LK 2.2 Made Erna Sukmayani [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA : MADE ERNA SUKMAYANI LK. 2.2 Menentukan Solusi



No 1



Eksplorasi Alternatif Solusi Identifikasi Masalah : Motivasi Belajar IPA rendah Akar Masalah : Pembelajaran yang dilakukan guru belum menggunakan model pembelajaran inovatif •



Kajian Literatur Solusi untuk permasalahan ini sesuai akar penyebab nya adalah dengan memilih menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif. Hal ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprihatin (2015) tentang upaya untuk meningkatkan motivasi belajar yaitu dengan memperjelas tujuan yang ingin dicapai, menggunakan model pembelajaran menarik dan inovatif, memberikan pujian yang wajar di setiap keberhasilan siswa serta menciptakan persaingan dan kerjasama. Berdasarkan hal tersebutlah, maka diperoleh



Analisis Alternatif Solusi Berdasarkan kajian literatur dan hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat disusun analisis alternatif solusi sebagai berikut. 1. Menerapkan model pembelajaran PBL yang sesuai dengan karateristik materi Kelebihannya 1. Merangsang siswa untuk belajar permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan kemampuan berfikir kreatif siswa. Siswa akan memiliki pola pikir yang terbuka, reflektif, kreatif dan belajar aktif dan memfasilitasi keberhasilan dalam memecahkan masalah sehingga hal tersebut dapat 2. membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. Kelemahannya 1. Guru sulit mengaitkan konsep yang dipelajari dengan



Solusi yang relevan



Analisis Penentuan Solusi



Solusi relevan yang dipilih berdasarkan Analisis Penentuan solusi yang dipilih adalah alternatif solusi yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut. : 1. Melalui penerapan model Discovery Learning, siswa akan aktif dan menemukan sendiri ”Menerapkan Model Pembelajaran konsepnya sehingga akan membangun Discovery Learning” motivasi diri untuk mendalami materi pelajaran lebih jauh dengan cara mencari tahu, Alasan penentuan solusi : bersungguh-sungguh menganalisis dan 1. Cahyo (2013) menjelaskan bahwa model mencoba menemukan sendiri jawaban masalah pembelajaran Discovery yang dihadapi sehingga pengetahuan peserta Learning merupakan salah satu model didik bisa tersimpan dalam ingatan jangka pembelajaran yang membuat peserta panjangnya. Disamping itu, keunggulan yang didik mendapatkan pengetahuan baru dapat dirasakan yaitu penerapan model dapat yang sebelumnya belum diketahuinya meningkatkan kemampuan peserta didik serta serta tidak melalui pemberi tahuan, tetapi merubah kondisi belajar yang aktif menjadi peserta didik mampu menemukan kreatif sendiri konsepnya. 2. Kalau model ini tidak diterapkan, melainkan 2. Discovery learning dapat melibatkan tetap bertahan dengan cara mengajar yang siswa untuk aktif dan termotivasi selama kurang inovatif, maka akan berakibat pembelajaran dengan menemukan rendahnya motivasi belajar siswa karena sendiri konsepnya melalui kegiatan Discovery sangat menuntut partisipasi peserta langsung sehingga diharapkan hasil yang didik dalam menemukan pengetahuanya diperoleh akan setia dan tahan lama sendiri. Ketika peserta didik menemukan dalam ingatan jangka panjang siswa sendiri pengetahuanya maka pengetahuanya (Hosnan, 2014). Melalui belajar akan tersimpan dalam memori jangka panjang penemuan, siswa akan termotivasi dan serta akan dapat memotivasi siswa untuk terpancing untuk mendalami konten belajar lebih dalam lagi. pelajaran lebih jauh dengan cara mencari 3. Kelemahan dari model Discovery biasanya tahu dan bersungguh-sungguh terjadi kebingungan pada siswa ketika tidak



beberapa kajian literatur tentang model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan motivasi siswa, antara lain : 1. Hasil penelitian Habibah Sukmini (2020) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model problem-based learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara signifikan. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem-based learning (PBL) mendapatkan respon yang positif dari siswa dengan diperolehnya ratarata hasil belajar siswa mencapai nilai KKM. Menurutnya motivasi belajar berperan penting dalam upaya mencapai kesuksesan aktifitas pembelajaran siswa yang berpangkal pada prestasi belajar yang optimal 2. Hasil penelitian Elisabet (2019) menyatakan bahwa pengguaan model Project Based Learning mampu membantu siswa dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata



permasalahan yang relevan dalam kehidupan nyata 2. Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba. 3. Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based Learning membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. 4. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.



menganalisis dan mencoba menemukan sendiri jawaban masalah yang dihadapi (Handayani, Arifuddin, & Misbah, 2017). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adyan (2019) bahwa penerapan model Discovery Learning berbantuan Virtul Laboratory dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Adapun sintaks model pembelajar ini meliputi : (Handayani, Arifuddin, & Misbah, 2017). 1. Fase Stimulasi. 2. Fase Identifikasi Masalah. 3. Fase pengumpulan Data 4. Fase pengolahan data 5. Fase pembuktian. 6. Fase generalisasi



2. Menerapkan model pembelajaran PjBL untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Kelebihannya • Meningkatkan fokus dan motivasi siswa, mendorong kemampuan memecahkan masalah • Meningkatkan daya kolaborasi. • Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. • Memberikan pengalaman kepada siswa dalam praktik



2. Berdasarkan karakteristik materi, Materi yang dipilih melalui penerapan model discovery learning yaitu penggunaan zat aditif dengan KD pembelajaran sebagai berikut. 3.6 Menjelaskan berbagai zat aditif dalam makanan dan minuman, zat adiktif, serta dampaknya terhadap kesehatan 4.6 Membuat karya tulis tentang dampak penyalahgunaan zat aditif dan zat adiktif bagi kesehatan Model ini sangat cocok diterapkan, karena berdasarkan penentuan indikator dari KD 3.6 siswa diarahkan untuk melakukan identifikasi melalui percobaan dengan batasan level kognitif siswa pada ranah



disediakan semacam kerangka kerja, sering terbentuknya miskonsepsi dan peserta didik yang lemah mempunyai kecenderungan untuk belajar di bawah standar yang diinginkan. Untuk meminimalisir hal tersebut, pertama guru menyediakan LKPD sebagai acuan siswa dalam menemukan pengetahuanya, membentuk kelompok yang heterogen berdasarkan tingkat kognitif siswa dan guru sebagai fasilitator meluruskan ketika terjadi kekeliruan, merancang pembelajaran lebih dari 1 pertemuan.



