LP Dan Askep Thypus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI KLINIK DR SYAIFUL ANAM KOTA PASURUAN



DISUSUN OLEH: ROSYIQIL BARIDA NIM: 192303102065



PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS KOTA PASURUAN



2021



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN



ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTERMI PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI KLINIK DR SYAIFUL ANAM KOTA PASURUAN



Telah disahkan pada:



Hari



:



Tanggal



:



Pembimbing Institusi Mahasiswa



(Rosyiqil barida)



Ns.R.A.Helda Puspitasari,S.kep.,M.Kep)



KONSEP MEDIS a. Penyakit dan Definisi Tifus atau tipes atau demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Tifus dapat menular dengan cepat, umumnya melalui konsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhi. Selain itu, demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh salmonella thypi . penyakit ini ditularkan melalui makanan atau minuman yang yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut (Inawati,2009). Demam tifoid disebarkan melalui jalur fekal-oral dan hanya menginfeksi manusian yang mengkonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri bakteri salmonella thypi. Ada dua sumber penularan salmonella thypi yaitu : penderita demam tifoid dan karier. Seseorang yang karier yaitu orang yang pernah menderita demam tifoid dan terus membawa penyakit tersebut untuk beberapa waktu atau selamanya. b. Etiologi Demam tifoid timbul akibat dari infeksi bakteri golongan salmonella yaitu : salmonella thypi , S. parathypi A, S. parathypi B, dan S. parathypi C. Bakteri memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. (Inawati 2009). Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit tersebut, baik ketika klien sakit atau dalam masa penyembuhan. Pada masa pemyembuhan didalam tubuh penderita masih mengandung salmonella spp didalam kandungan empedu atau didalam ginjal. Sebanyak 5% penderia demam tifoid akan menjadi karier sementara, sedangkan 2% lainnya akan menjadi karier menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karien intenstinal (intenstinal type).



c. Tanda dan Gejala •



Demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 40,5 derajat celcius







Sakit kepala







Lemah dan lelah







Nyeri otot







Berkeringat







Batuk kering







Kehilangan nafsu makan dan menurunkan berat badan







Sakit perut







Diare atau sembelit







Ruam







Perut yang membengkak Gejala khas pada penderita demam tifoid yaitu :



o Minggu Pertama Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan



semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor. o Minggu Kedua Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. o Minggu Ketiga Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejalagejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. o Minggu Keempat Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan untuk demam tifoid.



d. Proses Patofisiologi Penyakit Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Selanjutnya akan ke dinding usus halus melalui aliran limfe ke kelenjar mesentrium menggandakan/multiplikasi (bacterium). Biasanya pasien belum tampak adanya gejala klinik (asimptomatik) seperti mual, muntah, tidak enak badan, pusing karena segera diserbu sel sistem retikulo endosetual. Tetapi kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran darah mengalami bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel piogon akibatnya terjadi lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-oragan tubuh (hati, limfa, empedu) sehingga timbul peradangan yang menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada folikel limfosid berangsur-angsur mengalami perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar ke seluruh



organ sehingga timbul komplikasi dan dapat memperburuk kondisi pasien (Juwono,1999). Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses (tinja). Feses dan muntah pada penderita demam tifoid dapat menularkan salmonella thypi kepada orang lain. Bakteri yang masuk ke dalam lambung, sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai selsel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.



e. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2006) meliputi: 1. Pemeriksaan Rutin Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit demam typhoid dapat meningkat. SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan khusus. 2. Kultur Darah Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typhoid akan tetapi hasil negative tidak menginginkan demam typhoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut: a. Telah mendapat terapi antibiotik. b. Volume darah yang timbul kurang. c. Riwayat vaksinasi. 3. Uji Widal. Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara antigen kuman salmonella typhi dengan antibody disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka typhoid yaitu : a. Aglutinin O (dari tubuh kuman). b. Aglutinin H (flagella kuman). c. Aglutinin Vi (sampai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan. Semakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu : a. Pengobatan dini dengan antibiotik. b. Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid. c. Waktu pengambilan darah. d. Darah endemik atau non endemik.



e. Riwayat vaksinasi. f. Reaksi anamnestik. g. Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium akibat aglutinin silang dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.



