LP Dan Askep HMD Ruang Perinatologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI NY.H DENGAN MASALAH HMD (Hyaline Membrane Disease) SEDANG DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KARSA HUSADA BATU DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK



Oleh : EMILIYA DWI ARISMA NIM: 1820014



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN 2021/2022



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan HMD (Hyaline Membrane Disease) di Ruang Perintologi RSUD Karsa Husada Kota Batu , yang Dilakukan Oleh :



Nama



: Emiliya Dwi Arisma



NIM



: 1820014



Prodi



: SARJANA KEPERAWATAN



Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Progam Pendidikan Program Sarjana Keperawatan Departemen Keperawatan Anak, yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2022 yang telah disetujui dan disahkan pada : Hari



:



Tanggal



:



Batu,



Mei 2022



Mengetahui,



Pembimbing Institusi



Pembimbing Klinik



(.............................................)



(.............................................)



LAPORAN PENDAHULUAN HMD A. Definisi Hyaline Membrane Disease (HMD) atau disebut juga Respiratory Distress Syndrome (RDS) merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30% dari kematian neonatus diakibatkan oleh HMD atau komplikasi yang dihasilkannya. Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. Sindrom distres pernapasan/respiratory distress syndrome (RDS) merupakan suatu gangguan respiratori pada neonatus terutama akibat kurangnya surfaktan yang berfungsi menurunkan tekanan permukaan alveoli dan mempertahankan alveoli agar tidak kolaps (Gomella TL, 2013). Jadi HMD disebut juga respiratory distress syndrome (RDS) atau Sindroma Gawat Nafas tipe 1, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernafas, (pernafasan cuping hidung, grunting. Tipe pernapasan dispnea/takipnea, retraksi dinding dada, dan sianosis).



B. Etiologi Penyebab utama terjadinya HMD adalah defisiensi atau kerusakan surfaktan. Faktor penyebab defisiensi surfaktan pada HMD yaitu:



a. Premature (usia gestasi dibawah 32 minggu) b. Asfiksia perinatal c. Maternal diabetes d. Bayi prematur yang lahir dengan operasi caesar Hyaline Membrane Disease (HMD sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya



semakin muda usia kehamilan ibu. Semakin tinggi kejadian HMD pada bayi tersebut. Sebaliknya semakin tua usia kehamilan, semakin rendah kejadian HMD . Kegagalan mengembangkan functional residual capacity (FRC) dan kecenderungan dari paru yang terkena untuk mengalami atelektasis berhubungan dengan tingginya tegangan permukaan dan absennya phosphatydilglycerol, phosphatydilinositol, phosphatydilserin, phosphatydilethanolamine dan sphigomyelin. Pembentukan surfaktan dipengaruhi Ph normal, suhu dan perfusi. Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia pulmonal yang terjadi akibat hipovolemia, hipotensi dan stress dingin, menghambat pembentukan surfaktan. Epitel yang melapisi paru-paru juga dapat rusak akibat konsentrasi oksigen yang tinggi dan efek pengaturan respirasi, mengakibatkan semakin berkurangnya surfaktan.



C. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)



Adapun manifestasi klinis Hyaline Membran Disease (HMD) adalah sebagai berikut:



a. Penyakit membrane hyaline ini mungkin terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 gram.



b. Riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat bayi pada akhir kehamilan. Tanda gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama.



c. Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atelektasis dan perfusi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaran klinis seperti dispnea atau hiperpneu, sianosis karena saturasi O2 yang menurun dan karena pirau vena arteri dalam paru atau jantung, retraksi suprasternal, epigastrium, interkostal dan respiratory grunting Gambaran klinik yang biasa ditemukan pada HMD yaitu gangguan pernafasan berupa:



a. Dispneu b. Sianosis c. Retraksi suprasternal/epigastrik/intercostals d. Grunting expirasi Didapatkan gejala lain seperti :



a. bradikardi b. Hipotensi c. Kardiomegali d. Edema terutama didaerah dorsal tangan atau kaki e. Hipotermi f. Tonus otot yang menurun g. Pada gambaran radiology: Terdapat bercak-bercak difus berupa infiltrate retikulogranular disertai dengan air bronkogram.