pelajaran IPA. Yang ditunjukkan dengan peningkatan persentase sebanyak 81% pada siklus II. 3. Adyan (2019) menyatakan bahwa penerapan model Discovery Learning berbantuan Virtu al Laboratory dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. 4. Khayati dkk (2017) menyatakan penggunaan media prezi dalam PBL meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X SMK Tlogosari Semarang. Media dan model tersebut menekankan peranan siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena siswa berperan secara langsung 5. Hapizoh (2020) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di



mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Kelemahannya : • Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah (tidak selesai hanya dengan 1 pertemuan saja) • Membutuhkan biaya yang cukup banyak. • Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. • Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. 3. Menyisipkan penggunaan media pembelajaran pada model inovatif agar pembelajaran menarik dan menyenangkan. Kelebihannya : • Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif • Mampu menimbulkan rasa senang selama dan menambah motivasi belajar siswa. • Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung



LOTS (taksonomi Bloom). Pembelajaran ini akan dilakukan melalui praktikum sehingga siswa dapat mengalami dan menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Sedangkan, sasaran yang ingin dicapai siswa yaitu dengan mengidentifikasi secara mandiri apakah jenis zat aditif yang ditambahkan mengandung bahan yang layak / tidak untuk konsumsi 3. Berdasarkan karakteristik siswa, Ditinjau dari hasil wawancara, siswa lebih menyukai dan bersemangat jika kegiatan pembelajaran yang dilakukan melibatkan aktivitas fisik melalui eksperimen / pengamatan langsung ketimbang mendengarkan ceramah guru dari awal sampai akhir pembelajaran, karena menyebabkan siswa tersebut mengantuk. 4. Berdasarkan Sarana dan prasarana Ketersedian alat percobaan di sekolah cukup memadai dan lengkap. Adapun alat / bahan percobaan yang digunakan antara lain : jajanan kantin, lumpang alu, air, kunyit, soda kue, pipet tetes, tabung reaksi, gelas kimia. Namun sayangnya kegiatan ini tidak dapat dilakukan di laboratorim, sebab kondisi lab yang kurang mendukung sehingga mengharuskan siswa diajak untuk berkesperimen di kelas. 5. Pertimbangan pemilihan model discovery learning didasarkan pada pembelajaran yang dilkukan akan mengarah ke pembelajaran berbasis penemuan dan sesuai dengan tujuan



kelas VII B SMPN 30 Muaro Jambi.



sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang ingin diraih pembelajaran. berdasarkan tuntutan KD yang telah ditetapkan • Mampu menvisualisasikan 6. Alasan mengapa model pembelajaran materi yang abstrak. • Hasil Wawancara PBL dan PJBL tidak dipilih dalam solusi Kekuranganya : Berdasarkan hasil wawancara • Biaya relatif mahal untuk masalah ini, karena kedua model tersebut dengan guru alternatif solusi memiliki kesamaan prinsip serta tahap awal. yang dapat dilakukan untuk • Fasilitas Sarana dan Prasarana ditambah karakteristik siswa yang meningkatkan motivasi belajar cenderung memiliki motivasi yang yang dimiliki sekolah harus siswa yaitu : rendah dapat menyebabkan kesulitan lengkap dan mendukung 1. Meningkatkan kemampuan jika sudah diberikan permasalahan yang mengajar guru untuk 4. Menerapkan kompleks di awal, siswa akan berasumsi model menggunakan model yang bahwa masalah yang dipelajari sulit pembelajaran kontekstual sesuai dengan karakteristik untuk dipecahkan dan merasa enggan yang disesuaikan dengan materi, misalnya untuk mencoba. Disamping itu, karakteristik materi sehingga menyelasaikan tuntutan keberhasilan pembelajaran PBL akan pembelajaran terasa lebih pada platform merdeka membutuhkan cukup waktu untuk bermakna mengajar persiapan, terlebih lagi model PJBL yang Kelebihan 2. Pemilihan model 1. Menumbuhkan rasa ingin tahu membutuhkan biaya untuk pembelajaran yang tepat menghasilkan produk. Jika guru tidak siswa, karena pembelajaran dengan mengedepankan mampu memberikan pemahaman utuh yang dilaksakan secara nyata kegiatan pembelajaran tentang mengapa siswa berusaha dan bermakna yang berpusat pada siswa memecahkan masalah yang dipelajari, 2. Penerapan CTL bisa membuat 3. Melakukan pembelajaran maka siswa tidak akan mau belajar apa peserta didik berfikir kreatif yang berbasis kontekstual yang ingin dipelajari. sesuai dengan ilmu yang telah 4. Menyisipkan penggunaan dipelajari dan dipahaminya. media pembelajaran / 3. Penerapan CTL bisa Wawancara yang dilakukan mengenai bahan ajar pada model mengurangi kejenuhan dalam pengalaman guru dalam menerapkan inovatif yang dipilih, belajar dengan model discovery learning, kendala, serta misalnya model PBL solusi untuk meminimalisir kendala. mengkolaborasikan berbasis media pengalaman peserta didik Berdasarkan hasil wawancara yang pembelajaran dengan bahan materi pelajaran. dilakukan pada narasumber (guru), 5. Guru mengeksplorasi Kelemahan dipaparkan beberapa hal sebagai berikut. kemampuan awal siswa 1. Diperlukan waktu yang cukup 1. Guru mengatakan bahwa ia pernah sebelum pembelajaran dan menerapkan model discovery dalam lama saat proses pembelajaran mengkaitkannya dengan pembelajaran dan terbukti dapat CTL berlangsung. materi yang dibahas



6. Memaksimalkan aspek 2. Jika guru tidak dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas penugasan kepada siswa mengendalikan kelas, maka siswa dibandingkan dengan melakukan yang masih kurang aktif menciptakan suasana kelas ceramah. Guru merancangnya sesuai 7. Pemberian penghargaan yang kurang kondusif. dengan tujuan pembelajaran yang ingin untuk meningkatkan 3. Guru lebih intensif dalam dicapai yang pelaksanaanya dengan motivasi, seperti nilai, membimbing. Sebab, dalam cara siswa menemukan sendiri konsep pujian maupun hadiah. model CTL, guru tidak lagi dari materi tersebut, sehingga berperan sebagai pusat menyebabkan siswa akan teringat lebih informasi. Tugas guru adalah lama dengan materi yang mereka mengelola kelas sebagai sebuah bangun sendiri atau bisa tersimpan di tim yang bekerjasama untuk memori jangka panjang siswa. menemukan pengetahuan dan 2. Adapun kendala yang dialami yaitu keterampilan yang baru pertama siswa sulit untuk diorganisir karena kebiasaan dari siswa yang ingin 5. Menerapkan model berkelompok dengan teman dekatnya pembelajaran discovery sehingga membuat komunikasi antar learning anggota kelompok jadi agak canggung. Keunggulan Kedua, waktu siswa yang dibutukan 1. Memimbing siswa untuk siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan sikap ilmiah mengolah data relatif lama. 2. Melatih siswa untuk 3. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi menemukan sendiri konsep kendala yaitu menjelaskan kepada siswa yang dipelajari secara bahwa siswa yang ada di dalam kelas bermakna adalah teman jadi siswa harus belajar 3. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi satu dengan yang peserta didik serta merubah lainnya dengan tidak memandang kondisi belajar yang aktif kedekatan, karena setiap kelompok menjadi kreatif harus heterogen. Yang kedua guru Kekurangan memfasilitasi siswa dengan selalu 1. Tidak semua peserta didik berkeliling ke setiap kelompok untuk mampu melakukan penemuan. meminimalisir kesalahan konsep 2. Biasanya terjadi kegagalan melalui petunjuk di LKPD, ketiga mendeteksi masalah dan merancang pembelajaran lebih dari 1 adanya kesalahpahaman pertemuan antara guru dengan pesrta didik.



