LP Dan Askep Cerebral [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Dasar 1.1.1 Definisi Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal (Suriadi Skep : 2006). Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal denga gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan mental (Ngastiyah : 2000) Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif,sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang (Behrman:1999). Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia, basal, cereblum dan kelainan mental. 1.1.2 Etiologi Penyebab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1.1.2.1 Pranatal Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental. Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan dapat menimbulkan “cerebral palsy”. 1.1.2.2 Perinatal 1)



Anoksia / hipoksia Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury. Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan persentase bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio Caesar.



2)



Perdarahan otak Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak, 1



2



mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.



Perdarahan



dapat



terjadi



di



ruang



subaraknoid



akan



menyebabkan penyumbatan CSS, sehingga mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat menekan korteks serebri, sehingga timbul kelumpuhan spastis. 3)



Prematuritas Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.



4)



Ikterus Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan inkompatibilitas golongan darah.



5)



Meningitis purulenta Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa“cerebral palsy”.



1.1.2.3 Pascanatal Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat menyebabkan „cerebral palsy‟. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis ensefalitis dan luka parut.



3



1.1.3 Pathway Meningitis purulenta



Virus



Infeksi terjadi dalam masa kandungan



Kelainan pada janin



Prematuritas purulenta



Perdarahan otak



Gangguan pusat pernafasan dan peredaran darah



Anoksia/haipoksia



Pembedahan



Ikterus



Masuknya bilirubun ke ganglia basal



Kerusakan jaringan otak yang kekal



Cerebral Palsy



B5 (Bowel)



B6 (Bone)



Kemampuan menelan terganggu, nafsu makan menurun



Kerusakan motorik



MK. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuuh



Kelumpuhan spastisitas: hemiplegi kanan Gangguan pertumbuhan dan perkembangan



Gangguan mobilitas fisik



3



Faktor predisposisi:



4



1.1.4 Gejala Klinis Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy. 1.1.4.1 Spastisitas Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecendrungan terjadi kontraktur. Golongan spastitis ini meliputi 2/3 – ¾ penderita „cerebral palsy‟ Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu: 1) Monoplegia/monoparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya 2) Hemiplegia/diparesis kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama 3) Diplegia/diparesis kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan 4) Tetraplegia/tetraparesis Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai 1.1.4.2 Tonus otot yang berubah Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. 1.1.4.3 Koreo-atetosis Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi sendirinya (involuntary movemen). 1.1.4.4 Ataksia Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. 1.1.4.5 Gangguan pendengaran Terdapat pada 5 – 10% anak dengan „cerebral palsy‟. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada golongan koreo- atetosis. 1.1.4.6 Gangguan bicara Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental.



5



Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut, sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur. 1.1.4.7 Gangguan mata Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi. Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% derita cerebral palsy menderita kelainan mata. 1.1.5 Pemeriksaan Khusus 1) Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan



setelah diagnosis



“cerebral palsy‟ ditegakkan. 2) Fungsi



lumbal



harus



dilakukan



untuk



menyingkirkan



kemungkinan



penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada „cerebral palsy‟, CSS normal. 3) Pemeriksaan EGG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak. 4) Foto rontgen kepala 5) Penilaian psikologis perlu kerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan. 6) Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental. 1.1.6 Pengobatan Pengobatan khusus tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerjasama yang baik dan merupakan suatu „team‟ antara dokter anak, neurolog, psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi, „occupational therapist‟, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua penderita. Selain itu dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti di bawah ini: 1) Fisioterapi 2) Pendidikan 3) Obat-obatan 1.1.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan terdiri dari: 1) Non pembedahan:



Pemberian



acetazolamide,



isosorbide atau



furosemid



mengurangi produksi cairan setebrospinal. 2) Pembedahan: Pengangkatan penyebab obstruksi misalnya: Neoplasma, kista, atau hematom, pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan serebrospinal yang berlebihan dari ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya kerongga peritonium, atrium kanan, dan rongga pleural



