LK Mandiri Modul 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri Judul Modul



MODUL 2 PERKEMBANGAN DAN BELAJAR ANAK USIA DINI 1. Cara bermain anak usia dini 2. Jenis dan tahapan kegiatan bermain anak usia dini 3. Media bermain anak usia dini 4. Rancangan kegiatan bermain anak usia dini Respon/Jawaban



Judul Kegiatan Belajar (KB)



No 1



Butir Refleksi Daftar peta konsep (istilah dan definisi) di modul ini



1.KB 1 A. Konsep dasar bermain anak usia dini bermain adalah kegiatan yang menyenangkan, sebagai bagian dari refkeksi pengalaman anak seharihari, alamiah dalam prosesnya. Tidak ada anak yang merasa terpaksa saat melakukannya karena semua didorong oleh motivasi dari dalam dirinya sendiri. B. Karakteristik kegiatan bermain 1. Menyenangkan, Anak akan merasa bahagia ketika melakukan kegiatan main. Bermain justru akan mengurangi atau bahkan mengubah perasaan yang kurang nyaman menjadi kondisi yang membahagiakan pada anak. 2. Motivasi intriksi/personal, Bermain bersifat sukarela, tanpa paksaan dari pihak manapun untuk melakukannya. Anak dengan dorongan dari dalam dirinya akan bermain sesuai keinginan mereka. Tanpa ada imbalan apapun. 3. Lebih berorientasi pada proses, Anak tidak terlalu mempedulikan hasil akhir dari sebuah permainan. Mereka menikmati bagaimana menjalani kegiatan bermain itu sendiri. Saat anak menentukan pilihan kegiatan main kemudian mereka memilih peran atau alat main, berdialog, mereka akan larut dalam suka cita mereka sendiri. 4. Non literal, Non literal memiliki



5.



6.



7.



8.



9.



makna tidak sungguhan atau pura-pura. Anak terkadang melakukan peniruan terhadap peran-peran yang ada di lingkungan nyata ke dalam kegiatan bermainnya. Aturan yang fleksibel, Aturan main dapat dibuat oleh anak secara fleksibel. Anak menciptakan kesepakatan bersama atau aturan bagi diri mereka sendiri. Ketika anak mencoba untuk memilih sebuah permainan, sebagai contoh pada saat dua orang anak prasekolah bermain peran menjadi seorang dokter dan pasien, ada aturan yang tidak tertulis di antara mereka untuk menjalani peran tersebut sampai akhir. Aktif, Aktif artinya anak terlibat secara langsung pada kegiatan yang dilakukan. Anak adalah individu yang aktif untuk menggali pengalaman mereka sendiri melalui bermain. Komumikatif, Anak akan saling bertukar bahasa verbal saat bermain, terutama dalam bermain sosiodramatik. Ada pesan yang disampaikan oleh satu anak kepada anak lain. Episodik, Bermain memiliki episode bermainnya sendiri. Bermain akan dimulai oleh anak, mencapai kegiatan puncak main sampai akhir dari sebuah kegiatan bermain. Bermakna, Bermain adalah kegiatan yang penuh makna dan sarat akan pengalaman. Melalui kegiatan bermain, anak akan menghubungkan antara gagasan, pemahaman, dan pemecahan masalah yang tidak akan dirasakan oleh orang yang tidak terlibat dalam kegiatan bermain tersebut. Anak akan banyak merefleksikan pengetahuan yang telah mereka miliki dan melakukan apa yang telah mereka



kuasai dalam kegiatan bermain. 10.Manfaat dan fungsi bermain, Bermain banyak sekali memberikan manfaat kepada anak usia dini, terutama pada proses tumbuh kembang yang ada pada diri anak usia dini. Kegiatan bermain dapat memberikan manfaat secara fisik karena bermain dianggap sebagai aktivitas yang dapat menggerakkan badan anak. C. Urgensi kegiatan bermain 1. Urgensi bermain bagi perekmabangan kognitif, Perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan aktivitas otak anak dan merupakan bagian dari kegiatan mental (otak) yang mencakup: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mensintesa, dan menilai. Bermain bukanlah sebuah proses sederhana yang hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak anak dan kemudian anak mengeluarkannya. 2. Urgensi bermain bagi perkebangan bahasa, Kegiatan bermain penting sekali bagi perkembangan bahasa anak usia dini. Bermain membantu anak memahami penggunaan bahasa sesuai dengan konteksnya, terutama pada saat anak bermain peran. 3. Urgensi bermain bagi perkembangan fisik motorik, Bermain penting bagi perkembangan fisik dan motorik anak, baik keterampilan motorik kasar maupun motorik halus. Penggunaan panca indera dan gerakan motorik yang berulang-ulang pada saat bermain sensori motor akan melatih anak menemukan bagaimana fungsi kerja dari bagian tubuh mereka. 4. Urgensi bermain bagi perkembagan sosial emosional, Anak usia dini membutuhkan sosialisasi sebagai alat untuk menjalin perkawanan yang baik dengan teman sebayanya. Meskipun di usia awal anak masih



bermain sendiri, namun seiring bertambahnya usia, anak akan belajar untuk bermain berdampingan (dalam bermain paralel), melakukan komunikasi, saling meminjam alat main, dan kemudian bekerja sama dalam kegiatan bermain sosio dramatik yang lebih kompleks. D. Peran guru dalam kegiatan bermain



