Laporan Tutorial Kep Jiwa Ii Kel F [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TUTORIAL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II ISOLASI SOSIAL diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II Dosen Koordinator : Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ners., M.Kep. Dosen Pembimbing : Setiawati, S.pd., S.Kp., M.Kep.



Disusun Oleh : Kelompok F Leader



: M. Leonardo Davinci



(213119070)



Scriber 1 : Devi Puspitasari



(213119121)



Scriber 2 : Hilda Alviana



(213119131)



Anggota : 1. Puty Arrini Hidayanti



(213119088)



8. Risya Novita Santiani



(213119130)



2. Syintang Rasi Maliki



(213119038)



9. Melda



(213119023)



3. Wiga Rahayu Putri



(213119040)



10. Tiara Rahma Putri



(213119156)



4. Afiifah Inaayah



(213119036)



11. Nabila Fauzia Herawati



(213119148)



5. Rina Risnawati



(213119082)



12. Muhamad Opi Hafiizh



(213119077)



6. Abdul Rohman



(213119146)



13. Gheanisya Ananda



(213119064)



7. Alifah Kartika Kurniawati



(213119008)



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1) FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tutorial Keperawatan Kesehatan Jiwa II”, mengenai “Isolasi Sosial” dengan baik, sholawat serta salam semoga tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya, dan mudah mudahan sampai kepada kita selaku umat-Nya. Aamiin. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Setiawati, S.pd., S.Kp., M.Kep. selaku dosen pembimbing Tutorial kami, juga pihak-pihak terkait yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang di miliki sehingga makalah dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat berarti bagi kami. Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta memberi manfaat bagi pembaca. Aamiin.



Cimahai, 30 Oktober 2021



Tim Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.......................................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 A.



Latar Belakang.......................................................................................................1



B.



Batasan Masalah.....................................................................................................2



C.



Rumusan Masalah..................................................................................................2



D.



Tujuan Penulisan....................................................................................................2



E.



Sistematika Penulisan.............................................................................................2



BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3 A.



STEP 1 : Identifikasi dan Klarifikasi Masalah........................................................3



B.



STEP 2 : Diskusi dan Analisa Masalah..................................................................4



C.



STEP 3 : Identifikasi Penjelasan Solusi-Solusi (Brainstorming)............................4



D.



STEP 4 : Hipotesa (Skema)....................................................................................8



E.



STEP 5 : Rumuskan Tujuan Pembelajaran.............................................................8



F.



STEP 6 : Self Centered Study (Mencari Informasi) Smaller Group Work.............9



G.



STEP 7 : Sintesis....................................................................................................9



BAB III PENUTUP........................................................................................................26 A.



Kesimpulan..........................................................................................................26



B.



Saran....................................................................................................................26



DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa yaitu pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang maladaftif yang disebabkan oleh gangguan bio-psikososial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi & Purwanto,2009). Untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental, dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan orang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas (Poltekkes Depkes,2010) Gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat salah satunya adalah Isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,2009) Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri sebagai alat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Strategi dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan sikap dan perilaku klien. Perawat yang konstruktif pada klien dan membantu klien berespons secara adaptif dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya (Riyadi & purwanto, 2009)



1



B. Batasan Masalah Adapun makalah ini difokuskan menggunakan metode 7 jump, antara lain : 1. STEP 1 : Identifikasi dan Klarifikasi hal – hal yang belum diketahui 2. STEP 2 : Diskusi & Analisa masalah 3. STEP 3 : Indentifikasi Penjelasan / solusi – solusi (Brainstroming) 4. STEP 4 : Buat Hipotesa (Skema) 5. STEP 5 : Rumuskan tujuan pembelajaran 6. STEP 6 : Self Centered Study (Mencari informasi) –Smalle Group Work 7. STEP 7 : Laporan Hasil Sintesis/Solusi/Evaluasi C. Rumusan Masalah 1. Apa saja Konsep Isolasi Sosial? 2. Buatlah SAK dari Isolasi Sosial? D. Tujuan Penulisan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Isolasi Sosial 2. Mahasiswa mampu membuat SAK dari Isolasi Sosial E. Sistematika Penulisan Dalam pembuatan Laporan Tutorial ini penulis menggunakan studi pustaka. Studi pustaka yaitu suatu pengumpulan yang diperoleh dengan cara penelusuran bukubuku dan tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan-ketentuan dasar terhadap materi yang akan dibahas. Dan juga mencari buku-buku sumber untuk materi yang bersangkutan.



