Life Skill Dan Konsep Pendidikan Seumur Hidup [PDF]

  • Author / Uploaded
  • yusup
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Life Skill Dan Konsep Pendidikan Seumur Hidup MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Landasan Pendidikan Dosen Pengampu : Drs.H. Dindin Jamaludin,M.Ag Achmad Nasrullah,M.Pd



Oleh Kelompok IV : Muhammad Riyan Romi Willyanson Pasaribu Yusup Setiawan Jurusan/Kelas/Semester : Pendidikan Fisika/1B



FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Pendidikan adalah upayamengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisikpotensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapatberfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-citakemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.



B. Rumusan Makalah



1.



Apa yang dimaksud dengan Life skill ?



2.



Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skill ?



3.



Apa tujuan dari pendidikan life skill ?



PENDIDIKAN LIFE SKILL A.



Pengertian



Mengenai pengertian pendidikan life skill atau pendidikan kecakapan hidup terdapat perbedaan pendapat, namun esensinya tetap sama. Brolin (1980) life skill atau kecakapan hidup adalah sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa life skill merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat bahagia dalam kehidupan. Malik fajar (2002) mengatakan bahwa life skill adalah kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang akademik. Sementara itu team Broad Base Education depdiknas mendefinisikan bahwa life skill adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya. Sedangkan Slamet PH mendefinisikan life skill adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut mencakup segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal untuk menjalankan kehidupannya. Pendidikan life skill adalah pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan demikian pendidikan life skill harus dapat merefleksikan kehidupan nyata dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup tersebut, sehingga peserta didik siap untuk hidup di tengah-tengah masyarakat. Sedangkan pelaksanaan pendidikan life skill adalah bervariasi , disesuaikan dengan kondisi anak dan lingkungannya, namun memiliki prinsip-prinsip umum yang sama. Berikut ini adalah prinsip umum pendidikan life skill, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan di Indonesia : 1. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku. 2. Tidak harus dengan mengubah kurikulum, tetapi yang diperlukan adalah penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan dan diintegrasikan kepada pengembangan kecakapan hidup. 3.



Etika-sosio-religius bangsa dapat diintegrasikan dalam proses pendidikan.



4. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. 5.



Pelaksanaan pendidikan life skill dengan menerapkan menejemen berbasis sekolah (MBS).



6. Potensi wilayah sekitar sekolah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan, sesuai dengan prinsip pendidikan kontekstual dan pendidikan berbasis luas (broad base education). 7. Paradigma learning for life and school to work dapat dijadikan dasar kegiatan pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dengan kehidupan nyata peserta didik.



8. Penyelenggaraan pendidikan harus selalu diarahkan agar peserta didik menuju hidup yang sehat, dan berkualitas, mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas serta memiliki akses untuk mampu memenuhi hidupnya secara layak.



B.



Pendidikan Life Skill Sebagai Upaya untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Nasional.



Secara normatif, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak yang mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.



Berdasarkan tujuan tersebut, maka peranan dan fungsi serta tugas dari pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah adalah mempersiapkan peserta didik agar mampu : (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, (2) mengembangkan kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan kehidupan untuk bernegara dan berbangsa, (4) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Konsekuensinya adalah apa yang diajarkan harus menampilkan sosok utuh keempat kemampuan tersebut. Maka untuk menjawab tantangan diatas, Pendidikan life skill muncul sebagai alternatif dan usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut.



Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, diperlukan upaya-upaya yang menjembatani antara siswa dengan kondisi serta realitas dalam kehidupan nyata. Kurikulum yang ada saat ini atau yang disebut dengan kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) memang merupakan salah satu upaya untuk menjembataninya, namun perlu ditingkatkan kedekatannya dengan nilai-nilai kehidupan nyata. Bila demikian pertanyaannya adalah apakah kurikulum saat ini atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tersebut sesuai dengan atau sudah merefleksikan kehidupan nyata saat ini ? untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan kajian yang mendalam terhadap kurikulum yang ada dan terhadap nilai-nilai kehidupan yang bermoral. Kesenjangan antara keduanya (kurikulum dan tuntutan kehidupan nyata) merupakan tambahan pengayaan yang perlu diintegrasikan terhadap kurikulum, sehingga kurikulum saat ini benarbenar dapat merefleksikan nilai-nilai dan tuntutan dalam kehidupan nyata peserta didik.