1). Pengamat (Onlooker) ,Sebagai pengamat, guru mengamati dari dekat dan membuat komentarkomentar seperlunya saja dengan tidak mengganggu atau tidak terlibat dalam kegiatan bermain yang sedang dilakukan oleh anak. Pengamatan yang dilakukan akan sangat membantu guru dalam mengetahui dan memahami bagaimana perilaku dan kebiasaan anak dalam bermain. Guru juga akan mendapatkan keputusan kapan mereka dapat terlibat atau mengintervensi kegiatan bermain anak, sesuai dengan kebutuhan. 2). Pemberi Pijakan (Stage Manager),Dalam peran ini, guru tidak bermain langsung sebagai bagian dalam kegiatan bermain anak. Namun demikian, guru berperan untuk membantu anak untuk mengalami kemajuan penting dalam kegiatan bermain dan menawarkan bantuan pada saat dibutuhkan, seperti dalam menyiapkan peralatan bermain peran. Guru juga dapat menawarkan skenario kegiatan bermain (misalnya dalam mengembangkan kegiatan bermain peran sehingga menjadi lebih berkembang temanya), akan tetapi anak bebas atau tidak harus mengikuti saran dari guru. 3). Teman Bermain (Co-Player) ,Sebagai teman bermain, guru ikut terlibat langsung dalam kegiatan bermain. Pada umumnya, guru membuat sebuah dukungan kecil ketika anak-anak mulai memimpin kegiatan bermain. Teman bermain memberikan saran-saran untuk



memperluas bermain dan kadangkala keterampilan bermain bagi anak, seperti berbagi/ diskusi dalam kegiatan bermain. 4).Pemimpin Permainan (Play Leader),Pada peran ini, guru secara aktif terlibat dalam memandu kegiatan bermain anak dalam setiap langkahlangkah kegiatannya. Pemimpin bermain memiliki tujuan untuk memperkaya dan mengelaborasi kegiatan bermain melalui tema-tema baru, kostum, peralatan, alur cerita dalam sebuah kegiatan bermain. Guru memiliki keterlibatan yang sangat besar pada anak untuk terus menjaga keberlangsungan dari sebuah kegiatan bermain.



2.KB 2 A. Teori ekologi 1). Mikrosistem adalah lingkungan dimana anak bertempat tinggal. Konteks ini meliputi keluarga individu, teman sebaya, sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Dalam sistem mikro terjadi banyak interaksi langsung dengan agen sosial, yaitu orang tua dan guru. Dalam proses interaksi tersebut, anak bukan sebagai penerima pasif tetapi turut aktif membentuk dan membangun setting mikrosistem. Setiap anak akan mendapatkan pengalaman dari setiap aktivitas dan memiliki peranan dalam membangun hubungan interpersonal dengan lingkungan mikrosistemnya. Lingkungan ini juga termasuk orang tua, kakak, adik, guru dan teman. Lingkungan ini memiliki pengaruh yang sangat penting dalam kehidupan seorang anak usia dini. Keluarga dianggap sebagai agen sosial yang paling mendasar dan sangat penting dalam mempengaruhi pembentukan karakter, sikap dan pengalaman seorang anak. 2).Mesosistem ,Mesosistem meliputi interaksi antar mikrosistem yang berbeda dimana seorang anak berada. Pada intinya mesosistem adalah suatu sistem yang terbentuk dari mikrosistem dan



melibatkan hubungan antara rumah dan sekolah, teman sebaya dan keluarga atau antara keluarga dan sekolah. Anak akan melakukan kegiatan bermain bersama dengan teman-temannya di rumah dan di sekolah yang akan turut mempengaruhi bagaimana perkembangannya. Sebagai contoh, bermain dengan teman sebaya dengan relasi yang baik dapat mengurangi tekanan pada anak, meningkatkan perkembangan secara kognitif, dan lain sebagainya. 3). Ekosistem adalah sistem sosial yang lebih luas dimana anak tidak terlibat secara langsung, tetapi begitu berpengaruh terhadap perkembangan anak. Sub sistem ini terdiri dari lingkungan kerja orang tua, kenalan saudara, peraturan dari pihak sekolah. Sub sistem ekosistem yang tidak langsung menyentuh pribadi anak akan tetapi besar pengaruhnya terhadap anak antara lain: koran, majalah, televisi, dokter, keluarga besar dll. Ekosistem juga mempengaruhi kegiatan bermain anak. Pengalaman berinteraksi dengan pihakpihak di luar keluarga juga akan tercermin dalam kegiatan bermain yang dilakukan. Sebagai contoh, anak sakit yang kemudian dibawa oleh ayah ibunya berobat ke klinik kesehatan. Anak mengamati bagaimana cara dokter bekerja untuk mengobati dirinya; seperti mengukur suhu tubuh, memeriksa detak jantung dengan stetoskop, menanya gejala penyakit dan melakukan diagnosis, serta membuat resep obat. Pengalaman berobat ini direkam oleh anak yang kemudian akan dimunculkan pada saat mereka bermain, seperti berperan menjadi dokter dan pasien, mengkonstruksi balok menjadi rumah sakit, dsb. 4). Makrosistem adalah sistem lapisan terluar dari lingkungan anak. Sub sistem makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya dll. Menurut Berk, budaya yang dimaksud