1.2 Management Keperawatan



6



1.2.1 Pengkajian 1) Identifikasi anak yang mempunyai resiko 2) Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita 3) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi persisten, ataxic, kurangnya tonus otot. 4) Monitor respon untuk bermain 5) Kaji fungsi intelektual 1.2.1.1 Pemeriksaan Fisik 1) Muskuluskeletal : spastisitas, Ataksia 2) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, Gangguan bicara, Anak berliur, Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, Strabismus konvergen dan kelainan refraksi 3) Eliminasi : konstipasi 4) Nutrisi : intake yang kurang 1.2.1.2 Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang 1) Pemeriksaan pendengaran (untuk menentukan status pendengaran) 2) Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan) 3) Pemeriksaan serum, antibody: terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes 4) MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak vertikal. 5) EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalins) / volsetasenya meningkat (abses) 6) Analisa kromosom 7) Biopsi otot 8) Penilaian psikologik 1.2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1.2.2.1 Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan otot. TUJUAN: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 kali pertemuan mobilisasi anak membaik. KRITERIA HASIL: 1) Keseimbangan tubuh 2) Perpindahan otot 3) Jalannya INTERVENSI: 1)



Terapi mobilitas R: mengurangi resiko decubitus



2) untuk mengurangi risiko kolaborasi dengan terapi fisik R: untuk melatih kemampuannya 3) motifasi pasien untuk pemulihan R: motifasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa 4) jelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut serta latihan gerak badan



7



R: agar keluarga dapat mempraktikkan sendiri dan mengajar anaknya ketika bersama 5) monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri R: cara untuk mengalihkan nyeri 6) beri pakaian pasien yang tidak membatasi R: agar pasien leluasa dalam bergerak 7) beri PROM atau gerakan AROM R: kolaborasi 1.2.2.2 Risiko injuri b.d ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan. TUJUAN: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan keamanan diri pasien terjamin KRITERIA HASIL : - Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi risiko cedera disengaja - Deskripsi ukuran untuk mencegah jatuh - Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi INTERVENSI: 1)



identifikasi tingkah laku dan faktor yang dapat menyebabkan resiko jatuh R: untuk mengetahui faktor2 yang menyebabkan resiko jatuh agar dapat meminimalkan resiko jatuh



2) identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan potensial untuk jatuh R: untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga dapat menghindari lingkungan tersebut 3)



ajarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan cedera R: untuk meminimalisasi cedera, agar tidak terlalu parah



4) ajarkan anggota keluarga tentang faktor resiko jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan resiko R: agar keluarga mengetahui faktor2 yang dapat memberikan resiko pasien untuk jatuh, sehingga harapannya keluargaa dapat menghindarkan pasien dari faktor resiko jatuh 5)



sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan R: supaya keamanan pasien terjamin



1.2.2.3 Ketidakseimbangan



nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan



sistem nervous. TUJUAN: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat. KRITERIA HASIL :



8



Pemasukan vitamin, karbohidrat, kalsium, protein dan kalori adekuat INTERVENSI: 1) Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperukan R:



Untuk mengetahui apakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak



2) Pilih suplemen yang tepat R: Untuk menambah nafsu makan 3) Anjurkan makan yg tinggi kalsium R: Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang 4) Kaji nutrisi makanan yg lengkap R: Untuk mengetahui status gizi anak 5) Anjurkan pasien duduk setelah makan R: Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di muntahkan 6) Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potasium secara tepat R: Untuk melengkapi gizi seimbang 7) Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy R: Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak 8) Pastikan diet mengandung yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi R: Untuk mencegah konstipasi 9) Atur pola makan R: Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak terpenuhi. 10) Sediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi dengan ahli nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi R: Kolaborasi terapi gizi 11) Oral hygiene R: Menjaga kebersihan mulut 12) Monitor hasil lab. R: Untuk mengetahui adanya gangguan 1.2.2.4 Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit. TUJUAN: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selama 5x pertemuan orangtua pasien mengerti tentang pemberian stimulasi kepada anak. KRITERIA HASIL : 1) Menstimulasikan pertumbuhan spiritual dan emosional 2) Menstimulasikan perkembangan kognitif 3) Berinteraksi baik dengan anak 4) Memilih suplemen tambahan yang tepat 5) Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat



9



6) Bina hubungan kasih sayang 7) Menyediakan kebutuhan fisik anak 8) Menggunakan bahasa yang positif saat berbicara dengan anak 9) Berempati dengan anak INTERVENSI: 1)



Menyanyi dan bicara pada anak R: Untuk melatih kerja otak anak



2)



Fasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya R: Agar anak memiliki teman dan tidak bosan



3)



bangun interaksi satu sama lain R: Agar tercipta hubungan saling percaya



4)



sediakan



aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dgn teman



sebayanya R: Aktifitas merupakan cara untuk menghilangkan stress 5)



berikan perhatian saat dibutuhkan R: Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa kesepian



6)



ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain R:bila anak perlu bantuan, anak tahu cara untuk meminta tolong.



7)



pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya R: Untuk menghilangkan stress dan meraakan udara segar



8)



identifikasi kebutuhan spesial anak. R: Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain



1.2.3 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005). 1.2.4 EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi ((Patricia A. Potter, 2005).



BAB 2 TINJAUAN KASUS 2.1 Pengkajian Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 13 Januari 2015 (Jam 10.00 wib) di Wisma Vincent di Panti Palangka Ray Bakti Luhur Surabaya pada pasien An. R umur 19 tahun



10



yang berjenis kelamin laki-laki, alamat Perum Griya Karia, lahir di Surabaya, 24 Agustus 1995, suku Jawa, beragama islam, tanggal masuk Panti 12 Juli 2000, penanggung jawab Ny. S, umur 23 tahun, pekerjaan PNS, hubungan dengan pasien yaitu perawat/pengasuh pasien. 2.1.1 Riwayat Perawatan 2.1.1.1 Keluhan Utama Keluhan pasien yaitu tidak bisa berjalan dan berbicara. 2.1.1.2 Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengalami kelumpuhan sejak dari lahir, pasien dibawa oleh keluarga ke panti pada tanggal 17 Juli 2000. Pasien saat ini tidak dapat berjalan dan belum bisa bicara dengan jelas. 2) Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Riwayat kehamilan dan kelahiran tidak dapat dikaji. 3) Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien. 4) Susunan genogram 3 (tiga) generasi



10



Keterangan : = Laki-laki = Perempuan X



= Sudah meninggal



11



= Pasien berusia 19 Tahun = Tinggal serumah = Garis keturunan = Hubungan keluarga 2.1.2 Pemeriksaan fisik 2.1.2.1 Keadaan umum klien Tingkat kesadaran compos mentis, klien tampak lemah, tampak duduk di kursi. 2.1.2.2 Tanda-tanda vital 1) 2) 3) 4)



Tekanan darah: 110/80 mmHg Nadi: 80x/menit Suhu: 36oC Respirasi: 20x/menit



2.1.2.3 Antropometri 1) Berat badan: 40 kg 2) Tinggi badan: 150 cm Pemeriksaan fisik Kepala dan



Bentuk kepala simetris, rambut berwarna hitam, merata, rambut



Rambut



tidak mudah dicabut, tidak ada lesi, keadaan rambut bersih.



Mata



Letak simetris, warna konjungtiva merah muda, sklera putih, air mata tidak ada, reflek pupil terhadap cahaya (mengecil ketika diberi rangsangan cahaya).



Hidung



Bentuk simetris, tidak ada sekret, tidak terpasang oksigen.



Mulut



Mukosa mulut kering, pergerakan lidah bebas, palatum lunak, gigi lengkap.



Telinga



Bentuk simetris (antara kiri dan kanan), keadaan bersih.



Leher dan



Bentuk simetris, reflek menelan baik, tidak ada pembesaran



Tenggorokan



tonsil, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak terdapat benjolan.



