19 0 2 MB
DAFTAR ISI LBM 1. PENGENALAN OBAT TRADISIONAL...........................................................3 FORM 1. PERBEDAAN & PERSAMAAN JAMU, OHT & FITOFARMAKA......3 FORM 2. PENGENALAN BENTUK-BENTUK SEDIAAN OBAT TRADISIONAL...........7 FORM 3. DETERMINASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ZAT AKTIF FARMAKOLOGIK PADA TANAMAN OBAT.............................................9 FORM 4. PROSES EKSTRAKSI............................................................................14 FORM 5. IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF DENGAN KLT...........................17 FORM 6. PERHITUNGAN DOSIS........................................................................19 LBM 2. UJI PRE KLINIK OBAT TRADISIONAL.......Error! Bookmark not defined. FORM 7. PENANGANAN HEWAN COBA..........Error! Bookmark not defined. FORM 8. UJI TOKSISITAS DENGAN PENENTUAN ED50 DAN LD 50..........36 LBM 3. FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI PENGOBATAN HERBAL...........41 FORM 9. UJI DAYA ANALGETIK DENGAN METODE GELIAT ASETAT....41 FORM 10. UJI SITOTOKSIK IN VITRO...............................................................48 FORM 11. ANALISA DATA UJI SITOTOKSIK IN VITRO................................50 LBM 4 FITOTERAPI.....................................................................................................52 FORM 12. PENELAAHAN LAPORAN UJI KLINIK...........................................52 FORM 13. PRESENTASI FITOTERAPI................................................................55 LBM 5. ONLINE FIELD TRIP......................................................................................57 FORM 14. LAPORAN ONLINE FIELDTRIP DI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TO-OT).........................................................................................57 FORM 15. LAPORAN SEMENTARA KARYA WISATA Pabrik Jamu PT Sido Muncul...................................................................................................60
LBM 1. PENGENALAN OBAT TRADISIONAL FORM 1. PERBEDAAN & PERSAMAAN JAMU, OHT & FITOFARMAKA Nama Produk
:
Mastin
Logo
:
Jenis Obat Tradisional
:
OHT
Bentuk sediaan
:
Kapsul
Nama Paten
:
Mastin
Komposisi
:
Garcinia mangostana pericarpium
Indikasi
:
Membantu memelihara kesehatan badan
Efek samping
:
Alergi ringan, nyeri sendi, sakit kepala, nyeri otot, mual
Aturan Pakai
:
Minum secara teratur2x sehari 2 tablet
Cara Penyimpanan
:
Simpan pada suhu dibawah 30 derajat celcius
Expired Date
:
-
No Registrasi
:
TR 032327021
Kemasan
:
1 strip 12 kapsul
Produsen
:
PT Industry Jamu Borobudur
Tempelkan brosur
:
Nama Produk
:
Logo
:
Jenis Obat Tradisional
:
Fitofarmaka
Bentuk sediaan
:
Kapsul
Nama Paten
:
Stimuno Forte
Komposisi
:
Tiap kapsul mengandung Phyllantus niruri herba 50 mg
Indikasi
:
Memperbaiki system imun (immunomodulator)
Efek samping
:
Diare dan sakit perut
Aturan Pakai
:
Dewasa (>12 thn) 3x1 kapsul
Cara Penyimpanan
:
Simpan pada suhu dibawah 30 derajat celcius, ditempat
Stimuno Forte
kering dan terlindung dari cahaya Expired Date
:
-
No Registrasi
:
FF152300641
Kemasan
:
1 blister 10 kapsul
Produsen
:
PT Dexa Medica
Tempelkan brosur
:
Nama Produk
:
Woods Herbal Cough Medicine Plus Honey
Logo
:
Jenis Obat Tradisional
:
Jamu
Bentuk sediaan
:
Sirup
Nama Paten
:
Woods Herbal Cough Medicine Plus Honey
Komposisi
:
Tiap 5 mL sirup mengandung ekstrak daun ivy (hedera helix folii extract 35 mg), ekstrak daun meniran (Phyllanthus niruri folii extract 25 mg), Ekstrak daun mint (Menthae piperitae folii extract 25 mg) Madu 3 g
Indikasi
:
Mengatasi batuk berdahak
Efek samping
:
Belum dilaporkan efek samping obat
Aturan Pakai
:
Anak 2 - 5 tahun: 3 x sehari 2.5 ml, 6 - 12 tahun: 3 x sehari 5 ml, Anak > 12 tahun & Dewasa: 3 x sehari 10 ml. Berikan setelah makan, kocok dahulu sebelum diminum
Cara Penyimpanan
:
Simpan pada suhu dibawah 30 derajat celcius, ditempat kering dan terlindung dari cahaya
Expired Date
:
-
No Registrasi
:
POM TR. 132 670 781
Kemasan
:
1 botol 60 mL
Produsen
:
PT Kalbe Farma,Tbk
Tempelkan brosur
:
Semarang, 15 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt.)
