LK Mandiri Modul 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri Judul Modul



MODUL 1 LAYANAN PAUD HOLISTIK INTEGRATIF 1. Karakteristik Individu Masa Depan 2. Kebutuhan Perkembangan Anak Usia Dini 3. Permasalahan perkembangan di lembaga PAUD dan PAUD inklusi 4. Capaian perkembangan anak melalui PAUD holistik inegratif Respon/Jawaban



Judul Kegiatan Belajar (KB)



No 1



Butir Refleksi Daftar peta konsep (istilah dan definisi) di modul ini



1.KB 1 A. Karakteristik individu abad 21 B. Batasan istilah  Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004:4). Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahaptahap perkembangan yang



dilalui oleh anak usia dini. C. Ciri dan karakteristik perkembangan anak usia dini 1. Pola yang unik, Setiap anak adalah unik, secara pribadi setiap anak akan mengembangkan pola reaksi masingmasing terhadap rangsangan atau kejadian yang dialaminya, dan setiap anak akan berkembang sesuai dengan tempo dan kecepatan masing–masing. 2. Berfikir kongkrit, Berpikir konkrit pada anak adalah sebuah tanda bahwa seorang anak sudah mampu berpikir rasional, seperti penalaran untuk menyelesaikan sebuah masalah. Melalui perkataan lain berpikir konkrit adalah berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat. 3. Belajar melalui indera, Peran indera sensornya sangat menentukan anak dalam membantunya berperilaku, misalnya dengan cara meraba, mencium, memasukan ke mulut benda-benda yang ada di sekitarnya. 4. Selalu ingin bergerak, Masa ini saat anak mulai banyak bergerak, yaitu usia 6 bulan dan memasuki usia rawan. Anak tetaplah anak yang mempunyai dunia sendiri, selalu mencoba hal-hal baru, dan merusak karena rasa ingin tahu. Keaktifannya bergerak, seperti berlarian, melompat, memanjat, bahkan jatuh bergulingguling, itu semua adalah dunianya. Jika kita larang, ia akan memberontak. 5. Masa peka, Merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Masa Peka dibagi menjadi : (1) Sensitive Periods For Order lahir-3 tahun dimana anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan; (2) Sensitive Periods For Details 1-2 tahun dimana anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil; (3) Sensitive Periods For Using Hands 18 bulan-3 tahun dimana anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda



yang disentuhnya; (4) Sensitive Periods For Movements dimana periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan; (5) Sensitive Periods For Learning Language dimana secara tidak sadar dilakukan antara usia 3 bulan - 3 tahun dan secara sadar saat usia 3 - 6 tahun. 6. Masa egosentris, Egosentrime adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain. Terdapat tiga hal yang mendasari egosentrisme, yaitu merasa superior (menunggu pujian), merasa imperior (tidak berharga dalam kelompok) dan merasa menjadi korban. 7. Emosi yang berubah-ubah, Perasaan senang atau perasaan tidak senang pada kehidupan seharihari disebut warna efektif. Terkadang warna tersebut lemah atau kuat atau samarsamar. 8. Masa meniru, Kemampuan meniru memiliki dasar biologis, karena bayi dapat menirukan ekspresi wajah pada beberapa hari pertama setelah kelahiran. Ia juga mengedepankan bahwa kemampuan untuk berespon tidak langsung berupa sebuah sistem utuh, namun melibatkan fleksibilitas dan adabtabilitas. 9. Masa berkelompok, Pertemanan dalam kelompok di usia TK ini belumlah terlalu erat satu dengan lainnya, mereka baru belajar untuk bekerjasama, membangun hubungan yang harmonis antar teman sebaya. 10.Masa bereksplorasi, kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru. Masa ini terjadi pada usia 2-3 tahun, dan ciri perkembangan penting pada masa ini adalah pencapaian kematangan dalam perkembangan motorik dan kematangan dalam berbicara. 11.Masa pembangkangan, suatu tindakan anak pada usia 2-6 tahun yang terbentuk karena adanya proses yang tidak sesuai dengan usianya, oleh



karena itu perilaku membangkang merupakan suatu bentuk perilaku yang harus dijalani anak dalam tahapan, pengertian dan pemahaman terhadap dunia di luar dirinya, sehingga anak dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungannya. D.Karakteristik anak usia dini diabad 21 a.Logis, logis adalah sesuatu yang bisa diterima oleh akal dan yang sesuai dengan logika atau benar menurut penalaran dan masuk akal. b. Jujur, sikap seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu atau pun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada perubahan/modifiksi sedikit pun atau benar-benar sesuai dengan realita yang terjadi. c. Bertanggungjawab, kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan baik yang disengaja maupun yang tidak disengakja. Bertanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. d. Disiplin, perasaan taat dan patuh yang dimiliki seseorang untuk megendalikan diri agar tetap mematuhi aturan yang telah dibuat atau disepakati. Tentunya disiplin tidak lepas dari aturan, norma , prosedur, organisasi, kerja sama, hukuman e. Berfikir kritis, kemampuan untuk menganalisis fakta yang ada kemudian membuat beberapa gagasan dan mempertahankan gagasan tersebut kemudian membuat perbandingan. f. Percaya diri (self confidence), kemampuan individu untuk dapat memahami dan meyakini seluruh potensinya agar dapat dipergunakan dalam menghadapi penysesuaian diri dengan lingkungan hidupnya. g. Bekerjasama, sebuah usaha atau pekerjaan yang dilakukan oleh beberapa orang atau sebuah kelompok untuk mencapai tujuan



bersama. E. Implementasi teori neurosains dalam pendidikan 1. Hakikat teori neurosains, pertumbuhan dan perkembangan otak sebenarnya ditentukan oleh sel syaraf panjang yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem syaraf dan otak yang disebut dengan neuron. Otak yang telah terbentuk itu menghasilkan neuron yang jumlahnya kurang lebih 100 milliaran yang mana jumlah ini jauh melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Neuron-neuron yang telah terbentuk ini terus tumbuh dan berkembang dengan mengeluarkan sambungan transmisi jarak jauh sistim syaraf yang dinamakan akson. Di setiap ujungnya, akson-akson ini mengeluarkan cabang-cabang sebagai penghubung sementara dengan banyak sasaran. Kegiatan inilah yang sebenarnya merupakan kerja sel-sel otak dalam mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh manusia dari sejak terjadinya konsepsi sampai menjelang ajalnya. 2. Temuan tentang neurosains dalam pembelajaran, Montessori menyatakan masa emas itu ditandai dengan berapa ciri berikut: (1) Anak lebih mudah untuk belajar, yang disebut dengan periode sensitif untuk belajar; (2) Anak mudah menyerap (absorbent mind) hampir semua yang dipelajarinya dari lingkungan; (3) Anak belajar melalui alat inderanya untuk bereksplorasi, anak membutuhkan kesempatan untuk bergerak; (4) Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya F. Kontribusi teori neurosains dalam pendidikan, menyelenggarakan PAUD holistik dan integratif, diantaranya: (1) pelayanan masih bersifat parsial (belum memenuhi seluruh aspek kebutuhan esensial anak), (2) rendahnya pemahaman pendidik dan tenaga kependidikan, serta para pemangku kepentingan tentang pentingnya pengembangan anak usia dini yang holistik integratif, (3) kualitas pengelolaan kurang