Dada



Bentuk simetris, bunyi vesikular, tipe pernafasan dada perut, bunyi jantung lup dup.



Punggung



Bentuk tidak simetris, tidak ada benjolan dan peradangan.



Abdomen



Bentuk simetris, bising usus 12 x/menit, tidak terdapat asites, tidak terdapat nyeri tekan.



Genetalia dan



Tidak dikaji.



Anus Ekstremitas



Pergerakan otot 2 2



2 2



12



2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gizi pasien kurang terpenuhi. Pasien tidak dapat bergaul karena belum bisa berbicara dengan lancer dan jelas. Motorik halus pasien kurang baik, pasien hanya bisa memegang sapu tangan. Motorik kasar pasien kurang baik, pasien hanya bisa menggerakkan kaki dan tangannya. Kognitif pasien kurang baik, pasien belum bisa berbicara. Psikososial kurang baik, pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. 2.1.4 Pola Aktivitas Sehari-Hari No Aktivitas 1. Nutrisi



Sebelum Sakit



Selama Sakit



a. Makan



3 x sehari



3 x sehari



b. Frekuensi



1 porsi makan



1 porsi makan



c. Nafsu makan/selera Baik d. Jenis makanan



Baik



nasi, lauk, sayur, mineral,Nasi, lauk, sayur, mineral susu



Keluhan



Tidak ada



Tidak ada



Frekuensi



1 x/sehari



1 x/sehari



Konsistensi



Padat



Padat



Tidak ada



Tidak ada



3-4 x sehari



3-4 x sehari



Cair, amoniak



Cair, amoniak



2. Pola Eliminasi a.



BAB



Keluhan b.



BAK Frekuensi Konsistensi



Keluhan Tidak ada 3. Pola Istirahat dan Tidur



Tidak ada



a. Siang Waktu Kualitas Keluhan



1-2 Jam



1-2 Jam



Nyenyak



Nyenyak



Tidak ada



Tidak ada



7-8 Jam



7-8 Jam



Nyenyak



Nyenyak



Tidak ada



Tidak ada



Mandi



2 x/sehari



2 x sehari



Oral hygiene



2 x/sehari



1 x/sehari



Keluhan



Di bantu perawat



Di bantu perawat



b. Malam Waktu Kualitas Keluhan



4. Personal Hygiene



13



Sidoarjo, 13 Januari 2015



Muslina



2.2 Analisa Data



Data Subyektif Dan Data Obyektif 1. DS: DO: - Pasien tampak duduk di kursi. - Pasien hanya dapat mengangkat tangannya. - ADL di bantu oleh perawat - Pasien tidak dapat berjalan - Pergerakan otot: 2 2 2 2 - TTV TD: 110/80 mmHg Suhu: 36oC RR: 20x/menit Nadi: 80x/menit



Kemungkinan Penyebab Gangguan neuromuscular dengan kelemahan otot.



Masalah Gangguan mobilitas fisik



14



2. DS: -



-



DO: Pasien tampak duduk di kursi. Pasien belum bisa berjalan. Pasien tidak dapat bergaul karena belum bisa berbicara dengan lancar dan jelas. Motorik halus pasien kurang baik, pasien hanya bisa memegang sapu tangan. Motorik kasar pasien kurang baik, pasien hanya bisa menggerakkan kaki dan tangannya. Kognitif pasien kurang baik, pasien belum bisa berbicara. Psikososial kurang baik, pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain.



Proses penyakit



Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan



2.3 Prioritas Masalah No Diagnosa Keperawatan



1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan otot. 2. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.