D. Patofisiologis Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk berfungsi sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor utama terjadinya HMD. Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut terutama disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya surfaktan. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi sufaktan menimbulkan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi. Tanpa surfaktan, janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang. Setiap kali bernafas menjadi sukar dan memerlukan usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap hembusan napas (ekspirasi). Hal ini mengakibatkan bayi lebih banyak menghabiskan oksigen untuk menghasilkan energi daripada menerima sehingga menyebabkan bayi kelelahan. Dengan meningkatnya kekelahan, bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya. Ketidakmampuan mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelektasis .



Kolaps paru (atelektasis) akan menyebabkan terganggunya ventilasi pulmonal sehingga terjadi hipoksia. Akibat dari hipoksia adalah kontraksi vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenasi jaringan dan selanjutnya menyebabkan metabolisme anaerobik. Metabolisme anaerobik menghasilkan timbunan asam laktat sehingga terjadi asidosis metabolik pada bayi dan penurunan curah jantung yang menurunkan perfusi ke organ vital. Asidosis dan atelektasis juga menyebabkan aliran darah paru menurun dan mengakibatkan berkurangnya pembentukan zat surfaktan. Atelektasis menyebabkan paru tidak mampu mengeluarkan karbon dioksida dari sisa pernapasan sehingga terjadi asidosis respiratorik. Penurunan pH menyebabkan vasokonstriksi yang semakin berat. Dengan penurunan sirkulasi paru dan perfusi alveolar, PaO2 akan menurun tajam, pH juga akan menurun tajam, serta materi yang diperlukan untuk produksi surfaktan tidak mengalir ke dalam alveoli



Sintesis surfaktan dipengaruhi sebagian oleh pH, suhu dan perfusi normal, asfiksia, hipoksemia dan iskemia paru terutama dalam hubungannya dengan hipovolemia, hipotensi dan stress dingin dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan epitel paru dapat juga terkena trauma akibat kadar oksigen yang tinggi dan pengaruh penatalaksanaan pernapasan yang mengakibatkan penurunan surfaktan lebih lanjut. Akibat lain adalah kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus yang menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam alveoli dan terbentuknya fibrin, selanjutnya fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut membran hialin. Membran hialin ini melapisi alveoli dan menghambat pertukaran gas sehingga timbul masalah gangguan pertukaran.



E. Pathway Faktor ibu : Dm, Asma, Hipotensi, Taxemia



F.



G.



Faktor tali pusat : Gemeli, hamil kurang bulan, Aspiksia



Faktor bayi : Solutio plasenta, Plasenta previa



Bayi prematur



Produksi sufaktan belum memadai, Paru tidak bisa mengembang Colab paru, Hipoksia



Kegagalan absorbsi cairan di paru



Tubuh kekurangan pasokan oksigen



Penurunan oksigenasi jaringan



Konstriksi arteriole pada semua organ



Kegagalan fungsi miokardium untuk berkontraksi



Gangguan metabolisme & perubahan asam basa Asidosis respiratorik Ketigakseimbangan perfusi ventilasi Gangguan pertukaran gas



Perfusi perifer menurun



Sianosis



Termoregulasi tidak efektif



Takipneu



Pola napas tidak efektif



Sumbatan



Gangguan pengeluaran



Bersihan jalan nafas tidak efektif



F. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit membrane hyaline, Perdarahan intrakranial oleh belum berkembangnya sistem saraf pusat terutama sistem vaskularisasinya, adanya hipoksia dan hipotensi yang kadang- kadang disertai renjatan. Faktor tersebut dapat membuka nekrosis iskemik, terutama pada pembuluh darah kapiler di daerah periventrikular dan dapat juga di ganglia basalis dan jaringan otak. a. Gejala neurologik yang tampak berupa kesadaran yang menurun, apneu, gerakan bola mata yang aneh, kekakuan ekstermitas dan bentuk kejang neonatus lainnya. b. Komplikasi pneumothoraks atau pneuma mediastrium mungkin timbul pada bayi yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanis. Pemberian O2 dengan tekanan yang tidak terkontrol baik, mungkin menyebabkan pecahnya alveolus sehingga udara pernafasan yang memasuki rongga-rongga toraks atau rongga mediastrium. c. Komplikasi pneumothoraks atau pneuma mediastrium mungkin timbul pada bayi yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanis. Pemberian O2 dengan tekanan yang tidak terkontrol baik, mungkin menyebabkan pecahnya alveolus sehingga udara pernafasan yang memasuki rongga-rongga toraks atau rongga mediastrium.