FORM 2. PENGENALAN BENTUK-BENTUK SEDIAAN OBAT TRADISIONAL No 1
Bentuk Sediaan Serbuk
Contoh-contoh VipAlbumin Plus Sachet Pastilles Pilis 32 A Air Mancur
2
Rajangan
The Bawang Dayak
3
Pil
Majakani Kanza
4
Dodol / jenang
Dodol Herbal Habbatussauda
5
Pastiles
Capung Herbal Pastiles
6
Tablet
Nodiar Herbacold Bodrex Herbal Sakit Kepala
7
Kapsul
Mastin Stimuno Forte Sari Daun Sirsak Diapet
8
Cairan : Larutan
Kiranti Stimuno
Emulsi Suspensi 9
Semi padat : Salep Krim
Woods Herbal Cough Medicine Plus Honey
Gel 10
Suppositoria
11
Plaster / koyo
12
Lain-lain :
Semarang, 15 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt.)
FORM 3. DETERMINASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN ZAT AKTIF FARMAKOLOGIK PADA TANAMAN OBAT Nama Lokal
:
Binahong atau piahong
Deskripsi Tanaman
:
Tumbuhan menjalar, berbatang lunak, berdaun tunggal, berbunga majemuk, berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah dan mengembalikan daya tahan tubuh.
Klasifikasi
:
Kingdom
:
Plantae
Divisi
:
Spermatophyta
Kelas
:
Dicotyledoneae
Ordo
:
Caryophyllales
:
Basellaceae
:
Anredera
Spesies
:
Anredera cordifolia
Bagian Tanaman yang
:
Senyawa
Famili Genus
berkhasiat Obat
tinggi
flavonoid
binahong
didapatkan dari daun, batang, umbi-umbian, dan bunganya yang berkhasiat sebagai antimikroba
Gambar
Bagian :
Tanaman
yang
berkhasiat Obat
Keterangan gambar
senyawa :
Kandungan aktif
:
dalam
tanaman
bagian yang
digunakan sebagai obat
Khasiat
bagian :
tanaman
yang
-
Tanaman binahong mengandung saponin, alkaloid,
polifenol,
flavonoid,
dan
monopolisakarida termasuk L-Arabinosa, DGalaktosa, L-rhamnosa, D-glukosa
Tanaman binahong mengandung saponin, alkaloid,
polifenol,
flavonoid,
dan
digunakan sebagai obat
monopolisakarida termasuk L-Arabinosa, D-
berdasarkan
Galaktosa, L-rhamnosa, D-glukosa
bukti
empirik
farmakologis :
Efek
bagian tanaman yang digunakan sebagai obat (Sebutkan dari
sumbernya
jurnal
penelitian)
hasil
Flavanoid memiliki peran langsung sebagai fungsi antibiotik yang berspektrum luas. Daun binahong memiliki aktivitas antioksidan, asam askorbat, dan senyawa fenoli yang memiliki kemampuan melawan bakteri gram positif dan gram negatif yang lebih rentan terhadap efek penghambatan sebagai salah satu terapi non- farmakologis acne vulgaris. Selain itu flavonoid mempunyai sifat antiinflamasi, anti-hepatotoksik, anti-tumor,
anti- mikrobia, dan anti-virus.Namun, kebanyakan flavonoid merupakan senyawa antioksidan.Aktivitas flavonoid sebagai antimikroba yang dapat mempercepat proses penyembuhan jerawat disebabkan oleh kemampuannya untuk menumbuk kompleks dengan protein ekstraseluler yang terlarut di dinding sel. Flavonoid yang bersifat lipofollik juga akanmerusak membran sel mikroba. Rusaknya membran dan dinding sel akan menyebabkan metabolit penting didalam sel akan keluar, akibatnya terjadi kematian sel. Selain flavonoid, kandungan daun binahong lainnya adalah alkaloid. Alkaloid memilikikemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Sumber : Tryda Meutia Anwar et al. 2016. Manfaat Daun Binahong sebagai Terapi Acne Vulgaris. Majority Vol 5 No 5
Hasil penelitian Astuti, dkk. (2011) mengidentifikasi senyawa saponin pada daun binahong yang mencapai rata-rata 28,14 mg/g, batang 3,65 mg/g, dan umbi 43,15 mg/g. Zat yang berkhasiat menurunkan kadar kolesterol pada binahong adalah titerpenoid saponin seperti boussingide A1 atau larreagenin A. Sifat umum saponin adalah menghambat biosintesis kolesterol dengan cara
menghambat kerja enzim yang bekerja pada tingkat fosforilasi. Berdasarkan hasil penelitian dan jurnal terkait penulis berasumsi bahwa mengkonsumsi air rebusan daun binahong secara rutin dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi. Binahong merupakan tanaman yang mengandung senyawa kimia flavonoid dan saponin. Senyawa kimia tersebut akan menurunkan kadar kolesterol dan merelaksasikan otot polos sehingga mengembalikan elastisitas pembuluh darah kemudian merangsang hipotalamus yang diteruskan oleh saraf eferen sehingga menyebabkan vasodiltasi. Proses vasodilatasi tersebut akan melancarkan aliran darah. Sumber : M. Firdaus dan Novianti Tri Rezeki. 2020. Pengaruh Mengkonsumsi Air Rebusan Daun Binahong Terhadap Penurunan TD Pada Lansia Di UPT PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru. Journal of STIKes Awak Bros Pekanbaru
Senyawa aktif flavonoid banyak manfaatnya bagi tubuh. Salah satunya yaitu flavonoid dapat digunakan sebagai penurun kolesterol. Di dalam tubuh, flavonoid mampu mengikis endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah koroner. Dengan terkikisnya kolesterol pada pembuluh darah, maka tidak akan memicu timbulnya penyakit lain yang diakibatkan oleh kolesterol, seperti : hipertensi, stroke, dan jantung (Nalole, 2009). Berdasarkan keterangan diatas bahwa dalam daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) mengandung senyawa flavonoid. Maka penulis ingin melakukan penelitian tentang
ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) yang digunakan sebagai penurun kolesterol secara in-vitro menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis.