profesional, (4) fasilitas pelayanan kurang memadai (5) distribusi dan kualitas SDM kurang merata, (6) keterbatasan dana dan (7), lemahnya koordinasi atau kerjasama dengan lembaga lain yang terkait, 2.KB 2 A. Kebutuhan perkembangan anak usia dini B. Dasar teori perkembangan, perkembangan adalah suatu proses perubahan dalam diri individu menuju kemajuan di sepanjang kebutuhan kehidupannya. C. Kebutuhan perkembangan disetiap rentang usia 1. Kebutuhan perkembangan janin, pemahaman dan persiapan serta perhatian dari calon orang tua agar setiap periode kehamilan dapat dilalui dengan selamat dan janin yang dilahirkan memiliki potensi yang baik secara fisik dan psikis, sehingga akan berkembang menjadi anak yang berpotensi baik juga. 2. Kebutuhan perkembangan lahir-12 bulan, pola-pola psikologis fundamentalnya untuk makan, tidur, dan buang air. a. Pola tidur ,Selama tahun pertama masa bayi, lama rata-rata tidur malam meningkat dari 8 1/2 jam pada tiga minggu pertama hingga 10 jam pada 12 minggu pertama dan selanjutnya tetap/konstan selama sisa tahun tersebut. Selama tiga bulan pertama, penurunan jumlah waktu tidur siang diimbangi oleh peningkatan jumlah waktu tidur malam. b. Pola makan ,Sejak kelahiran hingga usia empat atau enam bulan semua pola makan adalah dalam bentuk mengisap dan menelan. Oleh karena itu makanan harus dalam bentuk cair. c. Pola buang air ,Pengendalian (kontrol) buang air besar rata-rata mulai pada usia 6 bulan; tetapi penyimpangan tetap dapat terjadi khususnya ketika bayi lelah, sakit atau secara emosional sangat



senang. 3. Kebutuhan perkembangan usia ½ tahun (12 bulan-24 bulan), beberapa hal yang berhubungan dengan perkembangan yang umumnya dialami anak pada usia satu tahun, yaitu: (1). Belajar berjalan Ayunan langkah pertama merupakan tahap penting dalam kehidupan anak. Meskipun kemampuan ini tidak sama pada setiap anak, tetapi pada umumnya di sekitar usia satu tahun inilah anak memasuki tahap belajar berjalan. Pada masa ini jika orang tua terlalu protektif dan tidak membiarkan anak bergerak bebas, dikhawatirkan malah akan menghambat perkembangan anak. Seharusnya anak dibiarkan bergerak bebas tetapi tetap dalam pengawasan orang dewasa. Sangat dianjurkan untuk menstimulasi anak agar ia termotivasi dalam melancarkan kemampuan belajarnya. (2). Belajar berkomunikasi Usia ini merupakan tahun kritis bagi perkembangan bahasa anak. Setelah melewati masa pra-linguistik anak akan memasuki masa linguistik. Umumnya pada usia ini anak sudah mulai mengerti beberapa kata dan mengucapkannya berulang kali yang tentunya ia dengar atau tiru dari orang lain. (3). Belajar mengkoordinasikan berbagai gerakan (motorik) Pada saat anak berusia satu tahun akan ditemukan kemampuan motorik anak yang terus berkembang. Awalnya ia hanya memukulmukulkan satu balok dengan balok yang lainnya atau memindahkan mainan dari satu tangan ke tangan yang lain. Anak juga akan mencoba menyusun balok atau mencoret-coretkan pena di atas kertas



sesuai keinginannya. Pada masa ini rasa ingin tahu anak akan suatu hal sangat besar, terkadang untuk memenuhi rasa keingintahuan tersebut anak melakukan aktivitas yang dapat membahayakan dirinya, pada saat inilah dibutuhkan orang tua atau orang dewasa untuk mengawasinya, misalnya saat ia ingin menjangkau jambangan bunga dengan bunganya yang berwarnawarni yang terletak di atas meja. (4). Pertumbuhan gigi semakin lengkap Seiring dengan pertumbuhan giginya yang semakin lengkap, anak pada usia ini akan mengalami perubahan pola dan jenis makanan yang dikonsumsinya. Ia mulai mengkonsumsi makanan yang bervariasi dan mengenal rasa dan aroma. Ia juga belajar makan dengan menggunakan alat makan tangannya sendiri. Walaupun koordinasi tangan masih sangat terbatas anak perlu diberi kesempatan untuk latihan makan sendiri. 4.Kebutuhan perkembangan usia 2/3 tahun, usia 2 tahun juga dikatakan bahwa anak berada dalam masa bermain menjelajah dimana kegiatannya semakin bervariasi seiring dengan meningkatnya koordinasi dan ketrampilan motorik anak. Kegiatan mengamati dan meneliti benda tidak hanya seputar di dalam rumah saja tetapi juga sudah ke lingkungan rumahnya dan ini membantu anak dalam mengembangkan sikap mandiri karena dalam kegiatan ini anak berada jauh dari orang tuanya (Turner dan Helms, 1993). 5. Kebutuhan perkembangan usia ¾ tahun, Perilaku anak usia 3 tahun diwarnai imajinasi, umumnya mereka masih sulit untuk membedakan antara imajinasi dengan realitas. Keadaan ini membuatnya tampak seperti pembual kecil, sebagian besar dari mereka bahkan seringkali memiliki teman imajiner. Namun hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena kegiatan berfantasi



bagi anak usia ini merupakan hal yang penting dan merupakan refleksi dari perkembangan tubuhnya yang sehat. 6. Kebutuhan perkembnagana usia 4/5 tahun, usia 4 tahun seorang anak semakin bersemangat untuk mempelajari hal-hal baru. Keadaan ini ditandai dengan semakin seringnya anak mengajukan pertanyaan sebagai wujud dari rasa keingintahuannya, (1) Perkembangan Fisik / Motorik Jenis perubahan dalam perkembangan fisik anak usia 4 tahun terdiri dari: a) Perubahan ukuran ,Perubahan ukuran ini mengarah pada perubahan fisik, misalnya perubahan tinggi badan, perubahan berat badan begitu juga perubahan organ-organ tubuh seperti: ukuran otak, pertumbuhan gigi, pengerasan tulang, perkembangan syaraf dan lain-lain. b) Perubahan proporsi ,Perbandingan proporsi tubuh anak dengan orang dewasa sangat berbeda. Pada anak proporsi tubuh sudah mulai seimbang dibandingkan pada saat bayi. Dari usia bayi sampai dewasa pertumbuhan otak pesat sekali sehingga itu yang menyebabkan bayi terlalu berat di bagian atas. c) Hilangnya ciri lama ,Semakin bertambahnya usia, ciri-ciri fisik tertentu mulai menghilang karena tidak lagi diperlukan, seperti halnya gigi susu. d) Timbulnya ciri-ciri baru ,Ciri fisik yang baru yaitu adanya gigi tetap dan karakteristik jenis kelamin primer dan sekunder. Perkembangan motorik dibagi 2, yaitu : 1. Motorik kasar : keterampilan yang melibatkan otot-otot besar 2. Motorik halus : keterampilan yang melibatkan gerakan otototot kecil.