f. Penatalaksanaan 1. Medis Penatalaksanaan demam typhoid secara medis menurut Ngastiyah (2005) antara lain: a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta. b. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia. c. Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan. d. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahkan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu dua gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair, melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan lunak. e. Obat pilihan adalah kloramfenikol, kecuali pasien tidak cocok diberikan obat lainnya seperti kotrimoksazol. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100 mg/kg berat badan/hari (makanan 2 gram per hari), diberikan empat kali sehari per oral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentukan zat anti kurang karena basil terlalu cepat dimusnahkan. f. Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan secara intravena. Medikasi yang digunakan untuk demam typhoid menurut Rampengan (2008) selain kloramfenikol, obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain: a. Tiamfenikol: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari. b. Kotrimoksasol: 6-8 mg/ kg berat badan/ hari. c. Ampisilin: 100-200 mg/kg berat badan/ hari. d. Amoksilin: 100 mg/ kg berat badan/ hari. e. Sefriakson: 50-100 mg/ kg berat badan/ hari. f. Sefotaksim: 150-200 mg/ kg berat badan/ hari. g. Siprofloksasin: 2 x 200-400 mg oral (usia kurang dari 10 tahun). 2. Keperawatan Penatalaksanaan demam typhoid ditinjau dari segi keperawatan menurut Ngastiyah (2005), adalah Pasien typhoid harus dirawat di kamar isolasi yang dilengkapi dengan peralatan untuk merawat pasien yang menderita penyakit menular seperti desinfektan mencuci tangan, merendam pakaian kotor dan pot atau urinal bekas pakai pasien. Yang merawat atau sedang menolong pasien agar memakai celemek. Masalah pasien typhoid yang perlu diperhatikan adalah: a. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit.



Pasien typhoid umumnya menderita gangguan kesadaran dari apatik sampai spoorokoma, delirium (yang berat) disamping anoreksia dan demam lama. Keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi atau cairan sehingga kebutuhan nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan berkurang pula, dan memudahkan timbulnya komplikasi. Selain hal itu, pasien typhoid menderita kelainan berupa adanya tukaktukak pada usus halus sehingga makanan harus disesuaikan. Diet yang diberikan ialah makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas. Pemberiannya melihat keadaan pasien. 1) Jika kesadaran pasien masih baik, diberikan makanan lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam atau wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas atau lebih, jika makanan tidak habis diberikan ekstra susu. 2) Pasien yang kesadarannya menurun sekali diberikan makanan cair per sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik makanan beralih secara bertahap ke lunak. 3) Jika pasien menderita delirium, dipasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde di samping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, setengahnya masih per infus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, beralih ke makanan biasa. b. Gangguan suhu tubuh. Pasien tifus abdominalis menderita demam lama, pada kasus yang khas demam dapat sampai 3 minggu. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kondisi tubuh lemah, dan mengakibatkan kekurangan cairan, karena perspirasi yang meningkat. Pasien dapat menjadi gelisah, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering dan pecah-pecah. Penyebab demam, karena adanya infeksi basil Salmonella typhosa, maka untuk menurunkan suhu tersebut hanya dengan memberikan obatnya secara adekuat, istirahat mutlak sampai suhu turun diteruskan 2 minggu lagi, kemudian mobilisasi bertahap. Jika pasien diberikan makanan melalui sonde, obat dapat diberikan bersama makanan tetapi berikan pada permulaan memasukkan makanan, jangan dicampur pada semua makanannya atau diberikan belakangan karena jika pasien muntah obat akan keluar sehingga kebutuhan obat tidak adekuat. Ruangan diatur agar cukup ventilisi. Untuk membantu, menurunkan suhu tubuh yang biasanya pada sore hari dan malam hari lebih tinggi jika suhu tinggi sekali cara menurunkan lihat pada pembahasan tentang hiperpireksia. Di samping kompres berikan pasien banyak minum boleh sirup, teh manis, atau air kaldu sesuai kesukaan anak. Anak jangan ditutupi dengan selimut yang tebal agar penguapan suhu lebih lancar. Jika menggunakan kipas angin untuk membantu menurunkan suhu usahakan agar kipas angin tidak langsung kearah tubuh pasien. c. Gangguan rasa aman dan nyaman. Gangguan rasa aman dan nyaman pasien typhoid sama dengan pasien lain, yaitu karena penyakitnya serta keharusan istirahat di tempat tidur, jika ia sudah dalam penyembuhan. Khusus pada pasien typhoid, karena lidah kotor, bibir kering, dan



pecah-pecah menambah rasa tak nyaman disamping juga menyebabkan tak nafsu makan. Untuk itu pasien perlu dilakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim) dengan sering dan sering berikan minum. Karena pasien apatis harus lebih diperhatikan dan diajak berkomunikasi. Jika pasien dipasang sonde perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput lendir mulut dan tenggorok tidak kering. Selain itu sebagai akibat lama berbaring setelah mulai berjalan harus mulai dengan menggoyang-goyangkan kakinya dahulu sambil duduk di pinggir tempat tidur, kemudian berjalan di sekitar tempat tidur sambil berpegangan. Katakan bahwa gangguan itu akan hilang setelah 2-3 hari mobilisasi.