15



2.4 Rencana Keperawatan Nama Klien: An. R Ruangan: Wisma Vincent



Diagnosa keperawatan 1. Gangguan mobilitas fisik b.d



Tujuan (Kriteria Hasil) Setelah dilakukan tindakan



Intervensi



Rasional



1. Terapi mobilitas 2. Motivasi pasien untuk pemulihan



1. Mengurangi resiko dekubitus.



gangguan neuromuskular dengan



keperawatan selama 3xpertemuan



kelemahan otot.



diharapkan mobilisasi pasien



3. Jelaskan kepada pasien atau



membaik dengan kriteria hasil:



keluarga tentang tujuan dan rencana 3. Agar keluarga dapat mempraktikkan untuk ikut serta latihan gerak badan sendiri dan mengajar anaknya ketika 4. Beri pakaian pasien yang tidak bersama. membatasi 4. Agar pasien leluasa dalam bergerak. 5. Beri PROM atau gerakan AROM



- Keseimbangan tubuh baik. - Perpindahan otot membaik. - ADL dapat dilakukan secara



2. Motivasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa.



mandiri. 5. Membantu memulihkan pergerakan otot.



1. Untuk melatih kerja otak anak.



keperawatan selama 3xpertemuan



1. Menyanyi dan bicara pada anak. 2. Agar anak memiliki teman dan tidak 2. Fasilitasi anak untuk berhubungan bosan. dengan teman sebaya. 3. Agar tercipta hubungan saling percaya. 3. Bangun interaksi satu sama lain. 4. Berikan perhatian saat dibutuhkan. 4. Perhatian merupakan kebutuhan yang



diharapkan keluarga mengerti tentang



5. Ajarkan



15



perkembangan b/d proses penyakit.



Setelah dilakukan tindakan



pemberian stimulasi pada pasien dengan kriteria hasil: -



Menstimulasi pertumbuhan.



-



Menstimulasi perkembangan kognitif.



16



2. Keterlambatan pertumbuhan dan



anak



untuk



pertolongan dari orang lain.



mencari



sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa kesepian. 5. Bila anak perlu bantuan, anak tahu cara



untuk meminta tolong.



16



17



1.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan



Hari/Tanggal Jam



Dx 2 1. Menyanyi dan bicara pada anak 2. Memfasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebayanya 3. Membangun interaksi satu sama lain 4. Memberikan perhatian saat dibutuhkan



27



Kamis/15-12015 10.10 Wib



Dx 1 1. Membawa pasien untuk mengikuti terapi mobilitas 2. Memotivasi pasien untuk pemulihan 3. Menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dan rencana latihan gerak badan 4. Memberi pakaian pada pasien yang tidak membatasi.



Evaluasi (SOAP)



Tanda Tangan dan Nama Perawat



S: O: -



Pasien tampak duduk dikursi Pasien hanya dapat mengangkat tangannya. ADL di bantu oleh perawat Pasien tidak dapat berjalan Pergerakan otot: 2 2 2 2 - TTV TD: 110/90 mmHg Suhu: 36oC RR: 21x/menit Nadi: 86x/menit A: Masalah belum teratasi P: Pertahankan Intervensi S: O: - Pasien tampak duduk di kursi. - Pasien belum bisa berjalan. - Pasien tidak dapat bergaul karena belum bisa berbicara dengan lancar dan jelas. 17



Kamis/15-12015 10.00 Wib



Implementasi



Muslina



Muslina



18



- Motorik halus pasien kurang baik, pasien hanya bisa memegang sapu tangan. - Motorik kasar pasien kurang baik, pasien hanya bisa menggerakkan kaki dan tangannya. - Kognitif pasien kurang baik, pasien belum bisa berbicara. - Psikososial kurang baik, pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. A: Masalah belum teratasi P: Pertahankan intervensi



18



19



2.6 Catatan Perkembangan Nama Klien Umur Diagnosa



No. 1.



