Laporan Umur Ikan Inul [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOLOGI PERIKANAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN PENENTUAN UMUR IKAN NAMA



: M. AINUL MAHBUBILLAH



NRP



: 1509100703



KELOMPOK



:6



ASISTEN



: AFTRIA RIZVICA RAMADAN



DOSEN PENGAMPU Dra. Nurlita Abdulgani,M.Si



JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010



BAB I PENDAHULUAN 1.1



LATAR BELAKANG Salah satu usaha yang dilakukan untuk memajukan dan mengembangkan



perikanan adalah dengan melakukan penelitian tentang umur ikan, dimana penelitian ini merupakan sesuatu yang sangat penting dalam bidang biologi perikanan. Karena data umur ikan yang dihubungkan dengan data yang lainnya dapat



berupa



data



panjang



atau



berat



tubuh



dapat



memberikan



keanekaragaman mengenai umur ikan pada waktu matang gonad untuk pertama kalinya, lama hidup, mortalitas dan pertumbuhan serta reproduksi.Dengan mengetahui umur ikan tersebut dan komposisi jumlahnya yang ada dan berhasil hidup, kita dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan reproduksi ikan pada tahun tertentu, misalnya akibat musim panas yang berkepanjangan, termasuk eksploitasi yang berlebihan atau tidak pada tahun-tahun tertentu. Keadaan demikian dapat dilacak melalui penelusuran komposisi atau struktur umur dengan anggotanya pada saat tertentu, dan dapat pula dipakai memprediksi produksi perikanan pada saat mendatang. Pembacaan umur ikan adalah ilmu pengetahuan yang cukup menarik dalam bidang perikanan terutama pembacaan umur ikan pada spesies-spesies ikan yang hidup di alam. Oleh karena itulah mahasiswa perikanan diwajibkan untuk mengikuti praktikum tentang penentuan umur ikan ini. 1.2



Rumusan Masalah Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana cara menentukan



umur ikan dan bagaimana mengetahui tanda tahunan pada squama ikan. 1.3



TUJUAN Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara-menetukan umur



ikan dan mengetahui tanda tahunan pada squama ikan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Tipe Sisik Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat dari lapisan dermis. Pada beberapa ikan sisiknya berubah menjadi keras karena bahan yang dikandungnya, sehingga sisik tersebut menjadi semacam rangka luar. (Iqbal,2008) Ikan yang bersisik keras terutama ditemukan pada ikan-ikan yang masih primitif. Sedangkan pada ikan modern ekerasan sisiknya sudah tereduksi menjadi sangat fleksibel. Disamping ikan-ikan yang bersisik, juga banyak terdapat ikan yang sama sekali tidak bersisik, misalnya ikan-ikan yang termaksud kedalam subordo Siluroidea (Ikan jambal Pangasius pangasius, lele Clarias batrachus, dan belut sawah Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi, sebagaimana yang telah dikemukakan, mereka mempunyai lendir yang lebih tebal sehingga badannya menjadi lebih licin. (Iqbal,2008) Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu Placoid, Cosmoid, ganoid, Cycloid dan Ctenoid. a) Sisik placoid Hanya terdapat pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut hampir seperti duri bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis. Susunannya hampir seperti gigi manumur. Pulp (bagian yang lunak) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid sering disebut juga dermal denticle (Iqbal,2008)



Gambar 2. Sisik placoid b) Sisik Cosmoid Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae. c) Sisik Ganoid Jenis



sisik



ini



dimiliki



oleh



ikan-ikan



Lepidosteus (Holostei) dan



Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.