2



3. Tidak berlaku untuk semua topik pelajaran. Identifikasi Masalah : Berdasarkan kajian literatur Rendahnya kemampuan siswa dan hasil wawancara yang telah dalam mengemukakan dilakukan maka dapat disusun pendapat analisis alternatif solusi sebagai berikut. ”Akar permasalahan : 1. Menggunakan model Pembelajaran masih pembelajaran berbasis masalah (PBL) yang merangsang bersifat teacher center” kemampuan berpendapat siswa Kelebihan : 1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. 2. Meningkatkan kemampuan berpendapat selama aktivitas pembelajaran melalui penyeselsaian masalah. 3. Merangsang kemampuan siswa untuk mengungkapkan gagasan dan berpikir kritis melalui hasil pemecahan masalahnya 4. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata melalui argumentasi yang sistematis Kelemahan : 1. jika siswa tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa akan



Solusi relevan yang dililih berdasarkan alternatif solusi yang telah ditentukan yaitu “Menerapkan Model pembelajaran PBL ” Alasan Penetapan Solusi : 1. Bern dan Erickson (2017) menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Model ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan. Kegiatan Problem Based Leraning (PBL) dinilai efektif meningkatkan kemampuan argumentasi sebab berdasarkan penelitian Dewina (2019), siswa lebih mudah memahami materi dan mampu meningkatkan kemampuan menganalisis dan keterampilan berargumentasi siswa. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses PBL adalah menghadirkan permasalahan dunia nyata di dalam kelas yang tentunya berkaitan dengan materi atau indikator yang akan dicapai, sehingga siswa akan terlibat langsung dalam memecahkan masalah yang ada. Adapun sintaks / langkah-langkah model pembelajaran PBL sbb. Arends, (2007) 1. Orientasi siswa kepada masalah



Analisis penentuan solusi dipaparkan sebagai berikut. 1. Jika model ini diterapkan dalam pembelajaran dapat mempermudah peserta didik untuk memahami materi dan mampu meningkatkan keterampilan beragumentasi. Dalam proses PBL, kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah menghadirkan permasalahan dunia nyata di dalam kelas yang tentunya berkaitan dengan materi atau indikator yang akan dicapai, sehingga siswa akan terlibat langsung dalam memecahkan masalah yang ada tentunya akan meningkatkan kemampuan beragumentasi siswa. 2. Kalau model ini tidak diterapkan akan berakibat siswa cenderung lemah dalam menganalisis, berfikir kritis, menarik kesimpulan dan juga mengemukakan pendapat dari suatu masalah, karena model ini menekankan pada partisipasi siswa dalam memecahkan masalah, sehingga siswa ikut berfikir dan mengemukakan pendapat untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. 3. Cara meminimalisir kelemahan model PBL yang biasanya terjadi pada langkah orientasi siswa pada masalah, yang mana guru sulit mengkaitkan materi dengan permasalahan yang konkrit dalam kehidupan yaitu dengan memilih bahan ajar yang cakupan materi bersifat kontekstual / tidak abstrak, sebab mengingat sifat model PBL tidak dapat diterapkan di semua materi, sehingga perlu disesuaikan dengan karakteristik materi. Selain itu, untuk mengatasi kelemahan PBL juga



merasa enggan untuk 2. Mengorganisasika n siswa untuk mencoba; belajar 2. perlu ditunjang oleh buku yang 3. Membimbing penyelidikan dapat dijadikan pemahaman individual maupun kelompok dalam kegiatan pembelajaran; 4. Mengembangkan dan menyajikan 3. pembelajaran model Problem hasil karya Based Learning (PBL) 5. Menganalisis dan mengevaluasi membutuhkan waktu yang proses pemecahan masalah lama; 4. tidak semua mata pelajaran 2. Berdasarkan karakteristik materi, matematika dapat diterapkan Materi ajar yang dipilih dalam masalah model ini ini adalah sistem reproduksi pada manusia, dengan KD, sbb. 2. Memaksimalkan kegiatan 3.1 Menghubungkan sistem reproduksi pembelajaran dengan metode pada manusia dan gangguan pada diskusi sistem reproduksi, serta penerapan Kelebihan : pola hidup yang menunjang kesehatan 1. Merangsang siswa kreatif reproduksi memberikan Gagasan atau Ide 4.1 Menyajikan hasil penelusuran dalam menyelesaikan masalah informasi dari berbagai sumber terkait 2. Berani mengungkapkan kesehatan dan upaya pencegahan pendapat gangguan pada organ reproduksi 3. Dapat bertukar pikiran dan Tuntutan bunyi KD 3.1 terletak pada level bekerja sama dengan baik kognitif C4 HOTS dengan pembahasan untuk menyelesaikan materi yang sangat erat kaitanya dengan permasalahan yang di hadapi kehidupan kongkrit. Tuntutan kognitif saat pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berpikir 4. Mampu belajar menjadi HOTS apabila dipadukan dengan model pemimpin PBL yang mengawali kegiatan dengan pemasalahan kongkrit, maka akan Kelemahan : membangkitkan siswa untuk tahu lebih 1. Hanya beberapa siswa yang dalam dengan bertanya-tanya dan aktif menanggapi permasalahan tersebut 2. Menimbulkan emosional yang melalui argumentasinya. Selain itu, tidak terkontrol karakteristik materi yang kontekstual akan membuat siswa lebih mudah menerima



dapat dilakukan dengan memberikan penunjang sebelum pembelajaran seperti misalnya LKPD, selain itu untuk mengatasi permasalahan siswa yang suka memilih teman diatasi dengan menyebarkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan kognitifnya.