Pengenalan kecakapan hidup terhadap peserta didik bukanlah untuk mengganti kurikulum, akan tetapi untuk melakukan reorientasi terhadap kurikulum yang ada sekarang agar benar-benar dapat merefleksikan nilai-nilai kehidupan nyata. Jadi pendidikan kecakapan hidup merupakan upaya untuk menjembatani kesenjangan antara kurikulum dengan tuntutan kehidupan nyata, dan bukan untuk merombaknya. Penyesuaian-penyesuaian kurikulum terhadap tuntutan kehidupan perlu dilakukan mengingat kurikulum memang dirancang permata pelajaran yang belum tentu sesuai dengan tuntutan kehidupan nyata yang umumnya bersifat utuh. Selain itu, kehidupan memilki karakteristik untuk berubah, sehingga sudah sewajarnya jika kurikulum perlu didekatkan dengan kehidupan nyata. Dalam pandangan ini, maka kurikulum merupakan sasaran yang bergerak dan bukan sasaran yang diam.



Dalam arti yang sesungguhnya pendidikan life skill memerlukan penyesuaian-penyesuaian dari pendekatan supply-driven menuju ke demand driven. Pada pendekatan supply driven, apa yang diajarkan cenderung menekankan pada school based learning yang belum tentu sepenuhnya sesuai dengan nilainilai kehidupan nyata yang dihadapi oleh peserta didik. Pada pendekatan demand driven, apa yang diajarkan kepada peserta didik merupakan refleksi nilai-nilai kehidupan nyata yang dihadapinya sehingga lebih berorientasi kepada life skill-based learning. Dengan demikian, kerangkah pengembangan pendidikan berbasis kecakapan hidup idealnya ditempuh secara berurutan sebagai berikut: Pertama, diidentifikasi masukan dari hasil penelitian, pilihan-pilihan nilai dan dugaan para ahli tentang nilai-nilai kehidupan nyata yang berlaku. Kedua, masukan tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk mengembangkan kompetensi kecakapan hidup. Kompetensi kecakapan hidup yang dimaksud harus menunjukkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya dalam dunia yang syarat dengan perubahan. Ketiga, kurikulum dikembangkan berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan. Artinya, apa yang harus, seharusnya, dan yang mungkin diajarkan kepada peserta didik disusun berdasarkan kompetensi yang telah dikembangkan. Keempat, penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup perlu dilaksanakan dengan jitu agar kurikulum berbasis kecakapan hidup dapat dilaksanakan secara cermat. Hal-hal yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan life skill atau kecakapan hidup seperti tenaga kependidikan (guru), pendekatan-strategi-metode pembelajaran, media pendidikan, fasilitas, tempat belajar dan durasi belajar, harus siap. Kelima, evaluasi pendidikan kecakapan perlu dibuat berdasarkan kompetensi kecakapan hidup yang telah dirumuskan pada langkah yang kedua. Karena evaluasi belajar disusun berdasarkan kompetensi, maka penilaian terhadap prestasi belajar peserta didik tidak hanya dengan pencil and paper test, melainkan juga dengan performance test dan bahkan dengan evaluasi otientik. C.



Landasan Filosofis, Historis Dan Yuridis



Manusia dapat eksis dalam kehidupannya adalah karena hasil dari proses pendidikan. Proses pendidikan tersebut dilaksanakan secara sadar atau tidak sadar, disengaja atau tidak disengaja yang pasti setiap orang akan mengalami proses pendidikan. Karena pendidikan berlangsung setiap saat dimanapun berada, baik anak-anak maupun dewasa serta orang tua semuanya mengalami proses pedidikan, sebab secara alamiah setiap orang akan selalu belajar dari lingkungan dimana ia berada. Secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik, sehingga siap digunakan untuk menyelesaikan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan juga sebagai hasil transaksi, yaitu proses memberi dan mengambil, antara manusia dan lingkungan. Pendidikan merupakan proses dan dengan itu manusia mengembangkan dan menciptakan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk merubah dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya. Secara historis, Pendidikan sudah ada sejak manusia ada di muka bumi. Ketika sistem kehidupan masih sederhana, orang tua mendidik anaknya, atau anak belajar dari orang tuanya atau dari lingkungan sekitarnya. Landasan Yuridis Pendidikan Life skill mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 1 ayat (1) dijelaskan pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,