Sumber : Devina Ingrid. 2017. Uji Aktibitas Antikolesterol Ekstrak Etanol Daun Binahong. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9 (1)
Semarang, 15 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt.)
FORM 4. PROSES EKSTRAKSI Nama Simplisia
:
1. Simplisia daun jambu biji kering 2. kunyit segar yang dipotong-potong 3. serbuk daun jambu biji 4. serbuk daun jambu biji 5. Kulit lemon (destilasi), minyak sirih
Berat awal simplisia (g) : Metode ekstraksi
:
1. Infundasi 2. Sokletasi 3. Maserasi 4. Perfolasi 5. Destilasi
Prinsip kerja
:
1. Infundasi langsung di air mendidih dengan suhu 90 derajat celcius sampai 15 menit 2. Tetes didapatkan dari uap dan terjadi floating sebanyak 18 kali 3. Ditaruh di gelas ukur lalu diaduk, jika tidak diaduk ditutup dengan alumunium foil lalu disaring 4. Ditampung dalam collom lalu biarkan tetesan mengalir, jika tetesan tidak berwarna maka hentikan 5.
Labu yang sudah diisi kulit lemon yang sudah diparut dan ditambahkan air diletahan di kompor dan diaduk lalu tabung-tabung disusun dan di klam memanjang untuk menghasilakn uap dari proses tersebut
Pelarut dalam ekstraksi :
1. Pelarut air 2. Etanol
(awalnya
putih
setelah
proses
pemanasan pelarut akan menguap melalui pipa samping ke atas ke pendingin balik, maka
uapnya akan terkondensasi maka uapnya turun ke bawah, setelah menetes mengenai serbuk simplisia sampai akhirnya tetesan merendam serbuk simplisia, pipa kapieler floading 3. Etanol/pelarut air 4. Pelarut yang sudah melewati serbuk simplisia nanti pelarutnya akan kebawah ditampung dengan kecepatan tetesan yang sama, hemat pelarut sehingga ekstraksinya lebih efektif, kapan pelarut/tetesan dihentikan yaitu saat warnyanya sudah mulai bening, kemudian uapkan dengan rotari evaporator, pelarutnya akan tertarik kembali sehingga warnanya jernih seperti semula 5. Pelarut air, ditambahkan airnya sampai setengah dari labunya kemudian diletakkan diatas pemanas kemudian di rangkai dengan tabung-tabung
dengan
klem-klem
lalu
dihubungkan dengan pendingin (ada tempat masuk air, dialiri air), nanti uap desteilasi masuk
ketengah,
penutup
tabung
bisa
ditambahkan pengontrol/termometer. Didalam labu di stire bar magnetik, ketika mendidih uapnya sudah mulai keluar masuk ke tabung mulai terkondensasi dimulai dari tetesan pertama,
lama
kelamaan
uapnya
mengalir
melalui
pipa
diperoleh
minyak
aromatis
tabung, dari
akan sampai lemon.
Siapkan tabung untuk menampung hasil destilasi, lihat apakah masih ada tetesean minyak yang bercampur dengan air makan destilasi masih dilanjutkan. Setelah itu hasilnya dimasukkan ke corong pemisah
dengan bantuan pelarut organik yang nantinya akan di kocok, kemudian di buang fase airnya (yg keluar pertama kali), sampai nanti dimurnikan Frekueansi floading
:
1 kali floating dengan suhu 50 derajat Celsius lalu X 18kali
Berat
ekstrak
yang :
-
:
-
dihasilkan (g) Total rendemen (%) Faktor-faktor
yang :
mempenagruhi
hasil
1. Suhu 50 derajat celcius 18 x floading
ekstraksi :
2. kondensasi dan floating yang mempengaruhi tinggi pipa kapiler
3. pengadukan untuk mengoptimalkan zat aktif 4. tetesan pelarut untuk tau pemberhentian 5. suhu untuk menghasilakn uap lemon Semarang, 16 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt.)
FORM 5. IDENTIFIKASI SENYAWA AKTIF DENGAN KLT Nama Simplisia
:
1. Daun jambu biji 2. Ekstrak kunyit
Pelarut KLT
:
Pereaksi
:
Etanol 1. Kuersetin 2. Kinin
Hasil :
Gambar pengamatan
:
Warna
Daun jambu biji warna orange Rimpang kunyit panjang gelombang 366, hanya terlihat spotnya tapi terlihat garisnya
Nilai
Rf
pengamatan
hasil :
1. Rf : jarak substansi/jarak tempuh pelarut Spot 1 : 0,95/9,5 : 0,1
Spot 2 : 2,4/9,5 :0,25 Spot 3 : 4,3/9,5 :0,45 Spot 4 : 6,7/9,5: 0,7 Spot 5 : 8,55/9,5 :0,9 Kuersetin 6,55/9,5 :0,7 2. Rf kunyit Spot 1 : 0,9 /9,5 :0,9 Spot 2 : 2,3/9,5 :0,24 Spot 3 : 5,9/9,5 :0,63 Kurkumin 5,9/9,5 :0,62 Kandungan fitokimia
:
Daun jambu biji mengandung kuersetin Rimpang kunyit mengandung kurkumin Flavonoid
Analisa faktor-faktor :
1. Pelarut
yang mempengaruhi
2. Suhu
keberhasilan KLT
3. Ukuran dari bejana 4. Kertas 5. Sifat dari campuran
Semarang, 16 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)
FORM 6. PERHITUNGAN DOSIS A. JAWABAN SOAL : 1. Perhitungan dosis vitamin C Dosis vitamin C yang dapat berfungsi sebagai antioksidan pada manusia adalah 1000 mg. Jadi, dengan faktor konversi 0.018 didapatkan dosis vitamin C pada tikus putih adalah 18 mg/200 g BB tikus putih.
