan (Keliat , 1998). Adapun diagnose yang mungkin muncul diantaranya : a) Gangguan citra tubuh b) Gangguan harga diri : harga diri rendah c) Isolasi sosial : menarik diri d) Defisit perawatan diri



11



3. Intervensi Keperawatan Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan keterbukaan dan berhubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang dimiliki , mengidentifikasi perubahan citra tubuh , menerima perasaan dan pikirannya, menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integrasi diri ( keliat , 1998 ) 1. Gangguan citra tubuh No



TUJUAN UMUM & INTERVENSI KEPERAWATAN A. Asuhan Keperawatan Pada Klien Tujuan umum : klien mampu : 1) Mengidentifikasi gangguan citra tubuhnya; penyebab , tanda dan gejala serta akibatnya 2) Mengidentifikasi potensi (aspek positif) tubuh dan yang terganggu 3) Mengetahui cara untuk meningkatkan citra tubuh 4) Melakukan cara-cara untuk meningkatakan citra tubuh pada bagian tubuh yang tidak terganggu 5) Melakukan cara-cara meningkatkan citra tubuh bagian tubuh yang terganggu 6) Melakukan sosialisasi dengan orang lain tanpa terganggu Tindakan keperawatan 1) Mendiskusikan citra tubuh (ganggun dan potensi ) dan menerima keadaan tubuh saat ini 2) Mendiskusikan tanda dan gejala gangguan citra tubuh dan akibatnya pada pasien 3) Latih cara mempertahankan citra tubuh yang potensial 4) Latihan memulihkan citra tubuh yang terganggu Strategi Pelaksanaan (SP) SP 1 Pasien : Assesment dan menerima citra tubuh dan latihan meningkatkan citra tubuh 1) Bina hubungan saling percaya a) Mengucapkan salam terapeutik , memperkenalkan diri , panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai 12



b) Menjelaskan tujuan interaksi :



melatih penerimaan citra tubuh dan



meningkatkan citra tubuh agar proses penyembuhan lebih cepat 2) Membuat kontrak (informed consent ) dua kali pertemuan latihan pengendalian gangguan citra tubuh 3) Bantu pasien mengenal gangguan citra tubuhnya a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mengeruaikan perasaannya b) Bantu pasien mengenal penyebab gangguan citra tubuh c) Bantu pasein menyadari gangguan citra tubunya d) Diskusikan persepsi pasien tentang : citra tubunya yang terganggu dan bagian tubuh yang masih potensial dan harapan e) Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu : melihat, menyentuh , melatih f) Bantu menggunakan bagian tubuh yang masih sehat dan potensial SP 2 Pasien : Evaluasi citra tubuh dan latihan peningkatan citra tubuh dan sosialisasi 1) Pertahankan rasa percaya pasien a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi b) Asesmen ulang citra tubuh dan hasil latihan peningkatan citra tubuh 2) Membuat kontrak ulang : latihan peningkatan citra tubuh dan sosialisasi 3) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh ideal: bagian tubuh yang terganggu dan bagian tubuh yang sehat 4) Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara : a) Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin , gunakan pakaian yang baru (sesuaikan mendengan kebutuhan pasien ) b) Motivasi pasien untuk melihat menyentuh , merawat bagian tubuh yang hilang dan diganti secara bertahap 5) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara : a) Susun jadwal kegiatan sehari-hari b) Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas dalam keluarga dan sosial c) Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti /mempunyai 13



peran penting baginya d) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi B. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tujuan umum : Keluarga mampu : 1) Mengenal masalah gangguan citra tubuh pada anggota keluarga 2) Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan citra tubuh 3) Melakukan follow up anggota keluarga yang mengalami gangguan citra tubuh Tindakan Keperawatan : 1) Mengidentifikasi kondisi pasien gangguan citra tubuh ,penyebab , proses terjadi , tanda dan gejala serta akibat 2) Melatih keluarga merawat gangguan citra tubuh pasien : a) Berikan pujian terhadap bagian tubuh yang sengat b) Bicarakan harapan dan perasaan tentang tubuhnya c) Bicarakan bagian tubuh yang masih bisa digunakan d) Mengajarkan cara untuk meningkatkan penampulan tubuh : alat bantu , kosmetik dan pakaian baru e) Tidak mengabaikan penderita f) Libatkan klien dalam tindakan rumah tangga, sosial , masyarakat sesuai dengan kemampuan g) Memberi pujian setiap keberhasilan dalam melakukan kegiatan h) Menyediakan alat bantu bagi penderita untuk melakukan kegiatan 3) Melatih keluarga melakukan follow up



2. Gangguan harga diri : harga diri rendah No



PERENCANAAN TUJUAN Tujuan Pasien konsep positif



KRITERIA EVALUASI umum : Setelah 2 kali memiliki interaksi pasien diri yang menunjukkan ekspresi wajah



INTERVENSI



RASIONAL



Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :



Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk hubungan interaksi



14



Tujuan khusus : bersahabat , a) Pasien dapat menunjukkan rasa senang , ada membina kontak mata , hubungan mau berjabat saling percaya tangan , mau menyebutkan dengan nama, mau perawat menjawab salam pasien mau duduk berdampingan dengan perawat , mau mengutarakan masalah yang dihadapi



1) Sapa pasien dengan selanjutnya ramah



baik



verbal



maupun non verbal 2) Perkenalkan



diri



dengan sopan 3) Tanyakan lengkap



nama dan



panggilan



nama yang



disukai pasien 4) Jelaskan



tujuan



pertemuan 5) Jujur dan menetapi janji 6) Tunjukkan



sikap



empati dan menerima pasien apa adanya 7) Beri



perhatian



dan



perhatikan kebutuhan dasar pasien Tujuan khusus : Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki



Setelah 2 kali a. Diskusikan dengan interkasi pasien pasien tentang : menyebutkan : 1) Aspek positif 1) Aspek positif yang dimiliki dan pasien , keluarga, kemampuan lingkungan yang dimiliki 2) Kemampuan yang pasien dimiliki pasien 2) Aspek positif b. Bersama pasien buat keluarga daftar tentang : 3) Aspek positif 1) Aspek positif lingkungan pasien , keluarga, 15



Menilai realitas kontrol diri atau integrasi ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya, reinforcement positif akan meningkatkan harga diri pasien , dan pujian yang realistic tidak menyebabkan pasien melakukan kegiatan hanya karena ingin



pasien



lingkungan



mendapat pujian .



2) Kemampuan yang dimiliki pasien c. Beri



pujjian



yang



realistis , hindarkan memberi



penilaian



negative Tujuan khusus : Pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan



Setelah 2 kali 1. Diskusikan dengan interaksi pasien pasien kemampuan menyebutkan yang dapat kemampuan dilaksanakan yang dapat dilaksanakan 2. Diskusikan dan mengikuti kemampuan yang rehabilitasi dapat dilanjutkan



Prasarat untuk berubah dan mengerti tentang kemampuan yang dimiliki dapat memotivasi pasien untuk tetap mempertahankan penggunaannya .



pelaksanaan 3. Motivasi



dan



ikut



sertakan pasien untuk mengikuti rehabilitasi Tujuan khusus Pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki



Setelah 2 kali 1. Rencanakan bersama interaksi pasien pasien aktivitas yang membuat dapat dilakukan setiap rencana kegiatan hari sesuai harian



Pasien adalah individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, pasien perlu bertindak secara kemampuan pasien : realistis dalam a. Kegiatan mandiri kehidupannya , dan b. Kegiatan dengan contoh oeran yang dilihat pasien akan bantuan memotivasi pasien 2. Tingkatkan kegiatan untuk sesuai kondisi pasien melaksanakan 3. Beri contoh cara kegiatan . pelaksanaan kegiatan yang



16



dapat



pasien



lakukan Tujuan khusus Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana



Setelah 2 kali 1) Anjurkan klien untuk interaksi pasien melaksanakan melakukan kegiatan yang telah kegiatan sesuai direncanakan jadwal yang dibuat 2) Pantau kegiatan yang



Reinforcement positif dapat menigkatkan harga diri klien dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk tetap dilaksanakan pasien melakukan kegiatan 3) Beri pujian atas usaha yang biasa yang dilakukan pasien dilakukan . 4) Diskusikan pasien



dengan



kemungkinan



pelaksanaan kegiatan setelah pulang Tujuan khusus Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada



Setelah 1 kali 1. Bantu keluarga interaksi pasien memberikan memanfaatkan dukungan selama sistem pasien dirawat pendukung yang ada di keluarga 2. Beri pendidikan



Mendorong keluarga akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan pasien dan kesehatan pada meningkatkan peran keluarga tentang cara serta keluarga merawat merawat pasien dalam pasien di rumah dengan harga diri rendah



3. Bantu



keluarga



menyiapkan lingkungan dirumah 3) Isolasi sosial : menarik diri No.



Diagnosa



Tujuan



Intervensi



Isolasi social TUM : Klien dapat 1. Bina :



menarik berinteraksi



dengan



percaya 17



hubungan



Rasional saling Hubungan saling dengan percaya



diri



orang lain.



mengungkapkan



prinsip merupakan dasar



komunikasi terapeutik: TUK 1 : Klien dapat



a. Sapa



klien



untuk kelancaran



dengan hubungan



membina hubungan



ramah,



baik



verbal interaksi



saling percaya



maupun non verbal b. Perkenalkan



selanjutnya diri



dengan sopan c. Tanyakan



nama



lengkap klien & nama panggilan



yang



disukai klien d. Jelaskan



tujuan



pertemuan e. Jujur



dan



menepati



f. Tunjukkan



sikap



janji



empati dan menerima klien apa adanya g. Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan



dasar



pasien TUK 2 : Klien dapat 1. Kaji perilaku klien tentang Diketahuinya menyebutkan



perilaku menarik diri dan penyebab



penyebab



tanda-tandanya.



diri.



menarik



2. Beri



dapat



kesempatan kepda dihubungkan



klien



untuk dengan



mengungkapkan perasaan resipitasi penyebab



menarik



faktor yang



diri dialami klien



atau tidak mau bergaul. 3. Diskusikan bersama klien 18



akan



tentang perilaku menarik diri,



tanda-tanda



serta



penyebab yang muncul. 4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya. TUK 3 : Klien dapat 1. Kaji



pengetahuan



menyebutkan



tentang



keuntungan



keuntungan berhubungan hubungan yang



berhubungan dengan



dengan orang lain.



orang



lain,



dan 2. Beri



kerugian



tidak



manfaat



klien Terbiasa



kesempatan



untuk



dan membina



sehat



klien orang lain.



mengungkapkan



berhubungan dengan



perasaannya



tentang



irang lain.



keuntungan berhubungan dengan orang lain. 3. Diskusikan bersama klien tentang



keuntungan



berhubungan



dengan



orang lain. 4. Beri reinforcement positif terhadap



kemampuan



pengungkapan tentang



perasaan keuntungan



berhubungan



dengan



orang lain. TUK 4 : Klien dapat 1. Kaji melaksanakan hubungan



kemampuan



membina sosial



secara bertahap.