Gambar 3. Sisik ganoid d) Sisik Cycloid dan Ctenoid Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras(Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan (Iqbal,2008) Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan (Iqbal,2008)



sisik



dan



biasanya



berkedudukan



di



tengah-tengah



sisik



Gambar 4. Sisik cycloid dan ctenoid (Iqbal,2008)



Gambar 5. Bagian-bagian sisik cycloid dan ctenoid (Iqbal,2008)



2.2 Penentuan Umur Ikan Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur hingga dia dewasa. Penentuan umur ikan dapat dilihatt pada bagian-bagian tubuh yang keras. Bagian-bagian tubuh yang keras untuk pembacaan umur suatu individu ikan tersebut menurut (Lagler et al dalam Pulungan, 2006) yaitu sisik kunci, tulang vertebrae, tulang operculum, pangkal duri sirip dada, dan tulang otholit. Penentuan umur suatu individu ikan dapat dilakukan melalui baberapa cara yaitu -



Cara langsung, cara ini hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan budidaya



-



Cara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang masih hidup diperairan alami. Penentuan umur ikan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:



1) Metoda prekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui pengukuran panjang tubuh ikan, metoda ini biasanya diterapkan pada individuindividu spesies ikan yang hidup didaerah tropis (Pulungan, 2006) Ikan mempunyai satu umur tersendiri membentuk suatu distribusi normal. Sektor panjang rata-ratanya, bila frekuensi panjang tersebut digambarkan dengan grafik akan membentuk beberapa puncak. Puncak inilah yang dipakai tanda kelompok umur ikan. Untuk ikan yang lain masa pemijahan panjang menyebabkan terdapat pertumpuan ukur dari umur yang berbeda (Effendie,1997). 2) Dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (Annulus) atau harian (Sirkulus) pada bagian-bagian tubuh yang keras, seperti sisik. Dari bermacammacam hanya sisik cicloid dan ctenoid yang dapat digunakan untuk menentukan umur ikan.



2.3



Deskripsi Ikan



2.3.1 Ikan Mas Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut: Classis



: Osteichthyes



Subclassis



: Actinopterygii



Ordo



: Cypriniformes



Familia



: Cyprinidae



Genus



: Cyprinus



Species



: Cyprinus carpio L.



2.3.2 Ikan Tenggiri Kerajaan



: Animalia



Filum



: Chordata



Kelas



: Actinopterygii



Ordo



: Perciformes



Famili



: Scombridae



Genus



: Scomberomorus



Spesies



: Scomberomorus commerson L



(Lacepède, 1801) Ikan tenggiri bertubuh memanjang, memipih lumayan kuat pada sisisisinya, telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII – XXII jari-jari keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan (finlet). Tenggiri Melayu (Scomberomorus commerson), spesies yang terbesar, dapat mencapai panjang 220 cm, meski kebanyakan kurang dari 1 m saja. Tenggiri merupakan ikan pelagis yang kerap berenang menggerombol dalam kelompok kecil, tidak jauh dari pantai. 2.3.3 Ikan Kiper Berikut merupakan taksonomi ikan kiper : Kerajaan