2. Pada penelitian pengaruh ekstrak etanol buah mengkudu terhadap kadar glukosa pada tikus yang diinduksi dengan aloksan, maka harus ditentukan dosis yang akan diberikan pada tikus yaitu untuk masing-masing zat: ekstrak etanol buah mengkudu, alloksan dan glibenklamid (sebagai gold standard). Perhitungan dosis aloksan, glibenklamid, dan Ekstrak etanol buah mengkudu. 1. Dosis aloksan: Dosis aloksan pada tikus 120 mg/kgBB Pada tikus 200 g
200/1000x120 =24 mg/200mgBB
Faktor konversi dari tikus 200 g ke mencit 20 g = 0.14 Pada mencit 20 g : = 24x0.14 = 3.36 mg/ mencit 20 g Untuk 1 kg BB mencit : = ((1000/20)x3.36)= 168 mg/kgBB mencit Rata-rata BB mencit = 27 g Dosis aloksan untuk mencit 27 g = ((27/20)x3.36)= 4,54 mg/ mencit Volume maksimal dosis intravena mencit : 0,1 ml = 45,4 mg/ml 2. Dosis Glibenklamid : Dosis Glibenklamid untuk manusia = 5 mg Konversi dari manusia ke mencit 20 g = 0.0026 Untuk mencit 20 g = 5 mg x 0,0026 = 0.013 mg Untuk dosis 1 kg BB mencit = 0.65 ((1000/20) x0.013) mg/kgBB mencit Volume lambung
mencit = 0,5 ml , misalkan berat badan mencit 30 g maka: Dosis Glibenklamid untuk mencit 30g = 0.0195 ((30/20)x0.013)mg/0,5 ml 3. Dosis Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) : Dosis Ekstrak Etanol Buah Mengkudu untuk antidiabetik dengan hewan coba mencit: Dosis 1 : 500 mg/kgBB Dosis 2 : 1000 mg/kgBB Dosis 3 : 1500 mg/kgBB (I Ketut Adnyana dkk, 2004)
Rata-rata BB mencit yang digunakan untuk penelitian = 30 g Untuk EEBM dosis 1 ( 500 mg/kgBB) = ((30/1000)x 500)= 15 mg/30 g Untuk EEBM dosis 2 (1000 mg/kgBB) = ((30/1000)x 1000)= 30 mg/30 g Untuk EEBM dosis 3 (1500 mg/kgBB) = ((30/1000)x 1500) = 45 mg/30 g CONTOH PERHITUNGAN DOSIS DALAM PENELITIAN PREKLINIK. Uji efektifitas anti diare ekstrak buah sawo terhadap mencit Dari berbagai pendekatan menggunakan data empiris, kandungan buah sawo dan hasil penelitian sebelumnya, maka ditentukan penggunaan dosis Ekstrak etanol buah sawo (EEBS) pada penelitian ini adalah : Untuk Kelompok 1 : 12,5 mg/ 20 gBB = 625 mg/kgBB = 0,625 g/kgBB Untuk Kelompok 2 : 25 mg/20 g BB = 1250 mg/kgBB = 1,25 g/kgBB Untuk Kelompok 3 : 50 mg/20 g BB = 2500 mg/kgBB = 2,5 g/kgBB Buatlah rencana perhitungan untuk pembuatan larutan stok dosis dan volume pemberiannya.
Pembuatan larutan stok Ekstrak etanol buah sawo (EEBS) mempertimbangkan kapasitas (volume maksimal) per oral untuk mencit adalah : 1,0 ml 1. Buat Larutan stok untuk Kel 1 (12,5 mg/ 20 gBB). Dibuat stok agar dalam volume maksimal 1 ml terdapat 12,5 mg EEBS. Contoh : dalam Kel 1 ada 10 ekor mencit dan dosis direncanakan akan diberikan dalam volume 0,5 ml maka kebutuhan larutan stok dosis tersebut, minimal adalah : 10 ekor x 0,5 ml = 5 ml. Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sejumlah = 10 x 12,5 mg = 125 mg. Agar tidak sampai kekurangan, kita buat larutan stok dosis tersebut sejumlah 2 kali kebutuhan minimal. Maka ditimbang EEBS sejumlah 2 x 125 mg = 250 mg tetapi dilarutkan dalam pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi = 250 mg/10 ml). Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : Larutan stok dengan konsentrasi EEBS = 250 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g diberikan dalam volume 0,5 ml Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml 2. Buat Larutan stok untuk Kel 2 (25 mg/20 g BB). Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : Dalam Kel 1 ada 10 ekor mencit dan dosis direncanakan akan diberikan dalam volume 0,5 ml maka kebutuhan larutan stok dosis tersebut, minimal adalah : 10 ekor x 0,5 ml = 5 ml. Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sejumlah = 10 x 25 mg = 250 mg. Agar tidak sampai kekurangan, kita buat larutan stok dosis tersebut sejumlah 2 kali kebutuhan minimal. Maka ditimbang EEBS sejumlah 2 x 250 mg = 500 mg tetapi dilarutkan dalam pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi = 500 mg/10 ml). Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : Larutan stok dengan konsentrasi EEBS = 500 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g diberikan dalam volume 0,5 ml
Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml 3. Buat Larutan stok untuk Kel 3 (50 mg/20 g BB). Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : dalam Kel 1 ada 10 ekor mencit dan dosis direncanakan akan diberikan dalam volume 0,5 ml maka kebutuhan larutan stok dosis tersebut, minimal adalah : 10 ekor x 0,5 ml = 5 ml.