dalam sub sistem ini adalah pola tingkah laku, kepercayaan dan semua produk dari sekelompok manusia dari generasi ke generasi. 5).Kronosistem,Kronosistemmemberikan kegunaan dari dimensi waktu yang menunjukkan pengaruh akan perubahan dan kontinuitas dalam lingkungan seorang anak. Kronosistem dapat berupa perubahan, transisi dan tingkatan dalam struktur keluarga, alamat, status pekerjaan orang tua, perubahan sosial dalam masyarakat seperti ekonomi dan kondisi perang. B. Teori Bermain Klasik 1. Teori Surplus Energi (The Surplus Energy Theory) ,Teori surplus energi (The Surplus Energy Theory) dalam bermain ini dicetuskan oleh Herbert Spencer, seorang filosof dan sosiolog berkebangsaan Inggris. Menurutnya, anak usia dini memiliki energi yang luar biasa dan sangat berlebih. Energi yang berlebih tersebut kemudian oleh anak akan dikeluarkan melalui bermain. Anak-anak memiliki banyak energi berlebih sehingga perlu untuk dikeluarkan. 2. Teori Relaksasi/Teori Rekreasi (The Recreation/ Relaxation Theory) ,Teori ini menyatakan bahwa bermain berfungsi untuk me-refresh energi. G.T. W Patrick menyatakan bahwa orang-orang yang kehabisan energi perlu menemukan cara untuk memulihkan energi fisik dan psikologis mereka. Bermain sangat dibutuhkan untuk mengembalikan energi tersebut. Fokus dari teori ini adalah bermain sebagai cara untuk mengembalikan energi dari kelelahan yang dialami setelah bekerja cukup keras. Bermain akan menyegarkan kembali kondisi tubuh menjadi lebih bugar dan menghindari kemalasan. Kita dapat menyaksikannya pada anak usia dini. 3. Teori Praktis (The Pre-Exercise/Practice



Theory) ,Bermain sebagai cara untuk mempraktekkan dan menyempurnakan insting untuk bertahan. Bermain memungkinkan anak-anak untuk mempraktekkan kegiatan orang dewasa yang ada dalam khayalan anak. Bermain akan membantu anak mendapatkan banyak keterampilan hidup yang diperlukan nantinya dalam kehidupan sehari-hari. Teori ini menyatakan bahwa bermain adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan anak sehari-hari karena melalui kegiatan tersebut anak akan mempraktekkan beragam keterampilan yang nantinya mereka butuhkan pada saat dewasa. 4. Teori Rekapitulasi (The Recapitulation Theory) ,Menurut G. Stanley Hall, pencetus teori rekapitulasi ini, bermain adalah kegiatan katarsis untuk menghilangkan naluri primitif yang tidak tepat untuk diturunkan pada generasi selanjutnya. Anak melakukan pengulangan terhadap permainan yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya. C. Teori Bermain Modern 1). Teori Psikoanalisis ,Bermain adalah cara yang paling baik meminimalisir kecemasan. Teori ini dicetuskan oleh Sigmund Freud, Erik Erikson dan Anna Freud. Menurut Anna Freud dkk yang mengemukakan teori ini, bermain dapat digunakan sebagai cara anak untuk membantu menguasai kejadian traumatik yang pernah dirasakan oleh anak. 2). Teori Sosio Kultural/Konstekstual Melalui kegiatan bermain, ZPD dapat dikembangkan dalam tiga hal sebagai berikut: (1) mengarahkan perhatian anak pada aspek yang relevan dengan situasi, (2) membantu anak memecahkan suatu tugas menjadi satu rangkaian dalam tugas yang lebih kecil yang dapat diatur oleh mereka sendiri, dan (3) membantu anak menata dan mengerjakan langkah-langkah dalam rangkaian tersebut dengan benar.



3). Teori Arousal Modulation (Arousal Modulation Theory) ,Teori ini dimunculkan oleh D.E. Berlyne, G. Fein, dan H. Ellis. Anak-anak bermain untuk mengatur tingkat gairah di sistem saraf pusat mereka. Teori ini mengasumsikan tingkat optimal dari dorongan sistem saraf pusat yang coba diupayakan oleh manusia melalui kegiatan bermain. Bermain adalah cara untuk mencari keseimbangan level kesenangan dan tantangan. Anak mencari kesenangan dan tantangan melalui pengalaman sensori. 4).Teori Kognitif ,Teori kognitif dikembangkan oleh Jerome S. Bruner, Jean Piaget, dan B. Sutton Smith. Hughes (2010) menuliskan bahwa bermain menfasilitasi perkembangan kognitif. Teori ini menekankan aspek permainan yang berbeda saat anak tumbuh dan berkembang. Teori ini menekankan bahwa anak-anak membutuhkan lingkungan yang memungkinkan mereka dapat menciptakan pengetahuan mereka daripada menerimanya dari para guru. D. Jenis Kegiatan Bermain 1. Kegiatan bermain penemuan (discovery play) adalah kegiatan bermain yang memungkinkan anak untuk menemukan sesuatu – apa yang mereka sukai (meliputi: tekstur, bentuk, ukuran, warna), bagaimana mainan itu dibuat, bagaimana mainan tersebut dapat digunakan. Dalam bermain penemuan ini akan akan mencoba memahami mengapa suatu benda dapat saja rusak, berubah bentuk, mempunyai warna yang beragam, 2. Kegiatan bermain fisik (physically play) terjadi ketika anak secara aktif bergerak dan berpindah. Kegiatan bermain ini dicirikan dengan kegiatan yang dilakukan oleh anak menggunakan otot-otot besar seperti berlari, melompat, melempar, merayap, bergerak perlahan, berdiri di atas papan keseimbangan atau berenang. 3.Bermain kreatif (creative play) terjadi ketika anak mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara orisinil atau dalam membuat sesuatu secara natural, seperti



kegiatan menggambar, melukis, membuat hewan dengan playdough.



