LP GDD [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY



I.



KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK 1.1 Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi secara



simultan.



Berbeda



dengan



pertumbuhan,



perkembangan



merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskular, kemampuan bicara, emosi, dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Seiring dengan berjalannya waktu, anak akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses tumbuh kembang anak memiliki ciri-ciri yang satu sama lainnya saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut



antara



pertumbuhan



dan



lain



perkembangan



perkembangan



pada



menimbulkan tahap



awal



perubahan, menentukan



perkembangan selanjutnya, pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan



yang



berbeda,



perkembangan



berkorelasi



dengan



pertumbuhan, perkembangan mempunyai pola yang tetap, serta perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Selain memiliki ciri-ciri yang khusus, proses tumbuh kembang anak juga memiliki prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip



1



dapat digunakan sebagai kaidah atau pegangan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Terdapat dua prinsip proses tumbuh kembang, yaitu perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar, serta pola perkembangan dapat diramalkan. 1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak Pada



umumnya



anak



memiliki



pola



pertumbuhan



dan



perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor Internal, diantaranya ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, dan kelainan kromosom; faktor eksternal, diantaranya faktor prenatal (gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologi ibu), faktor persalinan, faktor pasca persalinan (gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan). 1.3 Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi: a. Motorik kasar, adalah aspek yang berhubungan dnegna kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otototot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya. b. Motorik halus, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. c. Kemampuan bicara dan bahasa, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya. d. Sosialisasi dan kemandirian, adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya



2



1.4 Periode Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi hingga dewasa. Tumbuh kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut: a. Masa prenatal atau masa intra uterin Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu: 1. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu. 2. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organism, terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh. 3. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode, yaitu masa fetus dini, sejak umur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi. 4. Masa fetus lanjut, yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsifungsi. Terjadi transfer immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa Hexanoic Acid) dan Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina. b. Masa bayi (umur 0 – 11 bulan) Masa ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu: 1. Masa neonatal (umur 0 – 28 hari) Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi



3



2. Masa post (pasca) neonatal (umur 29 hari – 11 bulan) Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan



berlangsung



secara



terus



menerus



terutama



meningkatnya fungsi sistem saraf. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar. c. Masa anak dibawah lima tahun (umur 12 – 59 bulan) Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Setelah lahir, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel saraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar, berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari. d. Masa anak prasekolah (umur 60 – 72 bulan) Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Pada masa ini juga anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistem reseptor penerima rangsangan serta



4



proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.



II.



KONSEP DASAR PENYAKIT 1.1 Definisi Global



developmental



delay



(GDD)



atau



Keterlambatan



Perkembangan Global (KPG) adalah keterlambatan yang signifikan pada dua atau lebih domain perkembangan anak, diantaranya: motorik kasar, motorik halus, bahasa atau bicara, kognitif, interaksi sosial, dan aktivitas sehari-hari. Istilah GDD digunakan pada anak berusia kurang dari 5 tahun, sedangkan pada anak berumur lebih dari 5 tahun saat tes IQ sudah dapat dilakukan dengan hasil yang akurat maka istilah yang digunakan adalah retardasi mental (Kemenkes RI, 2005). Delayed development adalah klasifikasi ciri anak menunjukkan keterlambatan signifikan dalam satu atau lebih domain perkembangan kognitif, emosional atau fisik (Christine et al., 2007). Anak dengan KPG tidak selalu menderita retardasi mental sebab berbagai kondisi dapat menyebabkan seorang anak mengalami KPG seperti penyakit neuromuskular, palsi serebral, deprivasi psikososial meskipun aspek kognitif berfungsi baik.



1.2 Etiologi KPG dapat merupakan manifestasi yang muncul dari berbagai kelainan neurodevelopmental (mulai dari disabilitas belajar hingga kelainan neuromuskular. Tabel berikut memberikan pendekatan beberapa etiologi KPG menurut Forsyth dan Newton, 2007 (dikutip dari Walters AV, 2010), yaitu:



Kategori



Komentar



Genetik atau Sindromik



 Sindrom



Teridentifikasi dalam 20% dari



5



yang



mudah



diidentifikasi, misalnya Sindrom



mereka yang tanpa tanda-tanda



Down



neurologis, kelainan dismorfik,  Penyebab genetik yang tidak atau riwayat keluarga



terlalu jelas pada awal masa kanak-kanak, misalnya Sindrom Fragile X, Sindrom Angelman, Sindrom Soto, Sindrom Rett, fenilketonuria



maternal,



mukopolisakaridosis, muskularis



distrofi



tipe



Duchenne,



tuberus



sklerosis,



neurofibromatosis tipe 1, dan delesi subtelomerik.  Skrining



universal



secara



Teridentifikasi dalam 1% dari



nasional



neonatus



untuk



mereka yang tanpa tanda-tanda



fenilketonuria



neurologis, kelainan dismorfik,



defisiensi



atau riwayat keluarga



Dehidrogenase rantai sedang.