3. Pembahasannya meluas dan keluar dari materi pembelajaran 4. Dapat dikuasai oleh orangorang yang suka berbicara. 3. Menerapkan model pembelajaran kooperatif yang mengoptimalkan kerjasama kelompok Kelebihan : 1. siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok. 2. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana dengan anggota kelompoknya. 3. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya. 4. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok Kelemahan : 1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit dalam menyampaikan materi pada teman.



materi yang dipelajarinya sehingga respon/tanggapan siswa mengenai topik ini menjadi searah antara guru dan siswa, yang kaitannya dengan system reproduksi manusia. Dengan dasar tersebutlah maka, masalah rendahnya kemampuan siswa dalam berargumentasi dapat teratasi 3. Berdasarkan sarana dan prasana, Model ini cocok diterapkan, sebab akses penunjang materi mengenai fasilitas media pembelajaran berupa LCD, Laptop, Speaker, listrik cukup tersedia dan memadai. 4. Berdasarkan karakteristik siswa, melalui hasil wawancara siswa cenderung lebih berminat mempelajari materi yang disajikan secara konstekstual melalui tayangan video/gambar yang kontenya terjadi secara langsung dalam kehidupannya, sehingga mereka mendapatkan manfaat dan pentingnya materi ini pada kehidupannya di masa dewasa mengenai sistem reproduksi. 5. Pertimbangan pemilihan model PBL didasarkan atas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan beorientasikan pada peningkatan kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat. Model PBL memiliki peranan dalam mengakomodasi pembelajaran di awal kegiatan berupa pemberian masalah yang kongkrit. Dengan adanya pancingan tersebut siswa menjadi terunggah untuk melakukan perdebatan



2. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. 3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. 4. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. 5. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.



dalam dirinya bersama temannya sehingga masalah yang dimiliki guru menjadi terpecahkan. 6. Model pembelajaran kooperatif tidak dipilih sebab pada sintaks model tidak ada keterlibatan siswa untuk diarahkan dalam permasalahan, sehingga menyebabkan siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Tantangan akan pemberian permasalahan kongkrit dalam awal pembelajaran akan merangkasang siswa untuk berpikir dan memperdebatan jawaban yang telah dimilikinya, sehingga dengan pertimbangan tersebut, maka model ini dianggap kurang efektif mengatasi rendahnya kemampuan siswa 4. Mengggunakan pendekatan mengemukakan pendapat pembelajaran berbasis saintifik (5M) pada perangkat Wawancara yang dilakukan mengenai pembelajaran yang dirancang pengalaman guru dalam menerapkan Kelebihan : model PBL, kendala, serta solusi untuk 1. Menimbulkan rasa senang pada meminimalisir kendala. siswa, karena tumbuhnya rasa Berdasarkan hasil wawancara yang menyelidiki dan berhasil. dilakukan pada narasumber (guru), 2. Menyebabkan siswa dipaparkan beberapa hal sebagai berikut. mengarahkan kegiatan 1. Model PBL pernah diterapkan dan belajarnya sendiri dengan mampu meningkatkan kemampuan melibatkan akalnya dan berpendapat atau argumentasi siswa motivasi sendiri. karena pada saat pembelajaran guru 3. Pengetahuan yang diperoleh memberikan siswa masalah yang nyata melalui model ini sangat dengan kehidupan kemudian menyuruh pribadi dan ampuh karena siswa untuk menyelidiki dan memberi menguatkan pengertian, solusi dari permasalahan sesuai dengan ingatan, dan transfer. sintak dari PBL dan itu mampu merangsang siswa untuk berpendapat.



Kelemahan : 1. Menimbulkan asumsi bahwa



ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesilitan abstrak 2. Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. 3. tidak semua siswa siap berpikir sehingga bagi siswa yang kurang pandai akan mengalami banyak hambatan.



3



Identifikasi Masalah : Siswa belum memiliki kemampuan belajar berfikir tingkat tinggi (HOTS). Akar Masalah : Guru belum menerapkan kegiatan pembelajaran yang berorientasi HOTS



2. Adapun kendala yang alami guru mirip dengan discovery learning yaitu pertama siswa sulit untuk diorganisir karena kebiasaan dari siswa yang ingin berkelompok dengan teman dekatnya sehingga membuat komunikasi antar anggota kelompok jadi agak canggung. Kedua ada beberapa siswa sulit memahami masalah atau tidak mengerti akan masalah yang yang diberikan. Ketiga, waktu siswa yang dibutukan siswa dalam mengolah data relatif lama 3. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala yaitu menjelaskan kepada siswa bahwa siswa yang ada di dalam kelas adalah teman atau kita semua adalah teman, jadi siswa harus belajar berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan tidak memandang kedekatan, karena setiap kelompok harus heterogen. Yang kedua guru memfasilitasi siswa dengan selalu berkeliling ke setiap kelompok untuk meminimalisir kesalahan konsep melalui petunjuk di LKPD, ketiga merancang pembelajaran lebih dari 1 pertemuan



Berdasarkan kajian literatur Solusi relevan yang dipilih berdasarkan Analisis penentuan solusi yang dipilih adalah dan hasil wawancara yang telah alternatif solusi yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut. dilakukan maka dapat : 1. Jika model ini diterapkan dalam pembelajaran disimpulkan analisis alternatif dapat membantu peserta didik untuk solusi untuk meningkatkan Menerapkan model pembelajaran mengembangkan keterampilan berfikir tingkat kemampuan HOTS siswa adalah : berbasis masalah (PBL) tinggi dan mengatasi masalah. Keterampilan 1. Menerapkan model berfikir tingkat tinggi ini merupakan pembelajaran berbasis masalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, (PBL) yang mampu mencapai kesimpulan berdasarkan judgement



Kajian literatur : Berdasarkan kajian literatur adapun beberapa alternatif solusi yang dapat digunakan pada akar masalah tersebut, yaitu : 1. Menurut Kurniawan, A., & Fitriani, N. (2020) peningkatan kemampuan HOTS siswa dapat dilakukan dengan nmemberikan pengajaran perbaikan (remedial), kegiatan pengulangan materi (pengayaan), memotivasi/mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar, serta menerapkan model pembelajaran inovatif yang tepat dengan membiasakan siswa untuk dilatih kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam mengerjakan soalsoal HOTS. 2. Kurniawan (2019) menyatakan bahwa dengan menggunakan modul pembelajaran berbasis model problem solving dapat meningkatkan high order thinking skill yang dibuktikan dengan meningkatnya perolehan