Konsep Keperawatan a) Hasil Pengkajian 1.



Identitas, sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.



2.



Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi).



3.



Suhu tubuh. Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama tiga minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.



4.



Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak beberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah (kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Di samping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.



5.



Pemeriksaan fisik 1) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (Cated tongue), sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor. 2) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (Meteorismus). Bisa terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal. 3) Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.



6.



Pemeriksaan laboratorium 1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relative, dan aneosiniofilia pada permulaan sakit. 2) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal. 3) Bukan empedu basil Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urin dan feces. 4) Pemeriksaan widal Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah liter zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif (Nursalam, 2005).



b) Diagnose Keperawatan i.



Patofisiologi



Deficit nutrisi



Masuk dalam peredaran darah



Menyebar ke seluruh tubuh



Risiko ketidakseimbang an cairan



ii.



Badan lemah, lesu



Perdarahan dan perforasi



Resiko hipovolemia



Intoleransi aktivitas



Daftar intervensi keperawatan



a) Nyeri akut b.d agen cidera fisik b) Hipertermi b.d penyakit c) Deficit nutrisi d) Resiko ketidakseimbangan cairan e) Resiko hypovolemia f) Intoleransi aktifitas



iii.



Konsep diagnose



a) D. 0077 Nyeri akut Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lamat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan. Penyebab 1. Agen pencedera fisiologis (mis. infarmasi, lakemia, neoplasma) 2. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan) 3. Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) Gejala dan Tanda Mayor



Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Tampak meringis 2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri) 3. Gelisah 4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur gejala dan Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Tekanan darah meningkat 2. Pola napas berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses berpikir terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri sendiri 7. Diaforesia Kondisi Klinis Terkait 1. Kondisi pembedahan 2. Cedera traumatis 3. Infeksi 4. Sindrom koroner akut 5. Glaukoma b) D.0130 Hipertermia Definisi: Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh Penyebab 1. Dehidrasi 2. Terpapar lingkungan panas 3. Proses penyakit (mis. infeksi, kanker) 4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan 5. Peningkatan laju metabolisme 6. Respon trauma 7. Aktivitas berlebihan 8. Penggunaan incubator Gejala dan Tanda Mayor



Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Suhu tubuh diatas nilai normal Gejala dan Tanda Minor Subjektif (tidak tersedia) Objektif 1. Kulit merah 2. Kejang 3. Takikardi 4. Takipnea 5. Kulit terasa hangat Kondisi Klinis Terkait 1. Proses infeksi 2. Hipertiroid 3. Stroke 4. Dehidrasi 5. Trauma 6. Prematuritas c) D.0019 Deficit nutrisi Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism Penyebab 1. Ketidakmampuan menelan makanan 2. Ketidakmampuan mencerna makanan 3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien 4. Peningkatan kebutuhan metabolisme 5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi) 6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan) Gejala dan Tanda Mayor Subjektif (tidak tersedia)



Objektif 1. Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal



Gejala dan Tanda Minor Subjektif



Objektif



1. Cepat kenyang setelah makan



1. Bising usus hiperaktif



2. Kram/nyeri abdomen



2. Otot pengunyah lemah



3. Nafsu makan menurun



3. Otot menelan lemah 4. Membran mukosa pucat 5. Sariawan 6. Serum albumin turun 7. Rambut rontok berlebihan 8. Diare



Kondisi Klinis terkait 1. Stroke 2. Parkinson 3. Mobius syndrome 4. Celebral palsy 5. Cleft lip 6. Cleft palate 7. Amyotropic lateral sclerosis 8. Kerusakan neuromuskular 9. Luka bakar 10. Kanker 11. Infeksi 12. AIDS 13. Penyakit Crohn’s 14. Enterokolitis 15. Fibrosis kistik d) D. 0036 Resiko ketidakseimbangan nutrisi Definisi: berisiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari intraveskuler, interstisial atau intraselular. Faktor Risiko 1. Prosedur pembedahan mayor 2. Trauma/pembedahan