atau



4. Bermain imajinatif (imaginative play) adalah bermain pura-pura atau fantasi. Anak mewujudkan imajinasi menjadi seolah-olah seperti sebuah tindakan nyata dalam kegiatan bermain. 5. Bermain manipulatif (manipulative play) adalah kegiatan bermain dengan melibatkan kemampuan menggunakan tangan. Selama kegiatan bermain manipulatif, anak akan menggunakan tangan, mata dan otak secara terkoordinasi agar terlatih secara halus. 6. Bermain sosial (social play) terjadi ketika anak sudah mulai bermain bersama- sama dan terlibat antara satu dengan lainnya. Kegiatan bermain ini akan memberi pengalaman kepada anak untuk bekerja sama, berbagi dan bersikap jujur. Pola interaksi tersebut terdiri dari enam pola yang menunjukkan gradasi kadar interkasi yang semakin bersifat sosial atau semakin membutuhkan teman bermain dalam interaksi yang positif. Enam pola interaksi tersebut yaitu: 1. Tidak peduli (unoccupied play) Pola interaksi ini terjadi ketika anak tidak terlibat dalam permainan seperti anak-anak lain umumnya, tetapi mungkin berdiri di suatu titik, memandang ke sekitar ruangan atau melakukan gerakan-gerakan acak yang nampaknya tidak memiliki suatu tujuan. Pada pola interaksi ini, anak terlihat tidak bermain seperti yang umumnya dipahami sebagai kegiatan bermain. Anak hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatiannya. Apabila tidak ada hal yang menarik, maka anak akan menyibukkan dirinya sendiri. 2. Sendiri/soliter (solitary play) Pola interaksi ini terjadi ketika anak bermain sendirian dan mandiri dari orang lain. Anak dapat menggunakan alat main atau tanpa alat main ketika bermain sendiri. Anak tidak terpengaruh



oleh kondisi sekitar. Artinya meskipun banyak anak lain sedang bermain di sisi kanan kirinya, anak tetap melakukan kegiatan bermain sendirian dan tidak berhubungan dengan permainan temantemannya. Anak asyik sendiri dan menikmati aktivitasnya. Anak tidak memperhatikan hal lain yang terjadi. Pada tahapan ini, anak belum menunjukkan antusiasmenya kepada lingkungan sekitar, khususnya orang lain. Anak terlihat lebih menikmati kegiatannya sendiri dalam bermain, baik menggunakan atau tanpa menggunakan alat permainan. 3. Penonton (onlooker play) ,Pola interaksi ini terjadi ketika anak melihat, memperhatikan atau menonton anak atau orang lain bermain. Anak mengamati apa yang dimainkan oleh anak lain tetapi tidak memiliki keinginan untuk terlibat di dalam kegiatan bermain tersebut. Anak-anak mulai memperhatikan lingkungannya. Di sinilah anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk memahami bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan. Walaupun anak sudah mulai tertarik dengan aktivitas lain yang diamatinya, anak belum memutuskan untuk bergabung. Anak biasanya cenderung mempertimbangkan apakah ia akan bergabung atau tidak. Sebagai contoh, anak duduk di bawah pohon mengamati teman lainnya yang sedang asyik bermain bola. 4. Berdampingan (Parallel play) terjadi ketika anak bermain terpisah dari anakanak lain, tetapi menggunakan mainan-mainan yang sama seperti yang digunakan anak-anak lain atau dengan cara meniru cara mereka bermain. 5. Kerjasama (cooperative play) meliputi interaksi sosial di dalam suatu kelompok yang memiliki suatu rasa identitas kelompok dan kegiatan yang terorganisasi.Pada tahapan ini, anak memiliki interaksi sosial yang teratur. Kerja sama atau pembagian tugas/peran



dalam permainan sudah mulai diterapkan untuk mencapai satu tujuan tertentu. E. Tahapan Bermain 1). Tahap Eksplorasi (exploratory stage), Tahap eksplorasi ditandai dengan kegiatan melakukan gerakan-gerakan acak dan mencoba mengenali suatu benda yang diberikan kepadanya. Anak akan mencoba meraba, memegang, mengambil, dan mempelajari suatu benda. Tahap eksplorasi ini dilalui sejak anak masih bayi sampai anak dapat berjalan. 2).Tahap Permainan (toy stage) ,Tahap permainan dimulai setelah anak dapat berjalan (sekitar usia satu tahun) sampai usia 5 dan 6 tahun. Tahap permainan ditandai dengan kegiatan bermain sendiri, berfantasi menganggap bahwa alat permainan yang mereka pergunakan memiliki sifat hidup seperti dapat berbicara, bergerak, dan bernyayi. 3). Tahap Bermain (play stage) ,Tahap bermain dimulai ketika anak sudah mulai membutuhkan kehadiran teman dan biasanya terjadi pada saat usia sekolah. Tahap bermain ditandai dengan kegiatan bermain yang semakin beragam, selain masih menggunakan alat permainan ketika mereka bermain sendiri, anak juga mulai memiliki minat dalam olahraga dan hobi. 4).Tahap Melamun (daydream stage). Tahap melamun terjadi saat menjelang masa remaja. Anak semakin banyak menghabiskan waktunya untuk melamun. Secara jelas, Piaget yang kemudian disempurnakan oleh Smilansky dalam Dockett dan Fleer mendeskripsikan kegiatan bermain menjadi empat tahapan yaitu: 1. Bermain fungsional (functional play) ,Bermain fungsional berkaitan dengan tahapan perkembangan sensori motor, yang melibatkan penggunaan



objek atau tindakan yang berulangulang. 2. Bermain konstruksi (construction play) ,Bermain konstruksi melibatkan penggunaan alat-alat untuk menciptakan sesuatu yang tetap terbentuk setelah kegiatan bermain selesai. 3. Bermain simbolik (symbolic play) ,Kegiatan bermain simbolik merupakan kegiatan bermain yang mengizinkan anak untuk mentransfer objek ke dalam simbol tertentu (sesuatu yang mewakili sesuatu), dan mengimajinasikannya ke dalam peran seseorang, tempat, atau kejadian dan pengalaman yang pernah dirasakan oleh anak. Kegiatan bermain simbolik ini berhubungan dengan perkembangan representasi mental seperti bermain peran. Kegiatan bermain peran (role-play) merupakan kegiatan bermain yang ditandai dengan anak mulai berpura-pura melakukan suatu aktivitas dan menggunakan kata-kata untuk menyampaikan makna non literal. 4. Bermain dengan aturan (games with rules) yang berlangsung pada tahap perkembangan operasional konkret atau pada masa sekolah dasar.