masyarakat, bangsa dan negara. Jadi pada akhirnya tujuan pendidikan adalah membantu peserta didik agar nantinya mampu meningkatkan dan mengembangkan dirinya sebagai pribadi dan anggota masyarakat dalam kehidupan nyata. Dengan demikian mata pelajaran, mata kuliah atau mata diklat harus dipahami sebagai alat bukan sebagai tujuan dalam pencapaian tujuan pendidikan. Maksudnya adalah sebagai alat untuk mengembangkan potensi peserta didik, agar pada saatnya nanti peserta didik mampu mengaktualisasikan diri dan siap menghadapi segala permasalahan kehidupan dan sanggup untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu setiap mata pelajaran harus diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan dengan membekali peserta didik keterampilan dalam memecahkan masalah. D.



Tujuan Pendidikan Life skill



Tujuan pendidikan life skill menurut Team Broad Base Education Depdiknas bahwa tujuan pendidikan life skill adalah untuk : 1.



Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.



2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas. 3. Pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakatr, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah. 4.



Mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya dimasa mendatang.



5. Membebankan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi SDM yang ada di masyarakat dengan prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). 6.



Membekali peserta didik dengan kecakapan hidup debagai pribadi yang mandiri.



Sedangkan Orientasi Life skill adalah Mata pelajaran dianggap sebagai alat bukan sebagai tujuan dan terkait langsung dengan kondisi dan potensi lingkungan. Pembelajaran dirancang untuk peningkatan keterampilan proses. Pembelajaran terpadu dan kontekstual antara teori dan kenyataan kehidupan seharihari. Evaluasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk : kerja, tes perbuatan, observasi dengan pemecahan masalah mencakup uji kinerja, perilaku, kejujuran dan disiplin (bukan hanya tes tulis). E.



Hasil Yang Diharapkan



Slamet PH, memberikan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam penerapan pendidikan life skill diantara harapan tersebut adalah : Pertama, setelah mendapat pendidikan life skill peserta didik mempunyai aset kualitas batiniyah, sikap dan perbuatan yang siap menghadapi perkembangan masa depan. Kedua, peserta didik memiliki wawasan perkembangan karir, sehingga mampu memilih, memasuki, bersaing dan maju dalam dunia kerja. Ketiga, peserta didik memiliki kemampuan untuk survival dalam kemandiriannya dan belajar tanpa bimbingan. Keempat, peserta didik memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan, kerjasama dan akuntabilitas yang menjadi sikap mentalnya sehingga mampu hidup bahagia ditengah-tengah perkembangan zaman. Kelima, peserta didik memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Manfaat yang diharapkan dari pendidikan life skill ada dua, yang pertama adalah manfaat bagi pribadi peserta didik, sedang yang kedua adalah manfaat bagi lingkungan dimana peserta didik itu berada atau bagi masyarakat luas. Manfaat bagi pribadi peserta didik diantaranya adalah pendidikan life skill dapat



meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu dan kualitas fisik. Bagi masyarakat pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan madani dengan indikator-indikator adanya : peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalahmasalah sosial dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).



Pendidikan seumur hidup Pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. globalisasi dan pembangunan Iptek mengakibatkan perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat pada berbagai bidang. Pendidikan di tuntut untuk membantu individu agar dapat mengikuti perubahan-perubahan sosial sepanjang hidupnya. Maka lahirlah konsep kehidupan seumur hidup. Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Dalam konteks ini yang dimaksudkan dengan tunbuh adalah menyangkut pada aspek fisik atau biologisnya. Hal ini ditandai dengan bertambahnya tinggi badan yang dapat diukur dengan kilo dan koligram. Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan emosi, mental, kepribadian serta berbagai hal yang berhubungan erat dengan kejiwaan. perkembangan kejiwaan manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan pendidikan itu sendiri. Manusia ingin memiliki dan memperoleh suatu kehidupan yang baik. Selama ini manusia berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya. Secara sadar atau tidak maka, selama itu pula pendidikan berjalan terus. Pendidikan seumur hidup merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan kepada sekolah yang secara tradisional mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini dan tidak dapat memenuhi kebutuhan atau tuntutan manusia yang semakin meningkat dengan aneka ragam pekerjaan, serta turun naiknya kesempatan kerja. Hal ini dapat memberikanpngaruh yang sangat besar terhadap dunia pendidikan. Ide dan konsep pendidikan seumur hidup secara operasional sering pula disebut dengan pendidikan sepanjang raga bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai konsep yang lebih ilmiah dimana hal ini telah menjadi tuntutan dunia global, pendidikan seumur hidup telah mermbah ke berbagai daerah atau Negara dan telah dirasakan sejak tahun 70-an.