1) Ketidakseimbangan asam basa 2) Kebocoran



udara



(Pneumothoraks,



pneumomediastinum,



pneumoperikardium, pneumoperitonium, emfisema subkutan, emfisema interstisial pulmonal) 3) Perdarahan pulmonal 4) Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10% 5) Apnea 6) Hipotensi sistemik 7) Anemia



8) Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial) 9) Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orangtua Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas 1) Paten Duktus Arteriosus (PDA) yang sering dikaitkan dengan hipertensi pulmonal 2) Perdarahan intraventrikuler 3) Retinopati akibat prematuritas 4) Kerusakan neurologis



G. Pemeriksaan Penunjang



1. Gambaran Radiologis -



Pemeriksaan ini juga sangat penting untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang diobati dan mempunyai gejala yang mirip penyakit membrane hyaline misalnya pneumothoraks,



hernia



diafragmatika



dan



lain-lain.



Gambaran klasik yang ditemukan pada foto rontegn paru ialah adanya bercak difus berupa infiltrate retikulogranuler ini, makin buruk prognosis bayi.



2. Gambaran Laboratorium -



Pemeriksaan Darah Kadar asam laktat dalam darah meninggi dan bila kadarnya lebih dari 45 mg%, prognosis lebih buruk, kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan yang sama. Kadar PaO2 menurun disebabkan kurangnya oksigenasi di dalam paru dan karena adanya pirau arteri-vena. Kadar PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis paru. Ph darah menurun dan defisit biasa meningkat akibat adanya asidosis respiratorik dan metabolik dalam tubuh.



3. Pemeriksaan Fungsi Paru -



Perhatikan pula perubahan pada fungsi paru lainnya seperti, volume tidal yang menurun, lung compliance berkurang,



fungsi residu merendah disertai kapasitas vital yang terbatas. Demikian pula fungsi ventilasi dan perfusi paru akan terganggu.



4. Pemeriksaan Fungsi Kardiovaskuler -



Penyelidikan dengan kateterisasi jantung memperhatikan bebrapa perubahan dalam fungsi kardiovaskuler berupa duktus arteriosus paten, pirau dari kiri ke kanan atau pirau kanan ke kiri (bergantung pada lanjutnya penyakit), menurunnya tekanan arteri paru dan sistemik.



5. Gambaran Patologi atau Hispatologi -



Pada otopsi, gambaran dalam paru menunjukkan adanya atelektasis dan membrane hyaline didalam alveolus dan duktus alveolaris. Disamping itu terdapat pula bagian paru yang mengalami emfisema. Membrane hyaline yang ditemukan yang terdiri dari fibrin dan sel eosinofilik yang mungkin berasal dari darah atau sel epitel ductus yang nekrotik.



H. Penatalaksanaan Medis



1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5 -37 derajat C) dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator, kelembaban ruangan juga harus adekuat (70-80%)



2. Pemberian oksigen Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti: fibrosis paru, kerusakan retina (fibroplasis retrolental),



3. Pemberian



cairan



dan



elektrolit



sangat



perlu



untuk



mempertahankan homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari. Asidosis metabolik yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3, secara intravena



4. Pemberian antibiotic untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 u/kgBB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari, dengan atau tanpa gentamicin 3-5 mg/kg BB/hari (Ngastiyah, 2005).



5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien HMD adalah pemberian surfaktan eksogen (surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun harganya amat mahal



I. Asuhan Keperawatan



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN



1. PENGAKAJIAN 1) Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa dan identitas orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa asfiksia neonatorum. 2) Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas. 3) Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi. 4) Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni. Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama pencernaan belum sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi harus menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya terganggu karena bayi sesak napas. 5) Pemeriksaan fisik : a) Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik, adanya



tanda



distres



:warna



buruk,



mulut



terbuka,



kepala



teranggukangguk, meringis, alis berkerut. b) Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan cuping 12 hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular, frekuensi dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi



napas : stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan bunyi napas. 6) Data penunjang Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah : darah rutin. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct) Trombosit pada bayi preterm dengan post asfiksia cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif. HCO3 (normal 24-28 mEq/L). Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal 134-150 mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L) Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.



