Laporan UKM DR - Kurnia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

F1 – Upaya Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Penyuluhan Napza Pada Remaja Di Gereja APO Kalimati I. Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak menetap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh negatif seperti narkoba, kriminal dan kejahatan seksual. Remaja dilihat dari proses yang dialaminya dalam menuju kedewasaan dan mempunyai sifat dinamis dan penuh gejolak. Semua itu terjadi dalam rangka penyesuaian dirinya terhadap lingkungan dimana dia berada. Rasa ingin tahu paling besar tanpa dibarengi dengan informasi dan pengetahuan yang cukup, keinginan-keinginan untuk mencari jati diri dengan caranya sendiri merupakan kondisi yang kondusif bagi remaja untuk terperosok dalam hal-hal yang membahayakan dirinya termasuk keterlibatan dalam penyalahgunaan NAPZA. Sebagian besar yang menggunakan NAPZA adalah remaja, dimana pada awalnya berasal dari rasa ingin tahu dan sekedar coba-coba. Ada juga yang menggunakan NAPZA sebagai tempat pelariannya untuk dapat melupakan sejenak masalah yang dihadapi. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang NAPZA serta cara pencegahannya adalah dengan penyuluhan pada remaja. Penyuluhan dengan berbagai sasaran lebih ditekankan kepada kelompok rentan. Lingkungan sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku remaja, sehingga upaya penyuluhan kesehatan pada sasaran remaja sekolah merupakan prioritas utama dan pertama. Jumlah remaja sekolah yang cukup besar tersebut merupakan kesempatan yang baik, sehingga remaja sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan anti NAPZA, baik di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. II. Permasalahan Remaja yang baru sekali menggunakan NAPZA cenderung akan ketagihan, disinilah timbul berbagai macam masalah. Dampak penyalahgunaan NAPZA pada seseorang sangat tergantung pada jenis NAPZA yang dipakai, kepribadian si pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.



1



III.Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Narasumber dari kegiatan penyuluhan ini diantaranya adalah : 1. Dokter Internship Puskesmas Jayapura Utara periode Februari 2021 2. Bidan Puskesmas Jayapura Utara Kegiatan penyuluhan ini bertempat di ruang aula Gereja APO Kalimati pada tanggal 27 Maret 2021, pukul 10.00 – 11.00 WIT. Sasaran penyuluhan ini adalah siswa kelas SMP-SMA, yang berjumlah 15 orang siswa. Metode penyuluhan yang digunakan adalah dengan metode ceramah dan tanya jawab. IV. Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan di ruang aula pertemuan Gereja APO Kalimati, dimulai pukul 10.00 WIT dan diawali dengan sambutan dari perwakilan Puskesmas Jayapura Utara. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan diri dari narasumber. Materi yang disampaikan adalah penjelasan tentang NAPZA kepada para siswa. Para siswa dan pendamping duduk dengan tenang sambil mendengarkan penjelasan dari narasumber. Penjelasan yang diberikan mencakup pengertian NAPZA, jenis-jenisnya, bahayanya, serta cara menghindarinya. Ketika peserta diberikan pertanyaan mengenai NAPZA, sebagian besar peserta belum mengetahui, utamanya mengenai bentuk dari NAPZA sendiri. Materi berikutnya adalah tentang penjelasan singkat mengenai cara menghindari



NAPZA.



Ketika



narasumber



menanyakan



bagaimana



cara



menghindari NAPZA, sebagian peserta dapat menjawab dengan baik. Setelah penyampaian materi selesai pukul 11.00 WIT, acara ditutup dengan doa dan ramah tamah. V. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan selama proses intervansi berlangsung yaitu antusiasme para siswa dalam menerima materi NAPZA. Evaluasi keberhasilan dapat dilihat secara jangka pendek maupun jangka panjang. Jangka pendek dapat dilihat dari tanya jawab secara langsung. Evaluasi jangka panjang dapat dilakukan oleh para pendamping, orangtua serta lingkungan yang terkait.



2



F3 – Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) Penyuluhan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) di Posyandu Mahikay