B.



Rumusan masalah



1. Apakah dasar konsep Pendidikan Seumur Hidup? 2. Apa tujuan Pendidikan Seumur Hidup? 3. Bagaimana tinjauan terhadap pendidikan seumur hidup dari perspektif idiologis, ekonomis, sosiologis, filosofis, teknologis dan pedagogis? 4. Bagaimana implikasi konsep pendidikan seumur hidup pada program pendidikan?



PEMBAHASAN



A. Konsep Dasar Pendidikan Seumur Hidup Pembahasan tentang konsep pendidikan seumur hidup ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu ditinjau dari dasar teoritis/ religios dan dasar yuriditisnya. 1.



Dasar Teoritis/ Religious



Konsep pendidikan seumur hidup ini pada mulanya dikemukakan oleh filosof dan pendidik Amerika yang sangat terkenal yaitu John Dewey. Kemudian dipopulerkan oleh Paul Langrend melalui bukunya : An Introduction to Life Long Education. Menurut John Dewey, pendidikan itu menyatu dengan hidup. Oleh karena itu pendidikan terus berlangsung sepanjang hidup sehingga pendidikan itu tidak pernah berakhir.



Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya telah lama dipikirkan oleh pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Dalam hal ini telah lama diajarkan oleh Islam, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahad 2. Dasar Yuridis Konsep pendidikan seumur hidup di Indonesia mulai dimasyarakatkan melalui kebijakan negara yaitu melalui : a. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP. NO. IV/MPR/1978 tentang GBHN menetapkan prinsipprinsip pembangungan nasional, antara lain : 1. pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (Arah Pembangunan Jangka Panjang) 2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga (rumah tangga), sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Bab IV GBHN Bagian Pendidikan).[3] Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, tentang system pendidikan nasional pada pasal 26, dikatakan bahwa pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau perlengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan seumur hidup.[4] Dari dasar pendidikan seumur hidup yang disebutkan di atas, jelaslah bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia masih hidup.



B.



Tujuan Pendidikan Seumur Hidup



Pendidikan seumur hidup dalam prakteknya sebenarnya telah dilaksanakan oleh manusia sejak keberadaannya di dunia ini dengan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pendidikan berlangsung dalamtotalitas kehidupan manusia, seperti dalam keluarga, sekolah, organisasi kerja, organisasi pemuda, membaca buku atau Koran, mendengarkan radio, menonton televise dan sebagainya. Untuk itu tujuan pendidikan seumur hidup adalah : 1. Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia yang sesuai dengan harkat dan kodrat kemanusiaannya, meliputi semua unsure kehidupannya secara optimal. 2. Proses pendidikan berlangsung selama kehidupan manusia seirama dengan pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya yang bersifat dinamis yang tidak statis Dari pandangan tersebut di atas menunjukan bahwa kepribadian yang dimaksudkan adalah ketika seseorang itu memperlihatkan sikap dan perilaku serta tindakanya yang tidak bertentangan dengan normanorma agama, hokum Negara, moral maupun adat istiadat. Halini dapat terbentuk ketika semua elemen masyarakat dan bangsa melaksanakan proses pendidikan yang menjurus pada tercapainya maksud tersebut. C. Tinjauan Pendidikan Seumur Hidup dalam Berbagai Perspektif Dasar pemikiran yang menyatakan bahwa long life education adalah sangat penting. Dasar pemikiran tersebut ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai berikut : Tinjauan Ideologis Pendidikan seumur hidup atau lifelong education akan memungkingkan seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya, sebab pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak sama, khususnya untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill). Sudahmenjadi fitrah manusia bahwa pada hakikatnya semua manusia memiliki potensiuntuk dididik dan menjadi pendididk. Oleh karena itupotensi yang dimiliki manusia berupa potensi indawi, potensi akal, potensi keagamaan dan potensi naluriah akan tumbuh dan berkembangnya bila mendapat sentuhan pendidikan.[6]