klien



hubungan



dengan orang lain. 2. Dorong dan bantu klien untuk 19



dengan



berhubungan



dengan orang lain melalui tahap



:



Klien-Perawat,



Klien-Perawat-Perawat lain,



Klien-Perawat-



Perawat lain-Klien lain, Klien



Perawat-Keluarga-



Kelompok-Masyarakat. 3. Beri



reinforcement



terhadap



keberhasilan



yang telah dicapai. 4. Bantu



klien



mengevaluasi



untuk manfaat



berhubungan 5. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien lain dalam mengisi waktu 6. Motivasi



klien



mengikuti



untuk kegiatan



ruangan 7. Beri reinforcement atas kegiatan



klien



dalam



klien



untuk Keterlibatan



ruangan. TUK 5 : Klien dapat 1. Dorong mengungkapkan



mengungkapkan



perasaannya setelah



perasaannya



berhubungan dengan



berhubungan



orang



lain.



orang lain.



memanfaatkan



obat 2. Diskusikan dengan klien perilaku.



dengan baik.



keluarga sangat bila mendukung dengan terhadap proses perubahan



tentang perasaan manfaat berhubungan 20



dengan



orang lain. 3. Beri reinforcement positif atas



kemampuan



klien



mengungkapkan manfaat berhubungan



dengan



orang lain. TUK 6 : Klien dapat 1. Bisa berhubungan saling memberdayakan



percaya dengan keluarga



sistem



pendukung



:Salam perkenalkan diri,



atau keluarga mampu



Sampaikan tujuan, Buat



mengembangkan



kontak,



kemampuan



perasaan keluarga.



untuk



klien



Eksplorasi



berhubungan 2. Diskusikan



dengan orang lain.



dengan



anggota keluarga tentang : perilaki



menarik



penyebab



diri,



perilaku



menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik



diri



tidak



ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri. 3. Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepda



klien



berkomunikasi



untuk dengan



orang lain. 4. Anjurkan



anggota



keluarga secara rutin dan bergantian



menjenguk



klien minimal satu minggu 21



sekali. 5. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.



4) Defisit perawatan diri No.



Diagnosa NOC Defist Perawatan diri : perawatan diri mandi Kriteria hasil : mandi. : - Masuk dan keluar dari kamar mandi - Mengambil alat/bahan mandi - Mendapat air mandi - Menyalakan keran - Mengatur air - Mengatur aliran air - Mandi di bak cuci - Mandi di bak mandi - Mandi dengan bersiram - Mencuci wajah - Mencuci badan bagian atas - Mandi badan bagian bawah - Membersihkan area perineum - Mengeringkan badan



NIC Bantuan perawatan diri : mandi/berpakaian Definisi : membantu pasien melakukan kebersihan diri. Aktivitaas-aktivitas : 1. Pertimbangkan budaya pasien saat mempromosikan aktivitas perawatan diri 2. Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan aktivitas perawatan diri 3. Tentukan jumlah dan tipe terkait bantuan yang diperlukan 4. Letakkan handuk, sabun, deodoran, alat bercukur, dan asesoris lain yang diperlukan di tepi tempat tidur atau kamar mandi 5. Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan



22



Intervensi SP 1 pasien : 1) Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK. 2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri. 3) Jelaskan cara dan alat kebersihan diri. 4) Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku. 5) Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mandi, sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut ( 2 kali per



kehangatan, suasana rileks, privasi dan pengalaman pribadi 6. Fasilitsi pasien untuk menggosok gigi dengan tepat 7. Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri dengan tepat 8. Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan kemampuan merawat diri pasien 9. Monitor integritas kulit pasien 10. Jaga ritual kebersihan 11. Fasilitasi untuk mempertahankan rutunitas waktu tidur pasien yang biasanya, tanda sebelun tidur, dan obyek yang familiar untuk pasien 12. Dukung orangtua atau keluarga berpartisipasi dalam ritual menjelang tidur yang biasa dilakukan, dengan tepat 13. Berikan bantuan sampai pasien benarbenar mampu merawat diri secara mandiri. Memandikan Aktivitas-aktivitas : 23



minggu), potong kuku (satu kali per minggu). SP 2 pasien : 1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian. 2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan. 3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka untuk perempuan; sisiran, cukuran untuk pria. 4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan.



1) Bantu memandikan. 2) pasien dengan menggunakan kursi untuk mandi, bak tempat mandi, mandi dengan mandiri, dengan menggunakan cara yang tepat atau sesuai keinginan pasien 3) Cuci rambut sesuai dengan kebutuhan atau keinginan 4) Mandi dengan air yang mempunyai suhu yang nyaman 5) Bantu dalam hal perawatan perineal jika memang diperlukan 6) Bantu dalam hal kebersihan 7) Cukur pasien sesuai dengan indikasi 8) Tawarkan mencuci tangan setelah eliminasi dan sebelum makan 9) Monitor kondisi kulit saat mandi 10) Monitor fungsi kemampuan saat mandi Defist Perawatan diri : Bantuan perawatan SP 3 pasien : perawatan diri makan Kriteria hasil diri: pemberian makan 1) Evaluasi : : Definisi : membantu kegiatan makan/minum. 1. Menyiapkan seseorang untuk makan kebersihan diri makanan yang Aktivitas-aktivitas : dan berdandan. akan disantap 1. Monitor kemampuan Beri pujian. 24