Untuk 5 ml tersebut dibutuhkan EEBS sejumlah = 10 x 50 mg = 500 mg. Agar tidak sampai kekurangan, kita buat larutan stok dosis tersebut sejumlah 2 kali kebutuhan minimal. Maka ditimbang EEBS sejumlah 2 x 500 mg = 1000 mg tetapi dilarutkan dalam pelarut sampai 10 ml (Konsentrasi = 1000 mg/10 ml). Volume pemberian dosis EEBS dengan larutan stok yang sudah dibuat : Larutan stok dengan konsentrasi EEBS = 1000 mg/10 ml, dimana untuk mencit 20 g diberikan dalam volume 0,5 ml Jika Berat badan mencit yang akan diberi dosis = 30 g Maka Volume pemberian = 30/20 x 0,5 ml = 0,75 ml Jika dari hasil penelitian tersebut disimpulkan Dosis optimal ekstral etanol buah sawo (EEBS) pada mencit adalah 50 mg/20 g BB Maka berapa dosis optimal tersebut pada manusia? Faktor konversi dosis mencit ke manusia = 387,9 Dosis manusia = 19,395 g /70 kgBB manusia ((1/70)x19,395) = 0.27707 = 277 mg/kgBB manusia Jika Rendemen EEBS= 75,66% (dari serbuk simplisia seberat =200g, dihasilkan berat ekstrak kental=151,132g), maka dosis pada manusia tersebut setara dengan berapa g serbuk simplisia? Dosis manusia = 19,395 g EEBS Setara dengan = ((100/75,66)x19,395)= 25,634 g serbuk simplisia Jika 1,1 kg buah sawo muda menjadi 200 g serbuk simplisia, maka dosis pada manusia tersebut setara dengan berapa g row material (sawo muda)?
Dosis manusia = 26,35 g serbuk simplisia Setara dengan = ((1100/200)x26,35= 144,925 g buah sawo muda
Semarang, 16 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)
LBM 2. UJI PRE KLINIK OBAT TRADISIONAL FORM 7. PENANGANAN HEWAN COBA NAMA
KEGIATAN
HASIL/ GAMBAR
KENDALA
HEWAN COBA MENCIT Handling mencit 1. Ambil dari
Komentar : mencit
Tidak ada proses
kendang
pengurutan pada
dengan
kulit
memegang ekor
sebelum di cubit
mencit
kulit
2. Letakkan mencit
punggungnya dan
biarkan mencit berpegangan pada kendang 3. Cubit kulit pada leher/punggung mencit sebanyak mungkin 4. Selipkan
ekor
mencit diantara jari manis dan kelingking
mencit
https://www.youtube.com/watch?v=Gs-ebUnPQEc
Diseksi
Komentar : Tidak
1. Tikus dikorbaknkan 2. Lalu
difiksasi
pada
papan
fikasasi dengan jarum 3. Jepit
kulit
abdomen bagian
bawah
tikus
lalu
gunting hingga sternum 4. Gunting dengan arah ke tangan kanan dan kiri membentuk huruf Y 5. Pisahkan
kulit
dengan
fascia
lalu
fiksasi
dengan jarum 6. Buka abdomen dengan memotong bagian
bawah
abdomen
dan
menyusuri garis costa tikus 7. Lebarkan fiksasi jarum
lalu
dengan
menggunakan scalpel Tidak
dilakukan
pencukuran
8. Identifikasi organ
https://www.youtube.com/watch?v=tHqZa7WCnwk Pengambilan
darah
mencit pada pipi 1. Ambil
mencil
dengan mencubit punggung 2. Tentukan lokasi pem=ngambilan darah pada pipi mencit 3. Tusukkan jarum kanul
pada
lokasi pengambilan darah 4. Kumpulkan tetesan
darah
yang
keluar
pada wadah
5. Kembalikan mencit
pada
kandang
https://www.youtube.com/watch?v=blTUVOB9yC8
NAMA
KEGIATAN
HASIL/ GAMBAR
KENDALA
HEWAN COBA TIKUS
Handling Tikus
Komentar
1. Cubit
Tikus
pada
kulit
langsung
leher/punggung
diambil
tikus
dengan dicubit https://www.youtube.com/watch?v=jIGKgZPMYxI
Handling Tikus 1. Ambil
punggungny a
Komentar : tikus
Tidak
ada
dengan
proses
memegang
pengurutan
ekor tikus
pada
2. Cubit
mencit
punggung tikus
sebelum
3. Balikkan tangan
kulit
cubit dan
di kulit
punggungny
selipkan elor di
a
jari kelingking https://www.youtube.com/watch?v=m5c_QKrCn_4
IP Injection on mouse 1. Ambil
Komentar : Tidak
tikus
disinfeksi
dengan memegang ekor tikus 2. Cubit punggung tikus 3. Balikkan tangan
dan
selipkan elor di jari kelingking 4. Cari
lokasi
injeksi dengan menentukan midline
pada
abdomen tikus, tentukan garis imajiner antara batas atas dan bawah abdomen 5. Lakukan
https://www.youtube.com/watch?v=m5c_QKrCn_4
penyuntikan pada kanan
kuadran pada
garis
imajiner
yang
sudah
ditentukan dan pastikan tidak terlalu dalam
ada
Sondase pada tikus 1. Ambil
tikus
dengan memegang ekor tikus 2. Cubit punggung tikus 3. Balikkan tangan
dan