Tinjauan Ekonomi Pendidikan merupakan cara paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran yang menyeret kepada kebodohan dan kemelaratan. Pendidikan seumur hidup dalam konteks ini memungkingkan seseorang untuk :



Meningkatkan produktifitasnya Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber daya dimilikinya Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan menyenangkan Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya secara tepat, sehingga pendidikan keluarga menjadi sangat penting dan besar artinya. Tinjauan Filosofil Secara filosof, manusia padahakekatnya merupakan satu kesatuan yang integral, yakni sebagai makhluk pribadi, social, dan susila. Kesemuanya itu harus dikembangkan terus menerus secara optimal dan berkesinambungan sehingga ketiganya berjalan cecara dan seimbang. Manusia merupakan makhluk individu, dan tidak akan berdiri sendiri tanpa keberadaan orang lain. Oleh karena itu setiap individu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Disinalah pentingnya interaksi yang terbangun atas kesadaran kolektif untuk membangun sebuah komunitas kelompok dengan didasari atas kebersamaan dan saling menghargai antara individu itu. Di negara demokrasi, menginginkan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak memilih dan memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR dan sebagainya. Tinjauan Teknologis Di era globalisasi seperti sekarang ini, tampaknya dunia dilanda oleh eksplosi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua orang, tak terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya seperti apa yang terjadi di negara maju. Ketika para pendidik dan para praktisi pendidik tidak memiliki pengetahuandan wawasan yang luas, boleh jadi akan tertinggal dan tergilas oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tinjauan Psikologis dan Paedagogis Perkembangan IPTEK sangat pesat mempunyai dampak dan pengaruh besar terhadap berbagai konsep, teknik dan metode pendidikan. Disamping itu, perkembangan tersebut juga makin luas, dalam dan kompleks, yang menyebabkan ilmu pengetahuan tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak didik di sekolah. Oleh karena itu, tugas pendidikan jalur sekolah yang utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya, memberikan skill kepada anak didik secara efektif agar dia mampu beradaptasi dalam masyarakat yang cenderung berubah secara cepat. Berkenaan dengan itulah, perlu diciptakan suatu kondisi yang merupakan aplikasi asas pendidikan seumur hidup atau lifelong education. Demikian keadaan pendidikan seumur hidup yang dilihat dari berbagai aspek dan pandangan. Sebagai pokok dalam pendidikan seumur hidup adalah seluruh individu harus memiliki kesempatan yang sistematik, terorganisisr untuk belajar disetiap kesempatan sepanjang hidup mereka. Semua itu adalah tujuan untuk menyembuhkan kemunduran pendidikan sebelumnya, untuk memperoleh skill yang baru, untuk meningkatkan keahlian mereka dalam upaya pengertian tentang dunia yang mereka tempati, untuk mengembangkan kepribadian dan tujuan-tujuan lainnya. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup yang merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.



D. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup pada Program Pendidikan Sebagai suatu kebijakan yang sangat mendasar dalam memandang Pendidikan seumur hidup, maka mulai diuraikan implikasi pendidikan seumur hidup adalah akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Segi implikasi pendidikan seumur hidup adalah manusia seutuhnya sebagai subjek didik atau sasaran pendidikan dan proses dimana berlangsungnya pendidikan itu. Hal ini menyangkut keberadaan manusia selama hidupnya di dunia ini[7]. Menurut Ananda W. P. Guruge, dalam Burhanuddin Salam bahwa implikasi konsep pendidikan seumur hidup dapat diklasifikasikan dalam enam kategori, yaitu:[8] 1.



Para buruh dan tani



Mereka dengan pendidikan yang sangat rendah atau bahkan tanpa pendidikan sama sekali dan pada umumnya masih hidup dalam suasana tradisional sehingga mereka membutuhkan pendidikan dan keterampilan serta pemberian metode bertani yang baru, agar dapat meningkatkan produktifitasnya demi untuk memperbaiki taraf hidupnya. 2.