Metabolik



(PKU)



dan



acyl-Co



A



 Misalnya, kelainan siklus/daur urea  Terdapat



Endokrin



skrining



universal



neonatus untuk hipotiroidisme kongenital Traumatik



 Cedera otak yang didapat



Penyebab dari lingkungan



 Anak-anak kebutuhan



memerlukan dasarnya



seperti



makanan, pakaian, kehangatan, cinta, dan stimulasi untuk dapat berkembang secara normal  Anak-anak



tanpa



perhatian,



diasuh dengan kekerasan, penuh ketakutan, lingkungan



6



dibawah mungkin



stimulasi tidak



menunjukkan



perkembangan



yang normal  Ini mungkin merupakan faktor yang



berkontribusi



dan



ada



bersamaan dengan patologi lain dan merupakan kondisi yaitu ketika kebutuhan anak diluar kapasitas orangtua untuk dapat menyediakan/memenuhinya  Misalnya,



Malformasi serebral



kelainan



migrasi



motorik



dapat



neuron Palsi Serebral dan Kelainan  Kelainan Perkembangan



Koordinasi



(Dispraksia)



mengganggu



perkembangan



secara umum  Perinatal,



Infeksi



misalnya



Rubella,



CMV, HIV  Meningitis neonatal  Fetus: Alkohol maternal atau



Toksin



obat-obatan saat masa kehamilan  Anak: Keracunan timbal



1.3 Manifestasi Klinis Gejala yang terlihat: a. Keterlambatan perkembangan sesuai tahap perkembangan pada usia: anak terlambat untuk bisa duduk, berdiri, tengkurap dan berjalan b. Keterlambatan kemampuan motorik halus atau kasar c. Rendahnya kemampuan sosial d. Pelaku agresif e. Masalah dalam berkomunikasi



7



Terdapat hal spesifik yang dapat mengarahkan kepada diagnosa klinik KPG terkait ketidakmampuan anak dalam perkembangan milestones yang seharusnya, yaitu: a. Anak tidak dapat duduk di lantai tanpa bantuan pada umur 8 bulan b. Anak tidak dapat merangkak pada 12 bulan c. Anak memiliki kemampuan bersosial yang buruk d. Anak tidak dapat berguling pada umur 6 bulan e. Anak memiliki masalah komunikasi f. Anak memiliki masalah pada perkembangan motorik kasar dan halus



1.4 Patofisiologi 1.4.1 Narasi Terdapat beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan Global Delayed Development dan beberapa penyebab dapat diterapi. Seperti yang dijelaskan di atas ada 5 etiologi tertinggi penyebab Developmental



Delay ini



selain, pertumbuhan dan



perkembangan janin dalam kandungan dan kelahiran prematur. Salah satu contoh pada plasi serebral dimana terjadi malformasi hambatan pada vaskuler, atrofi, hilangnya neuron dan degenarasi laminar. Serebral palsi digambarkan sebagai kekacauan pergerakan dan postur tubuh yang disebabkan oleh cacat nonprogressive atau luka otak pada saat anak-anak. Suatu presentasi serebral palsi dapat diakibatkan oleh suatu dasar kelainan (struktural otak: awal sebelum dilahirkan, perinatal, atau luka-luka kerugian setelah kelahiran dalam kaitan dengan ketidak cukupan vaskuler, toksin atau infeksi).



8



1.4.2 Skema



Infeksi dari ibu selama di kandungan (CMV, Rubella, Toksoplasma)



Anak dengan CMV kongenital



Masuk melalui saluran eustachius di telinga



Immaturitas imun tubuh Cairan serumen meningkat Proses infeksi



Resiko keterlambatan perkembangan



Otitis media Pertumbuhan otak terhambat Kurang pendengaran Mikrocephali



Perkembangan syaraf syaraf terganggu



Perkembangan bahasa dan personal sosial terganggu



Perkembangan motorik kasar dan halus terganggu



Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan



9



Ansietas



1.5 Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni kemunduran perkembangan pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak tertangani dengan baik, dapat mempengaruhi kemampuan yang lain, khususnya aspek psikologi dari anak itu sendiri. Salah satunya, anak akan mengalami depresi akibat ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi permasalahannya. Sehingga anak itu dapat bersikap negatif atau agresif.



1.6 Pemeriksaan Penunjang Secara



umum,



pemeriksaan



laboratorium



untuk



anak



dengan



kemungkinan gangguan perkembangan tidak dibedakan dengan tes skrining yang dilakukan pada anak yang sehat. Hal ini penting dan dilakukan



dengan



periodik.