: An. R : 19 Tahun : Cerebral Palsy



Hari / Tanggal



Catatan Perkembangan (SOAPIER)



Jumat, 16 Januari DX 1 2015 S :O: - Pasien tampak duduk dikursi - Pasien hanya dapat mengangkat tangannya. - ADL di bantu oleh perawat - Pasien tidak dapat berjalan - Pergerakan otot: 2 2 2 2 - TTV TD: 110/90 mmHg Suhu: 36oC RR: 21x/menit Nadi: 86x/menit A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi I : - Membawa pasien untuk mengikuti terapi mobilitas - Memotivasi pasien untuk pemulihan - Menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dan rencana latihan gerak badan - Memberi pakaian pada pasien yang tidak membatasi. E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya. 2. Mengobservasi K/U DX 2 S :O: S: O: - Pasien tampak duduk di kursi. - Pasien belum bisa berjalan. - Pasien tidak dapat bergaul karena belum bisa berbicara dengan lancar dan jelas. - Motorik halus pasien kurang baik, pasien hanya bisa memegang sapu tangan. - Motorik kasar pasien kurang baik, pasien hanya bisa menggerakkan kaki dan tangannya. - Kognitif pasien kurang baik, pasien belum bisa berbicara.



Nama / Paraf



20



Psikososial kurang baik, pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. A : Masalah belum teratasi P : Pertahankan Intervensi I : - Menyanyi dan bicara pada anak - Memfasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebayanya - Membangun interaksi satu sama lain - Memberikan perhatian saat dibutuhkan E : Pasien mengerakkan tangan dan kakinya R : - Membantu pasien berhubungan dengan teman sebayanya - Mengobservasi K/U 2.



Sabtu, 17 Januari DX 1 2015 S :O: - Pasien tampak senang bertemu dengan perawat - Pasien belum dapat makan sendiri. - Pasien hanya dapat menggerakkan kaki dan tangannya - Pasien tidak dapat berjalan - Pergerakan otot: 2 2 2 2 - TTV TD: 110/80 mmHg Suhu: 36oC RR: 20x/menit Nadi: 80x/menit A : Masalah belum teratasi P : Pertahankan Intervensi I : - Membawa pasien untuk mengikuti terapi mobilitas - Memotivasi pasien untuk pemulihan - Menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dan rencana latihan gerak badan - Memberi pakaian pada pasien yang tidak membatasi. E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya. 2. Mengobservasi K/U



21



DX 2 S: O: - Pasien tampak duduk di kursi. - Pasien belum bisa berjalan. - Pasien tidak dapat bergaul karena belum bisa berbicara dengan lancar dan jelas. - Motorik halus pasien kurang baik, pasien hanya bisa memegang sapu tangan. - Motorik kasar pasien kurang baik, pasien hanya bisa menggerakkan kaki dan tangannya. - Kognitif pasien kurang baik, pasien belum bisa berbicara. Psikososial kurang baik, pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi I : - Menyanyi dan bicara pada anak - Memfasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebayanya - Membangun interaksi satu sama lain - Memberikan perhatian saat dibutuhkan E : Pasien mengerakkan tangan dan kakinya R : - Membantu pasien berhubungan dengan teman sebayanya - Mengobservasi K/U 3.



Senin, 19 Januari DX 1 2015 S :O: - Pasien tampak membalas salam perawat - Pasien belum dapat makan sendiri. - Pasien hanya dapat menggerakkan kaki dan tangannya - Pasien tidak dapat berjalan - Pergerakan otot: 2 2 2 2 - TTV TD: 110/80 mmHg Suhu: 35,6oC RR: 20x/menit Nadi: 82x/menit A : Masalah belum teratasi P : Pertahankan Intervensi I : - Membawa pasien untuk mengikuti terapi mobilitas - Memotivasi pasien untuk pemulihan - Menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dan rencana latihan gerak badan



22



- Memberi pakaian pada pasien yang tidak membatasi. E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya. 2. Mengobservasi K/U DX 2 S: O: - Pasien tampak duduk di kursi. - Pasien belum bisa berjalan. - Pasien tidak dapat bergaul karena belum bisa berbicara dengan lancar dan jelas. - Motorik halus pasien kurang baik, pasien hanya bisa memegang sapu tangan. - Motorik kasar pasien kurang baik, pasien hanya bisa menggerakkan kaki dan tangannya. - Kognitif pasien kurang baik, pasien belum bisa berbicara. - Psikososial kurang baik, pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi I : - Menyanyi dan bicara pada anak - Memfasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebayanya - Membangun interaksi satu sama lain - Memberikan perhatian saat dibutuhkan E : Pasien mengerakkan tangan dan kakinya R : - Membantu pasien berhubungan dengan teman sebayanya - Mengobservasi K/U 4.