2



BAB II PEMBAHASAN A. STEP 1 : Identifikasi dan Klarifikasi Masalah 1. Apa itu RSJ? (Puty Arrini 213119088) Jawab : RSJ (Rumah Sakit Jiwa) adalah Rumah sakit yang mengkhususkan diri dalam perawatan gangguan mental serius. (Rina Risnawati 213119082) Jawaban Tambahan : RSJ juga jadi tempat untuk membantu orang-orang ODGJ yang terlantar dijalanan. Disana biasanya banyak orang-orang yang mulai membaik bahkan hingga sembuh hingga 90%. (Muhamad Opi Hafiizh 213119077) 2. Apa itu IGD ? (Risya Novita 213119130) Jawab : Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di dalam sebuah rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit atau cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di IGD terdapat dokter dari berbagai spesialisasi bersama sejumlah perawat dan dokter jaga. Instalasi Gawat Darurat berfungsi memberikan pelayanan medis yang sifatnya gawat dan darurat selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Pasien dengan penyakit akut yang masuk ke IGD dapat dikategorikan menjadi kasus gawat dan darurat. Gawat adalah keadaan yang berkenaan dengan suatu penyakit atau kondisi lainnya yang mengancam jiwa, sedangkan darurat adalah keadaan yang terjadi tiba-tiba dan tidak diperkirakan sebelumnya, suatu kecelakaan, kebutuhan yang segera atau mendesak. (Tiara Rahma Putri 213119156) 3. Apa itu kontak mata ? (Gheanisya Ananda 213119064) Jawab : Kontak mata (eye contact) adalah kejadian ketika dua orang melihat mata satu sama lain pada saat yang sama. Kontak mata merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang disebut okulesik dan memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku sosial. Frekuensi dan arti kontak mata sering bervariasi dalam berbagai budaya manusia. (Devi Puspitasari 213119121)



3



F. STEP 2 : Diskusi dan Analisa Masalah 1. Bagaimana caranya agar klien mau bergaul kembali dengan orang lain? (Wiga Rahayu 213119040) 2. Apa yang membuat laki-laki tersebut tidak mau bergaul dan sering melamun? (Melda 213119023) 3. Apa Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kasus tersebut? (Abdul Rohman 213119146) 4. Jelaskan tanda dan gejala pada kasus tersebut? (Alifah Kartika 213119008) 5. Bagaimana respon seorang perawat apabila menemukan klien seperti yang ada di kasus tersebut ? (Devi Puspitasari 213119121) 6. Jelaskan rentang respon keperawatan jiwa pada kondisi tersebut? (Tiara Rahma Putri 213119156) 7. Apa yang menyebabkan sejak 2 minggu lalu laki-laki itu tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan kadang-kadang menangis tanpa sebab? (Afiifah Inaayah 213119036) 8. Apakah tujuan dan manfaat untuk pasien dibawa ke RSJ? (Gheanisya Ananda 213119064) 9. Apa saja faktor predisposisi pada diagnosa tersebut? (Rina Risnawati 213119082) 10. Bagaimana mekanisme koping pada masalah keperawatan tersebut? (Risya Novita 213119130) G. STEP 3 : Identifikasi Penjelasan Solusi-Solusi (Brainstorming) 1. Dengan cara membantu klien mengenal penyebab dari penyakit tersebut, membina hubungan saling percaya, melakukan hal-hal yang disukai atau hal-hal yang positif, dan membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap. (Hilda Alviana 213119131) 2. Karena klien malas bergaul dan sulit memulai pembicaraan dengan orang lain sehingga lebih suka diam. (Afiifah Inaayah 213119036)



4



3. Gangguan Isolasi Sosial dengan data : DS : a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena sulit memulai pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. DO : a.



Klien tidak mau bergaul dengan teman-temannya dan tidak mau kuliah



b.



Klien terlihat menyendiri dan sering melamun



c.



Kontak mata klien kurang



d.



Jika ditanya, klien menjawab seperlunya (Devi Puspitasari 213119121)



4. Tanda dan Gejala : a. Tampak ngobrol sendiri b. Tertawa sendiri c. Kadang-kadang menangis Tampa sebab d. Tidak mau bergaul dengan teman-teman e. Sering melamun f.