e). Perkembangan Bahasa ,Di usia ini, rata-rata anak Mampu membuat kalimat yang terdiri dari 4 – 5 kata. Mereka juga mulai Mampu mengeluarkan kalimat negatif, kalimat tanya, dan kalimat pasif yang tepat. Pada masa ini, anak Mampu menggunakan kalimat kompleks dan multikausal (hubungan sebab akibat), misalnya saya makan karena lapar. Anak juga sering menyambung kalimat untuk mengungkapkan cerita, misalnya penggunaan, “…abis itu… abis itu…”. Selain itu mereka juga mulai melakukan private speech, yaitu bicara keras pada diri sendiri tanpa ada maksud berkomunikasi. Anak usia 4 – 5 tahun Mampu memainkan peran orang yang lebih dewasa dari usianya. Bila seorang anak berperan sebagai “ibu” maka ia akan berbicara dan bertingkah laku sebagai layaknya ibu. Bermain peran ini sangat penting bagi perkembangan bahasa seorang anak karena anak-anak secara tidak langsung akan dituntut untuk membayangkan dan mengucapkan banyak kata. f). Perkembangan Emosi dan Sosial ,Emosi merupakan bentuk komunikasi yang dipergunakan anak untuk menyampaikan perasaan, kebutuhan atau keinginannya kepada orang lain. Selain itu, emosi sebagai pengatur jarak sosial, misalnya bila tersenyum anak mau mengadakan hubungan dengan orang lain, maka dengan pernyataan marah menyebabkan orang menjauhi dirinya. 7. Kebutuhan perkembangan usia 5/6 tahun,Usia 5 tahun merupakan masa periode prasekolah karena pada saat ini sebagian besar anak-anak sudah mulai mengikuti pendidikan formal. Inilah masa penting untuk mengembangkan semua kemampuan fisiknya agar ia sukses menghadapi tantangan di jenjang sekolah dasar. D. Standar tingkat pencapaian perkembangan anak



 Rasional, Tujuan dan sasaran kurikulum PAUD didasarkan pada kajian konseptual tentang bagaimana seharusnya anak usia dini belajar melalui bermain. Untuk itu, maka pengembangan kurikulum secara komprehensif dilakukan melalui model kurikulum berbasis bermain kreatif. E. Struktur kurikulum PAUD 1. Program pengembangan nilai agama dan moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup perwujudan suasana belajar untuk berkembangnya perilaku baik yang bersumber dari nilai agama dan moral serta bersumber dari kehidupan bermasyarakat dalam konteks bermain. 2. Program pengembangan fisik-motorik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan kinestetik dalam konteks bermain. 3. Program pengembangan kognitif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan proses berfikir dalam konteks bermain. 4. Program pengembangan bahasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain. 5. Program pengembangan sosial-emosional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya kepekaan, sikap, dan keterampilan sosial serta kematangan emosi dalam konteks bermain. 6. Program pengembangan seni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f mencakup perwujudan suasana untuk berkembangnya eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi seni dalam konteks bermain. 7. Program pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan melalui rangsangan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan belajar melalui suasana bermain. 8. Belajar melalui bermain sebagaimana dimaksud pada ayat (8) merupakan kegiatan belajar anak yang dilakukan melalui suasana dan aneka kegiatan



bermain. 9. Program pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. F. Indikator pencapaina perkembangan anak a. Indikator pencapaian perkembangan anak sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan kelompok usia. Kelompok usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: i. lahir sampai usia 3 (tiga) bulan; ii. usia 3 (tiga) bulan sampai usia 6 (enam) bulan; iii. usia 6 (enam) bulan sampai usia 9 (sembilan) bulan; iv. usia 9 (sembilan) bulan sampai usia 12 (dua belas) bulan; v. usia 12 (dua belas) bulan sampai usia 18 (delapan belas) bulan; vi. usia 18 (delapan belas) bulan sampai usia 2 (dua) tahun; vii. usia 2 (dua) tahun sampai usia 3 (tiga) tahun; viii. usia 3 (tiga) tahun sampai usia 4 (empat) tahun; ix. usia 4 (empat) tahun sampai usia 5 (lima) tahun; dan x. usia 5 (lima) tahun (enam) tahun.



sampai usia



6



G. Instrumen tingkat pencapaian perkembangan anak a. Makna Penilaian TPPA ,Penilaian tingkat pencapaian perkembangan anak merupakan proses mengumpulkan dan mengkaji berbagai informasi secara sistematis, terukur, berkelanjutan, serta menyeluruh tentang pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak selama kurun waktu tertentu.



b. Tujuan dan Lingkup Penilaian Pencapaian Perkembangan Anak Tujuan Penilaian i. Memperoleh data capaian perkembangan anak secara utuh dari enam lingkup perkembangan. ii. Memperoleh data profil capaian perkembangan anak. iii. Memperoleh data pemetaan tingkat capaian perkembangan yang dicapai oleh anak setelah mengikuti layanan PAUD di seluruh Indonesia sebelum masuk jenjang dan jenis sekolah tertentu. c. Lingkup Perkembangan ,Lingkup perkembangan sebagaimanatercantum dalam Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, meliputi: i. Nilai Agama dan Moral, meliputi: Kemampuan mengenal nilai agama yang dianut; Mengerjakan ibadah; Berperilaku jujur, penolong, sopan, hormat, sportif; Menjaga kebersihan diri dan lingkungan; Mengetahui hari besar agama; Menghormati dan toleran terhadap agama orang lain ii. Fisik Motorik, yaitu: Motorik Kasar, mencakup kemampuan gerakan tubuh



secara terkoordinasi, lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan mengikuti aturan; Motorik Halus, mencakup kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri dalam berbagai bentuk. iii. Kesehatan dan Perilaku Keselamatan, mencakup berat badan, tinggi badan, lingkar kepala sesuai usia serta kemampuan berperilaku hidup bersih, sehat, dan peduli terhadap keselamatannya. iv. Kognitif, mencakup: Belajar dan Pemecahan Masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru; Berfikir Logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana dan mengenal sebabakibat; Berfikir Simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar. v. Bahasa, meliputi: Memahami Bahasa Reseptif, mencakup kemampuan memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan; Mengekspresikan Bahasa, mencakup