: Animalia



Filum



: Chordata



Kelas



: Actinopterygii



Ordo



: Perciformes



Keluarga



: Scatophagidae



Genus



: Scatophagus



Spesies



: Scatophagus argus



Ikan kiper (Scatophagus argus) merupakan ikan yang hidup di air payau (estuaria), muara sungai, dan di antara mangrove. Ikan ini termasuk ikan pelagis yang eurihaline (dapat hidup pada kisaran kadar garam yang besar). Ikan kiper bertelur di terumbu karang, ketika muda ikan ini bermigrasi ke daerah payau dekat muara sungai, dan ketika dewasa ikan ini bermigrasi ke laut terbuka (Anonim 2011). Ikan kiper merupakan ikan omnivora yang cenderung herbivora. Pakan alami ikan ini adalah alga biru, diatome, serasah, phytoplankton, zooplankton, microalga, cacing, crustacean, serangga, tumbuhan air, dan detritus. Sesuai dengan makanan dan caranya mengambil makanan, ikan kiper mempunyai tipe mulut terminal. Bentuk ikan kiper mirip dengan ikan discus sehingga ikan kiper juga dijadikan ikan hias bagi sebagian orang. Ikan ini mempunyai panjang tubuh ratarata antara 9-16 cm dengan volume lambung antara 1,6-3,5 ml. Scatophagus argus dapat mencapai panjang tubuh maksimum 38 cm. Umumnya ikan ini mencapai matang gonad ketika panjang tubuhnya 14 cm. Ikan kiper dapat hidup dengan baik di daerah tropis pada suhu antara 20-28°C dan antara 32° LU-23° LS. Ikan kiper mempunyai 10-11 jari-jari sirip keras dan 16-18 jari-jari sirip lemah pada dorsal serta 4 jari-jari sirip keras dan 13-15 jari-jari sirip lemah pada anal. Ikan ini mempunyai bercak totol-totol hitam pada tubuhnya dan ketika dewasa bercak totol-totol hitam ini akan sedikit memudar. Tubuhnya pipih agak berbentuk segi empat. Mata cukup besar, diameternya sedikit lebih kecil daripada panjang mulut. Mulut kecil, bulat, horisontal, dan tidak disembulkan. Terdapat beberapa baris gigi dalam rahang ikan kiper (Anonim 2011). Ikan kiper merupakan ikan pelagis. Ikan ini biasa ditangkap dengan menggunakan perahu atau kapal. Untuk menangkap ikan kiper biasanya digunakan kapal yang berukuran kecil hingga sedang, seperti yang digunakan oleh nelayan di Blanakan, Subang. Nelayan di daerah ini menggunakan perahu atau kapal kayu untuk mencari ikan kiper di perairan payau maupun di laut.



BAB III METODOLOGI



3.1 Alat dan bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu pinset, kaca pembesar, gelas benda, gelas penutup, mikroskop, alat tulis dan penggaris. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ikan tenggiri, ikan mas dan ikan kiper 3.2 Cara Kerja Diambil 3 squama kunci dengan menggunkan pinset. Pengambilan squama kunci dilakukan pada bagian tiga baris disebelah anterior pinnae dorsalis dan disebelah linea lateralis serta bagian ujung pinnae pectoralis. Diambil pada satuan bagian sisi dulu, lalu diletakkan pada objek glass dan diamati dengan mikroskop. Jika yang diamati adalah squama cycloid maka pengambilan dilakukan pada tiga baris sebelah anterior pinnae dorsalis, jika ctenoid maka diambil dari bagian ujung pinnae dorsalis. Tiap-tiap ikan diambil 3 squama dan diamati dibawah mikrosko. Setelah itu sisik yang di ambil disimpan dalam amplop dan di beri nama.



BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA PENGAMATAN 4.1.1 Data Pengamatan No. 1.



Perlakuan



Pengamatan



Diambil sisik yang



Didapatkan sisik yang berwarna



terletak disekitar



transparan



operculum, 3 baris dari sirip dorsal, dan 3 baris dari bagian ventral 2.



Sisik dimasukkan ke dalam amplop



3.



Sisik yang berukuran







kecil diamati menggunakan mikroskop



Tipe dari sisik ikan Mas adalah Cycloid







Tipe dari ikan Kiper adalah Ctenoid



Diamati dan dihitung







Ikan Mas 1 tidak memiliki annuli



lingkaran tahun yang







Ikan Mas 2 memiliki 2 annuli,



compound, dan sirip yang besar diamati dengan mikroskop stereo 4.



Sisik digambar dan diberi keterangan.



5.



ada. Kemudian ditentukan



sehingga berumur 2 tahun 



umur ikan berdasarkan jumlah lingkaran tahun



Ikan Kiper 1 memiliki 1 annuli, sehingga berumur 1 tahun







Ikan Kipr 2 memiliki 2 annuli, sehingga berumur 2 tahun



No. 1



Ikan



Keterangan



Ikan Mas (Cyprius carpio) 1



7



1. Lateral Field 2. Focus 2



3. Radii 4. Anterior Field 5. Lateral Field



3



6. Posterior Field



6



7. Circuli



4







Tipe ikan Mas maerupakan tipe



4



5



Cycloid.



6







Pada ikan Mas 1 tidak ditemukan annuli (tidak dapat ditentukan umur).