selipkan elor di jari kelingking 4. Pastikan panjang jarum sondase sudah tepa
tantara
mulut
hingga
sternum
tikus
dan pastikan leher
tikus
lurus 5. Masukkan jarum
pada
mulut
tikus
menelusuri esofagus
lalu
lambung tikus 6. Dorong cairan pada
psuit
menuju lambung tikus
https://www.youtube.com/watch?v=IDXDGo3Fa1Y&t=1s Injeksi IV pada tikus 1. Ambil
Komentar:
tikus
Tidak
ada
dengan
disinfeksi
memegang
Dilakukan
ekornya
penghangata
2. Masukan
ke
dalam
box
holder 4. Hangatkan ekor tikus agar vena dilatasi 5. Identifikasi vena pada ekor tikus 6. Injeksikan spuit
pada vena ekor tikus 7. Tekan
terlebih dahulu
3. Selipkan ekor
jarum
n pada ekor
pada
lokasi injeksi
8. Masukkan Kembali tikus ke kandang
NAMA
KEGIATAN
HASIL/ GAMBAR
HEWAN COBA KELINCI Handling Kelinci 1. Tenangkan kelinci dengan mengusap dan
menutup
matanya. 2. Peluk
kelinci
antara lengan atas dan tangan kanan pada
kepala
kelinci 3. Dekatkan kelinci pada
badan
praktikan 4. Selipkan
tangan
kanan pada bagian bawah
kelinci
lalau
angkat
kelinci
KENDALA
https://www.youtube.com/watch?v=Delxm5f3fmw Injeksi IM kelinci 1. Pegang
kelinci
pada
posisi
punggung menghadap
ke
pemeriksa 2. Dekap
kelinci
dengan erat 3. Tentukan
lokasi
penyuntikan 4. Suntikan tegak lurus
secara
https://www.youtube.com/watch?v=dyfdwtez8Fc&featur e=youtu.be Pengambilan
darah
kelinci 1. Lakukan anestesi pada kelinci 2. Pastikan
sudah
teranestesi 3. Tentukan
lokasi
pengambilan pada vena marginalis 4. Tekan
pangkal
telinga
agar
pembuluh
vena
mengembung 5. Disinfeksi menggunakan alkohol 6. Suntikkan pada
jarum vena
marginalis 7. Ambil darah 8. Keluarkan jarum dan tekan dengan kasa
https://youtu.be/tFWDdQxNHOA
Semarang, 22 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)
FORM 8. UJI TOKSISITAS DENGAN PENENTUAN ED50 DAN LD 50 ED 50
Kel
Jumlah Ikan Mulamula
I
10
II
10
III
10
IV
10
V 10 GRAFIK ED 50
Dosis alkohol 10 cc alkohol + 190 cc air 12 cc alkohol + 188 cc air 14 cc alkohol + 186 cc air 16 cc alkohol + 184 cc air 18 cc alkohol + 182 cc air 20 cc alkohol + 180 cc air 22 cc alkohol + 178 cc air 24 cc alkohol + 176 cc air 26 cc alkohol + 174 cc air 28 cc alkohol + 172 cc air
Jumlah ikan responsi f 0 2 3 4 6 6 7 8 10 10
% Konsentrasi % Ikan Dosis Responsif Alkohol 1,75% 2,1% 2,45% 2,8% 3,15% 3,5% 3,85% 4,2% 4,55% 4,9%
0% 20% 30% 40% 60% 60% 70% 80% 100% 100%
Confidence Limits
Probability PROBIT
95% Confidence Limits for
95% Confidence Limits for
konsentrasi_dosis_alkohol_ED50
log(konsentrasi_dosis_alkohol_ED50)a
Estimate
Lower Bound
Upper Bound
Estimate
Lower Bound
Upper Bound
.010
1.476
.983
1.817
.169
-.007
.259
.020
1.604
1.113
1.936
.205
.046
.287
.030
1.690
1.204
2.016
.228
.081
.305
.040
1.758
1.277
2.079
.245
.106
.318
.050
1.816
1.339
2.132
.259
.127
.329
.060
1.866
1.394
2.178
.271
.144
.338
.070
1.912
1.445
2.219
.281
.160
.346
.080
1.953
1.491
2.257
.291
.174
.354
.090
1.992
1.535
2.292
.299
.186
.360
.100
2.028
1.576
2.325
.307
.198
.366
.150
2.185
1.757
2.469
.339
.245
.392
.200
2.318
1.913
2.592
.365
.282
.414
.250
2.439
2.057
2.705
.387
.313
.432
.300
2.553
2.192
2.814
.407
.341
.449
.350
2.663
2.322
2.923
.425
.366
.466
.400
2.772
2.449
3.035
.443
.389
.482
.450
2.882
2.574
3.152
.460
.411
.499
.500
2.994
2.698
3.278
.476
.431
.516
.550
3.110
2.822
3.417
.493
.451
.534
.600
3.233
2.948
3.572
.510
.469
.553
.650
3.366
3.076
3.748
.527
.488
.574
.700
3.511
3.209
3.953
.545
.506
.597
.750
3.675
3.351
4.197
.565
.525
.623
.800
3.867
3.509
4.497
.587
.545
.653
.850
4.102
3.694
4.884
.613
.567
.689
.900
4.420
3.930
5.432
.645
.594
.735
.910
4.500
3.989
5.576
.653
.601
.746
.920
4.589
4.052
5.736
.662
.608
.759
.930
4.688
4.123
5.918
.671
.615
.772
.940
4.802
4.203
6.129
.681
.624
.787
.950
4.936
4.296
6.380
.693
.633
.805
.960
5.097
4.407
6.690
.707
.644
.825
.970
5.303
4.546
7.092
.724
.658
.851
.980
5.589
4.736
7.667
.747
.675
.885
.990
6.072
5.050
8.673
.783
.703
.938
a. Logarithm base = 10.