3. Luka bakar 4. Aferesis 5. Obstruksi intestinal 6. Peradangan pankreas 7. Penyakit ginjal dan kelenjar 8. Disfungsi intestinal Kondisi Klinis Terkait 1. Prosedur pembedahan mayor 2. Penyakit ginjal dan kelenjar 3. Perdarahan 4. Luka bakar e) D.0034 Resiko hypovolemia Definisi : Beresiko mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraselular. Faktro Risiko 1. Kehilangan cairan secara aktif 2. Gangguan absorbsi cairan 3. Usia lanjut 4. Kelebihan beraat badan 5. Status hipermetabolik 6. Kegagalan mekanisme regulasi 7. Evaporasi 8. Kekurangan intake cairan 9. Efek agen farmakologis Kondisi Klinis Terkait 1. Penyakit Addison 2. Trauma/perdarahan 3. Luka bakar 4. AIDS 5. Penyakit Crohn 6. Muntah 7. Diare 8. Kolitis ulseratif f) D.0056 Intoleransi aktivitas Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari Penyebab 1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen



2. Tirah baring 3. Kelemahan 4. Imobilitas 5. Gaya hidup monoton Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Mengeluh lelah Objektif 1. frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat Gejala dan Tanda Minor Subjektif 1. Dispnea saat/setelah aktivitas 2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas 3. Merasa lemah Objektif 1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat 2. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas 3. Gambaran EKG menunjukan iskemia 4. Sianosis Kondisi Klinis Terkait 1. Anemia 2. Gagal jantung kongesif 3. Penyakit jantung koroner 4. Penyakit katup jantung 5. Aritmia 6. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) 7. Gangguan metabolik 8. Gangguan musculoskeletal c) Intervensi Keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme suhu tubuh. Tujuan : Suhu tubuh kemabali normal ( 36 - 37⁰ C ) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Kriteria Hasil : a. Suhu klien kembali normal ( 36 – 37 ⁰ C ) b. Badan tidak teraba panas Intervensi :



a. Kaji vital sign tiap 2-3 jam b. Anjurkan banyak minum air putih 2 -3 jam c. Anjurkan untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap keringat. d. Kompres pada lipatan paha dan aksila e. Laksanakan program terapi antibiotik, antipiretika, dan pemeriksaan laboraturium 2. Deficit nutrisi Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam. Kriterian Hasil : a. Intake nutrisi meningkat b. Diit habis 1 porsi yang telah disediakan c. Berat badan stabil Intervensi : a. Timbang berat badan secara teratur b. Kaji pola nutrisi dan perubahan yang terjadi c. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi d. Beri diit dalam porsi hangat, porsi kecil tapi sering, lunak e. Kolaborasi dengan ahli gizi 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Aktifitas klien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Kriteria hasil : kemampuan aktifitas bisa mandiri. Intervensi : a. Monitor suhu sesering mungkin b. Ajarkan mobilisasi aktifitas d. Atur posisi nyaman. e. Berikan pengetahuan tentang pentingnya beraktifitas c. Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan aktifitas pada klien.



FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN BIODATA Nama



: Ny. Fatimah



Jenis kelamin



: Perempuan



Umur



: 26 tahun



Status perkawinan



: Kawin



Pekerjaan



: Ibu rumah tangga



Agama



: Islam



Pendidikan terakhir



: SMA



Alamat



: Selotambak



No. Register



:



Tanggal MRS



: 19 Juli 2021



Tanggal pengkajian



: 20 Juli 2021



RIWAYAT KESEHATAN KLIEN



1. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit:



Klien mengatakan badan terasa panas, mual muntah setiap makan, pusing, dan nyeri di ulu hati



2. Riwayat Penyakit Sekarang



Klien mengatakan badan terasa panas, mual muntah setiap makan, pusing, dan nyeri di ulu hati



3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu



Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang diderita sekarang



4. Riwayat Kesehatan Keluarga



Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular seperti: diabetes militus, penyakit jantung, struk, hipertensi.



POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI



POLA TIDUR/ITIRAHAT



1. Waktu Tidur



: SMRS : Siang : 12.30



Malam : 22.00



MRS : Siang : 12.00



Malam : 21.00



2.



Waktu Bangun



3. Masalah Tidur



: SMRS : Siang : 14.00



Malam : 06.00



MRS : Siang : 14.00



Malam : 05.00



: SMRS : Tidak ada masalah tidur MRS : Masalah merasa demam dan pusing



4. Hal-hal yang mempermudah tidur : tidak ada 5. Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun : tidak ada



POLA ELIMINASI



1. BAB



: SMRS : 1x/hari, pagi MRS : 1x/ 2 hari, pagi



2. BAK



: SMRS : 5-6x/hari, kuning dan encer MRS : 4-6x/hari, kuning dan encer



3. Kesulitan BAB/BAK



: tidak ada



4. Upaya/cara mengatasi masalah tersebut : tidak ada



POLA MAKAN DAN MINUM



1. Jumlah dan jenis makanan : SMRS : 3x/hari nasi, lauk, dan sayur 1 porsi habis MRS : 3x/hari makanan dari rumah sakit hanya +/- ½ porsi 2. Waktu pemberian makan : SMRS : pagi, siang, sore ( jika merasa lapar ) MRS : pagi, siang, sore ( jadwal makan rumah sakit ) 3. Jumlah dan jenis cairan : SMRS : Air putih tiap haus +/- 8 gelas/hari MRS : Air putih tiap haus +/- 6 gelas/hari 4. Waktu pemberian cairan : SMRS : pagi, siang, sore ( saat setelah makan dan saat haus ) MRS : pagi, siang, sore ( saat setelah makan dan saat haus ) 5. Pantangan : Tidak ada