2. Membuka tutup makanan 3. Menggunakan alat makan 4. Menaruh makanan pada alat makan 5. Mengambil cangkir atau gelas 6. Memasukkan makanan ke mulut dengan jari 7. Memasukkan makanan ke mulut dengan sendok 8. Memasukkan makanan ke mulut dengan peralatan (makan) 9. Minum dengan gelas atau cangkir 10. Menaruh makanan di mulut. 11. Memanipulasi makanan di mulut 12. Mengunyah makanan 13. Menelan makanan 14. Menelan minuman 15. Menghabiskan makanan



pasien untuk menelan 2. Identifikasi diet yang disarankan 3 3. Atur meja dan nampan makanan agar terlihat menarik 4. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan 5. Pastikan posisi pasien yang tepat untuk memfasilitasi mengunyah dan menelan 6. Berikan bantuan fisik, sesuai kebutuhan 7. Berikan penurunan nyeri yang cukup sebelum makan, dengan tepat 8. Berikan kebersihan mulut sebelum makan 9. Makanan disajikan dengan tepat dalam nampansesuai kebutuhan, misalnya daging yang sudah dipotong atau telur yang telah dikupas 10. Buka bungkusan makanan 11. Jangan meletakkan makanan pada sisi dimana pandangan seseorang tidak dapat melihat 12. Gambarkan lokasi



25



2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum. 3) Latih cara dan alat makan dan minum. 4) Latih cara makan dan minum yang baik. 5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum yang baik.



dari makanan yang ada di nampan untuk seseorang yang memiliki gangguan penglihatan 13. Posisikan pasien dalam posisi makan yang nyaman 14. Berikan pengalas makanan 15. Berikan sedotan minuman, sesuai kebutuhan atau sesuai keinginan 16. Berikan makanan dengan suhu yang paling sesuai 17. Sediakan makanan dan minuman yang disukai, dengan tepat 18. Monitor berat badan pasien dengan tepat 19. Monitor status hidrasi pasien dengan tepat 20. Dukung pasien untuk makan di ruang makan, jika tersedia 20. Sediakan interaksi sosial dengan tepat 21. Berikan alat-alat yang bisa memfasilitasi pasien untuk makan sendiri 22. Gunakan cangkir dengan pegangan yang besar, jika diperlukan 23. Gunakan alat makan dan gelas yang tidak 26



Defist Perawatan diri : perawatan diri eliminasi : elminasi Kriteria hasil : 1. Merespon saat kandung kemih penuh dengan tepat waktu 2. Menanggapi dorongan untuk buang air besar secara tepat waktu 3. Masuk dan keluar dari kamar mandi 4. Membuka pakaian 5. Memposisikan diri di toilet atau alat bantu eliminasi 6. Sampai ke toilet antara dorongan atau hampir keluarnya urin 7. Sampai ke toilet antara dorongan sampai keluarnya feses 8. Mengosongkan kandung kemih 9. Mengosongkan usus



mudah pecah dan tidak berat, sesuai kebutuhan 24. Berikan penanda sesering mungkin dengan pengawasan ketat, dengan tepat Bantuan perawatan SP 4 pasien : 1. Evaluasi diri: eliminasi Definisi : membantu kegiatan dalam eliminasi kebersihan Aktivitas-aktivitas : diri, 1. Pertimbangkan berdandan, budaya pasien saat makan dan mempromosikan minum. Beri aktivitas perawatan pujian. diri 2. Jelaskan cara 2. Pertimbangkan usia buang air besar pasien saat dan buang air mempromosikan kecil yang aktivitas perawatan baik. diri 3. Latih buang air 3. Lepaskan baju yang besar dan diperlukan sehingga buang air kecil bisa melakukan yang baik. eliminasi 4. Masukkan 4. Bantu pasien ke pada jadwal toilet atau tempat kegiatan untuk lain untuk eliminasi latihan pada interval waktu kebersihan tertentu diri, 5. Pertimbangkan berdandan, respon pasien makan dan terhadap kurangnya minum serta privasi buang air besar 6. Beri privasi selama dan buang air eliminasi kecil 7. Fasilitasi kebersihan toilet setelah menyelesaikan



27



10. Mengelap sendiri setelah buang urin 11. Mengelap sendiri setelah buang air besar 12. Berdiri setelah eliminasi atau berdiri dari kursi bantu untuk eliminasi 13. Merapikan pakaian setelah ke kamar mandi



eliminasi 8. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi 9. Siram toilet/berdihkan alatalat untuk eliminasi (kursi toilet/commode, pispot) 10. Buatlah jadwal aktivitas terkait eliminasi, dengan tepat 11. Instruksikan pasien atau yang lain dalam rutinitas toilet 12. Buatlah kegiatan eliminasi, dengan tepat dan sesuai kebutuhan 13. Sediakan alat bantu (misalnya, kateter eksternal atau urinal), dengan tepat 14. Monitar integritas kulit pasien Manajemen lingkungan Aktivitas-aktivits : 1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien 2. Lindungi pasien dengan pegangan pada sisi/bantalan disisi ruangan yang sesuai 3. Dampingi pasien selama tidak ada



28



4.



5.



6.



7.



8.



29



perawatan bangsal Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang rendah Letakkan benda yang sering digunakan dalam jangkauan pasien Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman Sediakan linen dan pakaian dalam dengan kondisi baik Singkirkan bahanbahan yang dipergunakan selama penggantian pakaian dan eliminasi, serta bau apapun yang tersisa, sebelum kunjungan dan waktu makan



ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS



1. Pengkajian Identitas Klien Nama Usia



: Ny.F : 20 tahun



Jenis kelamin : Perempuan



2.



