LP Dispnea [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DIPSNEU DIRUANGAN TOPAZ RSUD H. BADARUDDIN KASIM TANJUNG



Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Program Profesi Ners



Disusun Oleh: ANJAR PADMI PRATIWI NIM: 11194692111016



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2021



LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PENDAHULUAN DIPSNEU DIRUANGAN TOPAZ RSUD H. BADARUDDIN KASIM TANJUNG



Tanggal 8 Mei 2021



Disusun oleh :



ANJAR PADMI PRATIWI NIM: 11194692111016



Tanjung, 8 Mei 2021. Mengetahui, Preseptor Akademik,



Preseptor Klinik,



(Rifa Atul Mahmudah, S.Kep,Ns., MSN)



( Era Sugiarti, S.Kep, Ns)



NIK. 1166062013061



NIP. 19821023 200604 2 020



LAPORAN PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2010). Sesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2013) B. ETIOLOGI 1. Depresi Sistem saraf pusat Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal. 2. Kelainan neurologis primer Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi. 3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas. 4. Trauma Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar 5. Penyakit akut paru



Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan gagal nafas. (Arif Mansjoer dkk, 2014) C. MANIFESTASI KLINIK Menurut (Doengoes, E 2012) 1. Batuk dan produksi sputum Batuk adalah engeluaran udara secara paksa yang tiba – tiba dan biasanya tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali. 2. Dada berat Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya dada berat diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat berbagai alasan lain untuk dada berat. Dada berat diartikan sevagai perasaan yang bera dibagian dada. Rata – rata orang juga mendeskripsikannya seperti ada seseorang yang memegang jantungnya. 3. Mengi Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini muncul ktika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi adalah tanda seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi jelas terdengar sat ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi. Mengi umumnya muncul ketika saluran napas menyempit atau adanya hambatan pada saluran napas yang besar atau pada seseorag yang mengalami gangguan pita suara. 4. napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. D. PATOFISIOLOGI Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel. Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt



tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg). Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiod. Penemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut (Brunner & Sudarth, 2013). E. PATHWWAY DYPSNEA Depresi sistem saraf kelainan neurolofis Pusat primer



Ventilasi tidak adekuat



gangguan medula



efusi pleura



trauma kecelakaan



penumpukan cairan cidera kepala



Pernapasan dangkal gangguan ventilasi



ekspansi paru



kesadaran



Obstruksi jalan napas



Dyspnea



Pola nafas tidak efektif



Gangguan



b.d. penurunan ekspansi



berhubungan



dengan



abnormalitas



ventilasi-



pertukaran



gas



perfusi sekunder terhadap hipoventilasi



Gangguan perfusi



Kelebihan volume



cairan



b.d.



edema



pulmo



jaringan b.d. penurunan curah jantung.



F. KOMPLIKASI Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2012). Dalam bentuk kronisnya, sesak napas atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit seperti asma, emfisema, berupa penyakit paru – paru lain.



G. PENATALAKSANAAN TERAPI DAN PENGOBATAN 1. Oksigenasi a) Penanganan Umum Dispnea 1) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal yang tinggi 2) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya 3) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita. b) Terapi Farmako 1) Olahraga teratur 2) Menghindari alergen 3) Terapi emosi c) Farmako 1) Quick relief medicine 2) Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan datang. Contoh : bronkodilator 3) Long relief medicine 4) Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalas. (Smeltzer 2015) H. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian



a. Airway - Peningkatan sekresi pernapasan - Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi b. Breathing Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi. - Menggunakan otot aksesori pernapasan - Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis c. Circulation - Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia - Sakit kepala - Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk - Papiledema - Penurunan haluaran urine d. Pemeriksaan Fisik 1. System pernafasaan : ·      Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya ·      Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasaan tertinggal ·      Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak) ·      Auskultasi ; suara abnormal (wheezing dan ronchi) 2. System Kardiovaskuler : ·    Inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah trauma ·    Palpasi ; bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral ·    Suara detak jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradok 3. System neurologis ·      Inpeksi ; gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala ·      Palpasi ; kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak ·     Bagaimana tingkat kesadaran yang dialamu dengan menggunakan Glasgow Coma Scale 2. Diagnosa Keperawatan a. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru 3. Intervensi No Diagnosa Keperawatan 1 Pola nafas tidak efektif b.d.



NOC



NIC



Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi, keperawatan pasien dapat kedalaman dan kualitas



penurunan ekspansi paru



mempertahankan pola pernapasan serta pola pernapasan yang efektif pernapasan. Kriteria Hasil : 2. Kaji tanda vital dan Pasien menunjukkan tingkat kesadaran setiap 1. Frekuensi, irama dan jam dan prn kedalaman pernapasan 3. Monitor pemberian normal trakeostomi bila PaCo2 2. Adanya penurunan 50 mmHg atau PaO2< dispneu 60 mmHg 3. Gas-gas darah dalam 4. Berikan oksigen dalam batas normal bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan 5. Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2 6. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam 7. Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan 8. Berikan dorongan untuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk memegang dada selama batuk 9. Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir 10. Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi



2



Gangguan Setelah diberikan tindakan pertukaran gas keperawatan pasien dapat berhubungan mempertahankan dengan pertukaran gas yang abnormalitas adekuat ventilasi-perfusi Kriteria Hasil : sekunder Pasien mampu terhadap menunjukkan : hipoventilasi 1. Bunyi paru bersih 2. Warna kulit normal 3. Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan



3



Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo



Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan Kriteria Hasil : Pasien mampu



mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi. 1. Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia 2. Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tingkat kesadaran pada dokter. 3. Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2 4. Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP. 5. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam 6. Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan 7. Pantau irama jantung 8. Berikan cairan parenteral sesuai pesanan 9. Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid. 10. Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen. 1. Timbang BB tiap hari 2.   Monitor input dan output pasien tiap 1 jam 3. Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung 4. Kaji tanda-tanda



4



menunjukkan: kelebihan volume : 1. TTV normal edema, BB , CVP 2. Balance cairan dalam 5. Monitor parameter batas normal hemodinamik 3. Tidak terjadi edema Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kesadaran perfusi jaringan keperawatan pasien mampu 2. Kaji penurunan perfusi b.d. penurunan mempertahankan perfusi jaringan curah jantung. jaringan. 3. Kaji status Kriteria Hasil : hemodinamik Pasien mampu 4. Kaji irama EKG menunjukkan 5. Kaji sistem 1. Status gastrointestinal hemodinamik dalam bata normal 2. TTV normal



DAFTAR PUSTSAKA Arif Mansjoer, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC Doengoes, E. Marylinn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.III. Jakarta : EGC



Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Vol. 3. Jakarta : EGC Muttaqin. (2012). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan. Salemba Medika: Jakarta. Wartonah & Tarwoto. 2013. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.