meningkatkan kemampuan Alasan Penetapan Solusi : yang baik. Dalam proses PBL, kegiatan yang HOTS siswa. dilakukan oleh guru adalah menghadirkan 1. Dalam proses PBL, kegiatan yang Kelebihannya : permasalahan dunia nyata di dalam kelas yang dilakukan oleh guru adalah tentunya berkaitan dengan materi atau menghadirkan permasalahan dunia nyata • Memberikan kesiapan siswa di dalam kelas yang tentunya berkaitan indikator yang akan dicapai, sehingga siswa dalam berpikir HOTS dan dapat akan terlibat langsung dalam memecahkan dengan materi atau indikator yang akan melatih siswa untuk berpikir masalah yang ada tentunya akan meningkatkan dicapai, sehingga siswa akan terlibat kritis dalam pemecahan masalah kemampuan berfikir kritis siswa. langsung dalam memecahkan masalah pada pembelajaran. 2. Jika model ini tidak diterapkan atau tetap yang ada (Barrows & Myers, dalam • Dapat meningkatkan keaktifan konvensional, maka akan berakibat siswa Afisha 2015). Peran guru dalam proses dan semangat belajar siswa. cenderung lemah dalam menganalisis berfikir ini adalah memacu siswa untuk berpikir • Membangun kemampuan dalam memberikan solusi atau tanggapan kritis dan menarik kesimpulan dari suatu berfikir kreatif siswa, masalah, karena model ini menekankan pada terhadap permasalahan yang ada. Peserta kemampuan berfikir kreatif partisipasi siswa dalam memecahkan malasah, didik diajak secara bertahap dan tersebut yang dapat membawa sistematis menggali, mengolah, dan sehingga siswa ikut berfikir untuk peserta didik dapat memecahkan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. menggodok masalah (dalam bentuk permasalahan yang muncul pada skenario) yang diberikan kepada mereka. 4. Cara meminimalisir kelemahan model PBL dunia nyata peserta didik. Masalah dalam skenario diharapkan yang biasanya terjadi pada langkah orientasi mampu memicu dan memacu siswa pada masalah, yang mana guru sulit Kekurangannya : kemampuan berfikir analitis, aktif, mengkaitkan materi dengan permasalahan 1. Jika siswa tidak mempunyai sekaligus melakukan pembelajaran yang konkrit dalam kehidupan yaitu dengan kepercayaan bahwa masalah secara kreatif (creatif learning), belajar memilih bahan ajar yang cakupan materi yang dipelajari sulit untuk bekerja sama (collaborative learning) bersifat kontekstual / tidak abstrak, sebab dipecahkan,maka siswa akan dan mengemukakan argument terhadap mengingat sifat model PBL tidak dapat merasa enggan untuk mencoba; solusi yang diusulkan atau ditentukan. diterapkan di semua materi, sehingga perlu 2. perlu ditunjang oleh buku yang disesuaikan dengan karakteristik materi. Selain 2. Kemampuan HOTS menurut Thomas & dapat dijadikan pemahaman itu, untuk mengatasi kelemahan PBL juga Thorne (2009) adalah keterampilan dalam kegiatan pembelajaran; berpikir yang lebih daripada sekedar dapat dilakukan dengan memberikan 3. pembelajaran model Problem penunjang sebelum pembelajaran seperti menghafalkan fakta atau konsep. HOTS Based Learning (PBL) misalnya LKPD, selain itu untuk mengatasi mengharuskan siswa melakukan sesuatu membutuhkan waktu yang permasalahan siswa yang suka memilih teman atas fakta-fakta tersebut. Siswa harus lama; diatasi dengan menyebarkan siswa secara memahami, menganalisis satu sama lain, 4. tidak semua mata pelajaran heterogen berdasarkan kemampuan mengkategorikan, memanipulasi, matematika dapat diterapkan menciptakan cara-cara baru secara kognitifnya serta merancang model PBL model ini kreatif, dan menerapkannya dalam lebih dari 1 pertemuan mencari solusi terhadap persoalan



nilai siswa dalam pokok pembahasan fluida statis. Respon siswa yang menggunakan atau membaca modul ini berespon baik, sehingga modul ini bisa saja dipakai dalam jangkauan yang luas dalam memahami pokok bahasan Fluida Statis pada siswa smp kelas VIII 3. Hasil penelitian Resti Fitria Ariani (2020) menyatakan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning ini adalah model yang berbasis dengan permasalahan yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Haerunisa (2021) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan dengan menyelesaikan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada tema air dan pelestarian lingkungan di SMP Negeri 1 Pabuara.



2. Melatih siswa mengerjakan soal-soal/pertanyaan yang berorientasi HOTS melalui Metode DRILL Kelebihannya : 1. Dengan pembiasaan atau seringnya menggunakan soal HOTS dalam setiap pembelajaran di kelas, maka secara otomatis akan berdampak pada siswa dimana kemampuan berpikir siswa akan lebih meningkat dan siswa menjadi tidak vakum 2. siswa mampu menyelesaikan berbagai macam masalah dengan kemampuannya masing-masing. Hal ini akan mempermudah guru di dalam mencapai tujuan pembelajaran dan mencapai target ketuntasan belajar 3. Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar. 4. Mampu menanamkan konsep pada memori jangka panjang siswa akibat kebiasaan pengulangan dan latihan secara konsisten Kekurangannya : 1. Permasalah dengan waktu yang dialokasikan. Apabila guru dan siswa belum begitu terbiasa menerapkan



persoalan baru, Brookhart (2010). Pemaparan jenis HOTS didasarkan pada tujuan pembelajaran di kelas, yaitu terdiri dari tiga kategori : HOTS sebagai transfer, HOTS sebagai critical thinking, dan HOTS sebagai problem solving. Adapun sintaks / langkah-langkah model pembelajaran PBL sebagai berikut Arends, (2007) 1. Fase Stimulasi. 2. Fase Identifikasi Masalah. 3. Fase pengumpulan Data 4. Fase pengolahan data 5. Fase pembuktian. 6. Fase generalisasi 3. Berdasarkan karakteristik materi, Adapun materi ajar yang dipilih dalam pemecahan permasalahan ini adalah sietem pencernaan pada manusia. Materi ini merupakan salah satu materi jenjang kelas VIII (I) yang KD nya mengarah ke tuntutan HOTS/C4 (analisis), ialah sebagai berikut. Kompetensi dasar : 3.5 Menganalisis sistem pencernaan pada manusia dan memahami gangguan yang berhubungan dengan sistem pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan sistem pencernaan 4.5 Menyajikan hasil penyelidikan tentang pencernaan mekanis dan kimiawi Sesuai dengan bunyi KD 3.5 yang mengarah pada kemampuan kognitif C4, maka pembelajaran HOTS cocok