Status



:-



Agama



: Islam



Suku



: Melayu



Bangsa



: Indonesia



Pendidikan



:-



Pekerjaan



:-



Alamat



: Danau Teluk



Identitas Penanggung Jawab Nama



:-



Jenis Kelamin : Suku



:-



Bangsa



: Indonesia



Pendidikan



:-



Pekerjaan



:-



Hubungan



:-



Alamat



:-



30



3. Keluhan Utama Klien mengalami luka pada bagian volar dextra dan sinistra, klien juga mengalami luka pada bagian wajah, sejak kejadian klien merasa malu dan minder untuk ketemu dengan orang lain,klien banyak berdiam diri, dan selalu menutup bagian yang terkena luka bakar. 4. Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi Klien mengalami luka pada bagian volar dextra dan sinistra, klien juga mengalami luka pada bagian wajah, sejak kejadian klien merasa malu dan minder untuk ketemu dengan orang lain,klien banyak berdiam diri, dan selalu menutup bagian yang terkena luka bakar. 5. Faktor Predisposisi 6. Pemeriksaan Fisik -tampak bula pada volar dextra dan sinistra - tampak edema pada wajah dan volar dextra dan sinistra 7. Pengkajian Psikososial a. Genogram b. Konsep Diri 1. Citra Tubuh Ketika perawat akan melakukan pengukuran Tekanan darah klien menolak dan menutupi tangannya dengan jaket dan wajah klien ditutupi dengan jilbab. Klien mengatakan tangan dan wajahnya tidak seperti orang lain. 2. Identitas Diri 3. Harga Diri Sejak kejadian klien merasa malu dan minder untuk ketemu dengan orang lain, Klien tidak mau bertemu dengan teman-temannya. 4. Ideal Diri 5. Peran Diri c. Hubungan Sosial Klien merasa malu dan minder untuk ketemu dengan orang lain, Klien tidak mau bertemu dengan teman-temannya, menolak berinteraksi dengan perawat. d. Spiritual -



31



8. Status Mental a) Penampilan b) Pembicaraan Klien berbicara pelan dan lirih. c) Aktivitas Motorik Lesu. d) Afek dan Emosi 1. Afek 2. Emosi Sedih (malu dan minder bertemu dengan orang lain) e) Interaksi Selama Wawancara Kontak mata Kurang. f) Persepsi Sensori g) Proses Pikir 1. Bentuk Pikir 2. Arus Pikir Blocking 3. Isi Pikir -



32



h) Tingkat Kesadaran i) Orientasi j) Memori k) Tingkat Konsentrasi l) Kemampuan Penilaian m) Daya Tilik Diri 9. Kebutuhan Persian Pulang 10. Mekanisme Koping 11. Masalah Psikososial & Lingkungan klien merasa malu dan minder untuk ketemu dengan orang lain,klien banyak berdiam diri, dan selalu menutup bagian yang terkena luka bakar. tidak mau bertemu dengan teman- temannya. menolak berinteraksi dengan perawat. 12. Tingkat Pengetahuan 13. Aspek Medis -



33



Analisa Data



Pengelompokkan Data DS:



Masalah Gangguan Citra Tubuh



1. Klien merasa malu dan minder. 2. Tidak mau bertemu dengan teman. 3. Pasien merasa malu bertemu dengan orang lain. 4. Berbicara lirih.



pelan dan



5. Menolak berinteraksi dengan perawat dan mengatakan tangan dan wajahnya tidak seperti oranglain. DO: 1. Klien luka pada bagian volar dextra dan sinister. 2. Klien luka pada bagian wajah. 3. Klien banyak berdiam diri. 4. Selalu menutup bagian luka bakar. 5. Klien menolak dan menutupi luka saat diperiksa TD. 6. Bula pada volar dextra. 7. Tampak edema pada wajah dan volar dextra dan sinistra. 8. Klien tampak lesu dan tidak bergairah. 9. Pasif.



34



Etiologi Berdasarkan CederaTubuh



10. Kontak mata kurang. DS:



Harga Diri Rendah Situasional



Berdasarkan Gangguan Citra Tubuh



Isolasi Sosial



Berdasarkan Perubahan Fisik



1. Klien merasa malu dan minder. 2. Pasien merasa malu bertemu dengan orang lain. 3. Menolak berinteraksi dengan perawat dan mengatakan tangan dan wajahnya tidak seperti oranglain. DO: 1. Selalu menutup bagian luka bakar. 2. Klien tampak lesu dan tidak bergairah. 3. Pasif. 4. Kontak mata kurang. DS: 1. Tidak mau bertemu dengan teman. 2. Berbicara pelan dan lirih. 3. Menolak berinteraksi dengan perawat dan mengatakan tangan dan wajahnya tidak seperti oranglain. DO: 1. Klien banyak berdiam diri. 2. Selalu menutup bagian luka bakar. 3. Klien tampak lesu dan tidak bergairah.