6. Masalah makan dan minum a. Kesulitan mengunyah



: tidak ada



b. Kesulitan menelan



: tidak ada



c. Mual dan muntah



: setiap kali makan



d. Tidak dapat makan sendiri



: dapat makan sendiri



7. Upaya mengatasi masalah



: tidak ada



KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE 1. Pemeliharaan badan



:



pasien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 3 kali dalam seminggu, ganti baju 2 kali sehari, dan tidak ada gangguan apapun. Di Rumah Sakit pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan tidak memakai sabun.



2. Pemeliharaan gigi dan mulut



:



Pasien sikat gigi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Di Rumah Sakit pasien sikat gigi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.



3. Pemeliharaan kuku



:



Kuku dipotong ketika kuku sudah panjang dan kotor.



POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN: dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu. Di Rumah Sakit pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan,



pasien



ke



kamar



mandi



dibantu



oleh



keluarga,



pasien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene, pasien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena merasa pusing.



DATA PSIKOSOSIAL A. Pola Komuniasi



:



Komunikasi dua arah dimana pasien menganggapi pembicaraan petugas kesehatan.



B. Orang yang paling dekat dengan klien : Orang yang paling dekat dengan klien yaitu suaminya Tn. M



C. Rekreasi Hobby : menonton TV Penggunaan waktu senggang : berkumpul dengan keluarga



D. Dampak dirawat di RS : Keluhan jadi berkurang, tidak sering terasa sakit



E. Hubungan dengan orang lain/interaksi sosial : Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik. Pasien juga kooperatif dan dapat berinteraksi baik dengan tenaga kesehatan serta hubungannya dengan keluarga juga baik.



F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Tn. M selaku suami dan penanggung jawab pasien



DATA SPIRITUAL



A. Ketaataan beribadah :



Pasien beragama Islam, ia taat beribadah. Saat di rumah pasien bisa sholat lima waktu dengan berdiri , namun ketika di rumah sakit pasien melakukan sholat lima waktu dengan duduk. Pasien hanya dapat berdoa demi kesembuhannya.



B. Keyakinan terhadap sehat/sakit : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh.



C. Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah.



PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan Umum/Keadaan Umum: lemas



B. Tanda-tanda vital Suhu tubuh



: 39,3oC



Nadi



: 80x/menit



Tekanan darah



: 120/80 mmHg



Respirasi



: 20x/menit



Tinggi badan



: 158 cm



Berat badan



: 62 kg



C. Pemeriksaan kepala dan leher: 1. Kepala dan rambut a. Bentuk kepala : simetris Ubun-ubun



: tidak teraba



Kulit kepala



: bersih



b. Rambut



: panjang



Penyebaran dan keadaan rambut : merata dan keriting Bau



: tidak berbau



Warna



: coklat



c. Wajah Warna kulit



: simetris : pucat



Struktur wajah : lengkap



2. Mata a. Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris b. Kelopak mata (palpebra)



: pucat



c. Konjumgtiva dan sclera



: tidak anemis dan tidak lesi



d. Pupil



: isokor



e. Kornea dan iris



: Tidak keruh dan tidak terdapat infeksi dan



lesi f. Ketajaman penglihatan/visus



: klien dapat melihat dengan baik



g. Tekanan bola mata



: tidak terdapat nyeri tekan pada bola mata



3. Hidung a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : tidak terdapat fraktur pada tulang hidung dan simetris b. Lubang hidung : tidak terdapat peradangan, tidak terdapat lesi c. Cuping hidung : tidak terdapat pernapasan cuping hidung



4. Telinga a. Bentuk telinga : simetris b. Ukuran telinga : normal c. Ketegangan telinga



: lentur



d. Lubang telinga : bersih dan tidak terdapat infeksi e. Ketajaman pendengaran : klien dapat mendengar dengan baik



5. Mulut dan faring a. Keadaan bibir



: kering dan tidak terdapat infeksi



b. Keadaan gusi dan gigi : gusi tidak infeksi dan gigi lengkap tidak berlubang c. Keadaan lidah : lidah terlihat pucat d. Orofarings