Adapun



beberapa



pemeriksaan



penunjangnya antara lain: a. Skrining metabolik Skrining metabolik meliputi pemeriksaan: serum asam amino, serum glukosa, bikarbonat, laktat, piruvat, amonia, dan creatinin kinase. Skrining metabolik rutin untuk bayi baru lahir dengan gangguan metabolisme tidak dianjurkan sebagai evaluasi inisial pada KPG. Pemeriksaan metabolik dilakukan hanya bila didapatkan riwayat dari anamnesis atau temuan pemeriksaan fisik yang mengarah pada suatu etiologi yang spesifik. Sebagai contohnya, bila anak-anak dicurigai memiliki masalah dengan gangguan motorik atau disabilitas kognitif, pemeriksaan asam amino dan asam organik dapat dilakukan. Anak dengan gangguan tonus otot harus diskrining dengan menggunakan kreatinin phospokinase atau aldolase untuk melihat adanya kemungkin penyakit muscular dystrophy. b. Tes sitogenetik Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan KPG meskipun tidak ditemukan dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan suatu sindrom yang spesifik. Uji mutasi



10



Fragile X, dilakukan bila adanya riwayat keluarga dengan KPG. Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan anak lakilaki karena insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk, skrining pada wanita juga mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang jelas. Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan pada wanita dengan retardasi mental sedang hingga berat yang tidak dapat dijelaskan. c. Skrining tiroid Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital perlu dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan KPG hanya dilakukan bila terdapat klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid. d. EEG Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan KPG yang memiliki riwayat epilepsia tau sindrom epileptik yang spesifik (Landau-Kleffner). Belum terdapat data yang cukup mengenai pemeriksaan



ini



sehingga



belum



dapat



digunakan



sebagai



rekomendasi pemeriksaan pada anak dengan KPG tanpa riwayat epilepsi. e. Imaging Pemeriksaan imaging direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin pada KPG (terlebih bila ada temuan fisik berupa mikrosefali). Bila tersedia MRI harus lebih dipilih dibandingkan CT scan jika sudah ditegakkan diagnosis secara klinis sebelumnya.



1.7 Collaborative Care Management Tidak ada terapi khusus bagi penderita GDD, tetapi untuk beberapa keadaan dapat dilakukan penatalaksanaan. a. Penatalaksanaan farmakologi Jika ditemukan masalah dalam perkembanganya dalam kasus bayi berusia 7 bulan belum bisa tengkurap, dapat dilakukan intervensi. Pengobatan secara farmakologi dapat diberikan piracetam dengan



11



mempertimbangan farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat tersebut. Pada bayi fungsi organ tubuhnya belum sempurna, terutama dalam proses metabolisme dan ekskresinya, begitu juga ikatan protein belum berfungsi baik sehingga fraksi obat bebas akan banyak di dalam tubuh bayi. Sehingga dibutuhkan dosis yang lebih kecil dari orang dewasa. Selain itu perlu bayi diberikan vitamin dan mineral. Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan klesehatan dan sering kali bekerja sebagai kofaktor untuk metabolism enzim, sedangkan mineral adalah senyawa anorganik yang merupakan bagian penting dari enzim, mengatur berbagai fungsi fisiologis tubuh yang digunaka untuk proses pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan termasuk tulang. Vitamin yang dapt diberikan yaitu vitamin B kompleks atau Prolakta for Baby untuk menunjang perkembangan otak bayi dan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.



b. Terapi non-farmakologi Tindakan non-farmakologi juga dapat dilakuakan dengan melakukan fisioterapi. Fisioterapi untuk bayi yang lahir dengan risiko tinggi atau bayi yang diperkirakan dalam kehidupan selanjutnya akan mengalami gangguan perkembangan atau cacat, fisioterapi ditujukan untuk meningkatkan tonus otot, memperbaiki pola-pola yang tidak benar, meningkatkan kualitas gerakan atau pola gerakan spontan, serta pendidikan orang tua. Tekniknya beragam, misal touching atau massage, pengaturan posisi untuk mencegah pola yang abnormal, latihan-latihan gerakan pasif dan lain-lain. Orang tua perlu diajarkan untuk menstimulasi gerakan atau mencegah posisi anak yang tak normal serta memberikan asupan gizi yang adekuat dan kasih sayang.