5. Penelitian Sambite (2019) menyatakan melalui Penerapan PjBL berbasis media alat peraga sederhana dapat meningkatkan HOTS peserta didik pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan peningkatan keterlaksanaan RPP dan persentase ketuntasan klasikal siswa yang mencapai target penelitian. 6. Parwasi (2020) menyatakan dengan mengembangkan LKPD Tematik berbasis HOTS dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang efektivitasnya memperoleh peningkatan nilai antara sebelum dan sesudah menggunakan LKPD Tematik berbasis HOTS. • Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan guru/kepala sekolah disekolah bahwa alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan



pembelajaran HOTS, maka ada kemungkinan besar waktu tidak diatur dengan baik. maka akan memakan waktu lama. 2. Pembelajaran HOTS yang dilakukan oleh siswa dapat melenceng arahnya dari tujuan semula karena mereka belum terbiasa melakukannya. Seringkali siswa justru mengumpulkan informasi yang tidak berhubungan dan tidak begitu penting. Oleh karena itu, peranan guru sebagai fasilitator pembelajaran yang handal sangat diperlukan. 3. Siswa yang biasa terlatih dengan 1 contoh pola soal akan sulit menerima jika pola tersebut dirubah/dimodivikasi 3. Menerapkan LKPD berbasis HOTS dalam pembelajaran Keunggulan : 1. Menuntut siswa lebih untuk mencapai kompetensi dasar yang diinginkan 2. Situasi siswa lebih demokratis, sehingga dapat menimbulkan gairah belajar siswa 3. Melatih dan mengembangkan cara belajar siswa untuk dapat belajar mandiri dan kreatif



diterapkan dengan model PBL, sebab berdasarkan sintaks rangkaian aktivitas pembelajarannya mengarahkan siswa untuk aktif dalam menganalisis serta dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan Permasalahan yang diberikan, mengarahkan siswa agar mampu menggunakan keterampilan berpikir yang dimilikinya dengan baik dan juga melaksanakan kegiatan pembelajaran secara ilmiah. Proses penggunaaan keterampilan berpikir tersebut dan kegiatan pembelajaran secara ilmiah inilah yang menjadikan siswa dapat memecahkan sebuah permasalahan sehingga siswa akan mencapai kemampuan HOTS yang diharapkan. 4. Berdasarkan karakteristik siswa, Karakteristik siswa SMP cenderung memiliki kemampuan ingin mengekspresikan diri melalui aktivitas fisik yang mampu menampilkan dirinya untuk memperoleh eksistensi. Hal tersebut, menjadi pertimbangan dalam pembelajaran sehingga untuk mencapai aspek HOTS, perlu dilakukan kegiatan yang melibatkan aktivitas yang aktif seperti melakukan percobaan, diskusi, demostrasi ataupun presentasi. Hal ini pun dipertegas melalui hasil wawancara siswa bahwa mereka lebih menyukai dan bersemangat jika kegiatan pembelajaran yang dilakukan melibatkan eksperimen / pengamatan langsung ketimbang mendengarkan ceramah guru dari awal sampai akhir



kemampuan HOTS siswa yaitu : 1. Mendidik guru dengan mengadakan workshop yang berorientasi HOTS 2. Memfasilitasi siswa dengan media berupa alat peraga yang merangsang kemampuan HOTS siswa. 3. Menerapkan model pembelajaran yang berbasis masalah yang mampu meningkatkan kemampuan HOTS siswa. 4. Memperbanyak latihan soal -soal/pertanyaan HOTS kepada siswa dengan metode Drill 5. Biasakan untuk mengajak siswa menggali masalah sampai mendapatkan solusi. 6. Menggunakan LKPD yang konten soalnya berorientasi HOTS sesuai materi pelajaran



Kelemahan : pembelajaran, karena menyebabkan 1. Membutuhkan waktu yang siswa tersebut mengantuk. relatif banyak dalam 5. Berdasarkan sarana dan prasana, mempersiapkannya Akses penunjang praktikum mengenai 2. Siswa yang kurang akan fasilitas alat/bahan laboatorium berupa ditinggal oleh temannya yang lumping alu pipet tetes, plat tetes, iodin, lebih giat belajar, sehingga fehling A & B, Lugol dan bahan-bahan untuk mengurangi makanan tersedia di laboraorium. ketertinggalan siswa yang Kegiatan ini akan dilakukan di ruangan kurang dengan siswa yang kelas, sebab kondisi bangunan lab yang lebih, maka dalam pembagian kurang memadai kelompok kerja diusahakan 6. Pertimbangan pemilihan model ini adanya pemerataan siswa yang didasarkan pada kecocokan bunyi KD pandai pada setiap kerja. dan sintaks PBL yang mengarah pada 3. Guru yang kurang kreatif level kognitif C4 siswa. Penyajian dalam membuat LKS akan masalah pada model PBL yang mengalami kesulitan diharapkan harus menantang dan melibatkan analisis untuk menjawab permasalahan yang kongkrit, sehingga cocok diimpelmentasikan untuk pembelajaran ke level berpikir tingkat tinggi. Wawancara yang dilakukan mengenai pengalaman guru dalam menerapkan model PBL, kendala, serta solusi untuk meminimalisir kendala. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada narasumber (guru), dipaparkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Guru pernah menerapkannya dan mampu meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa karena guru memberikan siswa masalah yang nyata dengan kehidupan siswa



2. Adapun kendala yang alami guru mirip dengan discovery learning yaitu pertama siswa sulit untuk diorganisir karena kebiasaan dari siswa yang ingin berkelompok dengan teman dekatnya sehingga membuat komunikasi antar anggota kelompok jadi agak canggung. Kedua ada beberapa siswa sulit memahami masalah atau tidak mengerti akan masalah yang yang diberikan. Ketiga, waktu siswa yang dibutukan siswa dalam mengumpulkan dan mengolah data relatif lama. 3. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala yaitu menjelaskan kepada siswa bahwa siswa yang ada di dalam kelas adalah teman atau kita semua adalah teman, jadi siswa harus belajar berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan tidak memandang kedekatan, karena setiap kelompok harus heterogen. Yang kedua guru memfasilitasi siswa dengan selalu berkeliling ke setiap kelompok untuk meminimalisir kesalahan konsep melalui petunjuk di LKPD, ketiga merancang pembelajaran lebih dari 1 pertemuan



Identifikasi Masalah : Hasil belajar IPA siswa rendah



Akar Masalah :



Berdasarkan kajian literatur Solusi relevan yang dililih berdasarkan dan wawancara yang telah alternatif solusi yang telah ditentukan yaitu dilakukan maka dapat : disimpulkan analisis alternatif solusi adalah : ”Menerapkan LKPD berbasis Discovery Learning”



Analisis penentuan solusi yang dipilih adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan pembelajaran di sekolah belum memaksimalkan penggunaan LKPD, hal ini terlihat dari pengalaman guru yang hanya menyalin kegiatan buku ajar yang berisi materi