Golongan remaja yang terganggu sekolahnya



Remaja yang menganggur yang tidak melanjutkan pendidikan disebabkan kurangnya bakat, minat, kemampuan ekonomi dan sebagainya. Remaja dalam bentuk ini, harus diberikan pendidikan dan pelatihan agar hidup dan kehidupannya bermakna, baik untuk dirinya, keluarganya, dan lingkungannya dimana remaja tersebut berada. 3.



Para pekerja yang berketrampilan



Bagi golongan pekerja yang berketrampilan ini , program pendidikan yang disediakan bagi mereka adalah program yang dapat menyelamatkan mereka dari keusangan pengetahuan. Untuk itu perlu dibekali pengetahuan dan ketrampilan baru agar dapat menghadapi tantangan masa depan. 4.



Golongan teknisi dan professional



Program pendidikan seumur hidup sangat besar peranannya bagi golongan ini. Mereka pada umumnya mendapatkan posisi penting dan strategis dalam masyarakat. Agar mereka tetap berperan dalam masyarakat, maka harus senantiasa memperbaharui dan menambah pengatahuan serta ketrampilannya. 5.



Para pemimpin dalam masyarakat



Para pemimpin dalam masyarakat (golongan politik, agama, social, dan sebagainya), perlu memperbaiki sikap dan ide-idenya supaya mereka tetap berfungsi dalam memimpin masyarakatnya sesuai dengan gerak kemajuan pembangunan dan kebutuhan masyarakat.



6.



Golongan anggota masyarakat yang sudah tua



Dalam bertambah panjangnya usia rata-rata manusia dan kesejahteraanpun menjadi lebih baik, maka jumlah anggota masyarakat yang lanjut usia semakin bertambah dan meraka membutuhkan pendidikan demi memenuhi dorongannya untuk mengetahui hal-hal yang baru.



Dengan demikian, manusia akan mencapai tingkat kesejahteraan hidup dan keluar dari kemelut kebodohan dan keterbatasan jika menjadikan pendidikan sebagai suatu yang paling mendasar dalam kehidupannya. Ketika pendidikan dijadikan sebagai skala polaritas dalam kehidupan suatu masyarakat, maka sudah barang tentu masyarakat itu akan mengalami perkembangan dan kemajuan dalam segala bidang kehidupan.



PENUTUP A.



Kesimpulan



Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan: 1. Dasar pelaksanaan pendidikan seumur hidup adalah hadis nabi yang artinya Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahad dan juga berdasarkan TAP MPR No. IV/MPR/1973 JO TAP. NO. IV/MPR/1978 tentang GBHN yang menetapkan prinsip-prinsip pembangungan nasional yang di dalamnya terdapat pelaksanaan pendidikan seumur hidup.



2. Tujuan Pendidikan seumur hidup adalah untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia yang sesuai dengan harkat dan kodrat serta berlangsung selama kehidupan manusia itu hidup seiring kepribadiannya yang bersifat dinamis 3. Pelaksanaan pendidikan seumur hidup dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : (a) tinjauan idiologis (b) tinjauan ekonomis (c) tinjauan sosiologis (d) tinjauan filosofil (e) tinjauan teknologis dan (f) tinjauan pedagogis. 4. Implikasi dari pendidikan seumur hidup ada enam kategori, yaitu: (a) Para buruh dan tani (b) Golongan remaja yang terganggu sekolahnya (c) Para pekerja yang berketrampilan (d) Golongan teknisi dan professional (e) Para pemimpin dalam masyarakat (f) Golongan anggota masyarakat yang sudah tua



DAFTAR PUSTAKA Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta, PT Bumi Aksara, 2006 Departemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undang Sistem Pendidikan Nasional . Jakarta:Dirjen Pendidikan Islam, 1991/1992. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tentang Pendidikan Nasional serta Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta:Dirjen Pendidikan Islam, 2007. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Ibn Hambal, Ahmad, Musnad Ahmad bin Hambal, juz II (Beirut: Dar-al-Fikr, (t.th), Ihsan H, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta, PT Rineka Cipta, 2003. Jalauddin, Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Salam, Burhanuddin, Pengantar Pedagogi Dasar-Dasar Ilmu Mendidik, Jakarta: PT Rineka Cipta.1997 Tirtarahardja, Umar, Dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan Cet. II. Jakarta, PT Rineka Cipta, 2005