35



4. Pasif. 5. Kontak mata kurang.



2. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cedera 2) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan cedera tubuh 3) Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan penampilan fisik 3. Intervensi Keperawatan N Diagnosa NOC NIC o 1. Gangguan Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh citra tubuh Indikator : Aktivitas : antara a. Tentukan jika terdapat perasaan tidak berhubungan a. Kesesuaian realitas tubuh dan ideal suka terhadap karakteristik fisik dengan tubuh dengan khusus yang menciptakan fungsi cedera penampilan tubuh paralisis sosial untuk remaja dan b. Deskripsi bagian tubuh kelompok dengan risiko tinggi lain yang terkena dampak b. Tentukan perubahan fisik saat ini c. Sikap terhadap apakah berkontribusi pada citra tubuh menyentuh bagian tubuh pasien yang terkena dampak c. Bantu pasien memisahkan penampilan fisik dari perasaan berharga secara d. Kepuasan dengan penampilan tubuh. pribadi, dengan cara yang tepat e. Penyesuaian terhadap d. Bantu pasien mendiskusikan stressor perubahan tampilan fisik yang mempengaruhi citra tubuh terkait Penyesuaian terhadap dengan kondisi kongenital, cedera, perubahan fungsi tubuh penyakit atau pembedahan g. Penyesuaian terhadap e. Identifikasi dampak dari budaya perubahan status pasien, agama, ras, jenis kelamin kesehatan terkait dengan citra tubuh h. Penyesuaian terhadap f. Monitor frekuensi dari pernyataan perubahan tubuh akibat mengkritis diri cedera g. Monitor apakah pasien bisa melihat f. Penyesuaian terhadap bagian tubuh mana yang berubah perubahan tubuh akibat h. Tentukan persepsi pasien dan keluarga pembedahan terkait dengan perubahan citra tubuh i. Tentukan apakah perubahan citra tubuh berkontribusi pada peningkatan isolasi sosial j. Bantu pasien untuk 36



mengidentifikasi bagian tubuhnya yang memiliki persepsi positif terkait dengan tubuhnya e. Bantu pasien untuk mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan penampilan 2. Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh



Harga Diri Indikator : a. Verbalisasi penerimaan diri b. Mempertahankan kontak mata c. Gambaran diri d. Komunikasi terbuka e. Tingkat kepercayaan diri f. Penerimaan terhadap pujian dari orang lain g. Penerimaan terhadap kritik yang membangun h. Gambaran tentang bangga pada diri sendiri i. Perasaan tentang nilai diri



37



Peningkatan Harga Diri Aktivitas : a. Monitor pernyataan pasien mengenai harga diri b. Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal penilaian diri c. Bantu pasien untuk menemukan penerimaan diri d. Dukung pasien melakukan kontak mata pada saat berkomunikasi dengan orang lain e. Dukung pasien untuk terlibat dalam memberikan afirmasi positif melalui pembicaraan pada diri sendiri dan secara verbal terhadap diri setiap hari f. Bantu pasien untuk mengidentifikasi respon positif dari orang lain g. Jangan mengkritisi pasien secara negatif Bantu untuk mengatur tujuan yang realistik dalam rangka mencapai harga diri yang lebih tinggi i. Eksplorasi keberhasilan sebelumnya j. Berikan hadiah atau pujian terkait dengan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan k. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dampak budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri l. Instruksikan orangtua mengenai pentingnya minat dan dukungan mereka dalam pengembangan konsep diri positif anak-anak m. Monitor tingkat harga diri dari waktu



ke waktu dengan tepat n. Buat pernyataan positif mengenai pasien 3. Isolasi sosial Dukungan Sosial berhubungan Indikator : a. Kemauan untuk dengan menghubungi orang lain perubahan untuk meminta bantuan penampilan b. Dukungan emosi yang fisik disediakan oleh orang lain c. Hubungan teman karib d. Koneksi dukungan sosial e. Jaringan sosial yang stabil



38



Peningkatan Sosialisasi Aktivitas : a. Anjurkan kesabaran dalam pengembangan hubungan b. Berikan umpan balik mengenai perbaikan dalam perawatan penampilan pribadi atau kegiatan lainnya c. Anjurkan kejujuran dalam mempresentasikan diri sendiri ke orang lain d. Tingkatkan berbagai masalah umum dengan orang lain e. Fasilitasi masukan pasien dan perencanaan kegiatan di masa depan f. Anjurkan perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan khusus



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, makna, objek yang sering kontak dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negatif terhadap tubuhnya secara fisik. Pada pasien yang mengalami ganggguan citra tubuh, ia akan mempersepsikan tubuhnya tersebut memiliki kekurangan dan ia tidak dapat menjaga integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan dengan lingkungan sosial ia akan merasa rendah diri. Misalnya pada pasien yang dirawat dirumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi karena terjadinya perubahan struktur tubuh karena tindakan invasif, penyuntikan, pemasangan alat kesehatan dan lainnya. Penyebab dari gangguan citra tubuh terdiri dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Tanda dan gejala dari gangguan citra tubub terdiri dari data objektif dan data subjektif. Data obyektif yang dapat diobservasi pada pasien dengan gangguan citra tubuh adalah perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi, menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu,menolak melihat bagian tubuh, menolak menyentuh bagian tubuh, aktifitas social menurun. Sedangkan data obyektif yang diungkapkan pasien dengan gangguan citra tubuh adalah mengungkapkan penolakkan terhadap prubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi, anggota tubuhnya yang tidak berfungsi. Menolak interaksi dengan orang lain, dan mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang



39



terganggu. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang. 3.2 Saran Penulis mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan untuk pembaca. Selain itu juga, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sehingga penulis bisa berorientasi lebih baik pada makalah selanjutnya.