Kegiatan pembelajaran belum 1. Menerapkan pembelajaran Alasan penetapan Solusi : dan soal latihan secara umum tanpa ada memaksimalkan aktivitas yang kontekstual melalui 1. Lembar kerja peserta didik (LKPD) kegiatan yang mengajak peserta didik aktif siswa dalam penggunaan LKPD berbasis pendekatan 5 adalah sarana yang dapat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal LKPD M mempermudah terbentuknya interaksi tersebut, maka seorang guru perlu merancang Kelebihan LKPD berbasis 5 M : antara guru dengan siswa berupa dan menerapkan LKPD yang mampu Kajian literatur : 1. Menumbuhkan kemampuan lembaran-lembaran berisi materi, meningkatkan hasil belajar IPA yang Solusi untuk permasalahan berfikir kreatif sesuai dengan ringkasan, dan tugas yang harus disesuaikan dengan karakteristik materi. ini sesuai akar penyebab nya ilmu yang telah dipelajari dan dikerjakan, Rivalia (2016). Dalam Pemilihan LKPD berbasis discovery learning adalah dengan memaksimalkan dipahaminya. penerapan LKPD berbasis discovery dapat meningkatkan aktivitas siswa yang penggunaan LKPD selama 2. Peserta didik dapat belajar dan learning, peserta tidak diberikan berpangkal pada hasil belajar. Penggunaannya proses pembelajaran. Prastowo maju sesuai dengan kecepatan permasalahan terlebih dahulu memiliki karakteristik tersendiri dalam cara (2014:270) dalam buku Triana masing-masing. melainkan hanya stimulus/rangsangan, menyelesaikan masalah dengan pendekatan (2021) mengemukakan bahwa 3. Peserta didik akan mengikuti sehingga peserta didik yang melakukan percobaan dan pada akhirnya fungsi penggunaan LKPD urutan pemikiran secara logis menemukan informasi berupa jawaban mendapatkan sebuah penemuan dari dapat memudahkan siswa dan kontekstual. dari permasalahan berdasarkan permasalahan. Kegiatan tersebut akan untuk memahami materi, 4. Peserta didik akan petunjuk yang terdapat pada LKPD. memberikan stimulus pada ranah kognitif sebagai bahan ajar dan kaya berpartisipasi dengan aktif Adapun sintaks pembelajaran siswa dan sikap ilmiah yang dapat menyerap tugas dalam melatih siswa karena harus memberi respon Discovery Learning, Handayani, informasi pada tahap tahan lama, sehingga untuk melaksanakan kegiatan terhadap pernyataan dan latihan Arifuddin, & Misbah, 2017) siswa menyelesaikan soal tes dengan mudah penyelidikan/pemecahan yang disusun. dan tepat. masalah yang berkaitan dengan 2. Kalau LKPD berbasis model ini tidak materi pembelajaran. Selain Kelemahan : dirancang dan diterapkan, maka hasil belajar itu, Nugraheny (2018: 196) 1. Tidak dapat menampilkan siswa tidak mencapai maksimal karena gerak dalam halaman media menyatakan bahwa dengan Discovery sangat menuntut partisipasi peserta cetakan. penggunaan LKPD dapat didik dalam menemukan pengetahuanya memaksimalkan pemahaman 2. Biaya pencetakan akan mahal sendiri. Ketika peserta didik menemukan jika menampilkan ilustrasi, dalam upaya pembentukan sendiri pengetahuanya maka pengetahuanya gambar atau foto yang 2. Salwan (2017) menyatakan penerapan kemampuan dasar sesuai akan tersimpan dalam memori jangka panjang berwarna-warni. LKPD berbasis discovery learning pada dengan indikator pencapaian serta akan dapat memotivasi siswa untuk materi sistem pencernaan makanan hasil belajar yang harus 3. Pembagian unit-unit pelajaran belajar lebih dalam lagi. dalam media cetakan harus dapat peningkatan hasil belajar siswa. 3. Untuk menyikapi kekurangan yang ada pada ditempuh. dirancang sedemikian rupa LKPD berbasis discovery learning Adapun beberapa kajian model ini yaitu tidak semua peserta didik sehingga tidak terlalu panjang memiliki peranan dan daya tarik literatur penelitian yang mampu melakukan penemuan, maka guru perlu dan peserta didik menjadi tersendiri dalam belajar. Penggunaan membahas tentang peningkatan mengembangkan LKPD sedetail mungkin agar bosan. yang memiliki karakteristik tersendiri hasil belajar menggunakan dapat mengakomodasi siswa langkah demi dalam cara menyelesaikan masalah LKPD, antara lan : langkah dengan jelas dengan pendekatan melakukan



1. Swiyadnya (2020) menyatakan bahwa dengan menerapkan model Problem Based Learning berbantuan LKPD terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar, hal ini disebabkan karena dengan model tersebut siswa akan belajar lebih aktif serta termotivasi. Mengingat pembelajaran PBL bersumber dari masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dalam kehiduppan sehari-hari. Pembelajaran berbasis LKPD akan memberikan pengalaman kepada siswa untuk menghadapi kehidupan sehari-hari, yang secara langsung berdampak terhadap peningkatan hasil belajar. 2. Khairunnisa, Y (2019). Penggunaan LKPD tematik pada topik fotosintesis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik ditinjau dari skor N-gain, dimana skor N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. 3. Widiyanti, T., & Nisa, A. F. (2021) menyatakan bahwa



2. Menerapkan LKPD berbasis discovery learning Keunggulan 1. Memimbing siswa untuk mengembangkan sikap ilmiah 2. Melatih siswa untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari secara bermakna 3. Meningkatkan kemampuan peserta didik serta merubah kondisi belajar yang aktif menjadi kreatif Kekurangan 1. Biasanya terjadi kegagalan mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru dengan pesrta didik. 2. Tidak semua peserta didik mampu melakukan penemuan. 3. Tidak berlaku untuk semua topik pelajaran. 3. Menerapkan LKPD berbasis model pembelajaran Problem Based Learning Keunggulan 1. Memimbing peserta didik dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran 2. Membantu guru dalam menyampaikan materi dan evaluasi pembelajaran



percobaan dan pada akhirnya mendapatkan sebuah penemuan dari permasalahan. Kegiatan tersebut akan memberikan stimulus pada ranah kognitif siswa yang dapat menyerap informasi pada tahap tahan lama, sehingga siswa menyelesaikan soal tes dengan mudah dan tepat. 3. Berdasarkan karakteristik materi Materi ajar yang dipilih dalam masalah ini adalah Sifat Kimia suatu bahan dalam kehidupan LKPD berbasis discovery learning sangat cocok diimplementasikan karena didasarkan atas bunyi tuntutan KD yaitu 3.3. Menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari- hari 4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau karya tentang sifat larutan, perubahan fisika dan perubahan kimia, atau pemisahan campuran Dari aspek bunyi KD 3.3 menyatakan bahwa kemampuan siswa pada ranah menjelaskan/mengindentifikasi, maka pembelajaran akan lebih cocok dan efisien menggunakan LKPD berbasis discovery. Hal ini dikarenakan bunyi tuntutan pembelajaran yang sederhana dan belum bersifat kompleks akan lebih mudah/simple ditangkap siswa dengan mengarahkan kegiatan pembelajaran untuk melakukan penemuan sederhana sebagai penuntun pemahaman konsep. Sehingga harapannya dengan alur