Pada ikan Mas 2 ditemukan 2 annuli, maka berumur 2 tahun



1 2



Annuli pada ikan Mas 2



2



Ikan Kiper (Scatophagus argus)



1. Lateral Field 2. Anterior Field



8



1



3. Radii 4. Circuli 2



5. Focus 6. Anterior Field



7 3



7. Ctenii 8. Annuli



6



4



 Tipe sisik pada ikan



5



Kiper adalah Ctenoid.  Pada ikan Kiper 1 ditemukan 1 lingkaran annuli, sehingga berumur 1 tahun  Pada ikan Kiper 2 Sisik Ikan Kiper 1



Sisik Ikan Kiper 2



ditemukan 2 buah lingkaran annuli, sehingga berumur 2 tahun



4.2 PEMBAHASAN Praktikum penentuan umur ikan berfungsi untuk menentukan umur pada ikan. Proses penentuan umur ikan yaitu melalui squama ikan. Squama ikan yang akan di tentukan umurnya diambil pada bagian squama kunci yaitu dilakukan pada bagian tiga baris disebelah anterior pinnae dorsalis dan disebelah linea lateralis serta bagian ujung pinnae pectoralis. Pengambilan pada bagian ini dilakukan karena pada bagian lainnya merupakan squama palsu, squama ini tidak dapat digunakan untuk menentukan umur ikan. Pada tiap ikan yang akan diambil squamanya, awalnya squama ikan diambil pada 1 bagian terlebih dahulu. Lalu diamati dengan mikroskop. Setelah mengetahui jenis squamanya maka baru diambil 3 squama sesuai dengan lokasi squama itu berada. Jika yang diamati adalah squama cycloid maka pengambilan dilakukan pada tiga baris sebelah anterior pinnae dorsalis, dan disebelah linea lateralis serta bagian ujung pinnae pectoralis. jika ctenoid maka diambil dari bagian ujung pinnae dorsalis. Setelah squama diambil seharusnya diberi alcohol agar squamanya steril. Setelah itu di letakkan pada glass objek dan diamati dengan mikroskop. Squama yang telah diamati disimpan dalam amplop dan di beri nama, untuk digunakan sebagai preparat simpanan. Dari proses pengamatan didapatkan 2 jenis squama, yaitu cycloid dan ctenoid. Pada ikan bandeng dan ikan kerapu di dapatkan sisik ctenoid, sedangkan pada ikan bawal, dorang dan mas koki didapatkan sisik cycloid. Sisik pada bandeng dan kerapu termasuk sisik ctenoid karena morfologi sisiknya sama dan tidak terdapat duri-duri halus. Sedangkan pada bawal, dorang dan mas koki terdapat duri-duri halus (ctenii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan (Iqbal,2008) Berdasarkan hasil pengamatan sisik ikan Mas merupakan sisik cycloid, sedangakn pada ikan Kiper merupakan sisik Ctenoid. Dari dua ikan Mas yang diamati sisiknya hanya ikan Mas 2 yang redapat annulus, yakni memiliki 2 annulus. Jadi dapat diperkirakan umur ikan ini 2 tahun. Hal ini sesuai karena,