: klien tidak merasa sakit saat menelan



6. Leher a. Posisi trachea



: simetris



b. Tiroid



: tidak terdapat pembesaran tiroid



c. Suara



: jelas



d. Kelenjar limfe



: tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe



e. Vena jugularis



: tidak terdapat dislensi pada vena jugularis



f. Denyut nadi carotis



: teraba kuat



D. Pemeriksaan Integumen (kulit) a. Kebersihan



: bersih



b. Kehangatan



: hangat



c. Warna



: kuning langsat



d. Tekstur



: halus



e. Kelembaban



: kering



f. Kelainan pada kulit



: tidak terdapat kelainan



E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak a. Ukuran dan bentuk payudara



:-



b. Warna payudara dan areola



:-



c. Kelainan-kelainan payudara dan puting : d. Axilla dan clavicula



:-



F. Pemeriksaan Thorax/Dada a. Inspeksi Thorax a. Bentuk thorax : simetris b. Pernafasan Frkewensi



: 20x/menit



Irama



: reguler



c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : tidak ada



2. Pemeriksan Paru a. Palpasi getaran suara (vokal fremitus) : normal, getaran antara paru-paru kanan dan kiri sama b. Perkusi



: sonor



c. Asukultasi



:



Suara nafas



: vesikuler



Suara ucapan



: jelas



Suara tambahan



: tidak terdapat suara tambahan



3. Pemeriksaan Jantung a. Inspkesi dan palpasi Pulsasi



: teraba kuat



Ictus cordis



: tidak terdapat ictus cordis



b. Perkusi Batas-batas jantung : Kanan atas: ICS V linea parasternalis dextra, kanan. bawah: ICS IV linea parasternalis dextra, kiri atas:ICS I lineaparasternalis sinistra, kiri bawah: ICS V linea midclavicula sinistra c. Auskultasi d. Bunyi jantung I



: ICS IV linea paraternalis sinistra (BJ I



triaspidalis) Bunyi jantung II



: ICS V linea midclavicula dextra (BJ II



aorta) Bunyi jantung tambahan



: tidak terdengarbunyi tambahan



Bising/murmur



: tidak terdapat bunyi



bising/murmur Frekwensi denyut jantung



: 98x/menit



G. Pemeriksaan Abdomen: a. Inspeksi Bentuk abdomen



: simetris



Benjolan/massa



: tidak terdapat benjolan/massa



Bayangan pembuluh darah abdomen : tidak terdapat bayangan pembuluh darah abdomen b. Auskultasi Peristaltik usus



: 10x/menit



Bunyi jantung anak/BJA : tidak terdapat BJA c. Palpasi Tanda nyeri tekan



: terdapat nyeri tekan didaerah ulu hati



Benjolan/massa



: tidak terdapat BJA



Tanda-tanda ascites



: tidak terdapat tanda-tanda ascites



Hepar



: tidak terdapat pembesaran hepar



Lien



: tidak terdapat pembesaran lien



Titik McBurney



: terdapat nyeri tekan didaerah ulu hati



b. Perkusi Suara abodmen



: tympani



Pemeriksaan ascites



: tidak terdapat tanda ascites



H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya a. Genetalia Rambut pubis



:-



Meathus urethra



:-



Kelainan-kelainan pada genelatia eksterna dan daerah inguinal : b. Anus dan perineum Lubang anus



:-



Kelainan pada anus: Perineum



:-



H. Pemeriksaan Muskuloskeletal (Ekstremitas) a. Kesimetrisan otot : simetris b. Pemeriksaan oedem: tidak terdapat oedema c. Kekuatan otot



:5



5



5



5



d. Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kuku : tidak terdapat kelainan



I. Pemeriksaan Neurologi



a. Tingkat kesadaran (secara kwantitatif)/GCS Compos menti, E 4, V 5, M 6 b. Tanda-tanda rangsangan otak (meningeal sign) Demam (+), mual(+), muntah (+), pusing (+), nyeri (+) c. Syaraf otak (nervus cranialis) N.olfakronius (+), N.optikus(+), N.okulamotorius(+),N.toklearis(+), N.ingeminus (+), N.abdosen (+)N.facialis (+), N.glosofaringeal(+),N.vagur(+), N.assecorios(+)N.hpoglorus(+) d. Fungsi motorik Mampu mengikuti perintah dengan baik e. Fungsi sensorik Panca indera daoat berfungsi dengan baik f. Refleks Refleks fisiologis : Achiter(+),potela(+),pecturalis(+),biseps(+),triseps(+),granchiradialis(+), reflektor jari-jari(+)



Refleks patologis : Chaddock(-),babinsko(-),Bng(-),scheotter(-),codin(-),opperhum(-),gonda(-)



J. Pemeriksaan Status Mental: a.



Kondisi emosi/perasaan : stabil



b.