DOSIS ED 50: 2,994 % ANALISA:
LD 50 Kel
Jumla h Ikan Mulamula
VI
10
VII
10
VIII
10
IX
10
X
10
GRAFIK LD 50
Dosis alkohol 26 cc alkohol + 174 cc air 28 cc alkohol + 172 cc air 30 cc alkohol + 170 cc air 32 cc alkohol + 168 cc air 34 cc alkohol + 166 cc air 36 cc alkohol + 164 cc air 38 cc alkohol + 162 cc air 40 cc alkohol + 160 cc air 42 cc alkohol + 152 cc air 44 cc alkohol + 156 cc air
Jumlah ikan responsi f 2 2 3 4 5 6 6 8 9 10
% Konsentrasi % Ikan Responsif Dosis Alkohol 4,55% 4,9% 5,25% 5,6% 5,95% 6,3% 6,65% 7% 7,35% 7,7%
20% 20% 30% 40% 50% 60% 60% 80% 90% 100%
Confidence Limits 95% Confidence Limits for 95% Confidence Limits for konsentrasi_alkohol_LD50 Probability PROBIT
Estimate
Lower Bound
Upper Bound
log(konsentrasi_alkohol_LD50)a Estimate
Lower Bound
Upper Bound
.010
3.561
2.564
4.143
.552
.409
.617
.020
3.773
2.813
4.324
.577
.449
.636
.030
3.914
2.983
4.444
.593
.475
.648
.040
4.024
3.118
4.537
.605
.494
.657
.050
4.115
3.231
4.614
.614
.509
.664
.060
4.195
3.331
4.681
.623
.523
.670
.070
4.266
3.421
4.741
.630
.534
.676
.080
4.330
3.503
4.795
.637
.544
.681
.090
4.390
3.580
4.845
.642
.554
.685
.100
4.445
3.651
4.892
.648
.562
.690
.150
4.683
3.962
5.094
.671
.598
.707
.200
4.881
4.224
5.264
.688
.626
.721
.250
5.057
4.460
5.418
.704
.649
.734
.300
5.221
4.678
5.566
.718
.670
.746
.350
5.378
4.884
5.713
.731
.689
.757
.400
5.531
5.081
5.864
.743
.706
.768
.450
5.683
5.271
6.024
.755
.722
.780
.500
5.836
5.455
6.197
.766
.737
.792
.550
5.994
5.632
6.389
.778
.751
.805
.600
6.159
5.805
6.605
.790
.764
.820
.650
6.334
5.976
6.852
.802
.776
.836
.700
6.524
6.148
7.137
.815
.789
.853
.750
6.735
6.328
7.472
.828
.801
.873
.800
6.979
6.524
7.876
.844
.814
.896
.850
7.273
6.749
8.388
.862
.829
.924
.900
7.662
7.034
9.093
.884
.847
.959
.910
7.759
7.103
9.274
.890
.851
.967
.920
7.866
7.178
9.474
.896
.856
.977
.930
7.985
7.262
9.701
.902
.861
.987
.940
8.120
7.356
9.961
.910
.867
.998
.950
8.277
7.464
10.267
.918
.873
1.011
.960
8.465
7.592
10.639
.928
.880
1.027
.970
8.702
7.752
11.117
.940
.889
1.046
.980
9.028
7.968
11.787
.956
.901
1.071
.990
9.566
8.319
12.930
.981
.920
1.112
a. Logarithm base = 10.