3.KB 3 A. Merancang media bermain anak usia dini Langkah-langkah dalam perencanaan media secara umum dapat dirinci sebagai berikut : (1). Identifikasi kebutuhan dan karakteristik anak, (2) Perumusan tujuan instruksional (instructional objective), (3) Perumusan butir-butir materi yang terperinci, (4) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan, (5) menuliskan naskah media, (6) merumuskan instrumen dan tes dan revisi. B. Fungsi dan Kedudukan Media dalam



Pembelajaran ,berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. C. Media Bermain Anak Usia Dini 1. Alat edukatif untuk membangun ,Terdiri dari semua alat permainan yang dibuat dengan berbagai macam bahan seperti plastik, kayu, gabungan bermacam-macam bahan yang dapat digunakan untuk mencipta bangunan. Alat ini dapat berbentuk balok-balok dalam berbagai macam ukuran. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia. 2. Alat permainan edukatif untuk melatih berbagai macam pengertian mengenai warna, bentuk dan ukuran ,Peralatan ini terbuat dari berbagai macam bahan. Misalnya kertas, plastik, kayu dan sebagainya. Pada usia prasekolah anak perlu menguasai berbagai konsep seperti warna, ukuran, bentuk, arah, besaran dan lain-lain. D. Alat Permainan Visual Edukatif 1. Aktivitas Bahasa a. Album Foto Abjad ,Terbuat dari foto berbagai obyek dan di bawah foto ditulis huruf awalnya. Kegiatan: suruh anak untuk menunjuk beberapa benda dan menyebutkan huruf awal serta bunyinya dengan demikian anak akan dapat mengenal abjad, b. Foto-foto berpasangan, Cara membuatnya potret berbagai benda yang dikenal si kecil dan cetak dua buah untuk masingmasing foto. Tempelkan foto-foto itu di karton/kertas tebal, gunting dan tutup



setiap guntingan foto dengan plastik bening sehingga terbungkus rapi. c. Huruf-huruf Amplas ,Cara membuatnya siapkan beberapa lembar amplas, lalu potong. Susunlah tiap huruf tersebut di atas karton tebal. Huruf-huruf ini akan terasa menonjol bila diraba oleh si kecil. Suruhlah ia meraba huruf-huruf itu, pertama dengan mencobanya bersama kita dan kemudian ia akan memperhatikan kita menggunakan jari untuk menelusuri bentuk huruf secara benar. d. Dinding Kata ,Dinding kata ini dapat dibuat di berbagai tempat. Bagian depan kulkas misalnya bisa dijadikan tempat untuk menempelkan huruf-huruf dengan menggunakan magnet. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk anak-anak yang baru mulai belajar membaca dengan mengenal tulisan. e. Buku Teka-teki Abjad ,Cara membuat buku teka-teki yaitu dimana satu halaman berisi petunjuk dan halaman selanjutnya berisi jawaban. Untuk buku atau kartu permainan, bantulah si kecil menentukan obyeknya, dan beri tiga atau empat petunjuk. Misalnya: saya buah, saya berwarna kuning, saya rasanya asam. Kegiatan ini dapat membuat anak berpikir kritis dan berpikir imajinatif. f. Tabel Tugas ,Memberikan tugas pada anak bisa mendorong keinginannya untuk mandiri dan memberikan kepuasan saat tugasnya telah selesai dilaksanakan. Untuk mengatur tugas anak dapat dibuat tabel penuh warna agar lebih menarik. Tabel tugas bisa dibuat dengan menggunakan amplop bertuliskan nama anak dan kartu bergambarkan tugas mereka. g. Menyortir Gambar-gambar ,Ajaklah si kecil mengumpulkan gambar berbagai jenis makanan yang ia sukai dan yang tidak ia sukai dari majalah dan menempelkannya untuk dijadikan hiasan



kolase. h. Jam Gambar ,Cara membuatnya yaitu gambarlah sebuah lingkaran di karton tebal, lubangi pusat lingkaran itu, dan gunting kemudian tempelkan gambargambar benda dan gambarlah sebuah anak panah di karton, setelah itu tempelkan sepotong karton tebal di bawahnya. i.



Garis dan lengkungan ,Cara membuatnya adalah guntinglah garis lurus yang panjang dan pendek serta setengah lingkaranyang besar dan kecil dari karton, dan berikan beberapa guntingan kertas itu kepada si kecil sekaligus.