kemampuan memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan; mengekspresikan bahasa, mencakup kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan dalam bentuk coretan; Keaksaran, mencakup pemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, serta memahami kata dalam cerita. vi. Sosial Emosional, terdiri atas: Kesadaran Diri, terdiri atas memperlihatkan kemampuan diri, mengenal perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta mampu menyesuaikan diri dengan orang lain; Rasa Tanggung Jawab untuk diri dan orang lain, mencakup kemampuan mengetahui hakhaknya, mentaati aturan, mengatur diri sendiri, serta bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama; Perilaku Prososial, mencakup kemampuan bermain dengan teman sebaya, memahami perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai hak dan pendapat orang lain; bersikap kooperatif, toleran, dan berperilaku sopan. vii. Seni, meliputi kemampuan mengeksplorasi dan mengekspresikan diri, berimajinasi dengan gerakan, musik, drama dan beragam bidang seni lainnya (seni lukis, seni rupa,



kerajinan), serta mampu mengapresiasi karya seni, gerak dan tari serta drama H. Instrumen pemantasan tingkat pencapaian perkembangan anaka usia dini Skala yang digunakan dalam Rubrik: 1. Berkembang Sangat Baik (BSB) 2. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3. Mulai Berkembang (MB) 4. Belum Berkembang (BB) I. Makna capaian perkembangan i. Berkembang Sangat Baik (BSB): Bila anak sudah dapat melakukkanya secara mandiri dan sudah dapat membantu temanya yang belum memcapai kemampuan sesuai dengan indikator yang diharapkan. ii. Berkembang Sesuai Harapan (BSH): Bila anak sudah dapat melakukannya secara mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan atau dicontohkan oleh guru. iii. Mulai Berkembang (MB): Dalam proses belajar anak masih harus diingatkan atau dibantu oleh guru. iv. Belum Berkembang (BB) Dalam proses belajar dilakukan dengan bimbingan atau dicontohkan oleh guru. J. Prosedur penggunaan intrumen pemantauna tinkat pencapaian perkembangan anak i. Penilaian capaian perkembangan digunakan sebagai acuan untuk guru dalam menetapkan posisi anak pada tingkat capaian perkembangan anak. ii. Penilaian capaian perkembangan memberikan panduan guru dalam melakukan asesmen secara objektif. 4. Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak terdiri dari 4 skala penilaian, yaitu Berkembang Sangat Baik (BSB), Berkembang Sesuai Harapan (BSH), Mulai Berkembang (MB), Belum Berkembang (BB). 5. Empat (4) Skala Penilaian perkembangan anak disertai kriteria dan deskriptor



capaian dengan yang



menggambarkan aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan indikator yang dicapai. 6. Hasil pemantauan capaian perkembangan anak menjadi rekomendasi pengembangan program berikutnya dan kesiapan belajar anak untuk mengikuti jenjang selanjutnya. K. Lankah-langkah penggunaan instrumen TPPA i. Sebelum melaksanakan penilaian capaian perkembangan anak, tentukan terlebih dahulu lingkup perkembangan dan indikator apa yang akan dilihat. ii. Pahami Rubrik penilaian pencapaian perkembangan anak yang meliputi 2 bagian yaitu daftar kriteria Forum Diskusi dan gradasi/tingkat pencapaian kriteria. Setiap kriteria di dalam rubrik merupakan acuan kinerja yang menjadi dasar untuk menilai respons anak. iii. Penilaian capaian perkembangan anak sesuai dengan hasil pengamatan guru dan menjadi pedoman ketika guru melaksanakan proses asesmen. iv. Amati perkembangan anak dan lakukan identifikasi sesuai dengan rubrik dan berikan penilaian pada instrumen pemantauan tingkat capaian perkembangan anak dengan cara memberikan tanda centang (v) pada hasil capaian perkembangan anak. 3.KB 3 A. Deteksi permasalahan perkembangan anak usia dini 1. Batasan istilah, Anak bermasalah usia TK dan KB yang memiliki perilaku non normatif (perilaku) dilihat dari tingkat perkembangannya, atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri baik pada waktu belajar (konsentrasi) maupun dalam aktivitas bermain di sekolah atau di rumah (sosial). 2. Karakteristik permasalahan anak 2.1. Perkembangan Motorik,perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan



motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar, seperti: berjalan, melompat, berlari, melempar dan menaiki. Motorik halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus, seperti; menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain sebagainya. 2.2. Perkembangan Kognitif Ciri khas perkembangan kognitif anak TK adalah : a.Anak sudah mampu menggambarkan objek yang secara fisik tidak hadir, seperti anak mampu menyusun balok kecil untuk membangun rumahrumahan, menggambar, dll. b. Anak tidak mampu memahami prespektif atau cara berpikir orang lain (egosentris), seperti ketika menggambar anak menunjukkan gambar ikan dari sudut pengamatannya. c. Anak belum mampu berpikir kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian, seperti anak tidak mampu menjawab alasan mengapa menyusun balok seperti ini dll. 2.3. Perkembangan bahasa 



Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.



B. Telah menguasai 90% dari fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata seperti kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti contohnya i, b, u menjadi ibu) dan sintaksis (tata bahasa, misal saya memberi makan



ikan” bukan ”ikan saya makan beri”) bahasa yang digunakan. C. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. D. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata. E. Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut; warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar-halus) 6) Mampu menjadi pendengar yang baik. F. Percakapan yang dilakukan telah menyangkut berbagai komentar terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya. G. Sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi.



2.4. Perkembangan Psikososial Merupakan perkembangan yang membahas tentang perkembangan kepribadian manusia, khususnya yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan kepribadian. Ciri khas perkembangan psikososial anak TK adalah: H. Sudah dapat mengontrol perilakunya sendiri. I. Sudah dapat merasakan kelucuan (misalnya, ikut tertawa ketika orang dewasa tertawa atau ada hal-hal yang lucu).



J. Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan berlangsung sampai usia 5 tahun. K. Keinginan untuk berdusta mulai muncul, akan tetapi anak takut untuk melakukannya. L. Perasaan humor berkembang lebih lanjut. M. Sudah dapat mempelajari mana yang benar dan yang salah. N. Sudah dapat menengkan diri O. Pada usia 6 tahun anak akan menjadi sangat asertif, sering berperilaku seperti boss (atasan), medominasi situasi, akan tetapi dapat menerima nasihat. P. Sering bertengkar tetapi cepat berbaikan kembali. Q. Anak sudah dapat menunjukkan sikap marah. R. Sudah dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan sudah dapat menerima peraturan dan disiplin. 3. Batasan anak bermasalah a. Frekuensi perilaku menyimpang yang tampak, maksudnya seberapa banyak tingkah laku yang menimbulkan masalah muncul, misalnya anak ngambek setiap hari , malah beberapa kali dalam sehari maka hal itu pertanda anak bermasalah. b. Intensitas perilaku maksudnya tingkat kedalaman perilaku anak yang bermasalah, misalnya, rentang perhatian anak untuk konsentrasi sangat pendek, anak mudah beralih perhatiannya baik dalam belajar atau bermain. c. Usia anak yaitu tingkah laku anak yang mencolok yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak



seusianya. d. Ukuran norma budaya, maksudnya, anak dikatakan bermasalah sangat bergantung pada ukuran budaya setempat. 4.Respon guru TK dalam menghadapi anak yang bermasalah i. Menghadapi emosi-emosi negatif anak, dan saat emosi negatif anak muncul sebaiknya guru menciptakan hubungan yang akrab ii. Sabar menghadapi anak yang sedih, marah, atau ketakutan, dan tidak menjadi marah jika menghadapi emosi anak. iii. Sadar dan menghargai emosi-emosinya sendiri. iv. Melihat emosi negatif sebagai arena yang penting dalam mengasuh anak. v. Peka terhadap keadaan emosi anak, walaupun ungkapan emosinya tidak terlalu kelihatan. vi. Tidak bingung atau cemas menghadapi ungkapan-ungkapan emosional anak. vii. Tidak menanggapi lucu atau meremehkan perasaan negatif anak. viii. Tidak memerintahkan apa yang harus dirasakan oleh anak. ix. Tidak merasa bahwa guru harus membereskan semua masalah bagi anak. x. Menggunakan saat-saat emosional sebagai saat untuk mendengarkan anak, berempati dengan kata-kata yang menyejukkan, menolong anak memberi nama emosi yang sedang dirasakan, menentukan batas-batas dan mengajarkan ungkapan emosi yang dapat diterima, dan mengajarkan anak untuk terampil dalam menyelesaikan masalah. 4. Diagnosa permasalahan anak TK 1) Penakut ,Setiap anak memiliki



rasa takut, namun jika berlebihan



dan tidak wajar maka perlu diperhatikan. Rasa takut anak TK biasanya terhadap hewan, serangga, gelap, dokter atau dokter gigi, ketinggian, monster, lamunan, sekolah, angin topan, dll. 2). Agresif ,Agresif adalah tingkah



laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan. Perilaku tersebut cenderung melukai anak lain seperti menggigit, mencakar, atau memukul. 3). Pemalu ,Pemalu adalah reaksi



emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap dirinya. 5. Diagnosa permasaslahan perkembangan dilembaga PAUD 1. Permasalahan perkembangan dilembaga PAUD (1) Anak yang Memiliki tingkat kecemasan Tinggi / Pencemas ,Perasaan cemas atau tidak aman



cukup sering mengganggu anakanak. Sekalipun perasaan tidak aman ini sebenarnya wajarwajar saja dialami anak, akan tetapi jika dalam kadar berlebihan, maka tentu saja akan mengganggu perkembangan anak. (2) Introvert vs Ekstrovet Introvert adalah kecenderungan seorang anak untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan sesuatu biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Mereka biasanya pendiam dan merasa tidak butuh orang lain karena merasa kebutuhannya dapat



dipenuhi sendiri. Ekstrovert adalah kecenderungan seorang anak untuk mengarahkan perhatiannya keluar dirinya. Sehingga segala sikap dan keputusan-keputusan yang diambilnya adalah berdasarkan pada pengalaman-pengalaman orang lain. Mereka cenderung ramah, terbuka, aktif dan suka bergaul. 6. Permasalahan perkembangan di PAUD inklusi pendidikan inklusi (inclusive education) adalah penyatuan pembelajaran bagi anak yang mempunyai Anak ketidakmampuan atau beresiko mengikuti pembelajaran di dalam lingkungan pendidikan umum, dengan diberikan bantuan yang tepat. 7. Peran guru dalam kemitraan dengan orangtua 1. Sikap Guru yang Selalu Membantu, Guru perlu mengembangkan hubungan yang berkelanjutan, seperti hubungan-mendengarkan, melawanmemaksa, kemungkinankonsekuensi, legalitas-pemak-saan ketika terjadi suatu krisis. Tingkat kekuatan campur tangan guru akan meningkat atau menurun berhubungan dengan level kebutuhan dan tingkat kepentingan dari krisis. 2. Bertindak Proaktif dengan Orang tua Guru perlu proaktif untuk memberikan porsi yang lebih besar pada orang tua, agar mereka dapat menjadi orang tua yang lebih baik dalam melakukan apa yang mereka dapat. Untuk itu perlu berbagai cara berkomunikasi untuk menginformasikan semua perkembangan dan kemajuan belajar anak. 3. Perpustakaan yang dapat dipinjam Letakkan di rak buku dan usahakan dalam posisi yang memudahkan dan



atau membuat orang tua ingin membacanya. Isi dari rak ini terdiri dari buku yang berhubungan dengan anak atau kaset video yang dapat membantu bagi orang tua. Sangat dianjurkan untuk merekam berbagai pertemuan atau diskusi dengan guru ataupun dengan mendatangkan ahli. Rekaman ini sangat berguna bagi orang tua yang tidak berkesempatan hadir. 4. Makan bersama Orang tua dan Pameran Seni Karya Dianjurkan minimal setiap akhir semester rencanakan acara makan bersama orang tua sambil menggelar hasil karya anak, pentas seni untuk menghibur orang tua seperti penampilan nyanyian, drama atau tarian kolosal. 5. Kerja Bersama di Hari Sabtu Ayah dan ibu dapat dapat dilibaKB DAN TKan dalam menataulang taman bermain. Hal ini harus direncanakan secara matang dengan semua peralatan dan bahan yang telah dipersiapkan. Seorang anak akan selalu teringat dan bangga serta berkata “ayah saya membuat kursi ini 6. Buku Pesan untuk Orang tua Buku pesan orang tua harus berisi rencana kegiatan/pekerjaan. Hal demikian memberikan kesempatan kepada orang tua untuk menulis tiap pesan yang mereka ingin berikan kepada guru setiap pagi. 7. Hari Hiburan Anak dan Keluarga ilihlah satu hari untuk liburan seperti ketika ada sirkus di kota dan pesanlah satu blok tempat duduk di mana semua anggota keluarga dan temanteman dari sekolahmu dapat duduk bersama-sama. 8. Kursus Bagi Orang tua Ada beberapa program pendidikan bagi orang tua di sekolah umum, jika orang tua tertarik dapat saja