penerapan e-LKPD berbasis saintifik mampu memberoleh skor tes hasil belajar memenuhi indikator keberhasilan (≥90% peserta didik memperoleh skor hasil belajar di atas KKM) dengan persentase sebesar 100% peserta didik memperoleh nilai diatas KKM 4. Diani, R. (2016) meneliti bahwa pendekatan saintifik berbantukan LKS memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik peserta didik pada pokok bahasan gaya. endekatan saintifik ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan pemikirannya sendiri pada temantemannya dan berdiskusi mengenai materi yang belum dimengerti mengenai materi fisika, sehingga peserta didik lebih termotivasi dan menimbulakn rasa ingin tahu yang kuat pada proses pembelajaran, dan juga peserta didik dituntut untuk bertanggung jawab masingmasing terhadap keberhasilan belajarnya,



3. Membantu siswa dalam berkomunikasi dan evaluasi Kekurangan 1. Manakala siswa tidak memiliki niat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan 2. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari



pembelajaran tersebut, materi yang di pelajari akan lebih berkesan dan melekat di ingatan jangka panjang siswa yang nantinya berpangkal pada capaian hasil pembelajaran yang optimal. 4. Berdasarkan karakteristik siswa, sebab ditinjau dari hasil wawancara siswa lebih menyukai dan bersemangat jika kegiatan pembelajaran yang dilakukan melibatkan aktivitas fisik melalui eksperimen / pengamatan langsung ketimbang mendengarkan ceramah guru dari awal sampai akhir pembelajaran, karena menyebabkan siswa tersebut mengantuk. 5. Berdasarkan sarana dan prasana, kegiatan pembelajaran dengan penggunaan LKPD cocok diterapkan karena akses penunjang praktikum mengenai fasilitas alat laboatorium berupa kertas lakmus merah-biru, pipet tetes, gunting, papannnnn, bahan-sampel tersedia dengan lengkap. Namun sayangnya, kegiatan praktikum tidak dapat dilakukan di laboratorium mengingat keadaan fisik bangungan yang tidak mendukung, sehingga nantinya kegiatan akan dilakukan di ruangan kelas. 6. Pertimbangan pemilihan jenis LKPD berbasis Discovery Learning dibandingkan LKPD PBL yaitu didasarkan atas, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu siswa mampu mengidentifikasi sifat asam basa garam pada bahan sekitar menggunakan



peserta didik memecahkan masalah dalam pembelajaran dan mempersentasikannya di depan kelas. Sehingga pendekatan saintifik ini dapat diasumsikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. 5. Salwan (2017) menyatakan penerapana LKPD berbasis discovery learning pada materi sistem pencernaan makanan dapat peningkatan hasil belajar siswa. LKPD berbasis discovery learning memiliki peranan dan daya tarik tersendiri dalam belajar. Penggunaan yang memiliki karakteristik tersendiri dalam cara merumuskan hipotesis, menyelesaikan masalah dengan pendekatan melakukan percobaan dan pada akhirnya mendapatkan sebuah keputusan dari permaslahan. Kegiatan tersebut akan memberikan stimulus pada ranah kognitif siswa yang dapat menyerap informasi pada tahap tahan lama, sehingga siswa menyelesaikan soal tes dengan mudah dan tepat.



indikator buatan melalui percobaan sederhana berbasis penemuan. Sedangkan untuk LKPD berbasis PBL tidak diterapkan, karena ketidaksesuai antara tuntutan KD dengan sintaks pembelajaran PBL. Bunyi KD tidak menuntut kompleksitas kognitif yang mengharuskan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi.



Wawancara yang dilakukan mengenai pengalaman guru dalam menerapkan model Discovery Learning, kendala, serta solusi untuk meminimalisir kendala. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada narasumber (guru), dipaparkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Guru mengatakan bahwa ia belum pernah mengembangkan LKPD berbasis discovery, karena menurutnya untuk mengembangkannya memerlukan waktu khusus. Sementara guru bersangkutan merupakan kepala lab yang mengharuskannya membuat administrasi lab yang cukup padat. Namun, berdasarkan argumentasinya, mengatakan bahwa dengan menerapkan LKPD berbasis discovery, ia meyakini bahwa pembelajaran akan aktif dan hasil belajar pun meningkat dengan melihat langkah-langkah discovery yang melibatkan kegiatan siswa secara maksimal 2. Pembelajaran discovery yang dilakukan belum memanfaatkan LKPD yang



• Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan guru alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Hasil Belajar siswa yaitu : 1. Menerapkan pembelajaran yang kontekstual melalui LKPD berbasis pendekatan 5M 2. Menggunakan LKPD berbasis eksperimen 3. Menerapkan LKPD berbasis model pembelajaran Problem Based Learning 4. Menerapkan LKPD pembelajaran yang berbasis penemuan 5. Menuntun siswa untuk melaksanakan petunjuk LKPD secara sistematis



dikembangkannya sendiri, melainkan hanya mencopot contoh kegiatan dan soal dari buku paket yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.



DAFTAR PUSTAKA (Khusus Penetapan Solusi)



Bern dan Erickson. (2017). Pemebelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama Brookhart, S. M. (2010). How to assess higher-order thinking skills in your classroom. Alexandria, Virginia: ASCD. Cahyo, Agus N, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan terpopuler, 2013. Diva Prees. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Handayani, B. T., Arifuddin, M., & Misbah, M. (2017). Meningkatkan keterampilan proses sains melalui model guided discovery learning. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 1(3), 143–154. Hosnan, M. (2014). Pendekatan sintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Aba Rivalia Anggraini, Sri Wahyuni dan Albertus Djoko Lesmono, Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Keterampilan Proses di SMAN 4 Jember, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 4, No. 4, Maret 2016, h. 350. Salwan, S., & Rahmatan, H. (2017). Pengaruh LKPD berbasis discovery learningterhadap peningkatan hasil belajar siswa. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 5(2), 25-31. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.. 2010. Penelitian Kelas. Kencana: Jakarta. Thomas, A., & Thorne, G. (2009, Februari 1). Higher level thinking-It's HOT! Dipetik April 17, 2016, dari The Center for Development and Learning: http://www.cdl.org/articles/higher-order-thinking-itshot/