Menyendiri



g. Kontak mata kurang h. Jika ditanya menjawab seperlunya (Nabila Fauzia 213119148) 5. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menatap yang terjadi pada klien,



memahami



pasien dan



mempromosikn



ketertarikan



pasien dan



berpartisipasi dalam interaksi. (Gheanisya Ananda 213119064) Jawaban Tambahan : Dengan cara mencoba mendekatkan diri kepada klien, lalu ajak bicara walau klien tidak mau bergaul kita berusaha untuk mengajak klien agar mau bicara dan memberi tau apa yg sedang dia rasakan. (Afiifah Inaayah 213119036) Jawaban Tambahan : a. Meningkatkan upaya sosialisasi dalam berinteraksi dengan orang lain. b. Agar klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri, klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain klien dapat berhubungan dengan orang lain secara



5



bertahap, klien mendapat dukungan keluarga dalam berhubungan dengan orang lain (Muhith, 2015). c. Sedangkan rencana tindakan menurut Dermawan & Rusdi (2013) yaitu dengan pendekatan strategi pelaksanaan untuk pasien dan keluarga. (Syintang 213119038) 6. Pada kasus ini rentan responya yaitu rentan respon sosial. Rentan respon ada yang Adaptif dan ada yang Maladaptif, diantaranya : a. Adaptif 1) Solitut 2) Otonomi 3) Kutualitas 4) Interdependen b. Maladaptif diantaranya: 1) Manipulasi 2) Impilsifitas 3) Narkisisme 4) Kesepian 5) Menarik diri 6) Ketergantungan Pada kasus rentan respon klien berada di renta maladaptif yaitu, manipulasi, merasa kesepian dan menarik diri. (Risya Novita 213119130) 7. Karena klien mengalami halusinasi. (Rina Risnawati 213119082) 8. Tujuan : Penanganan gangguan kejiwaan di rumah sakit jiwa memiliki tujuan sebagai berikut : a. Agar kondisi pasien dapat dievaluasi lebih ketat. b. Mendapatkan supervisi agar pasien tidak membahayakan dirinya sendiri atau orang lain. c. Agar mendapatkan perawatan yang lebih menyeluruh seperti pemenuhan kebutuhan gizi dan sosial. d. Agar dapat memonitor respons pasien terhadap pengobatan dan terapi. Manfaat : Penanganan gangguan jiwa secara lebih dini yaitu untuk mencegah kekambuhan gejala pasien, namun juga melatih dan mendorong pasien dan keluarganya untuk



6



menciptakan lingkungan yang suportif, tidak terpaku stigma, agar pasien dapat kembali hidup bermasyarakat. (Tiara Rahma Putri 213119156) 9. Faktor Predisposisi a. Faktor Perkembangan Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga. b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di setiap berkomunikasi. c. Faktor Sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini. d. Faktor Biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.(Alifah Kartika 213119008) 10. Bentuk mekanisme koping yg dialami klien adalah introyeksi dimana. Identifikasi yang berbentuk primitif. Menyatukan nilai dan norma luar dengan struktur egonya sehingga individu tidak bergantung pada belas kasihan tentang hal-hal yang dirasakan sebagai ancaman. (Puty Arrini 213119088)



7



H. STEP 4 : Hipotesa (Skema) (Syintang 213119038)



Tn. X 28 Tahun



Keluhan Utama : Sering melamun, tidak mau bergaul dengan teman-temannya dan tidak mau kuliah. Pemeriksaan Riwayat Kesehatan 1. 2 Minggu terakhir klien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan kadang-kadang menangis tanpa sebab. 2. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena sulit memulai pembicaraan. 3. Kontak mata kurang. 4. Jika ditanya menjawab seperlunya.



Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial I. STEP 5 : Rumuskan Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Isolasi Sosial 2. Mahasiswa mampu membuat SAK dari Isolasi Sosial (Syintang 213119038), (Afiifah Inaayah 213119036)



8



J. STEP 6 : Self Centered Study (Mencari Informasi) Smaller Group Work Waktu



Keterangan



Sabtu, 30 Oktober 2021



1. Tutorial Step 1-5 2. Pembagian tugas 3. Mengerjakan tugas yang sudah dibagi



Minggu, 31 Oktober 2021



4. Pengumpulan Materi ke Sc 2



Minggu, 31 Oktober 2021



5. Penyusunan laporan tutorial



Sabtu, 06 Oktober 2021



6. Pembahasan Tutorial Step 6-7



K. STEP 7 : Sintesis 1. Menjelaskan Konsep Dasar Isolasi Sosial A. Pengertian Isolasi Sosial (Muhamad Opi Hafiizh 213119077) Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan negatif atau mengancam (NANDA-I dalam Damaiyanti, 2012). Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial merupakan upaya Klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Trimelia, 2011). Masalah keperawatan dengan isolasi sosial jika tidak segera diatasi akan menyebabkan kurangnya keinginan melakukan kegiatan sehari-hari, dan



9



kurangnya minat untuk melakukan hubungan sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Subyek penelitian memfokuskan pada penerapan strategi pelaksanaan (SP), dan untuk penanganan isolasi sosial yang tepat dapat mencegah terjadinya masalah penurunan isolasi sosial. Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Kedaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011). Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama. B. Faktor



Predisposisi



(Hilda



Alviana



213119131),



(Nabila



Fauzia



213119148) 1) Faktor Tumbuh Kembang Keluarga sebagai juga dapat dikatakan sebagai sarana terdekat bagi seseorang yang membutuhkan dukungan sosial. Menurut Chow dalam Poegoeh(2016) Dukungan sosial dalam keluarga dapat menurunkan tingkat kerentanan stres dan juga meningkatkan kemampuan bagi penderita skizofrenia (menarik diri) untuk bisa menghadapi dan mengatasi masalah yang menimbulkan stress. Persepsi terhadap dukungan sosial adalah indikator positif pada beban keluarga yang disebabkan oleh penderita skizofrenia (menarik diri), merupakan peran kunci dan berkontribusi secara signif ikan terhadap kesembuhan gangguan mental (Thoits, 1995 dalam Chow, 2011). Pemaknaan terhadap optimis



akan



suatu



memberikan



10



kejadian respon



musibah



dengan sikap yang



yang positif terhadap kejadian



tersebut dan membantu melakukan penyesuaian diri dan pemecahan masalah (Silderberg, 2001).



2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga Hubungan antara penderita isolasi sosial dan keluarganya



dapat



terganggu karena adanya perilaku negatif dan pola komunikasi yang kacau. Pengaruh ini akan semakin parah apabila gaya komunikasi dan sikap keluarga penderita cenderung negatif. Hal ini akan berpengaruh secara



negatif terhadap proses penyembuhan penderita isolasi sosial.



Keluarga, sebaliknya, juga dapat menjadi sumber resiko bagi kerentanan penderita isolasi sosial. Meta analisis dari 27 penelitian (Butzlaff & Holey, 1998) menyebutkan bahwa ekspresi emosi tinggi anggota keluarga yang dimanifestasikan dengan munculnya komentar-komentar yang kritis,



sinis, tajam, dan keterlibatan emosional yang berlebihan



yang muncul



dalam kata-kata spontan anggota keluarga, telah



berhubungan dengan keadaan/relaps penderita skizofrenia dan timbulnya symptom positif yang lebih kuat dalam 6 bulan (dalam Schloser, dkk., 2010). 3) Faktor Sosial Budaya Menurut



Sefrina



(2016),



terdapat



beberapa



faktor



yang dapat



mempengaruhi keberfugsian sosial individu yaitu, adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi, individu mengalami frustasi dan kekecewaan, keberfungsial sosial juga dapat menurun akibat individu mengalami gangguan kesehatan, rasa duka yang berat, atau penderitaan yang lain yang



disebabkan bencana alam (Ambari,



2010). Individu mampu



melaksanakan tuntutan sosial, maka diharapkan individu menerima kondisi dan dapat menghargai diri sendiri. Berusaha membangun dalam mepertahankan



suatu hubungan dengan orang lain seperti



keluarga dapat membantu



responden untuk berjuang bersama



menghadapi setiap masalah yang ada, mengurangi rasa harga diri rendah juga kepercayaan diri rendah,



11



sehingga Selain



mampu meningkatkan



kesehatan individu secara mental.



kemampuan pasien, taraf kesembuhan juga tergantung pada



kondisi dan situasi lingkungan tempat tinggal responden. Lingkungan yang kondusif membantu mencapai taraf kesembuhan lebih baik dan mengurangi kemungkinan responden relaps (kambuh).