mengirimkan instruktur untuk mengajar bagi orang tua tersebut. 9. Pertemuan Orang tua dan Guru Pertemuan oraang tua dan guru harus direncanakan sepanjang tahun. Pertemuan itu tidak hanya terbatas pada satu bulan tertentu. Gunakanlah pertemuan-pertemuan itu untuk mendemonstrasikan perubahan perubahan yang terjadi dalam perkembangan anak. 10.Buku Catatan Orang tua dan Daftar Telepon Buku catatan orang tua merupakan cara yang tepat untuk menginformasikan kepada guru dan orang tua tentang kondisi kelas dan sekolah. Buku itu dapat berisi tentang hal-hal sebagai berikut: Guru dan latar belakang (pendidikan dan pengalaman) mereka, biaya sekolah dan cara pembayaran, kesehatan dan masalah-masalah keamanan, nutrisi, mainan dari rumah, antar jemput, ringkasan program kegiatan dan jadwal harian 11.Daftar Baby Sitter Beberapa sekolah memberikan pelayanan dengan memberikan daftar nama dan riwayat hidup orang-orang yang dapat dijadikan pengasuh anak pada akhir minggu. 12.Ketika Terjadi Kecelakaan Di dalam kelas, kecelakaan dapat saja terjadi. Kebanyak orang tua tahu bahwa perkelahian merupakan hal yang wajar, tetapi harus ditemukan penyelesaiannya dan membuat anakanak sadar. Orang tua merasa bahwa jika guru tidak tahu apa yang terjadi berarti guru tidak mengawasi anakanak dengan baik. Dengan demikian guru harus menceritakan kepada orang tua apa yang sebenarnya terjadi. 13.Mengatasi Komplain Orang tua Buatlah yakin bahwa guru harus mengerti bahwa semua komplain



orang tua harus dilaporkan dan harus disusun sistem yang baik untuk mendapatkan informasi tersebut dengan mudah. 14.Pertemuan Orang tua Berikut adalah hal-hal penting untuk pertemuan dengan orang tua: (1) bersiap-siaplah untuk datang pada pertemuan tersebut, (2) bawa semua data yang diperlukan walaupun tidak akan digunakan semuanya, (3) membuka dan menutup acara dengan sikap yang positif. 15.Kunjungan Rumah Mengunjungi rumah murid sebelum tahun ajaran baru akan memberikan kita banyak informasi tentang bagaimana membuat anakanak merasa betah. Ini dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun. 4.KB 4 A. Pendahuluan B. Batasan masalah, PAUD Holistik Integratif adalah penanganan anak usia dini secara utuh (menyeluruh) yang mencakup layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan, dan perlindungan, untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak yang dilakukan secara terpadu oleh berbagai pemangku kepentingan di tingkat masyarakat, pemerintah daerah, dan pusat. C. Tujuan perkembangan anak usia dini holistik integratif, (1) terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh meliputi kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan, pembinaan moral-emosional dan pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai kelompok umur; (2) terlindunginya anak dari segala bentuk kekerasan, penelantaran, perlakuan yang salah, dan eksploitasi di manapun anak berada; (3) terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan selaras antar lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah; dan (4) terwujudnya komitmen seluruh unsur



terkait yaitu orang tua, keluarga, masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dalam upaya Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif. D. Pendidikan anak usi dini:kajian tertulis empiris dan kebijakan (1) Ada perbedaan kesiapan sekolah antara anak yang mengikuti pendidikan di usia dini dengan anak yang tidak mengikuti pendidikan usia dini, (2) persentase siswa/i yang berada di atas nilai rata‐rata, nilai tengah ataupun modus lebih banyak ditemui di kelompok ECD baik PAUD maupun TK dan RA. Perbedaan persentase antara kelompok Non‐ECD dengan kelompok PAUD dan TK dan RA terlihat cukup besar. Misalnya, pada skor total kesiapan sekolah, jumlah siswa/i dari kelompok PAUD, TK dan RA yang memperoleh skor diatas nilai rata‐rata lebih dari 50%, sementara di kelompok Non‐ ECD hanya terdapat kurang dari 40% siswa/i dengan skor di atas nilai rata‐rata. E. Pentingnya PAUD holistik inegratif a. Aspek Pendidikan Pendidikan yang bermutu dapat mengembangkan semua lingkup perkembangan anak (nilai-nilai agama dan moral, sosial-emosional, perkembangan anak juga tidak bisa berkembang secara optimal. b. Aspek Kesehatan dan Gizi Jika kesehatan dan gizi anak rendah, maka akan berdampak kepada rendahnya kognisi anak, karena perkembangan kognisi anak sangat penting. penelitian Ernesto Pollitt dkk tahun 1993 menyatakan bahwa pemberian makanan sehat dan bergizi, akan mempengaruhi perkembangan kognisi anak. c. Aspek Pengasuhan Jika pola asuh yang diterapkan orang



tua kepada anak tepat, maka akan berpengaruh secara positif terhadap perkembangan sosialemosional anak, mengingat bahwa orangtua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anak. Sebagaimana pernyataan Sigmund Freud “pengalaman di lima tahun pertama kehidupan seseorang sesungguhnya menentukan kesehatan jiwa & kemampuan menyesuaikan diri dalam kehidupannya kemudian”. d. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Masalah deteksi dini tumbuh kembang anak, juga memegang peran sangat penting, karena jika anak-anak mengalami penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan, namun tidak terdeteksi sedini mungkin, maka sulit untuk diintervensi yang akhirnya akan menghambat e. Apek Perlindungan Apabila masyarakat (lingkungan), terutama orang tua dan pendidik PAUD mengetahui dan memahami tentang perlindungan anak, maka akan berdampak pada pola pikir, sikap dan perlakuan positif terhadap anak. Mereka akan bersikap dan berperilaku menghargai, memotivasi, berpihak, dan memenuhi hak-hak anak. Sebaliknya jika tidak memahami mereka cenderung merendahkan, kurang berpihak, dan kurang menghargai anak. Bahkan boleh jadi mereka melakukan tindak kekerasan, mengeksploitir, dan tidak melindungi (membiarkan) anak. Jika hal ini terjadi, maka perkembangan anak pasti akan terganggu. Berdasarkan teori ekologinya menyatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka tinggal. Mulai dari lingkungan yang terdekat (mikro sistem) sampai dengan lingkungan yang terjauh (makro sistem). F. Keholistikan peran lembaga dalam