Selasa, 20 Januari 2015



DX 1 S :O: - Pasien tampak senang bertemu dengan perawat - Pasien belum dapat makan sendiri. - Pasien hanya dapat menggerakkan kaki dan tangannya - Pasien tidak dapat berjalan - Pergerakan otot: 2 2 2 2 - TTV TD: 110/80 mmHg Suhu: 36oC RR: 20x/menit Nadi: 80x/menit A : Masalah belum teratasi



23



P : Pertahankan Intervensi I : - Membawa pasien untuk mengikuti terapi mobilitas - Memotivasi pasien untuk pemulihan - Menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dan rencana latihan gerak badan - Memberi pakaian pada pasien yang tidak membatasi. E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya. 2. Mengobservasi K/U DX 2 S: O: - Pasien tampak duduk di kursi. - Pasien belum bisa berjalan. - Pasien tidak dapat bergaul karena belum bisa berbicara dengan lancar dan jelas. - Motorik halus pasien kurang baik, pasien hanya bisa memegang sapu tangan. - Motorik kasar pasien kurang baik, pasien hanya bisa menggerakkan kaki dan tangannya. - Kognitif pasien kurang baik, pasien belum bisa berbicara. Psikososial kurang baik, pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi I : - Menyanyi dan bicara pada anak - Memfasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebayanya - Membangun interaksi satu sama lain - Memberikan perhatian saat dibutuhkan E : Pasien mengerakkan tangan dan kakinya R : - Membantu pasien berhubungan dengan teman sebayanya - Mengobservasi K/U 2.



Rabu, 21 Januari 2015



DX 1 S :O: - Pasien tampak senang bertemu dengan perawat - Pasien belum dapat makan sendiri. - Pasien hanya dapat menggerakkan kaki dan tangannya - Pasien tidak dapat berjalan - Pergerakan otot:



24



2 2



2 2



- TTV TD: 110/80 mmHg Suhu: 36oC RR: 20x/menit Nadi: 80x/menit A : Masalah belum teratasi P : Pertahankan Intervensi I : - Membawa pasien untuk mengikuti terapi mobilitas - Memotivasi pasien untuk pemulihan - Menjelaskan pada keluarga tentang tujuan dan rencana latihan gerak badan - Memberi pakaian pada pasien yang tidak membatasi. E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya. 2. Mengobservasi K/U DX 2 S: O: - Pasien tampak duduk di kursi. - Pasien belum bisa berjalan. - Pasien tidak dapat bergaul karena belum bisa berbicara dengan lancar dan jelas. - Motorik halus pasien kurang baik, pasien hanya bisa memegang sapu tangan. - Motorik kasar pasien kurang baik, pasien hanya bisa menggerakkan kaki dan tangannya. - Kognitif pasien kurang baik, pasien belum bisa berbicara. Psikososial kurang baik, pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi I : - Menyanyi dan bicara pada anak - Memfasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebayanya - Membangun interaksi satu sama lain - Memberikan perhatian saat dibutuhkan E : Pasien mengerakkan tangan dan kakinya R : - Membantu pasien berhubungan dengan teman sebayanya - Mengobservasi K/U



25



DAFTAR PUSTAKA Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi. Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. (Diunduh pada tanggal 15 Januari 2015) Anggra. 2009. Cerebral palsi. Available from:



http://sugengrawuh.blogspot.com.



(Diunduh pada tanggal 15 Januari 2015)) Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 9. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.. Eaton, Marilyn, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatn Pediatrik, Volume 2. Jakarta: EGC. Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC. Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Wilkinson,M,Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.