4) Faktor Biologis Faktor genetic dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Penurunan aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan mood dan gangguan kecemasan. Menurut Townsend (2003, hlm.59) neurotransmitteryang mempengaruhi pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut : a) Dopamin Fungsi dopamin sebagai pengaturan mood dan motivasi, sehingga apabila dopamin menurun pasien akan mengalami penurunan mood dan motivasi. b) Norepineprin Norepineprin yang kurang



dapat



mempengaruhi



kehilangan



memori, menarik diri dari masyarakat dan depresi. c) Serotonin Pasien dengan menarik diri/ isolasi sosial, serotonin cenderung menurun sehingga biasanya dijumpai tanda tanda seperti lemah, lesu dan malas melakukan aktivitas. d) Asetokolin Apabila terjadi penurunan asetokolin pada pasien dengan isolasi sosial cenderung untuk menunjukkan tanda-tanda seperti malas, lemah dan lesu. C. Faktor Presipitasi (Alifah Kartika 213119008), (M.Leonardo Davinci 213119070) Stressor Presipitasi terjadinya isolasi social dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi :



12



1) Stressor Sosial Budaya Stressor social budaya dapat memicu langsung kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau di penjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.



2) Stressor Biokimia a) Teori Dopamine : Kelebihan dopamine pada mesokortikal dan mesolombik serta taktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. c) Faktor Endokrin : Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolactin mengenai penurunan karena dihambat oleh dopamine. Hipertiroidisme, adanya peningkatan maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan tingkah laku psikotik. d) Viral Hipotesis : Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejalagejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak. 3) Stressor Biologik Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis. 4) Stressor Psikologis Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik.



13



Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari dalam diri maupun realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat. Menurut Purba, dkk. (2018) strategi koping digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masingmasing tingkah laku adalah sebai berikut :



a) Tingkah laku curiga : proyeksi. b) Dependency : reaksi formasi. c) Menarik diri : regrasi, depresi, dan isolasi. d) Curiga, waham, halusinasi : proyeksi, denial. e) Manipulative : regrasi, depresi, isolasi. f) Skizofrenia : displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi, depresi dan regresi. D. Rentan Respon (Melda 213119023), (Gheanisya Ananda 213119064) Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik). Respon Adaptif



Asertif



Respon Maladap tif



Frustasi



Pasif



Agresif



Kekerasan



Gambar 1. Rentang Respon Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan agresif sampai kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa



1) Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.



14



2) Frustasi :Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif.



3) Pasif : indivi du tidak dapat mengungkapkan perasaannya. 4) Agresif : Perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol.



5) Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol. Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanivestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia ”tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan.” Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif). E. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial (Abdul Rohman 213119146), (Wiga Rahayu 213119040) Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial : Menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut : 1. Kurang spontan, apatis. 2. Ekspresi wajah tidak berseri. 3. Tidak memperhatikan kebersihan diri. 4. Komunikasi verbal kurang. 5. Menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu. 6. Retensi urine dan feses. 7. Aktivitas menurun, menolak berhubungan dengan orang lain. Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut: a. Gejala Subjektif 1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain. 2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain. 3) Respon verbal kurang atau singkat. 4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.



15



5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu. 6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan. 7) Klien merasa tidak berguna. 8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup. 9) Klien merasa ditolak.



b. Gejala Objektif 1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara. 2) Tidak mengikuti kegiatan. 3) Banyak berdiam diri di kamar. 4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat. 5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal. 6) Kontak mata kurang. 7) Kurang spontan. 8) Apatis (acuh terhadap lingkungan). 9) Ekpresi wajah kurang berseri. 10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri. 11) Mengisolasi diri. 12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya. 13) Memasukan makanan dan minuman terganggu. 14) Retensi urine dan feses. 15) Aktifitas menurun. 16) Kurang enenrgi (tenaga). 17) Rendah diri. 18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya pada posisi tidur). 2. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Isolasi Sosial Kasus tutorial SKENARIO : seorang laki laki berusia 28 tahun dibawa bapaknya ke IGD RSJ, dengan keluhan pasien selama dirumah sudah 2 bulan yang lalu sering melamun, tidak mau



16



bergaul dengan teman teman nya dan tidak mau kuliah. Sejak 2 minggu yang lalu pasien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan kadang kadang menangis tanpa sebab. bapaknya merasa kasihan dengan kondisi tersebut sehingga pasien dibawa ke RSJ. pada saat dikaji, pasien terlihat menyendiri dan sering melamun. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena klien sulit memulai pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. Kontak mata klien kurang, klien jika ditanya menjawab seperlunya A. Pengkajian (Puty Arrini 213119088), (Tiara Rahma 213119156) I.



a. Identitas Klien Nama



: Tn. X



Jenis Kelamin



: Laki-Laki



Umur



: 28 Tahun



b. Identitas Penanggung Jawab Klien



II.