2. Aktivitas Matematika a). Deretan angka ,Cara membuat deretan angka dengan menggunting angka-angka pada kalender bekas dan menaruhnya di sebuah kotak. Kemudian tempelkan angka tersebut secara berurutan pada selembar kertas berwarna. Usahakan agar kertas tidak terlalu panjang agar anak bisa menyelesaikannya dengan baik. Hal ini membantu anak bisa belajar menghitung hingga angka 100. b). Kwartet angka.Buatlah kartu-kartu dengan angka di dalamnya. Kumpulkan bermacammacam benda, mintalah anak untuk menghitung jumlah benda yang sesuai dengan angka yang tertera pada masing-masing kartu. Lalu pasangkan benda tersebut dengan angkanya. Kartu tersebut bisa dibuat dalam ukuran yang cukup besar sehingga seluruh benda itu bisa diletakkan semuanya di atas kartu. c). Tusuk Gigi ,Anak-anak yang masih kecil biasanya berpikir bahwa angka selalu statis. Jadi menurut mereka angka 5 atau 7 tidak dapat ditampilkan dengan cara lain dan masih tetap merupakan 5 atau 7. Untuk belajar memahami bahwa sebuah angka tetap sama meski diatur dengan cara berbeda, maka ajaklah anak untuk melakukan kegiatan dengan tusuk gigi. D). Jam tiruan , Buatlah jam tiruan dari



kertas kardus, kemudian tanyakan jam berapa kepada anak sesuai dengan gambar atau anak diminta menunjukkan/mengarahkan arah jarum jam sesuai yang kita perintahkan. e). Menjiplak uang logam.Perkenalkanlah semua uang jenis logam. Setelah itu, letakkan uang logam di bawah kertas putih dan bantulah ia menjiplak dengan menggunakan krayon. Buatlah jiplakan dari kedua sisi uang logam. 3. Aktivitas Motorik a. Alat-alat keterampilan untuk menggunting, menempel, melipat, mengancing, membuat simpul dan lain-lain b. Papan titian jalan lurus, zigzag,Papan titian ini bertujuan agar anak mampu mengontrol gerakan kasar secara sadar dan untuk keseimbangan, serta mampu mengontrol gerakan halus. c. Kolintang/gendang ,Kolintang adalah salah satu alat musik tradisional masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Alat musik ini terbuat dari kayu khusus yang disusun dan dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul baik untuk perkembangan otot dan motorik kasar anak usia dini. d. Balok-balok berkonstruksi, Balok ini umumnya terbuat dari kayu. Bentuknya macam-macam dan warnanyapun ada yang beraneka ragam dan menarik anak untuk dijadikan mainan. Balok adalah mainan yang tergolong edukatif untuk anak. Balok ini dapat melatih motorik anak saat mereka mengambil balok dan membangun sebuah bangunan dari balok tersebut. 4. Media Bermain Untuk Aktivitas Sosial Emosi a). Boneka, binatang mainan dan lain-lain Boneka, binatang ataupun alat-alat main lainnya untuk bermain peran baik untuk digunakan dalam menstimulasi perkembangan sosial emosi anak usia dini.



5. Media bermain yang digunakan kelompok a). Alat bermain untuk mengekspresikan diri 6. Media Bermain untuk Aktivitas Moral Agama a). Modelling model dll



dan contoh: buku cerita,



b). Melibatkan anak menolong orang lain: alat bermain untuk membangun, alat-alat bermain peran c).Cerita serial keagamaan : buku cerita, boneka jari, boneka tangan 7. Media Bermain Aktivitas yang mendukung kreativitas anak a. art and craft: kertas warna, lem playdough, tanah liat, lem cat warna b. Melukis: krayon pensil cat warna c. Berfikir kreatif: botol bekas, potongan kain, lem, dan sebagainya E. Karakteristik Media Bermain Berdasarkan Usia 1. Media Pembelajaran anak usia 4-5 tahun a). Aneka games kelompok kecil b). Balok-balok konstruksi c). Bahan-bahan untuk menggunting, merekat, melipat d). Alat bermain peran mikro dan peran makro e). Benda-benda untuk mengenal angka dan huruf f). Alat permainan diluar seperti papan jungkat jungkit, perosotan 2. Media Pembelajaran anak usia 5-6 tahun a). Alat permainan peran makro dan mikro



b).Alat-alat untuk belajar angka dan huruf c). Alat permainan di luar ruang; papan titian, papan jungkat jungkit, ayunan dll d). Alat-alat keterampilan untuk menggunting, menempel, melipat. e). Balok-balok berkonstruksi f). Peralatan sehari-hari (kursi, meja, sapu, kemoceng dll) F. Media Bermain Berbasis IT 1. Teks , Teks adalah suatu kombinasi huruf yang membentuk satu kata atau kalimat yang menjelaskan suatu maksud atau materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh orang yang membacanya. Teks tidak bisa dipisahkan dalam penggunaan komputer. Teks merupakan dasar dari pengolahan kata dan informasi berbasis multimedia. 2. Grafik, Grafik merupakan komponen penting dalam multimedia. Grafik berarti juga gambar (image, picture, atau drawing). Gambar merupakan sarana yang tepat untuk menyajikan informasi, apalagi pengguna sangat berorientasi pada gambar yang bentuknya visual (visual oriented). 3. Gambar Diam ,Gambar merupakan penyampaian informasi dalam bentuk visual. Gambar menurut Agnew dan Kellerman (1996) adalah gambar dalam bentuk garis (line drawing), bulatan, kotak, bayangan,warna dan sebagainya yang dikembangkan dengan menggunakan perangkat lunak agar multimedia dapat disajikan lebih menarik dan efektif. Gambar atau images berarti pula gambar raster (halftone drawing), seperti foto. 4.Video, Video pada dasarnya adalah alat atau media yang dapat menunjukkan simulasi benda nyata. Agnew dan Kellerman (1996) mendefinisikan video sebagai media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar bergerak dan dapat



memberikan ilusi/fantasi.