12



Penanganan KPG dilakukan sebagai suatu intervensi awal disertai



penanganan



pada



faktor-faktor



yang



beresiko



menyebabkannya. Intervensi yang dilakukan, antara lain: 1) Speech and Language Therapy Speech and Language Therapy dilakukan pada anak-anak dengan kondisi CP, autism, kehilangan pendengaran, dan KPG. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara, berbahasa dan oral motoric abilities. Metode yang dilakukan bervariasi tergantung dengan kondisi dari anak tersebut. Salah satunya, metode menggunakan jari, siulan, sedotan atau barang yang dapat membantu anak-anak untuk belajar mengendalikan otot pada mulut, lidah dan tenggorokan. Metode tersebut digunakan pada anak-anak dengan gangguan pengucapan. Dalam terapi ini, terapis menggunakan alat-alat yang membuat anak-anak tertarik untuk terus belajar dan mengikuti terapi tersebut. 2) Occupational Therapy Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dalam menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka antara bermain, belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian, makan, dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran pada kemampuan kognitif, terapi ini dapat membantu mereka



meningkatkan



kemampuannya



untuk



menghadapi



permasalahannya. 3) Physical Therapy Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus, keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan motorik kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti berguling, merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik halus yakni menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil barang. Dalam terapi, terapis akan memantau



13



perkembangan dari anak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan otot



dan



sendi,



dan



kemampuan



motorik



oralnya.



Pada



pelaksanaannya, terapi ini dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang berada dekat dengan anak tersebut. Sehingga terapi ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan. 4) Behavioral Therapies Anak-anak dengan delay development akan mengalami stress pada dirinya dan memiliki efek kepada keluarganya. Anak-anak akan bersikap agresif atau buruk seperti melempar barang-barang, menggigit, menarik rambut, dan lain-lain. Behavioral therapy merupakan psikoterapi yang berfokus untuk mengurangi masalah sikap dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi. Terapi ini dapat



dikombinasikan



dengan



terapi



yang



lain



dalam



pelaksanaanya. Namun, terapi ini bertolak belakang dengan terapi kognitif. Hal itu terlihat pada terapi kognitif yang lebih fokus terhadap pikiran dan emosional yang mempengaruhi sikap tertentu, sedangkan behavioural therapy dilakukan dengan mengubah dan mengurangi sikap-sikap yang tidak diinginkan. Beberapa terapis mengkombinasikan kedua terapi tersebut, yang disebut cognitivebehavioural therapy.



c. Pencegahan dini atau screening dini Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian perkembangan tiap anak berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan umumnya cukup besar, misalnya seorang anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan mulai usia 10 hingga 18 bulan, sehingga seringkali terjadi perbedaan perkembangan di antara anak yang seusia. Untuk itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan anak. Untuk mengetahui



apakah



seorang



anak



mengalami



keterlambatan



perkembangan umum, perlu data/laporan atau keluhan orang tua dan pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan pada anak.



14



Deteksi dini merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa proses tumbuh kembang. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Berbagai metode skrining yang lebih mutakhir dan global untuk deteksi



dini



gangguan



bicara



juga



dikembangkan



dengan



menggunakan alat bantu atau panduan skala khusus, misalnya: menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test – II), Child Development Inventory untuk menilai kemampuan motorik kasar dan motorik halus, Ages and Stages Questionnaire, Parent’s Evaluations of Developmental Status.Serta dapat menggunakan alatalat skrining yang lebih Spesifik dan khusus yaitu ELMS (Early Language Milestone Scale) dan CLAMS (Clinical Linguistic and Milestone Scale) yang dipakai untuk menilai kemampuan bahasa ekspresif, reseptif, dan visual untuk anak di bawah 3 tahun.



III.



RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY 2.1 Pengkajian 2.1.1 Riwayat keperawatan a. Identitas Nama harus lengkap dan jelas, umur perlu dipertanyakan untuk interpretasi tingkat perkembangan anak yang sudah dicapai sesuai dengan umur, jenis kelamin, dikatakan anak lakilaki lebih sering sakit di banding anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa demikian.



15



Nama orang uta harus diketahui, supaya tidak keliru dengan orang lain. Alamat untuk mempermudah komunikasi, kondisi



lingkungan



dan



komunititas



untuk



mengetahui



epidemiologi (orang, tempat dan waktu). Umur, pendidikan dan pekerjaan untuk pendekatan anamnesis ddalam memperoleh data yang akurat, menggambarkan tingkat status social dan pola suh, asah dan asih. Agama dan sukku menilai perilaku tentang kesehatan dan penyakit berhubungan dengan kebiasaan dan tradisi yang dapat menunjang atau menghambat perilaku sehat. b. Keluahan utama Keluahan yang membuat klien dibawa ke rumah sakit karena pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat dari kelompok seusianya. c. Riwayat penyakit sekarang Biasanya diawali dari pengalaman danperasaan cemas ibu klien yang melihat pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat tidak sesuai dengan kelompok seusianya. d. Riwayat Penyakit dahulu Penyakit seperti rubella, tetanus, difteri, meningitis, morbili, polio, pertusis, vericella dan encephalitis dapat berkaitan atau mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik secara enteral maupun parenteral. e. Riwayat antenatal natal dan postnatal 1) Antenatal Kesehatan ibu selama hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan antenatal , kemana serta kebiasaan minum jamua-jamuan dan obat yang pernah diminum serat kebiasaan selama hamil. 2) Natal Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara persalinan (spontan, ekstraksi vakum,