pengembangan paud hi a) Terjalinnya hubungan yang harmonis antar lembaga terkait, sehingga memperkecil rasa ego sektoral yang selama ini sangat kuat. b) Terwujudnya program bersama dari lembaga terkait dengan sasaran anak usia dini. c) Mengoptimalkan peran masing-masing lembaga terkait sesuai dengan kewenangannya. d) Menghindari adanya program yang tumpang tindih dari lembagalembaga terkait, sehingga berdampak pada pemborosan biaya. e) Terwujudnya sinkronisasi program dari masing-masing lembaga terkait untuk mengoptimalkan potensi anak. G.Merancang PAUD holistik dan integratif 1. Perencanaan Mengidentifikasi potensi lembaga PAUD yang meliputi: pendidik dan tenaga kependidikan (kompetensi, keterampilan, peran di masyarakat, dsb), peserta didik (status kesehatan, penyimpangan perkembangan, latar belakang orang tua, dsb), orang tua (profesi, ekonomi, keterampilan, dsb), sarana dan prasarana, dan lingkungan termasuk lembaga terkait; Menyusun draft rencana anggaran selama satu tahun; Mendiskusikan draft rencana program dengan mengundang orang tua, stake holder, tokoh masyarakat, dan pihak terkait; Sosialisasi program penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif kepada semua pihak yang terkait; Menyiapkan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan; Menggali dana dari berbagai sumber yang tidak mengikat, sesuai dengan kebutuhan; Menyiapkan administrasi yang diperlukan, seperti surat-menyurat, administrasi pembelajaran, keuangan, dan lain-lain. 2. Pelaksanaan



a)



b)



Pelaksanaan penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif, mengacu kepada rencana penyelenggaraan yang telah disusun. Pelaksanaan penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif meliputi beberapa kegiatan, yaitu : kegiatan pembelajaran yangmerupakan wujud dari layanan pendidikan, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi masingmasing lembaga. kegiatan parenting yang dapat dilakukan antara lain dengan melibatkan orang tua di kelas sebagai peserta didik dan memberi beragam penyuluhan sesuai kebutuhan daerah.



3. Layanan Kesehatan dan Gizi Berupa pemeriksaan kesehatan, pemberian vitamin, dan vaksinasi juga sangat penting untuk dilakukan agar anak-anak senantiasa terjaga kesehatan dan kekebalan tubuh anak, pemeriksaan kebersihan telinga, hidung, kuku, dan gigi dapat dilakukan secara rutin oleh pendidik di lembaga PAUD. Sedangkan pemeriksaan kesehatan yang bersifat insidental/khusus juga perlu dilakukan, misalnya pada saat sering terjadi wabah penyakit, misalnya ketika musim penghujan sering terjadi wabah influenza dan batuk-batuk, atau ketika terjadi wabah penyakit cacar, penyakit kulit, dan lain-lain. 4. Gizi Seimbang Asupan gizi seimbang sebaiknya diberikan secara berkala kepada anak dalam bentuk pemberian makanan tambahan, minimal seminggu sekali. Pemberian asupan seimbang diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana untuk membantu orang tua dalam menjaga 5. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (DDTK) Deteksi tumbuh kembang anak harus dilakukan oleh lembaga PAUD untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan dan



perkembangan anak. Hal ini dilakukan agar lebih mudah untuk menanganinya, sehingga terhindar dari penyimpangan bersifat permanen. Kegiatan yang dilakukan dalam deteksi dini meliputi : pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, deteksi perkembangan anak, emosi anak, gangguan berbicara, dan gangguan pendengaran. Deteksi dini autis, ganggungan perhatian, dan hiperaktif dapat dilakukan apabila ada gejala-gejala atau ada kecurigaan terhadap ketiga gangguan tersebut. Pelaksanaan DDTK dapat dilakukan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang sudah terlatih. 6. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pola hidup bersih dan sehat merupakan salah satu aspek yang sangat menunjang kesehatan anak. Pendidik dapat mengajarkan, memberi teladan dan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kegiatan sehari-hari di lingkungan lembaga PAUD. Misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, tidak jajan sembarangan, mandi dan gosok gigi 2 kali sehari, buang air besar dan kecil di toilet (toilet training), membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan lembaga, olah raga secara teratur, dan kegiatan lainnya. 7. Pengasuhan dan Perawatan Pengasuhan merupakan salah satu kebutuhan esensi anak yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Tingkah laku dan praktik-pratik pengasuhan yang dapat dilakukan seorang pengasuh (ayah, ibu, saudara kandung, kerabat dan lainnya) diantaranya adalah memenuhi kebutuhan makan, menjaga kesehatan, memberikan stimulasi, dukungan sosial dan lain-lain. 8. Perlindungan Anak Pada dasarnya setiap anak mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa. Mereka mempunyai hak yang harus dihargai dan dilindungi. Banyak



perundangan-undangan yang telah mengatur tentang hak-hak anak. Misalnya undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, dan Undangundang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 9. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif dapat dilakukan melalui kegiatan Monitoring, Supervisi, Evaluasi dan Pelaporan. Kegiatan Monitoring, Supervisi, Evaluasi dan Pelaporan dapat dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan, misalnya Dinas Pendidikan, BPPNFI, HIMPAUDI, Asesor PAUD, SKB, BPKB, dan lembaga lain. 10. Tindak Lanjut Tindak lanjut dari penyelenggaraan PAUD holistik dan integratif antara lain: (1) Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi selama penyelenggaraan; (2) Menjaga konsisten dalam penyelenggaraan, artinya menjaga keberlangsungan program; (3) Siap menjadi PAUD Holistik dan Integratif Percontohan, bagi lembagalembaga PAUD lainnya. H. Kurikulum PAUD Holistik Integratif I. Pembelajaran PAUD Holistik Integratif 1) Pelayanan yang holistik maksud dari pelayanan yang holistik terhadap anak usia dini adalah pemenuhan atas kebutuhan anak usia TK (4-6 tahun) yang dilayani secara esensial, utuh dan terpadu melalui pelayanan yang sistematik dan terencana mencakup layanan kesehatan, gizi, pengasuhan, perlindungan dan rangsangan pendidikan. 1.1. Pelayanan yang tidak diskriminatif Pelayanan yang diberikan sebagai penyelenggara pembelajaran Anak Usia Dini yang Holistik Integratif adalah memberikan pelayanan sesuai kebutuhan anak usia 4-6 tahun tanpa membedakan latar belakang, sosial ekonomi, suku dan agama. Dengan tetap memperhatikan empat prinsip



hak anak yaitu kepentingan terbaik untuk semua, perkembangan kelangsungan hidup, menghargai pendapatnya dan non diskriminasi. 1.2. Berbasis budaya yang konstruktif Pemberian layanan anak usia 4-6 tahun dengan menggali budayabudaya lokal yang konstruktif dalam bentuk pelayanan kegiatan bermain anak. 1.3. Good govermance. Adanya koordinasi dan kerjasama lintas sektoral, serta kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan dan organisasi terkait, baik lokal, nasional, maupun internasional, dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif. 1.4. Berorientasi pada kebutuhan anak Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak Usia Dini adalah anak yang sedang membutuhkan upayaupaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa,motorik dan sosio emosional. 1.5. Belajar melalui bermain. menggunakan media edukatif dan sumber belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya, melalui media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahanbahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik / guru, melalui kegiatankegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotifasi anak untuk berpikir kritis,dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subyek