a. Animasi ,Animasi adalah suatu tampilan yang menggabungkan antara media teks, grafik dan suara dalam suatu aktivitas pergerakan. Neo & Neo (1997) mendefinisikan animasi sebagai satu teknologi yang dapat menjadikan gambar yang diam menjadi bergerak kelihatan seolah-olah gambar tersebut hidup, dapat bergerak, beraksi dan berkata. Dalam multimedia, animasi merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layer. Animasi digunakan untuk menjelaskan dan mensimulasikan sesuatu yang sulit dilakukan dengan video. b. Audio (Suara/bunyi) ,Audio didefinisikan sebagai macam-macam bunyi dalam bentuk digital seperti suara, musik, narasi dan sebagainya yang bisa didengar untuk keperluan suara latar, penyampaian pesan duka, sedih, semangat dan macammacam disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Disisi lain audio juga dapat meningkatkan daya ingat serta bisa membantu bagi pengguna yang memiliki kelemahan dalam penglihatan. c. Interaktivitas, Elemen ini sangat penting dalam multimedia interaktif. Elemen lain seperti teks, suara, video dan foto dapat disampaikan dimedia lain seperti TV dan VCD player, tetapi elemen interaktif hanya dapat ditampilkan di komputer. 4.KB 4 A. Memilih media bermain 1. Tahap pertama adalah melakukan analisis terhadap karakteristik anak. 2. menentukan tujuan aktivitas bermain atau kompetensi yang diharapkan tercapai. 3. kegiatan memilih media, memodifikasi media yang sudah ada atau merancang



sesuai kebutuhan. 4. Setelah media tersebut dipilih sesuaikan dengan karakteristik anak dan tujuan aktivitas bermain lalu langkah selanjutnya digunakan dalam pembelajaran. 5. respon anak terhadap penggunaan media tersebut. Kita harus ingat bahwa sasaran akhir dalam sebuah pembuatan media adalah harus dapat dipahami, dimengerti dan memudahkan anak melakukan kegiatan belajar dan memperoleh sejumlah pengetahuan. 6. melakukan evaluasi. Evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat suatu keputusan tentang nilai suatu objek. B. Memilih Media Berbasis Teknologi Informasi untuk Anak Usia Dini 1. Aplikasi untuk Belajar Anak TK dari educastudio.com a. Marbel Kids Learn To Count b. Marbel Lancar Belajar Membaca c. Marbel Belajar Budaya Nusantara berisi sejumlah informasi studi Sosial d. Paket Belajar Lengkap TK 2.Youtube a. Video pembelajaran sains untuk AUD b. Dongeng Cerita Rakyat Nusantara c. Video Cerita tentang Moral. C. Merancang Lingkungan Bermain 1. Lingkungan Belajar Indoor Pada lingkungan indoor pada anak usia dini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan. (a) Pertimbangkan ukuran dan bentuk ruangan, area makan, kamar mandi dan area toilet. (b) Bagaimana bisa membuat penggunaan terbaik dari ruang yang tersedia dan membuat daerah yang



aman bagi anak-anak. (c) Bagaimana bisa mengatur furnitur untuk menciptakan ruang bermain terpisah. (d) Apakah ada cahaya yang cukup di ruangan untuk anak. (e) Bisakah anak-anak melihat ke area luar. (f) Dapatkah membuatnya lebih gelap pada waktu istirahat menggunakan tirai, nuansa warna atau pembagi ruang. (g) Dapatkah saudara menggunakan cahaya alami untuk meningkatkan proses pembelajaran di ruangan. 2. Lingkungan Outdoor a. Tata letak dan disain ruangan memberi kesempatan kepada anak untuk bergerak dengan aman dan memberi rasa nyaman b. Memanfaatkan elemen alami c. Memberikan pengalaman bermain



berbagai



d. Dapat diakses oleh anak-anak dengan kebutuhan khusus ataupun tidak berkebutuhan khusus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat e. Dapat digunakan anak-anak dari berbagai usia bermain bersama f. Membangun mengalami berkelanjutan dengan tepat



peluang untuk tantangan dan dipelihara



g. Memungkinkan untuk dirubah dan ganti. D. Merancang Kegiatan untuk Bermain Prinsip dasar merancang kegiatan bermain untuk anak usia dini adalah sebagai berikut: 1. Pilih aktivitas yang seru dan bersifat mendidik. Mendidik di sini bukan hanya berarti belajar



berhitung atau membaca, tetapi juga belajar mandiri, membuat keputusan sendiri, dan menjelajahi kreativitas. 2. Jangan takut kotor. Beberapa aktivitas akan menyebabkan ruangan berantakan, tapi tidak perlu khawatir terkena cipratan cat atau coretan tinta karena cara menghilangkan noda tinta yang sudah kering di baju tidaklah sulit. 3. Manfaat yang anak dapatkan dari kegiatan-kegiatan ini jauh lebih banyak. 4. Gunakan kesempatan ini untuk menjalin ikatan dengan anak. Salah satu manfaat merancang aktivitas untuk anak adalah guru bisa mengambil bagian dalam keseruannya. E. Menggunakan Permainan Tradisional di TK 1. Permainan Fisik dan Non Fisik a. Permainan Karet Permainan karet adalah permainan tradisional yang sangat terkenal di kalangan anak-anak. Permainan ini dapat dimainkan oleh laki-laki atau perempuan, namun umumnya sering dimainkan oleh anak perempuan. Permainan ini menggunakan karet gelang sebagai media untuk bermain. Karet gelang yang digunakan pun bermacam-macam baik yang berwarna hijau maupun merah. Karet gelang tersebut pun disusun dan disimpul hingga menjadi tali yang panjang. Permainan Engklek b.Permainan engklek ini biasa ditemukan pada daerah Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Di setiap daerah permainan mempunyai nama yang berbedabeda. Terdapat beberapa dugaan mengenai permainan engklek ini, Permainan ini berasal dari ’zondag-maandag’ yang berasal dari Belanda dan menyebar ke nusantara