16



ekstraksi forcep, section secaria dan gamelli), presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital. Keadaan saat lahir dan morbiditas pada hari pertama setelah lahir, masa kehamilan (cukup, kurang, lebih) bulan. 3) Postnatal Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan gagguan sistem, masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna kulit, pola eliminasi dan respon lainnya. Selama neonatal perlu dikaji adanya ashyksia, trauma dan infeksi. f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan kiri atas, lingkar dada terakhir. Tingkat perkembangan anak yang telah dicapai motorik kasar, halus, social, dan bahasa. g. Riwayat Kesehatan Keluarga SosiaL,



perkawinan



orang



tua,



kesejahteraan



dan



ketentraman, rumah tangga yan harmonis dan pola suh, asah dan asih.



Ekonomi



dan



adat



istiaadat,



berpengaruh



dalam



pengelolaan lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektual dan pengetahuan serta ketrampilan anak. Disamping itu juga berhubungan dengan persediaan dan pengadaan bahan pangan, sandang dan papan. h. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola nutrisi, Makanan pokok utama apakah ASI atau PASI. pada umur anak tertentu. Jika diberikan PASI (ditanyakan jenis, takaran dan frekuensi) pemberiaannya serta makanan tambahan yang diberikan. Adakah makanan yan disukai, alergi atau masalah makanan yang lainnya). 2) Pola eliminasi, sistem pencernaan dan perkemihan pada anak perlu dikaji BAB atau BAK (Konsistensi, warna, frkuensi dan jumlah serta bau). Bagaimana tingkat toileting trining sesuai dengan tingkat perkembangan anak.



17



3) Pola aktivitas, kegiatan dan gerakan yang sudah dicapai anak pada usia sekelompoknya mengalami kemunduran atau percepatan. 4) Pola istirahat, kebutuhan istirahat setiap hari, adakah gangguan tidur, hal-hal yang mengganggu tidur dan yang mempercepat tidur. 5) Pola kebersihan diri, bagaiman perawatan pada diri anak apakah sudah mandiri atau masih ketergantuangan sekunder pada orang lain atau orang tua.



2.2.1 Pemeriksaan fisik: data fokus Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan



fisik.



Pengukuran



lingkar



kepala



(yang



mengindikasikan mikrosefali atau makrosefali) adalah bagian penting dalam pemeriksaan fisik. Perubahan bentuk tubuh sering dihubungkan dengan kelainan kromosom, atau faktor penyakit genetik lain sulit dilihat dalam pemeriksaan yang cepat. Sebagai tambahan, pemeriksaan secara terstruktur dari mata, yaitu fungsi penglihatan dapat dilakukan saat infant, dengan menggunakan pemeriksaan sederhana seperti meminta mengikuti arah cahaya lampu. Saat anak sudah memasuki usia pre-school, pemeriksaan yang lebih mendalam diperlukan seperti visus, selain itu pemeriksaan saat mata istirahat ditemukan adanya strabismus. Pada pendengaran, dapat pula dilakukan test dengan menggunakan brain-stem evoked potentials pada infant. Saat umur memasuki 6 bulan, kemampuan pendengaran dapat dites dengan menggunakan peralatan audiometri. Pada usia 3-4 tahun, pendengaran dapat diperiksa menggunakan audiometer portable. Pemeriksaan telinga untuk mencari tanda dari infeksi otitis media menjadi hal yang penting untuk dilakukan karena bila terjadi secara kontinyu akan menyebabkan gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit secara menyeluruh dapat dilakukan untuk mengidentifikasi



18



penyakit



ektodermal



seperti



tuberous



sklerosis



atau



neurofibromatosis yang dihubungkan dengan delay. Pemeriksaan fisik juga harus meliputi pemeriksaan neurologi yang berhubungan dengan perkembangan seperti adanya primitive reflek, yaitu moro reflex, hipertonia atau hipotonia, atau adanya gangguan tonus. Komponen perkembangan yang diperiksa pada anak dengan KPG: a) Komponen motorik (kemampuan motorik kasar seperti bangkit berdiri, berguling, dan motorik halus seperti memilih benda kecil) b) Kemampuan berbicara dan bahasa(berbisik, meniru kata, menebak suara yang didengar, berkomunikasi non verbal misalnya gesture, ekspresi wajah, kontak mata) c) Kemampuan kognitif (kemampuan untuk mempelajari hal baru, menyaring



dan



mengolah



informasi,



mengingat



dan



menyebutkan kembali, serta memberikan alasan) d) Kemampuan sosial dan emosi (interaksi dengan orang lain dan perkembangan sifat dan perasaan seseorang).