2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Pola nafas tidak efektif 2) Termoregulasi tidak efektif 3) Gangguan Nutrisi



3. NURSING CARE PLAN No 1.



Diagnosa Keperawatan Pola nafas tidak efektif



SIKI Pemantauan respirasi 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, CheyneStokes, Biot, ataksik0 3. Monitor kemampuan batuk efektif 4. Monitor adanya produksi sputum 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 7. Auskultasi bunyi napas 8. Monitor saturasi oksigen 9. Monitor nilai AGD 10. Monitor hasil x-ray toraks



2.



Termogulasi tidak efektif



Regulasi Temperature 1. Monitor suhu bayi sampai stabil (36.5°C37,5°C) 2. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi 3. Monitor warna dan suhu kulit 4. Monitor



dan



catat



tanda



dan



gejala



hipotermia atau hipertermía 5. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat 6. Gunakan



topi



bayi



untuk



mencegah



kehilangan panas pada bayi baru lahir 7. Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer 8. Pertahankan kelembaban Inkubator 50% atau lebih untuk mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi 9. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan



10. Hangatkan tertebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan bayi (mis. selimut, kain bedongan, stetoskoop) 11. Hindari meletakkan bayi di dekat Jandela terbuka atau di area aliran pendingin ruangan atau kipas angina 12. Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin 13. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu 3.



Gangguan pertukaran gas



Pemantauan respirasi 1. Monitor kecepatan aliran oksigen 2. Monitor posisi alat terapi oksigen 3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan cukup 4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, analisa gas darah ), jika perlu 5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan 6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi 7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis 8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen 9. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen 10. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu 11. Pertahankan kepatenan jalan nafas 12. Berikan oksigen tambahan, jika perlu 13. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi



14. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi pasien



4. IMPLEMENTASI Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5. EVALUASI



Tahap ini perawat melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.



Daftar Pustaka



Rukiyah, A.Y., & Yulianti, L(2013). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita (3th ed). Jakarta: TIM. Rochmah, N, dkk. 2012. Metode Pemeriksaan Kualitas General Movements Meningkatkan



Nilai



Prediksi



Ultrasonografi



Kepala



untuk



Memprediksi



Perkembangan Bayi Kurang Bulan dai Ibu Preeklampsia Berat. Sari Pediatri Volume: 14. Fakultas Ilmu Kedokteran Airlangga. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. Wong D. L., Huckenberry M.J.(2010).Wong’s Nursing care of infants and children. Mosby Company, St Louis Missouri



ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.NY.H DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KARSA HUSADA BATU



Nama Mahasiswa



: Emiliya Dwi Arisma



Tempat Praktik:R. Perinatologi



NIM



: 1820014



Tgl. Praktik



: 24-05-2022



1. Identitas Pasien Nama : By.Ny.Hariati



No. Reg : 00167888



Usia : 0 Th, 0 Bln, 0 hari



Tanggal MRS : 21 Mei 2022



Nama Orang tua : Ny. H dan Tn. M



Tanggal Pengkajian: 24 Mei 2022



Pekerjaan Orang tua: Swasta Alamat : Dsn Krajan Ternyang Sumberpucung Suku: Jawa Agama: Islam Pendidikan Orang tua: SMA Diagnosa Medis : HMD (Hyaline Membrane Disease)



2. Keluhan Utama a. Keluhan Utama Saat MRS



: Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal



21 mei 2022 pada pukul 05.30 dengan keluhan ketuban pecah dini pada tanggal 20 mei 2022 pukul 09.00, usia kehamilan 27 mgg. Warna ketuban bening. b. Keluhan Utama Saat Pengkajian



: Bayi lahir SC, kembar gemeli



dengan induksi letak sungsang gemeli I kala I, fase aktif memanjang tonus otot lemah sianosis perifer retraksi IC (+) uk. 27 mgg, ketuban jernih. Bayi menangis kuat, terdapat retraksi dinding dada, gerak aktif, refleks hisap lemah, muntah. Terpasang OGT (Oro Gastric Tube), shring pump. Infus pump Dextrose 10%, dan nasal CPAP {Continous positive airway pressure).



3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran a.



Riwayat Kehamilan :kehamilan G1AP1001Ab0, Riwayat pemeriksaan ke bidan ±2x selama kehamilan



b.