40



LAMPIRAN Skenario Kasus I Nn. F usia 20 tahun ,tinggal di danau teluk,suku bangsa melayu, Dirawat di RSU Raden Mattaher Jambi, post luka bakar. Klien mengalami luka pada bagian volar dextra dan sinistra, klien juga mengalami luka pada bagian wajah, sejak kejadian klien merasa malu dan minder untuk ketemu dengan orang lain,klien banyak berdiam diri, dan selalu menutup bagian yang terkena luka bakar. tidak mau bertemu dengan teman- temannya.sejak kecil klien seorang yang ceria dan banyak mempunyai teman. sejak kejadian luka bakar pada bagian volar dextra dan sinistra serta wajah klien banyak berdiam diri, tidak mau berinteraksi pada orang lain. Ketika perawat akan melakukan pengukuran Tekanan darah klien menolak dan menutupi tangannya dengan jaket dan wajah klien ditutupi dengan jilbab. Pada saat pengkajian tampak bula pada volar dextra dan sinistra,pada saat perawat meminta untuk membuka bagian wajah,tampak edema pada wajah dan volar dextra dan sinistra,pasien merasa malu untuk bertemu dengan orang lain,berbicara pelan dan lirih,menolak berinteraksi dengan perawat dan mengatakan tangan dan wajahnya tidak seperti orang lain. Berdasarkan observasi perawat klien tampak lesu dan tidak bergairah,pasif, dan kontak mata kurang. LO 1. Sebutkan masalah keperawatan pada kasus tersebut? 2. Buatlah standar pelaksanaan komunikasi pada pasien?



41



Step 1 (Klasifikasi Istilah) 1. Volar sinistra Telapak tangan kiri 2. Edema Edema adalah istilah medis untuk pembengkakan akibat berlebihnya cairan yang menumpuk pada jaringan tubuh. Edema dapat disebabkan oleh trauma, proses peradangan, infeksi, kehamilan, obat-obatan, dan kondisi medis lainnya. Edema bisa ditemukan di seluruh tubuh, tetapi edema lebih sering terjadi pada daerah tangan, lengan, kaki, dan pergelangan kaki. Edema merupakan pembengkakan lokal yang dihasilkan oleh cairan dan beberapa sel yang berpindah dari aliran darah ke jaringan interstitial 3. Volar dextra volar adalah sisi medial lengan bawah. Dan arti dari medial adalah mendekati bidang median tubuh, dalam, dan tengah. Sedangkan dekstra adalah kata tunjuk bagian kanan. Jadi volar dextra adalah sisi medial lengan bawah bagian kanan. 4. Post luka bakar Post luka bakar yang dimaksud di sini adalah setelah luka bakar terjadi atau setelah terjadinya sejenis cedera pada daging atau kulit yang biasanya disebabkan oleh panas, listrik, zat kimia, gesekan, atau radiasi. 5. Tampak pasif Tampak pasif adalah suatu sikap yang cenderung menerima saja; tidak giat; tidak aktif Tampak pasif adalah Sulit mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Memendam permasalahan dan menghindari situasi yang tidak menyenangkan, menanti orang lain menghampiri, dengan siap menyodorkan bantuan. Cenderung cepat menyerah,putus asa dan mengalah pada pendapat orang lain.



42



6. Minder Minder atau rendah diri merupakan segala rasa kurang berharga yang timbul karena tidakmampuan psikologis atau sosial yang dirasa secara subyektif, ataupun karena keadaan jasmani yang kurang sempurna 7. Malu Bagian dari berbagai perasaan yang di miliki manusia dimana malu adalah sebuah rasa yang menyebabkan harga diri seseorang turun Malu adalah bentuk yang lebih ringan dari rasa takut yang ditandai oleh sikap mengerutkan tubuh untuk menghindari kontak dengan orang lain yang masih belum dikenal. Gejalanya adalah wajah memerah, bicara dengan gagap, suara lemah, meremas-remas jari, sembunyi, serta mencari perlindungan.



43



Step 2 ( Identifikasi Masalah)



1. Apa sajakah tindakah yang harus perawat lakukan untuk membantu dalam membangun citra tubuh yang positif pada pasien? 2. Bagaimana cara perawat melakukan pengkajian kepada pasien yg mengalami masalah keperawatan seperti pada kasus tersebut? 3. Masalah apakah yang akan terjadi jika gangguan citra tubuh yang dialami oleh klien tidak segera ditangani dengan baik oleh tenaga kesehatan? 4. Bagaimana tanda² seseorang mengalami gangguan citra tubuh? 5. Bagaimana cara mengatasi gangguan citra tubuh pada kasus tersebut 6. Apa dampak yg terjadi jika seseorang mengalami citra tubuh negative? 7. Bagaimana tanda keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh? 8. Bagaimana peran kluarga dalam menangani klien tsb?



Step 3 ( Analisa Masalah)



1. Tindakan yg harus perawat lakukan untuk membantu dalam membangun citra tubuh yg positif pada pasien adalah melakukan pengkajian, melakukan analisa data dan menentukan diagnosa keperawatan. Agar tujuan pemberian asuhan keperawatan pasien gangguan citra tubuh berhasil, maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah : a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini., perasaan tentangcitra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini b. Motivasi Pasien untuk melihat/meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh secara bertahap c. Diskusikan aspek positif diri d. Bantu Pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu (misalnya menggunakan anus buatan dari hasil kolostomi) e. Ajarkan Pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara:  Motivasi Pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukkan tubuh yang ideal  Gunakan protese, wig (rambut palsu),kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin,gunakan pakaian yang baru.



