Logbook Kangkung [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG (Ipomea reptans Poir) DAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum) ORGANIK MENGGUNAKAN POLA TANAM MULTIPE CROPPING Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas MK. Sistem Pertanian Berkelanjutan Organik di Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran



Oleh : Nama Npm KELAS A



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2021



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Tuhan YME yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan YME atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan praktikum sebagai tugas dari mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan Organik dengan judul “Laporan Praktikum Budidaya Tanaman Kangkung dan Bawang Daun Dengan Sistem Multiple Cropping” Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.



Bandung, 12 November 2021



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pertanian konvensional berbasis high input energy seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat menurunkan produktivitas tanah. Menurunnya kesuburan tanah dan kerusakan lingkungan merupakan dampak masif dari program revolusi hijau pada tahun 1980an. Pada tahun tersebut pemerintah menggalakan pemakaian pupuk dan pestisida kimia untuk peningkatan produktivitas secara cepat namun tidak terkendali. Sistem pertanian konvensional memang telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian. Namun dibalik keberhasilan tersebut, sistem pertanian konvensional tidak terlepas dari resiko negatif. Budidaya berwawasan lingkungan adalah suatu budidaya pertanian yang direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan sifat-sifat, kondisi dan kelestarian lingkungan hidup, dengan demikian sumber daya alam dalam lingkungan hidup dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga kerusakan dan kemunduran lingkungan dapat dihindarkan dan melestarikan daya guna sumber daya alam dan lingkungan hidup. Menurut Prasetya (2010) pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis dan Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk – produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus akan berdampak negatif terhadap produktivitas tanah. Karena itu, memupuk tanaman lebih dianjurkan menggunakan pupuk organik. Sistem penanaman merupakan salah satu aspek penting yang menunjang hasil produktivitas suatu tanaman. Sistem pertanaman pada pertanaman organik bisa menggunakan pola tanaman tunggal (monokultur) dan pola tanam ganda (polikultur). Sistem penanaman ganda merupakan sistem bercocok tanam dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman dalam sebidang tanah bersamaan atau digilir. Multiple cropping atau sistem tanam ganda merupakan usaha pertanian untuk mendapatkan hasil panen lebih dari satu kali dari jenis atau beberapa jenis pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun. Sistem ini dapat



menunjang strategi pemerintah dalam rangka pelaksanaan program diversifikasi pertanian yang diarahkan untuk dapat meningkatkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dengan tetap memperhatikan kelestariannya. Oleh karena itu, kelompok kami melakukan kegiatan budidaya tanaman kangkung darat dan bawang daun secara organik dengan sistem pola tanam ganda untuk mengetahui bagaimana cara penanaman, pemeliharaan, dan pengendalian serta membandingkan hasil produktivitasnya dengan pertanaman budidaya secara konvensional.



1.2 Dasar Teori Tumpang sari adalah penanaman dua tanaman atau lebih secara bersama-sama atau dengan interval waktu yang singkat, pada sebidang lahan yang sama. Tumpang sari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan diantara tanaman semusim dengan tanaman tahunan, Tumpang sari ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik-baiknya agar diperoleh hasil yang maksimum (Jumin, 2011). Dalam pertanaman tumpangsari, hasil tanaman secara keseluruhan lebih tinggi daripada pertanaman monokultur apabila pemilihan kombinasi jenis tanaman yang ditumpangsarikan tepat (Leihner, 1978 dalam Pramudyani 2012). Upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman perlu selalu diupayakan. Menurut Mimbar (1994), dengan keterbatasan lahan yang dimiliki maka perlu diupayakan usaha peningkatan intensitas penggunaan lahan dengan sistem tumpang sari. Haryanto et al., (2003) menyatakan bahwa tanaman sawi-sawian dapat ditumpangsarikan dengan kucai (bawang daun), mint, radis, wortel, bayam, kangkung darat, atau sayuran lainnya yang memiliki perakaran dangkal dan tajuk tak terlalu lebar. Tanaman pendamping yang dapat ditumpangsarikan dengan tanaman caisim diantaranya ialah tanaman bawang daun. Bawang daun dapat digunakan untuk mengusir hama dikarenakan baunya yang khas. Tanaman bawang tergolong tanaman penolak hama (repellent). Menurut Dadang (1999), dalam Nirmayanti (2014) tanaman repellent/penolak organisme pengganggu tanaman (OPT) akan melindungi tanaman di dekatnya dengan bau-bauan yang dikeluarkan oleh tanaman tersebut, bentuk dan warna daun atau bunga yang khas yang tidak disukai hama, sehingga hama akan menjauh dari tanaman utama.