I. Latar Belakang ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi bayi dan lebih higienis. Namun seiring dengan



pertambahan



umur,



bayi



akan



mengalami



pertumbuhan



dan



perkembangan. Oleh sebab itu diperlukan zat gizi yang lebih banyak dan beragam untuk mendukung tumbuh dan kembang bayi. Zat gizi tersebut tidak dapat dipenuhi dengan pemberian ASI saja, melainkan diperlukan asupan tambahan dari makanan-makanan lain. Pemberian ASI eksklusif dilakukan hingga bayi berusia 6 bulan, selanjutnya diperlukan asupan gizi dari makanan lain. Makanan tambahan yang diberikan berdampingan dengan ASI setelah bayi berusia 6 bulan disebut dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI diberikan setelah bayi berusia 6 bulan karena pada usia ini bayi sudah mulai mampu untuk menggigit, mengunyah, dan menelan makanan dengan baik. Selain bermanfaat untuk melengkapi kandungan gizi ASI, pemberian MP-ASI juga berperan dalam perkembangan kemampuan bayi dalam menggigit, mengunyah, dan menelan makanan serta belajar untuk mengenal berbagai macam makanan. Hal tersebut merupakan proses adaptasi untuk beralih dari konsumsi makanan cair ke makanan yang lebih padat, hingga pada akhirnya bayi akan lepas sepenuhnya dari ASI. Pemberian MP-ASI dilakukan secara bertahap seiring dengan pertambahan umur bayi. Hal-hal tersebut di atas menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan akan pemberian MP-ASI yang tepat dapat mendukung tumbuh dan kembang yang baik bagi bayi. II. Permasalahan Penyuluhan tentang “Makanan Pendamping ASI” ini bertujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang apa saja jenis-jenis makanan pendamping ASI. Selain itu, menjelaskan kapan mulai diberikannya makanan pendamping ASI, sehingga kebutuhan nutrisi dan vitamin bagi anak tercukupi. Melalui kegiatan penyuluhan ini, diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat terutama keluarga muda yang sedang memiliki balita di Posyandu 3



Mahikay, Kecamatan Gurabesi, Kota Jayapura tentang apa kapan pemberian makanan pendamping ASI dan apa saja jenisnya untuk anak agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal. III.Perencanaan dan Pemilihan Intervensi Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada masyarakat di Posyandu Balita Mahikay, Kecamatan Gurabesi, Kota Jayapura. Pada penyuluhan ini akan menggunakan metode ceramah sebagai metode informasi kepada peserta penyuluhan. Akan dijelaskan mengenai apa saja jenis-jenis makanan pendamping ASI. Selain itu, menjelaskan kapan mulai diberikannya makanan pendamping ASI, sehingga kebutuhan nutrisi dan vitamin bagi anak tercukupi. Peserta juga akan diberikan waktu setelah presentasi selesai untuk memberikan pertanyaan kepada pemapar apabila ada informasi yang belum jelas tentang informasi yang telah diberikan. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Hari / Tanggal



: Kamis, 08 April 2021



Tempat



: Posyandu Balita, Mahikay, Kec. Gurabesi



Sasaran Penyuluhan : Sasaran penyuluhan adalah ibu-ibu posyandu dan kader posyandu di Posyandu Balita, Mahikay, Kec. Gurabesi. Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab IV. Proses Intervensi Waktu dan Tempat Pelaksanaan Hari / Tanggal



: Kamis, 08 April 2021



Tempat



: Posyandu Balita, Mahikay, Kec. Gurabesi



V. Monitoring dan Evaluasi Penyuluhan mengenai makanan pendamping ASI telah selesai diadakan di Posyandu Balita Mahikay, Kecamatan Gurabesi, Kota Jayapura pada tanggal 08 April 2021. Kegiatan tersebut terdiri atas penyuluhan dan sesi tanya jawab. Metode yang digunakan selama proses penyuluhan berlangsung adalah metode ceramah yang disampaikan dangan santai tetapi serius dan dapat dipahami peserta. Dan di dalam proses penyuluhan tersebut ada proses interaksi atau feed 4



back antara penyuluh dan sasaran yang berguna bagi sasaran dalam memperjelas tujuan program dan isi materi yang disampaikan. Proses penyuluhan berjalan cukup lancar. Para peserta penyuluhan juga cukup baik menyimak penjelasan dan di akhir acara cukup aktif menanyakan berbagai macam pertanyaan seputar makanan pendamping ASI. Penyuluhan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan pendengarnya mengenai apa saja jenis-jenis pendamping ASI, kapan pemberiannya serta manfaat dan sumber vitamin sehingga kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi secara seimbang.