Nama



: Tn. X



Hubungan dengan klien



: Orang Tua ( Ayah)



Alasan Masuk Orang tua klien mengeluh dengan keluhan pasien selama di rumah sudah 2 bulan yang lalu sering melamun, tidak mau bergaul dengan teman-teman nya dan tidak mau kuliah. Sejak 2 minggu yang lalu pasien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan kadang-kadang menangis tanpa sebab. Bapaknya merasa kasihan dengan kondisi tersebut sehingga pasien dibawa ke RSJ. Data Saat Dikaji : Pada saat dikaji, pasien terlihat menyendiri dan sering melamun. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena klien sulit memulai pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. Kontak mata klien kurang, klien jika ditanya menjawab seperlunya. Masalah keperawatan : Gangguan Isolasi Sosial



III. Psikososial 1.



Hubungan Sosial : a.



Orang



yang



........................................................



17



berarti/terdekat



:



b.



Peran



serta



dalam



kegiatan



kelompok



/masyarakat : ..................... c.



Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau bergaul dengan orang lain Masalah keperawatan : .................................................................



IV. Status Mental 1. Pembicaraan Cepat



Keras



Gagap



Apatis



Lambat



Inkoheren



v Membisu



Tidak mampu Memulai Pembicaraan



Jelaskan



:



.......................................................................................... Masalah keperawatan : ......................................................................... 2. Afek v



Datar



Tumpul



Labil



Tidak sesuai



Jelaskan : .......................................................................................... Masalah keperawatan : ........................................................................ 3. Interaksi Selama Wawancara Bermusuhan tersinggung



Tidak kooperatif



V Kontak mata (-)



Defensif



Curiga



Jelaskan : .......................................................................................... Masalah keperawatan : ........................................................................



18



Mudah



V. Mekanisme Koping. Adaptif



Maladaptif



Berbicara dengan orang lain



Minum alkohol



Mampu menyelesaiakn masalah



Reaksi lambat/berlebih



Teknik relaksasi



Bekerja berlebihan



Aktifitas konstruktif



Menghindar



Olah raga



Mencederai diri



Lainnya ………………………..



Lainnya………………



Jelaskan : .......................................................................................... Masalah keperawatan : ........................................................................ VI. Masalah Psikososial Dan Lingkungan Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik........................... Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik. Klien sering melamun, tidak mau memulai pembicaraan, tidak mau bergaul Masalah dengan pendidikan, spesifik. Klien tidak mau kuliah B.



Diagnosa (Devi Puspitasari 213119121) No 1.



Data



Masalah Keperawatan Isolasi Sosial : Menarik Diri



DS : a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena sulit memulai pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. DO : a. Klien tidak mau bergaul dengan teman-temannya dan tidak mau kuliah b. Klien terlihat menyendiri



19



dan sering melamun c. Kontak mata klien kurang d. Jika ditanya, klien menjawab seperlunya



Dignosa Keperawatan Isolasi sosial : Menarik Diri



C. Perencanaan (Syintang 213119038), (Rina Risnawati 213119082) No



Diagnosa



1.



Isolasi Sosial



Rencana Tindakan Keperawatan



Rasional



Tujuan Pasien mampu :



Kriteria Evaluasi Setelah dilakukan



SP I



Intervensi



1) Menyadari



pertemuan, klien



1) Identifikasi



1) Hubungan saling percaya merupakan



penyebab



mampu:



penyebab



dasar untuk



isolasi sosial



1) Membina



a) Siapa yang satu



kelancaran



2) Berinteraksi dengan orang lain



hubungan saling



rumah dengan



hubungan interaksi



percaya.



pasien



selanjutnya.