2.3.1 Analisa data Data-Data Data subyektif: Klien



tidak



mengucapkan



bisa kata-kata



pada usia yang sebaya, kemapuan



mendengar



menurun,



pengulangan



kata terganggu.



Data obyektif: - Konvulsi - Kulit kemerahan



19



Etiologi



Problem



Disfunsi otak,



Keterlambatan



Efek



pertumbuhan dan



ketunadayaan



perkembangan



fisik



- Peningkatan



tubuh



suhu



diatas



kisaran



normal - Kejang - Takikardi - Takipnea - Kulit terasa hangat



Data subyektif:



Perubahan dalam



Keluarga merasa cemas



status kesehatan



dengan



keadaan



pertumbuhan



dan



perkembangan



anaknya



(keadaan pertumbuhan dan perkembangan



yang tidak sesuai dengan



anaknya yan



kelompok seusianya, klien



terlambat )



sering menanyakan apakah keadaan



tersebut



dapat



disembuhkan atau dilatih seperti anak yang sehat, klien kurang pengalaman dalam



perawatan



pengetahuan



dan



tentang



pertumbuhanperkembangan anak.



Data obyektif: - Penurunan produktivitas - Kontak



mata



yang



buruk - Gelisah, Distres - Ketakutan - Khawatir



20



Ansietas



- Wajah tegang, Tremor tangan - Suara bergetar - Jantung berdebar-debar - Khawatir, Melamun Faktor resiko:



-



Resiko



- Gangguan genetik



keterlambatan



- Nutrisi tidak adekuat



perkembangan



- Asuhan prenatal tidak adekuat - Infeksi - Kurang



perawatan



prenatal - Kerusakan otak - Gangguan kongenital - Kegagalan



untuk



tumbuh - Gangguan genetik - Prematuritas - Efek samping terkait pengobatan



2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa 1: Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan 1.2.1



Definisi Penyimpangan atau kelainan dan aturan kelompok usia.



1.2.2



Batasan karakteristik a. Gangguan pertumbuhan fisik b. Penurunan waktu respon c. Terlambat dalam melakukan keterampilan umum kelompok usia



21



d. Kesulitan dalam melakukan keterampilan umum kelompok usia e. Afek datar f. Ketidakmapuan melakukan aktivitas perawatan diri yang sesuai dengan usia g. Ketidakmampuan aktivitas pengendalian dan perawatan diri yang sesuai dengan usianya h. Lesu/tidak bersemangat 1.2.3



Faktor yang berhubungan a. Efek ketunadayaan fisik b. Defisiensi lingkungan c. Pengasuhan yang tidak adekuat d. Reponsivitas yang tidak konsisten e. Pengabaian f. Pengasuh ganda g. Ketergantungan yang terprogram h. Perpisahan dari orang yang dianggap penting i. Defisiensi stimulasi



Diagnosa 2: Ansietas 1.2.4



Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekawatiran yang Samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.



1.2.5



Batasan karakteristik 1. Perilaku : a. Penurunan produktivitas b. Gerakan yang ireleven c. Gelisah



22



d. Melihat sepintas e. Kontak mata yang buruk f. Agitasi 2. Afektif : a. Gelisah, Distres b. Kesedihan yang mendalam c. Ketakutan d. Perasaan tidak adekuat e. Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persisten f. Bingung, Menyesal g. Ragu/tidak percaya diri h. Khawatir 3. Fisiologis : a. Wajah tegang, Tremor tangan b. Peningkatan keringat c. Peningkatan ketegangan d. Gemetar, Tremor e. Suara bergetar 4. Simpatik : a. Anoreksia b. Eksitasi kardiovaskular c. Diare, Mulut kering d. Wajah merah e. Jantung berdebar-debar f. Peningkatan tekanan darah g. Peningkatan denyut nadi h. Peningkatan reflek i. Peningkatan frekwensi pernapasan j. Pupil melebar k. Kesulitan bernapas l. Lemah, Kedutan pada otot



23



5. Parasimpatik : a. Nyeri abdomen b. Penurunan tekanan darah c. Penurunan denyut nadi d. Diare, Mual, Vertigo e. Letih, Ganguan tidur f. Kesemutan pada ekstremitas g. Sering berkemih h. Dorongan cegera berkemih 6. Kognitif : a. Lupa, Gangguan perhatian b. Khawatir, Melamun c. Cenderung menyalahkan orang lain 1.2.6