5



F6 – Upaya Pengobatan Dasar (Penyakit Program) Laporan Kasus Poliklinik Umum Puskesmas Jayapura Utara " SKABIES " I. Latar Belakang Permasalahan Penyakit gudik atau kudis, merupakan penyakit kulit yang dapat ditemui hampir di setiap pemukiman padat penduduk dan dianggap sebagai penyakit yang tidak berbahaya sehingga kurang mendapat perhatian baik dari penderita maupun orang-orang yang berada di sekitarnya. Penyakit kudis dapat menjangkit semua orang pada semua umur, ras dan level sosial ekonomi. Banyak orang masih belum mengetahui bahwa penyebab gudikan adalah spesies tungau yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Spesies ini disebut sebagai Sarcoptes scabiei dan penyakitnya disebut skabies. Skabies adalah salah satu masalah dermatologis yang paling umum dan mempengaruhi sekitar 200 juta orang setiap tahun di seluruh dunia (WHO, 2019). World Health Organization (WHO) menyatakan skabies merupakan salah satu dari enam penyakit parasit epidermal kulit yang terbesar angka kejadiannya di dunia. Penyakit sakbies mengakibatkan kerusakan pada kulit akibat infeksi sekunder dan gangguan kenyamanan akibat rasa gatal. Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi sakbies di negara berkembang terkait dengan kemiskinan yang diasosiasikan dengan rendahnya tingkat kebersihan, akses air yang sulit, dan kepadatan hunian. Tingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu memudahkan transmisi tungau skabies. Prevalensi skabies di Indonesia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Prevalensi skabies tahun 2008 sebesar 5.06% - 12.96% sedangkan prevalensi tahun 2009 sebesar 4.9% - 12.95% dan data terakhir yang tercatat prevalensi skabies di Indonesia tahun 2013 yakni 6%. Walaupun terjadi penurunan prevalensi tetapi Indonesia belum terbebas dari penyakit sakbies dan masih menjadi salah satu masalah penyakit menular di Indonesia (RIKEDAS, 2013). II. Permasalahan IDENTITAS PASIEN Nama



: An. JB



Usia



: 9 tahun



Alamat



: APO 6



Pekerjaan : Pelajar Tanggal pemeriksaan : 03 Maret 2021 III.Perencanaan dan Pemilihan Intervensi DIAGNOSIS : Skabies 1. Tatalaksana farmakologis : 



Permetrin 5% krim digunakan minimal 8 jam pada seluruh tubuh (kecuali wajah) dan jangan sampai terkena air selama memakai krim tersebut. Setelah minimal 8 jam pemakaian boleh dibilas.







Chlorfeniramin Maleat (CTM) tab 4 mg 1x1 malam hari



2. Tatalaksana non farmakologis :  Pengobatan harus dilakukan secara bersamaan pada seluruh orang yang tinggal dalam rumah  Persiapan untuk pengobatan : a. Seluruh pakaian yang dipakai sehari – hari dicuci dengan air panas b. Mandi dahulu sebelum mengoleskan salep c. Oleskan salep secara merata pada seluruh badan, baik yang gatal maupun yang tidak gatal, kecuali muka. Diamkan selama 10 jam d. Mandi hingga bersih setelah pemakaian salep  Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama – sama dan alas tidur diganti bila ternyata pernah digunakan oleh penderita scabies  Alat tidur seperti kasur, bantal dan guling harus dijemur di bawah terik matahari untuk menghilangkan tungau yang menempel  Menghindari kontak langsung dengan penderita skabies IV. Pelaksanaan Anamnesis, pemeriksaan fisik dan upaya pengobatan dasar dilaksanakan di Puskesmas Jayapura Utara pada tanggal 03 Maret 2021. Sebelum memulai kegiatan, terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti alur upaya pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengobatan. Upaya pengobatan Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan hal-hal yang mendukung penegakan diagnosis diantaranya ; keluhan utama yaitu gatal pada sela-sela jari sejak 2 7



minggu lalu, selain itu pasien juga mengeluh gatal terutama pada malam hari. Ibu pasien juga mengaku bahwa adik dan kakak pasien mengalami hal yang sama. Diagnosis Banding : 



Prurigo







Dermatitis kontak alergi







Insect bite



Pemeriksaan Fisik : UKK pada Regio manus dextra et sinistra : Papula dan vesikel disertai ekskoriasi (bekas garukan), tampak pustula lentikular akibat infeksi sekunder pada sela-sela jari. Diagnosis sementara : SKABIES Pengobatan dasar yang diberikan : 



Permetrin 5% krim digunakan minimal 8 jam pada seluruh tubuh (kecuali wajah) dan jangan sampai terkena air selama memakai krim tersebut. Setelah minimal 8 jam pemakaian boleh dibilas.







Chlorfeniramin Maleat (CTM) tab 4 mg 1x1 malam hari



V. Monitoring dan Evaluasi Pada saat pasien datang kembali untuk kontrol, maka dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sebelumnya sudah berkurang atau belum. Memeriksa apakah lesi masih sama seperti sebelumnya. Menanyakan pada pasien apakah obat yang diberikan sebelumnya masih ada atau tidak, bagaimana cara mengkonsumsinya. Jika keluhan tidak membaik walaupun sudah mengaplikasikan atau mengkonsumsi obat dengan benar dan menerapkan modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari penyakit sebelumnya, maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis.



8