Riwayat Kelahiran : ANC ( prenatal )



: ±2x selama kehamilan



Jenis persalinan



: Secsio caesar



BB lahir



: 1180 gr



Kelainan kongenital : Tidak ada kelainan kongenital Post Natal



: Bayi lahir mengalami asfiksia



4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu a. Penyakit Masa Lalu : Ayah klien mengatakan ibu tidak mempunyai



penyakit menular atau kronik b. Riwayat dirawat di RS : Ayah klien mengatakan ibu tidak pernah dirawat



di RS c. Riwayat pengobatan : Ayah klien mengatakan ibu tidak pernah



mengonsumsi obat-obatan, hanya mengonsumsi vitamin dari dokter, d. Riwayat tindakan medis : Tidak terkaji e. Riwayat alergi : Ayah klien mengatakan ibu tidak mempunyai alergi selama



kehamilan f.



Riwayat Kecelakaan : Ayah klien mengatakan ibu tidak pernah mengalami kecelakaan selama kehamilan



g. Riwayat Imunisasi : Tidak terkaji h. Pola asuh : Tidak terkaji i.



Riwayat tumbuh kembang yang lalu : Tidak terkaji



5. Riwayat Kesehatan Keluarga Ayah klien mengatakan bahwa didalam anggota dari Bapak/Ibu tidak ada yang mempunyai penyakit menular atau kronik.



6. Genogram



Keterangan :



: Laki laki meninggal :



: Perempuan meninggal



: Laki-laki



Perempuan



:



Pasien



:



Tinggal serumah



7. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pola Kesehatan Pola Nutrisi



ASI 12x 2-3 cc/ 1 jam 13 cm



Pola Eliminasi



Tidak terkaji



Pola Istirahat & Tidur



Setiap waktu



Personal Hygiene



-



Pola Aktivitas



Tidur



8. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum



a) Kesadaran : Lemah,menangis spontan (-) b) Tanda-tanda vital : BBLR : 1180 gr BBS : 905 gr -



Nadi : 150



-



SPO2 : 93



-



Suhu: 35 C



-



HR : 146



b. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)



Kepala



Bentuk: Mesocephal Massa: Tidak ada



Mata



Bentuk: Konjungtiva: Anemis (-)



Hidung



Bentuk: Normal Pendarahan: Tidak ada Pembengkakan: Tidak ada Terpasang nasal CPAP



Mulut dan Faring



Warna bibir: Merah muda Mukosa: Kering Massa: Tidak ada



Thoraks dan Paru



Dada: Ikterus Gerak nafas: Retraksi otot dada Bentuk: Normal Paru-Paru: Tidak ada rochi dan wheezing



Jantung



Regular Ritme: Normal CRT< 2 detik



Abdomen



-Inspeksi : Bentuk normal, tali pusat segar dan bersih



Ekstermitas dan Persendian



Atas: Normal Bawah: Normal



9. Pemeriksaan Penunjang a.



Pemeriksaan Laboratorium



No Rm : 0016788



No.Lab : 22015625



Nama Pasien : By Ny Hariati 2



Tgl Registrasi : 21-05-2022 09:49



Jenis Kelamin : laki-laki



Tgl Selesai : 21-05-2022 11:21



Tanggal Lahir : 21-05-2022



Ruang : Perinatologi -NICU



Usia : 0 th 0 bln 0 hr



PEMERIKSAAN



HASIL



UNIT



NILAI RUJUKAN



HGB



16.7



g/dl



14.0 – 17.5



RBC



L 4.48



10^6/ul



4.5-5.9



HCT



48.3



%



40.0- 52.0



MCV



H 107.8



Fl



80.0- 97.0



MCH



H 37.1



Pg



26.5 -33.5



MCHC



34.4



g/Dl



31.5 – 35.0



RDW-SD



H 60.5



Fl



35-47



RDW-CV



H 15.3



%



11.5 – 14.5



WBC



7.91



10^3/ul



4.4 – 11.3



Hematologi Hematologi Lengkap



Hitung Jenis EO%



2.7



%



2-4



BASO%



H 1.1



%



0-2



NEUT%



55.4



%



50-70



LYMPH%



25.0



%



25-40



MONO%



H 15.8



%



2-8



EO#



0.21



10^3/Ul



BASO#



0.09



10^3/Ul



NEUT#



4.38



10^3/Ul



LYMPH#



1.98



10^3/uL



MONO#



1.25



10^3/uL



IG%



H 10.1



%