2) Menyadari



b) Siapa yang dekat 2) Diketahuinya



penyebab isolasi sosial, keuntungan



dengan pasien



penyebab akan



c) Siapa yang tidak



dihubungkan



dan kerugian



dekat dengan



dengan faktor



berinteraksi



pasien



resipitasi yang



dengan orang lain



20



2) Tanyakan



dialami klien.



keuntungan dan



3) Melakukan



3) Klien harus dicoba



interaksi dengan



kerugian



berinteraksi secara



orang lain secara



berinteraksi dengan



bertahap



bertahap



orang lain



agarbterbiasa



a) Tanyakan



membina hubungan



pendapat pasien



yang sehat dengan



tentang



orang lain.



kebiasaan



4) Mengevaluasi



berinteraksi



manfaat yang



dengan orang



dirasakan klien



lain



sehingga timbul



b) Tanyakan apa yang



motivasi untuk berinteraksi.



menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain. c) Diskusikan



keluarga sangat



keuntungan bila



mendukung



pasien memiliki



terhadap proses



banyak teman



perubahan perilaku



dan bergaul



klien.



akrab dengan mereka. d) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain e) Jelaskan pengaruh isolasi



21



5) Keterlibatan



sosial terhadap kesehatan fisik pasien. 3) Latih berkenalan b) Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain. c) Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain.



d) Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan perawat. e) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman / anggota keluarga. f) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan



22



jumlah interaksi dengan 2,3,4 orang dan seterusnya. g) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien.



h) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya, beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.



4) Masukkan jadwal kegiatan pasien.



SP 2



23



1) Evaluasi SP1 2) Latih berhubungan sosial secara bertahap 3) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.



SP 3 1) Evaluasi SP1 dan 2 2) Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih 3) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien. D. Evaluasi (Risya Novita 213119130), (Afiifah Inaayah 213119036) Diagnosa Isolasi Sosial



Implementasi Tindakan Keperawatan Data Subjektif :



Evaluasi S:



a.



1. dengan orang lain kerena sulit



bisa memulai



memulai pembicaraan



pembicaraan dengan



Data Objektif :



orang lain.



a. Klien tidak mau bergaul dengan teman-temannya dan tidak mau



24



O: 1. Klien tampak masih



kuliah.



suka menyendiri dan



b. Klien terlihat menyendiri dan sering



melamun



melamun.



2. Kontak mata kurang



c. Kontak mata klien kurang.



3. Klien menjawab



d. Jika ditanya klien menjawab seperlunya



seperlunya A: 1. SP 1 tercapai. P: 1. Anjurkan klien untuk berlatih cara berkenalan dengan orang lain.



Tindakan Keperawatan :



2. Anjurkan, masukkan



a.



kegiatan ke dalam



b.



jadwal kegiatan keuntungan dan kerugian. berinteraksi dengan orang lain



c. lain. d. lain secara bertahap Rencana Tindak Lanjut : a. isolasi social b.



25



harian.



BAB III PENUTUP i)



Kesimpulan



Gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat salah satunya adalah Isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2009). Salah satu gangguan berhubungan sosial ditantaranya perilaku menarik diri atau isolasi social yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan kecemasan. A. Saran 1. Bagi Perawat Hendaknya dalam merawat klien dengan isolasi sosial menarik diri dilakukan secara intensif dengan melakukan interaksi yang singkat tapi sering sehingga masalah-masalah yang dialami klien menarik diri dapat teratasi dengan baik 2. Bagi Klien Dan Keluarga Hendaknya sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap, serta perlunya pemahaman keluarga tentang perawatan klien dengan isolasi sosial menarik diri secara tepat agar klien selalu dapat berinteraksi dengan orang lain.



26



DAFTAR PUSTAKA



Suerni, T., & Livana, P. H. (2019). Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan, 11(1), 57-66. : http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/464 Daniella, L. (2019). Retrieved from Konsep Isolasi Sosial : https://pdfcoffee.com/lpisolasi-sosial-fix-5-pdf-free.html Handayani, Y. (2018, Juni). Retrieved from Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial.: https://id.scribd.com/document/378434555/Laporan-Pendahuluan-Isolasi-Sosial journals.umkt.ac.id analisis rekam medis pasien isolasi sosial vol 2.No 1 Hermawan, B.(2015). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARJUNA RSJ DAERAH SURAKARTA. 30 Oktober 2021, : http://eprints.ums.ac.id/34432/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf



27