Faktor yang berhubungan a. Perubahan



dalam



(status



ekonomi,



lingkungan,status



kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, status peran) b. Pemajanan toksin c. Terkait keluarga d. Herediter e. Infeksi/kontaminan interpersonal



Diagnosa 3: Resiko keterlambatan perkembangan 1.2.7



Definisi Berisiko mengalami keterlambatan 25% atau lebih pada satu atau lebih area social atau perilaku regulasi diri, atau pada keterampilan kognitif, bahasa, motorik kasar atau halus.



1.2.8



Faktor Resiko 1. Prenatal a. Kemiskinan b. Gangguan endokrin c. Gangguan genetik d. Buta huruf



24



e. Nutrisi tidak adekuat f. Asuhan prenatal tidak adekuat g. Infeksi h. Kurang perawatan prenatal i. Perawatan prenatal yang telat j. Usia ibu < 15 tahun k. Usia ibu > 35 tahun l. Substance abuse m. Kehamilan yang tidak direncanakan n. Kehamilan yang tidak diinginkan 2. Individual a. Anak yang diadopsi b. Gangguan perilaku c. Kerusakan



otak



(mis



:



perdarahan



postnatal, bayi yang diayun, d. penganiayaan, kecelakan) e. Penyakit kronis f. Gangguan kongenital g. Kegagalan untuk tumbuh h. Anak asuh i. Sering mengalami otitis media j. Gangguan genetik k. Gangguan pendengaran l. Nutrisi yang tidak adekuat m. Keracunan timbale n. Bencana alam o. Penampisan obat tergolong positif p. Prematuritas q. Kejang r. Penyalahgunaan zat s. Bergantung pada teknologi



25



pada



periode



t. Efek samping terkait pengobatan (mis; kemoterpi, terapi radiasi, agens farmaseutikal) u. Gangguan penglihatan 3. Lingkungan a. Kemiskinan b. Perilaku kekerasaan



2.3 Perencanaan Diagnosa 1: Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan 2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil Setelah



dilakukan



perawatan,



diharapkan



masalah



keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat teratasi dengan kriteria hasil: a. Anak berfungsi optimal sesuai tingkatannya b. Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan c. Keluarga



mampu



mendapatkan



sumber-sumber



sarana



komunitas d. Kematangan fisik : wanita : perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi dengan transisi dan masa kanak-kanak ke dewasa e. Kematangan fisik : pria perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi dengan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa f. Status nutrisi seimbang g. Berat badan



2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional a. Monitor tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada area fungsi motorik kasar dan halus dengan perangkat scoring denvers (DDST) dan NCHS (BB, TB, Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan atas). Rasional: Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan individu tergantung pada sensivitas suatu organ dalam fase cepat



26



seperti fungsi biologis, gizi dan faktor lingkungan serta pola suh, asah dan asih yang dapat tergambar dalam perangkat scoring perkembangan denvers dan NCHS dapat meneilai tingkat kenormalan fisik individu yang sesuai dengan usianya. b. Diskusikan dan ajarkan keluarga dan pengasuh tentang tugastugas perkembangan anak yang sesuai dengan kelompok usia dan sstimulasinya. Rasional: Anak harus lebih diberlakukan sebagai pribadi anak yang aktif yang perlu dirangsang atau stimulasi untuk menghadapi dan mampu mengatasi masalah melalui interaksi dan komunikasi antara orang tua-klien dan pengasuh. c. Ajarkan dan beri kesempatan pada anak untuk memenuhi tugas perkembangan sesauai dengan kelompok seusianya. Rasional: Tindakan pemeberian stimulasi untuk ungkapkan rasa kasih sayang yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan yang dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak dengan wajar atau tanpa paksaan serta beri pujian bila hal yang dilakukan itu mencapai keberhasilan. d. Tugaskan dan cari pengasuh yang konsisten. Rasional: Peran aktif pengasuh diperlukan adaptasi anak dalam pola asuh, asih dan asah terutama pada balita. e. Ajarkan dan r\tingkatkan perkembangan kata-kata dengan pengulangan kata-kata yang dipergunakan anak. Rasional: Stimulasi pendengaran dengan memanggil nama anak, mengulangi kata-kata yang diucapkan dengan jelas dengan menyebutkan anggota badan dapat melatih memory sel otak anak. f. Berikan waktu bermain dengan anak sebaya. Rasional: Anak bermain dengan cara toddler dengan karakterstik (paralel play dan solitary play), bermain secara spontan dan bebas. Perlu diingat anak mempunyai autonomi dan kemauan sehingga penting diperhatikan keamanan dan keselamatannya.