Penelitian Pramudyani, dkk (2012) menunjukkan bahwa usahatani tanaman cabai yang ditanam secara tumpangsari dengan sayuran daun (sawi, seledri dan bawang daun) sebagai tanaman sela lebih menguntungkan dibanding dengan yang ditanam secara monokultur, produksi tanaman cabai merah yang ditanam secara tumpangsari dengan bawang daun memberikan hasil yang lebih tinggi dari tanaman yang ditanam secara monokultur dan tumpang sari dengan sayuran daun lainnya (12 t/ha) dengan serangan organisme pengganggu tanaman paling rendah (jumlah daun keriting sebanyak 84,4 tanaman). Tumpangsari caisim dan bawang daun dapat tumbuh dengan optimal jika struktur tanah mendukung, yaitu dengan tersedianya nutrisi atau unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pengaruh erosi, penguapan dan eksploitasi tanah secara sengaja mengakibatkan berkurangnya unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan.



.



HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN BUDIDAYA KOMODITAS KANGKUNG DAN BAWANG DAUN MENGGUNAKAN POLA TANAM MULTIPLE CROPPING (OKTOBER 2021 - NOVEMBER 2021)



Nama



:



NPM



:



Kelompok



:3



Tujuan Praktikum : Budidaya organik di pekarangan rumah ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui cara budidaya organik dengan menggunakan pola multiple cropping 2. Mengetahui cara penanaman, pemeliharaan, dan pengendalian OPT pada komoditas organik.



Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan kompos dengan metode takakura adalah sebagai berikut : a. Alat 1. Sekop tanah 2. Polybag 3. Gembor atau penyiram tanaman b. Bahan 1. Media kompos seperti tanah, arang sekam, dan cocopeat 2. Benih kangkung dan daun bawang 3. Pupuk organik cair MOL (Mikroorganisme Lokal) Prosedur Kerja : Prosedur kerja dalam budidaya organik komoditas kangkung dan bawang daun adalah sebagai berikut :



1. Pertama-tama siapkan alat dan bahan seperti media kompos (tanah, arang sekam, cocopeat yang sudah dicampurkan) dan sekop. 2. Lalu, masukkan media kompos (tanah, arang sekam, cocopeat yang sudah dicampurkan) tersebut pada polybag dan jangan lupa untuk disiram terlebih dahulu. 3. Kemudian, benih kangkung dan daun bawang tersebut disebar berdasarkan pola tanam tumpang sari dengan membuat lubang tanam secara zig-zag. 4. Setelah itu, tutup kembali lubang tanam tersebut dengan media kompos yang berada dalam polybag. 5. Selanjutnya, siramlah menggunakan larutan hasil fermentasi MOL (Mikroorganisme Lokal). Hasil Praktikum : a. Dokumentasi prosedur kerja : Alat dan Bahan



b. Dokumentasi hasil pengamatan : (FOTO SAAT MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN/ Minggu ke 1)



(FOTO SAAT PENANAMAN/ Minggu ke 1)



(FOTO SAAT APLIKASI PEMUPUKAN/ Minggu ke 2)



(FOTO SAAT PENGENDALIAN OPT/ Minggu ke 3 dan ke 4)



Uraian Kegiatan Praktikum MINGGU KE 1 Pada minggu ke-1 kegiatan praktikum yang dilakukan yaitu MINGGU KE 2 Pada minggu ke -2 kegiatan praktikum yang dilakukan yaitu