pada zaman kolonial. Sebagian pendapat mengatakan permainan ini berasal dari Inggris. Permainan ini dikenal juga dengan nama batu lempar atau gacok. c. Permainan Kelereng (Gundu) ,Permainan kelereng ini terkenal di kalangan anak lakilaki dijaman dahulu. Namun, tidak sedikit juga anak perempuan yang memainkan permainan ini. Di daerah Jawa, permainan ini disebut bermain nekeran, di Palembang disebut ekar, dan di Banjar disebut kleker. d. Permainan Egrang ,Bermain engrang tidak membutuhkan tempat khusus. Permainan ini bisa dimainkan di tanah, lapangan, pinggir pantai, atau di jalanan. Luas arena permainannya kurang lebih tujuh sampai lima belas meter dan lebar empat sampai lima meter. Peralatan yang digunakan adalah dua buah bambu yang berukuran sama besar, kira-kira dua sampai tiga meter. 2. Permainan Olah Pikir a. Permainan Sepak Takraw Permainan sepak takraw adalah permainan yang banyak digermari oleh anakanak Indonesia pada zaman dulu. Anak-anak yang memainkan ini biasanya anak lakilaki.Permainan ini terkenal dari daerah Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Permainan sepak takraw ini dapat dimainkan kapan saja sebagai pengisi waktu luang. b. Permainan Gobak Sodor Permainan gobak sodor merupakan sebuah permainan yang populer pada zaman dahulu. Hampir semua orang memainkan permainan ini. Permainan ini membutuhkan strategi tersebut dijadikan ajang kompetisi, khususnya di sekolah-sekolah, apalagi saat menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia. c. Permainan Sepak Raga Permainan sepak raga atau yang lebih dikenal dengan nama sipak rago adalah permainan yang berkembang dari daerah Minangkabau. Permainan ini dimainkan oleh lima sampai sepuluh orang dengan cara membentuk lingkaran di suatu lapangan terbuka.



d. Permainan Bentengan Permainan bentengan ini terkenal pada tahun 90-an pada anak-anak. Permainan bentengan ini biasanya dimainkan di luar ruangan karena butuh area yang lebih luas. e. Permainan ABC lima dasar Permainan ini dinamakan ABC lima dasar karena memainkan nya hanya perlu menggunakan lima jari untuk bermain ABC ini. Permainan tradisional ini tidak membutuhkan alat apapun karena hanya menggunakan jari-jari yang diciptakan oleh Tuhan sebagai alat penghitungan ABC. 3. Permainan Adu Ketangkasan Permainan adu ketangkasan merupakan bentuk permainan yang didalam memainkannya ada kompetisi baik secara individual maupun kelompok. a. Permainan Layang-Layang Bermain layang-layang sangat menyenangkan apalagi jika layang-layang yang kita terbangkan melayang tinggi di udara. b. Permainan Gasing Permainan gasing merupakan permainan yang digemari oleh anak laki-laki. Permainan ini membutuhkan tanah yang keras karena gasing hanya berputar dengan bagus pada tanah yang keras. Gasing bisa dibuat dari kayu. c. Permainan Kucing Rumput Permainan kucing rumput ini berasal dari kota sumedang. Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak baik itu lakilaki maupun perempuan. Pada umumnya permainan ini mempunyai satu kucing dan yang lainnya sebagai jukut atau rumput. F. Aktivitas Bermain Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini Prinsip-prinsip pemilihan aktivitas tersebut di antaranya : 1. Keterlibatan yang signifikan, relevan, dan mengundang a. Anak-anak memahami tujuan tugas



b. Sedekat mungkin dengan dunia anakanak, sedekat mungkin dengan dunia mereka c. Berhubungan dengan situasi yang signifikan bagi anak-anak 2. Sesuai untuk kemampuan anak-anak: a. Dalam ruang lingkup perkembangan anak-anak b. Berdasarkan informasi sebelumnya dan terhubung dengan informasi baru c. Mengizinkan kegiatan tingkat kompleksitas



di



berbagai



3. Menanggapi perbedaan individu Minat pribadi, preferensi, kecenderungan, dan berbagai metode belajar 4. Responsif terhadap Perbedaan Sosial dan Lingkungan Menghargai dan mendukung bahasa dan budaya individual dan menciptakan ikatan antara budaya di mana anak tumbuh dan budaya asalnya 5. Mendorong perkembangan anak di berbagai bidang a. Mengatasi kebutuhan emosional b. Memperkuat rasa aman dan memiliki c. Menumbuhkan perasaan sukses dan kenikmatan melalui pembelajaran d. Mempromosikan kemampuan kognitif



pengembangan



e. Mengembangkan ekspresi diri f. Memulai eksperimen pemecahan masalah g. Mengundang interaksi belajar untuk berteman



dalam sosial



dan



h. Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus 6. Memfasilitasi pembelajaran integratif



a. Topik dengan potensi untuk mendorong perkembangan anak-anak di berbagai bidang b. Isi program mengintegrasikan berbagai mata pelajaran dan bidang pengembangan 7. Memungkinkan untuk konten kurikulum inti



memasukkan



8. Andal, benar, akurat, tidak menciptakan distorsi 9. Memungkinkan tingkat kebebasan inisiatif untuk anak-anak, orang tua dan profesional lainnya 2



Daftar materi yang sulit dipahami di modul ini



1. KB 1  Pada poin C. manfaat dan fungsi bermain tidak dijabarkan secara detail



3



Daftar materi yang sering mengalami miskonsepsi



1. Saya kira permainan tradisonal susah masuk dalam penilaian perkembangan fisik motorik anak



4



Pemecahan masalah



1. Setelah mempelajari modul ini ternyata perkembangan FM anak lebih menarik jika melakukan kegiatan permainan tradisional dan anak lebih tahu akan keragaman budaya dan permainan daerah lainnya