DOSIS LD 50: 5,836 %
ANALISA: Indeks terapi = LD50:ED50 = 5,836:2,994 = 1,949 indeks terapi > 1
Semarang, 23 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt)
LBM 3. FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI PENGOBATAN HERBAL FORM 9. UJI DAYA ANALGETIK DENGAN METODE GELIAT ASETAT Tabel 1. Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Berbagai Kelompok Perlakuan Jumlah Geliat Mencit pada kelompok Kontrol Negatif ( Na-CMC 0,5%) Jumlah Geliat pada Menit Ke-
Kelompok Mencit I II III IV V Rerata
15’ 15 12 14 15 12 13,6
30’ 23 25 24 24 24 24
45’ 9 10 10 9 10 9,6
60’ 3 2 2 1 3 2,2
Jumlah Kumulatif Geliat
% Analgetika
50 49 50 49 49 49,4
Jumlah Geliat Mencit pada Kelompok Kontrol Positif ( parasetamol 65 mg/kgBB) Jumlah Geliat pada Menit Ke-
Kelompok Mencit
15’ I II III IV V Rerata
4 4 3 5 4 4
30’ 9 8 9 10 9 9
45’ 2 3 3 2 2 2,4
60’ 0 1 0 1 0 0,4
Jumlah Kumulatif Geliat
% Analgetika
15 16 15 18 15 15,8
Jumlah Geliat Mencit pada Kelompok perasan daun trembesi 25 mg/kgBB Kelompok Mencit I II III IV V Rerata
Jumlah Geliat pada Menit Ke15’ 14 9 7 10 7 9,4
30’ 14 12 13 15 12 13,2
45’ 7 7 8 6 6 6,8
60’ 3 2 1 2 3 2,2
Jumlah Kumulatif Geliat
% Analgetika
38 30 29 33 28 31,6
Jumlah geliat mencit pada kelompok perasan daun trembesi 50 mg/kgBB
Jumlah Geliat pada Menit Ke-
Kelompok Mencit
15’ 7 8 5 8 6 6,8
I II III IV V Rerata
30’ 13 10 12 12 10 11,4
45’ 5 6 5 7 5 5,6
Jumlah Kumulatif Geliat
% Analgetika
60’ 2 2 1 2 3 2
27 26 23 29 24 25,8
Jumlah Geliat Mencit pada Kelompok perasan daun trembesi 100mg/kgBB Jumlah Geliat pada Menit Ke-
Kelompok Mencit
15’ I II III IV V Rerata
5 5 4 6 5 5
30’ 10 9 10 10 11 10
45’ 3 4 5 5 1 3,6
60’ 1 2 0 2 2 1,4
Jumlah Kumulatif Geliat
% Analgetika
19 20 19 23 19 20
Grafik 1. Hubungan Antara Waktu dan Jumlah Geliat Pada masing-Masing Perlakuan 30 25 24 20 15 13,6 10 5
9,4 6,8 54
13,2 11,4 19 0
9,6 6,8 5,6 3,6 2,4
0 15'
30'
45'
Kontrol negatif
kontrol positif
daun trembesi 25 mg/kgBB
daun trembesi 50 mg/kgBB
daun trembesi 100 mg/kgBB
21 0,4 2,2 60' 4
Pembahasan: Efek induksi nyeri puncaknya pada menit ke 30 percobaan dan menghilang pada menit ke 60 percobaan. Jumlah geliat semakin besar pada control negative, lalu daun trembesi 25 mg/kgBB, lalu 50 mg/kgBB, lalu 100 mg/kgBB, dan paling kecil pada control positif.
Kesimpulan: dose dependence, yaitu efek analgesi tergantung pada besar dosis yang diberikan
Semarang, 30 Desember 2020 Instruktur praktikum,
(Dr. Atina Hussaana, M.Si. Apt) Tabel: Jumlah Kumulatif Geliat dan Persen Analgetika Mencit Pada Berbagai Kelompok Perlakuan Menit ke-
Jumlah Rerata Geliat pada Kelompok Perasan Cont Cont daun rol rol trembesi nega posit 25 50 1 tif if 0 0
15
13,6
4
30
24
9
9, 4 13
6, 8 11
5 1
Persen analgetika pada kelompok
Contr ol negati f
Contr ol positif
Perasan daun trembesi (mg/kgBB) 25 50 100
45
9,6
2,4
60
2,2
0,4
Jumla h rerata kumul atif
49,4
15,8
1.
,2 6, 8 2, 2 31 ,6
,4 5, 6 2 25 ,8
0 3, 6 1, 4 2 0
100(49,4/ 49,4 x 100) = 0%
100 – (15,8/ 49,4 x 100 ) = 68%
100 – (31,6/ 49,4 x 100) = 36%
10 0– (25 ,8 / 49, 4x 10 0) = 48 %
100 – (20/4 9,4 x 100 _ = 60%
Tampilkan data persen analgetika pada masing-masing kelompok perlakuan dalam bentuk grafik dan analisa data kelas menggunakan analisa data yang sesuai untuk menjawab tujuan penelitian: a. Apakah terdapat pengaruh perasan daun trembesi terhadap jumlah geliat asetat? Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok
Statistic
JumlahKumulatifGeliat Kontrol Negatif Kontrol Positif Tembesi
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
.367
5
.026
.684
5
.006
.330
5
.079
.735
5
.021
.254
5
*
.200
.889
5
.350
.175
5
.200*
.974
5
.899
.318
5
.109
.701
5
.010
25 mg/kgBB Tembesi 50 mg/kgBB Tembesi 100 mg/kgBB *. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic JumlahKumulatifGeliat
df1
df2
Sig.
Based on Mean
3.533
4
20
.025
Based on Median
1.384
4
20
.275
Based on Median and with
1.384
4
9.874
.308
3.311
4
20
.031
adjusted df Based on trimmed mean
Dapat disimpulkan data homogen dengan sig >0,05
ANOVA JumlahKumulatifGeliat Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
3436.240
4
859.060
108.000
20
5.400
3544.240
24
F
Sig.
159.085
.000
Didapatkan nilai sig 0,0000 yaitu