ikan betina yang baru siap memijah yakni berumur 1,5 – 2 tahun. Ini berarti pengamatan annulus pada sisik ikan Mas dapat digunakan untuk menghitung umur ikan Mas.sedangkan pada ikan Mas 1 tidak ditemukan adanya annuli, jadi dapat diperkirakan umur ikan Mas ini belum mencapai 1 tahun. Pada ikan Kiper 1 ditemukan adanaya 1 annuli, dari sini dapat diperkirakan umur ikan Kiper adalah 1 tahun. Sedangkan pada ikan Kiper 2 ditemukan 2 annulus, sehingga dapat diperkirakan memiliki umur 2 tahun. Ikan laut umumnya berumur lama, sehingga dari perkiraan umur ikan Kiper dengan menggunakan sisik dapat diperhitungkan. Metoda penentuan umur dengan memperhatikan tanda-tanda tahunan pada bagian tubuh yang keras ini sesuai jika dilakukan pada daerah subtropis (4 musim). Di daerah empat musim, sisik dapat digunakan untuk menentukan umur ikan. Circulus selalu bertambah selama ikan hidup. Pada musim dingin pertumbuhan ikan sangat lambat dan jarak antara circulus satu dengan yang lainnya menjadi sempit sekali, kadang malah tampak seperti berhimpitan. Circulus yang berhimpitan ini dinamakan annulus yang terjadi setahu sekali. Annulus ini digunakan untuk menentukan umur ikan. Bagian yang jelas untuk menentukan umur ikan ialah pada bagian anteriornya (Iqbal,2008) Selain dengan metode tersebut juga digunakan metoda prekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui pengukuran panjang tubuh ikan, metoda ini biasanya diterapkan pada individu-individu spesies ikan yang hidup didaerah tropis (Pulungan, 2006) Ikan mempunyai satu umur tersendiri membentuk suatu distribusi normal. Sektor panjang rata-ratanya, bila frekuensi panjang tersebut digambarkan dengan grafik akan membentuk beberapa puncak. Puncak inilah yang dipakai tanda kelompok umur ikan. Untuk ikan yang lain masa pemijahan panjang menyebabkan terdapat pertumpuan ukur dari umur yang berbeda (Effendie,1997). Adanya pertumbuhan ikan tumbuhlah lingkaran-lingkaran pada sisik yang dinamakan circulus. Dengan menghitung jumlah circuli yang rapat pada bagian depan sisik atau ketiadaan circuli pada bagian atas atau bawah yang terjadi satu kali setahun (annulus), kita dapat menghitung umur ikan tersebut. Namun sering juga ditemukan annulus palsu disebabkan oleh gangguan yang menimpa ikan itu, misalnya kekurangan makanan, suhu yang tidak sesuai sehingga menghambat



pertumbuhan ikan, akan tercatat pula pada sisik kelambatan peletakan circuli. Hal ini menyababkan kesukaran dan menyebabkan kesalahan interpretasi dalam menghitung umur ikan. Annulus palsu biasanya banyak terdapat pada sisik cicloid selain annulus palsu pada ikan terdapat pula yang dinamakan sisik palsu. Tanda-tanda kelahiran sisik palsu dari sisik biasa adalah focus sisik palsu lebih besar. Bagian tubuh lain yang dapat dipakai dalam menentukan umur ikan ialah tulang operculum atau (bagian tutup insang, batu telinga (otolit), vertebrae (tulang punggung) dan jari-jari sirip ikan.



Gambar 1. Garis-garis anulus mennjukkan pertumbuhan ikan



BAB V KESIMPULAN Kesimpulan dari percobaan ini adalah penentuan umur ikan dapat menggunakan metode frekuensi panjang (metode Petersen) dan metode penafsiran lapisan tahunan. Tanda tahunan yang dipakai dalam menentukan umur ikan adalah annulus dan circuli.



DAFTAR PUSTAKA Djarijah, siregar. 2001. Budidaya Ikan bawal. kanisius: Yogya Peristiwady, teguh. 2006. Ikan-ikan laut ekonomis penting di Indonesia. Lembaga oseanologi nasional-LIPI : Jakarta Effendie, M. I. 1992. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Agro media, Fakultas Perikanan IPB. Iqbal,Andi Burhanuddin,2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika Dan Pemahaman System Organ Ikan Yang Berbasis Scl . Lembaga Kajian Dan Pengembangan Pendidikan (L K P P) . Universitas Hasanuddin.Makasar Kottelat, M; A. J. Whitten; S. N. Kartikasari & S. irjoatmojo. 1993. Freshwater of Western Indonesia and Sulawesi. London: Periplus Edition. Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second Edition. Prentice Hall, New Jersey Pulungan, C. P., et al. 2006. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Univesitas Riau. Pekanbaru. purnama.2010.Bandeng.http://purnama11.wordpress.com/2010/01/25/bandeng /. Diakses pada 28 oktober 2010 pukul 20.01 WIB Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Jakarta.