27



g. Kolaborasi dengan rehabilitasi medis dan audiologi. Rasional: Latihan speech dapat merangsang otot-otobicara dan memory sel otak, sekaligus memberi pelajaran pada orang tua tentang



cara



menstimulasi



anaknya.



Audiologi



dapat



mengevaluasi kelaianan pada bidang THT.



Diagnosa 2: Ansietas 2.3.5 Tujuan dan Kriteria hasil Setelah dilakukan tindakn keperawatan diharapkan masalah ansietas dapat teratasi dengan kriterai hasil: a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas. b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas. c. Vital sign dalam batas normal. d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivfitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. e. Keluarga



mau



menerima



keadaan



pertumbuhan



dan



perkembangan anaknya yang dialami sekarang f. Keluarga mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan serta factor-faktor yang memepengaruhi.. g. Keluarga nampak tenang dan mau bekerja sama dalam perawatan dan penatalaksanaan



2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional a. Bina hubugan trust antara perawatn-keluarga-dokter dalam pengumpulan data/pengkajian dan penatalaksanaan. Rasional: Rasa percaya yang terbina antara perawatan-keluarga klien/klien-dokter merupakan modal dasar komunikasi efektif dalam pengumpulan data, menemukan masalah dan alternatif pemecahan masalah.



28



b. Disukusikan dan informasikan dengan jelas sesuai tingkat pengetahuan dan pengalaman keluarga : 1. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang terlambat perlu pemeriksaan yang kompleks dan pengangan lintas devisi. Rasional:



Diskusi



menyampaikan



merupakan informasi



metode untuk



efektif



untuk



diterima



dan



dipertimbangkan oleh keluarga , sehingga informasi tersebut mendapat tanggapan dan kooperatif serta partisipatif yang berkesinambungan. 2. Jelaskan tentang tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai saat dikaji. Rasional: Penjelasan yan diterima cenderung memberikan jalan pikiran terbuka, sehingga mau menerima keadaan anaknya dan sedikit menekan stres. c. Beri



kesempatan



pada



keluarga



untuk



bertanya



dan



mengungkapkan perasaan cemasnya. Rasional: Asertivitas dalam menghadapi sesuatu dengan segala perasaan dan kepuasan akan mendorong atau memberi semangat untuk memfasilitasi tingkat pertumbuhan dan perkembangan anaknya mencapai tingkat optimal sesuai dengan kelompok sebayanya. d. Beri reinforcement terhadap kemauan dan kemampuan keluarga untuk semangat dan tanggapan yang positif serta benar tetnang persepsi keadaan anaknya. Rasional: Reinforcement sebagai kekuatan untuk meningkatkan tingkat psikologis yang baik dan positif sehingga termotivasi untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anaknya.



29



Diagnosa 3: Resiko keterlambatan perkembangan 2.3.5 Tujuan dan Kriteria hasil Selama dalam masa perawatan diharapkan masalah resiko keterlambatan perkembangan tidak terjadi dengan kriteria hasil: a. Pengetahuan orang tua terhadap perkembangan anak meningkat b. Berat badan = index masa tubuh c. Makanan dan asupan cairan bergizi d. Kondisi gizi dekuat



2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional a. Ajarakan dan diskusikan pada keluarga tentang tugas-tugas perkembangan dan stimulasinya pada kelompok usia yang sama Rasional: Tugas-tugas perkembangan dan stimulasi yang diberikan dapat dilaksanakan oleh keluarga dalam perawatan sehari-hari di rumah setelah mengetahui maksud dan tujuan tindakan tersebut b. Berikan



buku



panduan



atau petunjuk



tentang



tugas



perkembangan anak dan stimulasinya. Rasional: Buku petunjuk sangat membantu dalam proses pembelajaran dan pendidikan sekunder anak di rumah. c. Kolaborasi



tentang



hal-hal



yang



berhubungan



dengan



pertumbuhan dan perkembangan anak (dokter, perawata dan lainnya yang berkompetensi). Rasional:



Shering



pendapat



dalam



pengalaman



dapat



memberikan wacana baru dan luas serta membina hubungan kerja sama dalam mecapai tujuan yang diharapkan.



30



IV.



DAFTAR PUSTAKA



Cameron, N. (2002). Human Growth and Development. California: Academic Press Narendra, M. B. (2003). Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Jakarta: EGC. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medisdan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction. Suyitno, H, dan Narendra, M. B. (2003). Pertumbuhan Fisik Anak. Jakarta: EGC. Tanuwijaya, S. (2003). Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC Walters AV. (2010). Development Delay: Causes and Identification. ACNR



31