44







Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap  Bantu pasien menyentuh bagian tersebut. f. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara:  Susun jadual kegiatan sehari-hari  Motivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas keluarga dan social  Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau mempunyai peran penting baginya  Berikan pujian terhadap keberhasilan Pasien melakukan interaksi



2. Dilihat dari kasus bahwa pasien mengalami masalah kesehatan gangguan citra tubuh dan cara perawat melakukan pengkajian terhadap hal tersebut adalah perawat perlu mengkaji kemampuan pasien untuk mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif. Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis (respon emosi) pasien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada pasien melalui penilaian pasien terhadap kondisi tubuhnya. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang timbul. Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri pasien dengan memperhatikan tingkat persepsi pasien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri pasien dengan meninjau persepsi pasien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh pasien sendiri, pandangan pasien terhadap rendah dalam antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan identitasnya. 3. Berdasarkan kasus tersebut, disampaikan bahwa klien merasa malu dan minder untuk bertemu dengan orang lain, banyak berdiam diri, serta selalu menutup bagian yang terkena luka bakar, serta tidak mau bertemu dengan teman-temannya. Selain dari pada itu, pada saat dilakukan pengukuran tekanan darah, klien menolak dan menutupi tangannya dengan jaket serta wajah klien juga ditutupi dengan jilbab dan sempat menolak berinteraksi dengan perawat dan mengatakan bahwa tangan dan wajahnya tidak seperti orang lain. Hal tersebut merupakan tanda dan gejala dari terjadinya gangguan citra tubuh yang dialami oleh klien. Apabila gangguan tersebut tidak segera ditangani dengan baik, maka masalah tersebut akan menimbulkan masalah



45



psikososial yang lebih berat seperti harga diri rendah, isolasi sosial dan resiko bunuh diri bahkan gangguan jiwa berat



4. Selalu mengambil hati atau terlalu memikirkan komentar orang lain soal penampilan atau fisiknya. Sering membandingkan tubuhnya dgn orang lain dan merasa tubuh orang lain lebih menarik dan merasa tubuhnya merupakan subuh bentuk kegagalan. Merasa tidak nyaman dan canggung terhadap tubuhnya Tanda dan gejala Gangguan Citra tubuh  Menolak menyentuh dan melihat bagian tubuh tertentu  Menolak menjelaskan perubahan  Tidak menerima perubahan tubuh  Persepsi negatif pada tubuh  Mengungkapkan keputusasaan dan takut 5. Tipsnya atau cara mengatasinya yaitu : - selalu berpikir positif terhadap tubuh dengan tidak mencela diri sendiri - cari dan focus pada hal-hal yang disukai tentang tubuh dan mulaila untuk mensyukurinya - jangan membandingkan diri dengan orang lain - selalu berpakaian baik dan nyaman menunjukkan bahwa anda menghargai dan mneghormati diri sendiri dan juga dapat meningkatkan kepercayaan diri - perbaiki kepercayaan diri. Rasa percaya diri akan muncul ketika memliki pandangan yang baik terhadap kepribadian dan menemukan bahwa orang lain juga merasa nyaman. 6. Ada beberapa kondisi kesehatan mental yang dialami oleh orang-orang dengan body image negatif terhadap dirinya sendiri, seperti depresi, gangguan makan, dan gangguan tidur. Umumnya, kondisi ini lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria. Tidak hanya itu, body image negatif juga menyebabkan seseorang mengalami penurunan rasa percaya diri, gangguan kecemasan, tidak mau berkumpul dengan orang banyak, dan memiliki obsesi yang berlebihan terhadap sesuatu.Body image yang negatif banyak memberikan dampak yang buruk, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Gangguan makan, gangguan tidur, dan body dysmorphic disorder dapat dialami oleh orang-orang yang memiliki citra tubuh negatif terhadap dirinya sendiri.



46



7. Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya termasuk hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping, kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan perubahan (Keliat, 1998). 8. Peran kluarga dalam kasus tsb sangat dibutuhkan karna dalam kasus di jelaskan pasien mengalami minder Salah satu contohnya yaitu kluarga harus selalu memberi semangat ,pengaruh positif ,motivasi kepada pasien dan dukungan keluarga yang baik dapat menerima kondisi yang terjadi dan keluarga meyakinkan pasien dapat sembuh seperti sedia kala



47



Step 4 ( Mind Mapping)



Ny. F 20 tahun



Dirawat di rs Rd. Mattaher Jambi



Post Luka Bakar



DO : 1. Klien luka pada bagian volar dextra dan sinistra 2. Klien luka pada bagian wajah 3. Klien banyak berdiam diri 4. Selalu menutup bagian luka bakar 5. Klien menolak dan menutupi luka bakar saat diperiksa TD 6. Bula pada volar dextra dan sinistra 7. Tampak edema pada wajah dan volar dextra dan sinistra 8. Wajah tampak lesu dan tidak bergairah 9. Pasif 10. Kontak mata kurang



DS : 1. Klien merasa malu dan minder 2. Tidak mau bertemu dengan teman 3. Pasien merasa malu bertemu dengan orang lain 4. Berbicara pelan dan lirih 5. Menolak berinteraksi dengan perawat dan mengatakan tangan dan wajahnya tidak seperti orang lain



Gangguan citra tubuh



48



DAFTAR PUSTAKA



Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta: EGC . Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Budi Anna Keliat, dkk(2009) Model Praktik Keperawatan profesional Jiwa. Jakarta ; EGC Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Bapakalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama Departemen



Kesehatan.



Direktorat



Jenderal



Pelayanan



Medik.



Pedoman



Penggolongan dan Diagnosa gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993 Maslim R. Diagnosa gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2001 Kementrian Kesehatan RI, 2014, UU Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta 2014



49