Orientasi



c.



Proses berfikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan) : klien dapat berpikir



: klien mampu berorientasi dengan baik



dengan baik d.



Motivasi (kemampuan) : klien segera ingin pulang



e.



Persepsi



: klien sangat yakin bisa sembuh



f.



Bahasa



: jawa dan Indonesia



PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Diagnosa Medis: demam tifoid



B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang medis: 1. Laboratorium



:



a. Darah lengkap : •



Hemoglobin 12,6







Eritrosit 4,17







Leukosit 8.800







Trombosit 372.000







Hematocrit 32



b. Asam urat 9,4 c. Tes widal : •



Thypus O 1/160







Thypus H 1/160







P. Thypus A 1/80







P. Thypus B 1/160



2. Rotgen



:-



3. ECG



:-



4. USG



:-



5. Lain-lain : -



PENATALAKSANAAN DAN TERAPI a. Infus RL : D5 1 : 1 40 tpm b. Injeksi cefo 3x1 c. Injeksi antrain 3x1 d. Injeksi dhyphen 3x1 e. Injeksi buscopan 2x1 f. Injeksi ranitidin 2x1 g. Injeksi omeprazole 2x1 h. Injeks drip NB 1x1 i. Obat novamagh syr 3x1 j. Hepamax 2x1



Perawat



Rosyiqil barida NIM: 192303102065



ANALISA DATA



NAMA PASIEN



: Ny. F



UMUR



: 26 tahun



NO. REGISTER



:



DATA PENUNJANG Ds : klien mengatakan badan terasa panas dan pusing Do : • TTV S : 39,3oC TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit RR : 20x/menit • Mukosa bibir kering • Badan teraba panas



Ds : klien mengatakan mual dan muntah setiap kali makan dan nyeri pada ulu hati Do: • Klien tampak lemah • Nafus makan menurun • Porsi makan ½ porsi • Mukosa bibir kering



INTERPRETASI DATA Basil salmonella thyposa



MASALAH Hipertermi b.d penyakit



Menginfeksi saluran



Demam



Hipertermi



Basil salmonella thyposa



Menginfeksi saluran



Tifus abdominalis



Diserap usus halus



Mual, nafsu makan menurun



Deficit nutrisi



Deficit nutrisi



DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN



NAMA PASIEN



: Ny. F



UMUR



: 26 tahun



NO. REGISTER



:



NO



TGL MUNCUL



1 2



19 Juli 2021 19 Juli 2021



DIAGNOSA KEPERAWATAN Hipertermi b.d penyakit Deficit nutrisi



TGL TERATASI



TT



RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN



NAMA PASIEN



: Ny. F



UMUR



: 26 tahun



NO. REGISTER



:



TGL 19 Juli 2021



19 Juli 2021



NO. 1



DIAGNOSA KEPERAWATAN Hipertermi b.d penyakit



2



Deficit nutrisi



SLKI



SIKI



L.14134 Termoregulasi setelah dilakukan tindakan selama 4x24 jam maka hipertermi pada Ny. F berkurang dengan kriteria hasil sbb: • Pucat dari meningkat menjadi menurun • Suhu tubuh dari meningkat menjadi menurun, dari 39,3oC menjadi 36,5oC • Suhu kulit dari meningkat menjadi menurun • Tekanan darah sedang



I.15506 Manajemen Hipertermia Observasi • Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator ) • Monitor suhu tubuh Terpeutik • Sediakan lingkungan yang dingin • Longgarkan atau lepaskan pakaian • Berikan cairan oral • Lakukan pendinginan eksternal (mis.selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) Edukasi • Anjurkan tirah baring Kolaborasi • Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu



L.03030 Status nutrisi



I.03119 Manajemen nutrisi



TT



Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam makan asupan nutrisi pada Ny. F berkurang dengan kriteria hasil sbb: • Porsi makan yang dihabiskan dari menuru menjadi meningkat, dari ½ porsi menjadi 1 porsi habis • Nyeri abdomen dari meningkat menjadi menurun • Frekuensi makan dari memburuk menjadi membaik • Nafsu makan dari memburuk menjadi membaik • Membrane mukosa dari memburuk menjadi membaik



Observasi • Identifikasi status nutrisi • Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient • Monitor asupan makanan Edukasi • Anjurkan posisi duduk, jika mampu



CATATAN KEPERAWATAN



NAMA PASIEN



: Ny. F



UMUR



: 26 tahun



NO. REGISTER



:



NO



TGL/JAM



1



19 Juli 2021 07.00



NO. DX. KEP



1



07.08 07.09 07.11 07.15 07.28



07.41 07.50



2



07.58 08.03 08.09 08.13



2



20 Juli 2021 07.00 07.03 07.10



1







Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator ) • Memonitor suhu tubuh, S : 39,3oC • Menyediakan lingkungan yang dingin • Melonggarkan atau lepaskan pakaian • Memberikan cairan oral • Melakukan pendinginan eksternal (mis.selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) • Menganjurkan tirah baring • Mengolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu o Injeksi cefo 3x1 o Injeksi antrain 3x1 o Injeksi dhyphen 3x1 o Injeksi buscopan 2x1 o Injeksi ranitidin 2x1 o Injeksi omeprazole 2x1 o Injeksi drip NB 1x1 • • • •



Mengidentifikasi status nutrisi Mengdentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient Memonitor asupan makanan, habis ½ porsi Anjurkan posisi duduk, jika mampu







Memonitor suhu tubuh, S : 38,6oC



• •



07.18 08.00



08.20



TINDAKAN



2



Memberikan cairan oral Melakukan pendinginan eksternal (mis.selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) • Menganjurkan tirah baring • Mengolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu o Injeksi cefo 3x1 o Injeksi antrain 3x1 o Injeksi dhyphen 3x1 o Injeksi buscopan 2x1 o Injeksi ranitidin 2x1 o Injeksi omeprazole 2x1 o Injeksi drip NB 1x1 • Mengidentifikasi status nutrisi



TT



08.25 08.30



• • •



Mengdentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient Memonitor asupan makanan, habis ½ porsi Anjurkan posisi duduk, jika mampu







Memonitor suhu tubuh, S : 37,9oC



08.40 3



21 Juli 2021 07.00 07.05 07.13



1



• •



Memberikan cairan oral Melakukan pendinginan eksternal (mis.selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) • Mengolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu o Injeksi cefo 3x1 o Injeksi antrain 3x1 o Injeksi dhyphen 3x1 o Injeksi buscopan 2x1 o Injeksi ranitidin 2x1 o Injeksi omeprazole 2x1 o Injeksi drip NB 1x1



08.00



4



08.20 08.25 08.30 08.37



2



22 Juli 2021 07.00 07.10 08.00



1



• Mengidentifikasi status nutrisi • Mengdentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient • Memonitor asupan makanan, habis 1 porsi • Anjurkan posisi duduk, jika mampu •



Memonitor suhu tubuh, S : 36,5oC



• Memberikan cairan oral • Mengolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu o Injeksi cefo 3x1 o Injeksi antrain 3x1 o Injeksi dhyphen 3x1 o Injeksi buscopan 2x1 o Injeksi ranitidin 2x1 o Injeksi omeprazole 2x1 o Injeksi ondan 2x1 o Injeksi drip NB 1x1



EVALUASI



NAMA PASIEN



: Ny. F



UMUR



: 26 tahun



NO. REGISTER



:



NO. DX KEP. 1



TANGGAL 25 Januari 2021



TANGGAL 26 Januari 2021



S: Klien mengatakan badan terasa panas dan pusing



S: Klien mengatakan badan terasa panas dan pusing



O: K/u : lemah • TTV S : 39,3oC TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit RR : 20x/menit • Mukosa bibir kering • Badan teraba panas



O: K/u : lemah • TTV S : 38,6oC TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit RR : 20x/menit • Mukosa bibir kering • Badan teraba panas



A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi



A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi



TANGGAL 27 Januari 2021 S: Klien mengatakan badan terasa hangat dansedikit pusing O: K/u : cukup • TTV S : 37,9oC TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit RR : 20x/menit • Mukosa bibir lembab • Badan teraba hangat A : masalah teratasi sebagian



TANGGAL 28 Januari 2021 S: O: K/u : cukup • TTV S : 36,5oC TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit RR : 20x/menit • Mukosa bibir lembab A : masalah teratasi P : hentikan intervensi



P : lanjutkan intervensi 2 S: klien mengatakan mual dan muntah setiap kali makan dan nyeri pada ulu hati



S: klien mengatakan mual dan muntah berkurang dan nyeri pada ulu hati berkurang



O: • Klien tampak lemah • Nafus makan menurun • Porsi makan ½ porsi • Mukosa bibir kering



O: • Klien tampak lemah • Nafus makan mulai meningkat • Porsi makan ½ porsi • Mukosa bibir kering



A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi



A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan intervensi



S: O: • Nafsu makan meningkat • Porsi makan 1 porsi • Mukosa bibir lembab A : masalah teratasi P : hentikan intervensi