dalam proses pembelajaran. 1.6. Lingkungan yang kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. 1.7. Menggunakan pembelajaran terpadu Pembelajaran di TK harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak. 1.8. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup yang dilakukan sebagai pembiasaan Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksud agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri. 1.9. Pemanfaatan Teknologi Informasi Pelaksanaan stimulasi pada anak usia TK, jika dimungkinkan dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar. 1.10. Pembelajaran bersifat Demokratis Proses pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir, bertindak, berpendapat, serta berekspresi secara bebas dan bertanggung jawab. 2) Jenis Pembelajaran Bahan Ajar PAUD Holistik Integratif 2.1. Model Pembelajaran Kelompok dengan Kegiatan Pengaman Dalam pembelajaran ini anak-anak



dibagi menjadi 3 kelompok, masingmasing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 23 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan Forum Diskusi lebih cepat, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat, kalau tidak ada tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema / sub tema. 2.2. Model Pembelajaran Berdasarkan Sudut-sudut Kegiatan Model pembelajaran berdasarkan sudut, langkah-langkah pembelajarannya hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema. 2.3. Model Pembelajaran Area Model pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. pembelajaran ini untuk memenuhi kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak . 2.4. Model Pembelajaran Sentra Adalah proses pembelajaran yang dilakukan di dalam lingkaran dan sentra bermain.Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar dan saat dalam lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum dan sesudah bermain. Sentra bermain merupakan area / zona bermain anak yang di lengkapi alat bermain, berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembang kan seluruh potensi dasar anak dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang Dalam membuka sentra setiap hari disesuaikan



dengan jumlah kelompok setiap TK. Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia TK dalam satu kegiatan sentra kegiatan. 3). Keterpaduan Kurikulum Bermain Kreatif 3.1. Anak Membangun Kemampuan Sosial dan Emosional Berdasarkan pendapat Erikson dalam Dodge dan Colker (2000) yakin bahwa perkembangan sosioemosional yang penting untuk dikembangkan dan harus dibelajarkan pada anak adalah rasa percaya, kemandirian dan inisiatif. Pada rentang usia dini terdapat tiga dari delapan tahapan yang harus dibelajarkan, yaitu: (1) rasa percaya terhadap lingkungan luar diri anak (to trusts others outside their families), (2) kemandirian dan pengendalian diri (to gain independence and self control), (3) mengambil inisiatif dan belajar berperilaku yang dapat diterima oleh kelompok sosial (to take initiative and assert themselves in social acceptable ways). 3.2. Anak Belajar untuk Berpikir Piaget dalam Santrock (2002) berpendapat bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke stuktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi. Agar seseorang tersebut dapat terus berkembang dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental dalam dirinya, diperlukan proses penyeimbangan. Proses inilah yang disebut equilibrasi antara “dunia luar” dan “dunia dalam”. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tak



teratur (disorganized). 3.3. Anak Mengembangkan Kemampuan Fisik Pengembangan kemampuan fisik terdiri dari: (a) Sejumlah kemampuan persepsi motorik yang akan dikembangkan termasuk didalamnya koordinasi matatangan atau kaki-tangan (eye-hand eye-foot coordination) seperti menggambar, menulis, memanipulasi obyek, visual track, melempar, menangkap dan menendang; (b) Kemampuan gerakan motorik (locomotor skill) seperti menggerakkan tubuh melalui ruang, berjalan, melompat, berbaris, berlari, meloncat, berlari cepat, berguling, merangkak, bergerak dengan pelan; (c) Keterampilan gerak statis (non locomotor skill) seperti diam di tempat, bergiliran, berputar, menjangkau, bergoyang, berjongkok, duduk dan berdiri; (d) Manajemen atau pengendalian tubuh (body management and control) seperti kesadaran tubuh, kesadaran ruang, ritme, keseimbangan dan kemampuan untuk memulai, berhenti dan mengubah arah. Kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini haruslah dapat mengembangkan kemampuan motorik, baik itu motorik halus (fine motor) ataupun motorik kasar (gross motor). 3.4. Anak Berkembang Dipengaruhi Budaya Kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini haruslah disesuaikan dengan lingkungan dan budaya dimana anak itu berasal, sehingga ketika proses pembelajaran terjadi anak tidak merasa asing dengan materi yang diajarkan oleh gurunya. Selain itu kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak juga sangat tergantung pada interaksi sosial anak dengan lingkungan sekitarnya. Artinya apa yang dibelajarkan guru sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan anak sehingga dapat segera diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bermain mempengaruhi pikiran, mental, kematangan emosional dan perkembangan jiwa anak-anak. Bermain menyediakan



kesempatan untuk melahirkan ide-ide dan memperluas kemungkinan untuk melahirkan ide-ide baru yang kemudian diujicobakan dalam suasana yang tidak kondusif untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 3.5. Keterpaduan Kegiatan Bermain dan Permainan 1) Kreasi terhadap objek ( object creation) berupa kegiatan bermain di mana anak melakukan kreasi tertentu terhadap suatu objek, seperti menggabungkan potonganpotongan benda sehingga menjadi bentuk mobil-mobilan. 2) Cerita bersambung (continuing story) berupa kegiatan bermain di mana guru memulai awal sebuah cerita dan setiap anak menambahkan cerita selanjutnya bagian perbagian seperti cerita dengan menggunakan makalah besar (big book). 3) Permainan drama kreatif (creative dramatic play) berupa permainan di mana anak dapat mengekspresikan diri melalui peniruan terhadap tingkah laku orang, hewan ataupun tanaman. Hal ini dapat membuat mereka memahami dan menghadapi dunia seperti bermain peran dokter-dokteran. 4) Gerakan kreatif (creative movement) berupa kegiatan bermain yang lebih menggunakan otot-otot besar seperti permainan aku seorang pemimpin di mana seorang anak melakukan gerakan tertentu dan anak lain mengikutinya/berpantomim atau kegiatan membangun dengan pasir, lumpur, dan atau tanah liat. 5) Pertanyaan kreatif (creative questioning) yang berhubungan dengan pertanyaan terbuka, menjawab pertanyaan dengan sentuhan panca indra, pertanyaan tentang perubahan, pertanyaan yang membutuhkan beragam jawaban, dan pertanyaan yang berhubungan dengan suatu proses atau kejadian. 2



Daftar materi yang sulit



1. Introvet dan ekstrovet



3



dipahami di modul ini Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi



4



Pemecahan masalah



1. Saya kira PAUD inklusi sama dengan PAUD SLB 1. Saya kira anak ABK itu harus disekolahkan di sekolah PAUD SLB ternyata setelah membaca modul ini saya lebih tahu bahwa anak BAK bisa bersekolah di sekolah umum dengan PAUD inklusi