MINGGU KE 3 Pada minggu ke-3 kegiatan praktikum yang dilakukan yaitu



MINGGU KE 4 Pada minggu ke-3 kegiatan praktikum yang dilakukan yaitu



PEMBAHASAN



Berdasarkan hasil pengamatan selama 4 minggu diperoleh bahwa pada minggu pertama kegiatan yang berlangsung adalah persiapan alat dan bahan serta melanjutkan dengan proses penanaman, yang mana proses penanaman ini dilakukan dengan menggunakan media tanam kompos dengan komposisi tanah, arang sekam, dan cocopeat yang sudah dicampurkan. Media kompos dengan komposisi ini dipilih dikarenakan komposisi-komposisi tersebut termasuk komposisi yang dapat berperan baik dalam pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman terutama tanaman kangkung serta bawang daun. Sebagai salah satu komposisi media tanah, arang sekam dapat berperan untuk memperbaiki sifat tanah. Sifat-sifat tanah yang dapat diperbaiki ini di antaranya, yaitu sifat fisik tanah seperti porositas dan aerasi, serta pengikat unsur hara yang baik (Komarayati, dkk dalam Pratiwi, dkk (2017)). Lalu, komposisi selanjutnya adalah cocopeat, yang mana cocopeat ini dapat memiliki kemampuan untuk menyimpan air yang sangat tinggi, yaitu sebesar 69%. Selain itu, cocopeat ini memiliki kemampuan lain sebagai penyerap air dan penggembur tanah yang baik (Irawan, dkk (2014) dalam Pratiwi, dkk (2017)). Maka dari itu, kombinasi media tanam kompos ini memberikan pengaruh yang sangat baik pada tanaman kangkung dan daun bawang yang akan di tanam. Terlebih pada konsep pertanian yang diterapkan pada praktikum ini merupakan konsep pertanian organik, yang pastinya kearifan atau potensi lokal yang baik dan unggul terutama dari media tanam yang digunakan sangat dibutuhkan untuk mendukung produk atau hasil pertanian yang baik walau tanpa input bahan-bahan kimia. Selain menggunakan media tanam dengan kombinasi tanah, arang sekam, dan cocopeat, pada praktikum ini pertanaman dilakukan dengan metode tumpang sari antara tanaman kangkung dan tanaman daun bawang. Hal tersebut dikarenakan metode tumpang sari ini merupakan salah satu usaha dan strategi yang mendukung proses pertanian berkelanjutan (Ridwan, 2019). Selain itu, metode tumpang sari ini pun akan membantu agar tanaman terhindar dari serangan hama atau penyakit tanaman. Hal tersebut dikarenakan tanaman kangkung akan terlindungi oleh tanaman yang lebih tinggi dari tanaman kangkung ini, yaitu tanaman daun bawang.



Pada minggu kedua proses pengamatan dan pemberian MOL (Mikroorganisme Lokal) dilakukan. Pemberian MOL ini dilakukan dengan mencampurkan MOL yang sudah dibuat pada praktikum sebelumnya dengan air, setelah itu disiramkan ke area sekitar tanaman. Pada minggu kedua ini sebelum diberikan MOL, tanaman hanya mendapatkan nutrisi dari media tanamnya saja. Namun, tanaman kangkung dan daun bawang tetap memiliki pertumbuhan yang baik walau tidak diberikan nutrisi tambahan berupa pupuk anorganik. Hal tersebut dikarenakan pada media tanam kompos yang diberikan sudah terdapat nutrisi dan unsur hara seperti kandungan nitrogen dan bahan organik yang tinggi (Ridwan, 2019). Lalu, pada minggu ketiga dan keempat proses pengamatan dilakukan kembali dan terlihat bahwa pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan baik walau tanpa adanya input tambahan.



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan



Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kombinasi media tanam kompos ini memberikan pengaruh yang sangat baik pada tanaman kangkung dan daun bawang yang akan di tanam. Dengan metode tumpang sari ini pun akan membantu agar tanaman terhindar dari serangan hama atau penyakit tanaman. Hal tersebut dikarenakan tanaman kangkung akan terlindungi oleh tanaman yang lebih tinggi dari tanaman kangkung ini, yaitu tanaman daun bawang. Maka dari itulah, pertumbuhan dan perkembangan kedua tanaman tersebut



berlangsung



dengan



baik



walau



tanpa



adanya



input



tambahan



karena



komposisi-komposisi (komposisi tanah, arang sekam, dan cocopeat) inilah yang dapat berperan baik dalam pertumbuhan dan perkembangan dari tanaman terutama tanaman kangkung serta bawang daun.



3.2 Saran Dalam budidaya kangkung dan daun bawang, pemupukan harus dilakukan pada kisaran umur 2 minggu, dan pada pemupukan lanjutan dapat dilakukan secara berkala.



DAFTAR PUSTAKA Junior, R. S. S., Hariyadi, H., & Mulatsih, S. (2017). Strategi Pengembangan Usahatani Kangkung Organik di Kabupaten Bogor. Jurnal Agribisnis Indonesia (Journal of Indonesian Agribusiness), 5(2), 137-150. Pramudyani, L., Qomariah, R., & Yassin, M. (2014, June). Tumpangsari tanaman cabai merah dengan bawang daun menuju pertanian ramah lingkungan. In Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor (Vol. 18, p. 19). Pratiwi, N. E., Simanjuntak, B. H., & Banjarnahor, D. (2017). Pengaruh Campuran Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Stroberi (Fragaria vesca L.) sebagai Tanaman Hias Taman Vertikal. AGRIC, 29(1): 11-20. Ridwan, M. (2019). Produktivitas Tumpangsari Beberapa Varietas Caisim dan Takaran Pupuk Kandang Ayam Dalam Pola Tumpangsari Tanaman Caisim dan Bawang Daun. Jurnal Sains Agro, 4(1).



LAMPIRAN LINK VIDEO BUDIDAYA KANGKUNG DAN BAWANG DAUN :