LP Hipertensi KMB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI



Untuk Memenuhi Tugas Praktek Matakuliah Keperawatan Medikah Bedah Yang dibina oleh Ibu Ira Rahmawati, MNSc



Oleh Siti Nurdiana (P17220194073)



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN D3 KEPERAWATAN LAWANG September 2021



LAPORAN PENDAHULUAN 1.1 KONSEP DASAR HIPERTENSI 1. Definisi Hipertensi Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan sling berhubungan WHO menyatakan hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg Menurut Brunner dan Suddarth hipertensi juga diartikan sebagai tekanan darah persistem dimana tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang persisten diatas 140 mmHg sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan 2. Etiologi Hipertensi Ada beberapa factor yang mempengruhi terjadinya hipertensi antara lain : 1. Genetik Adanya factor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan Riwayat hipertensi. 2. Obesitas Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%untuk Wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk Wanita bagi yang memiliki IMT 3. Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan Wanita. Namun Wanita terlindungi dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah



penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas Wanita pada usia premenopouse. 4. Stres Stres dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu waktu. Hormon adrenalin akan meningkat sewaktu kita stress, hal tersebut dapat mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat. 5. Kurang olahraga Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus berkerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. 6. Pola asupan garam dalam diet Badan



Kesehatan



dunia



yaitu



World



Health



Organiation



(WHO)



merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam ) perhari 7. Kebiasaan Merokok 8. Merokok menyebabkan peningkatan tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan indisen hipertensi maligna dan resiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami steriosklrerosis. 3. Klasifikasi Hipertensi Menurut Darmajo & Hadimartono (1999), Hipertensi pada usia lanjut dibedakn menjadi , hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan diastolik sama atau lebih besar dari mmHg, dan hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg. Sedangkan berdasarkan penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi dua golongan , yaitu hipertensi essensial (Hipertensi primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses



kompleks dari beberapa organ utama dan system, meliputi jantung, pembuluh darah, saraf, hormone dan ginjal. Hipertensi sekunder adlah naiknya tekanan darah yang diakibatkan oleh suatu sebab. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5 % kasus yang terjadi dimasyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus.isolated systolic hypertension adalahhipertensi yang terjadi Ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolic dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis (Pengerasan dinding arteri). Pregnancy Induced Hypertension adalah kondisi naiknya tekanan darah yang terjadi selama kehamilan, dimana naiknya tekanan darah sistolik dan diastolic lebih dari 15 mmHg (Guibert R dan Franco ED, 1999). 4. Manifestasi Klinik Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi : 1. Tidak bergejala : maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur,maka hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa. 2. Gejala yang lazim : gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang ter lazim pula pada kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni (2001), manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah, mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering ditemukan : marah telinga berdengung rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang - kunang 5. Patofisiologi Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variable tersebut yang tidak terkompensasi maka menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka Panjang. System pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari system reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler melalui system saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan system pengendaian reaksi lambat melalui perpindahan cairan



antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormone angiotensin dan vasopressin. Kemudian dilanjutkan system poten dan berlangsung dalam jangka Panjang yang dipertahankan oleh system pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi dihati. Selanjutnya oleh hormone, renin (diproduksi oleh ginjal ) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapt diparu paru angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretic (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosterone dari konteks adrenal. Aldosterone merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,aldosterone akan mengurangi ekskrei NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan Kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Manifestasi klinis yang dapat muncul akibat hipertensi menurut Eliabeth J. Corwin ialah bahwa Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa terjaga yang kadang kadang



disertai



mual



dan



muntah



akibatpeningkatan



tekanan



darah



intrakranium,penglihatan kabur akibat jerusakan retina, ayunan Langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf nocturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik trabsien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada suatu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan gejala lain yang



sering ditemukan adalah epistakis, mudah marah, telinga berdengung rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang kunang. 6. Penatalaksanaan a. Non Farmakologis 1. Menurunkan berat badan bila status gizi berlebihan :peningkatan berat badan dia usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontroll hipertensi. 2. Meningkatkan atifitas fisik : orang yang aktivitasnya rendah beresiko terkena hipertensi 30-50% dari pada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi. 3. Menurunkan konsumsi kafien dan alkohol : kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi. b. Farmakologis Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika,terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosterone antagonis, beta blocker,calcium chanel blocker atau calcium antagonist, angiotensin converting enyme inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/ Blocker (ARB) diuretic tiazid (misalnya bendroflumetiazid). Adapun contoh contoh obat anti hipertensi antaralainnya yaitu : a. Beta-bloker (misalnya propranolol, ettanol) b. Penghambatan angiotensin converting enymes (misalnya captopril, enalapril c. Antagonis angiotensin II (mislnya candesartan,losartan) d. Calcium channel blocker (misalnya amlodipine, nifedipine) dan e. Alpha-blocker (misalnya doksasoin Yang lebih jarang digunakan adalah vasodilator dan antihipertensi kerja sentral dan yang jarang dipakai, guanetidin, yang diindikasian untuk keadaan krisis hipertensi. 7. Komplikasi 1. Otak



Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi stroke timbul karena pendarahan, tekanan intra kranial yang meninggi atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri arteri yang mandarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan sehingga aliran darah ke daerah daerah yang diperdarahinya akan berkurang. 2. Kardiovaskuler Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark 3. Ginjal Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler kapiler ginjal dan glomerollus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotic koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik. 4. Retinopati Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optic neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vea retina. Penderita retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutuhan pada stadium akhir. Kerusakan yang lebih parah pada mata terjadi pada kondisi hiperteni maligna, di mana tekanan darah meningkat secara tiba tiba. Manifestasi klinis akibat hipertensi maligna juga terjadi secara mendadak, antara lain nyeri kepala double vision dim vision, dan sudden vision loss. 8. Pemeriksaan diagnostic



Menurut (Sobel, et al 1999) ada beberapa pemeriksaan diagnostic hipertensi , antara lain : 1. Pemeriksaan laboratorium Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti anemia,hipokoagulabilitas. 2. CT Scan Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati 3. EKG Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang p adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi 4. IU Mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal 5. Poto dada Menunjukkan destruksi klasifikasi pada era katup, pembesaran jantung 1.2 ASUHAN KEPERAWATAN Menurut Hidayat (2009) asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi meliputi : A. Pengkajian 1. Riwayat atau adanya faktor faktor resiko, antara lain : kegemukan Riwayat keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret berat, penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan. 2. Aktivitas / Istirahat gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup menoton. Tanda : Frekuensi jantung meningkat , perubahan irama jantung, takipnea. 3. Sirkulasi



gejala



:



Riwayat



hipertensi,



aterosklerosis,



penyakit



jantung



koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpasi. Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis , jugularis, radiasi, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat / bertunda. 4. Integritas Ego, gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian tangisan meledak, otot muka tegang , pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. 5. Eliminasi gejala : gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau Riwayat penyakit ginjal pada massa yang lalu).



6. Makanan / cairan, gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolestrol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) dan Riwayat penggunaan diuretic. Tanda : berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria 7. Neurosensori gejala : keluhan pening /pusing, berdenyut, sakit kepala, suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihataan (Diplobiia, penglihatan kabur , epistakis). Tanda : status mental , perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan. 8. Nyeri/ketidaknyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala. 9. Pernafasan, gejala : dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, Riwayat merokok. Tanda : distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan (Krakties/mengi), sianosis. 10. Keamanan gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural. B. Diagnosa 1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 3. Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi (Doengoes, 2000) C. Intervensi Berdasarkan Doengoes (2000) : Diagnosa Resiko terhadap



Tujuan tinggi Afterload penurunan tidak



curah peningkatan



berpartisipasi



jantung meningkat



berhubungan dengan tidak



Kriteria Hasil 1. Klien



terjadi



vasokonstriks



Intervensi -Pantau TD, ukur pada



kedua



dalam aktivitas tangan, gunakan yang



manset



dan



menurunkan



tekhnik



yang



afterload,



i tidak terjadi



tekanan



vasokonstriksi,iskemi



iskemia



beban



a miokard.



miokard



jantung.



darah/ tepat. kerja -catat keberadaan,



2. Mempertahanka n



TD



kualitas



dalam denyutan



rentang



entral



dan perifer.



indivuidu yang -Auskultasi dapat diterima



tonus



jantung



3. Memperlihatkan dan bunyi nafas. norma



dan -Amati



frekuensi jantung dalam



warna



kulit kelembaban stabil suhu dan masa



rentang pengisian



normal pasien



kapiler. -catat



edema



umum -berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas. -pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi -Bantu melakukan aktivitas perawatan



diri



sesuai kebutuhan. -lakukan Tindakan nyaman



yang spt



pijatan punggung dan leher. -Anjurkan tekhnik relaksasi paduan imajinasi, aktivitas penglihatn. -pantau



respon



terhadap



obat



untuk mengontrol tekanan darah. -berikan pembatasan cairan dan diet natrium



sesuai



indikasi. -Kolaborasi untuk pemberian obat Intoleransi



aktivitas Aktivitas



aktivitas



pasien



obatan



Klien



sesuai indikasi. dapat -Kaji toleransi



berpartisipasi



dalam pasien



berhubungan dengan terpenuhi



aktivitas



kelemahan



inginkan/diperlukan



menggunakan



melaporkan



parameter.



umum,



ketikseimbangan antara



suplai



kebutuhan O2



dan



yang



terhadap



peningakatan



di aktivitas dengan



dalam Frekuensi



toleransi aktivitas yang 20 dapat diukur



per



nadi menit



diatas frekuensi istirhat



catat



peningkatan TD, dipsnea,



atau



nyeri



dada



kelelahan dan



berat



kelemhan,



berkeringt pusing



atau



pingsan. (Parameter menunjukkn respon fisiologis pasien



terhadap



stress,



aktivitas



dan



indicator



derajat pengaruh kelebihan kerja/ jantung). -Kaji



kesiapan



untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan kelelahan



/ TD



stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian



pada



aktivitas



dan



perawatan



diri.



(stabilitas fisiologis



pada



istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual).



-Dorong memajukan aktivitas/tolerans i perawatan diri (konsumsioksige n



miokardia



selama berbagai aktivitas



dapat



meningkatkan jumlah



oksigen



yang



ada.



Kemajuan aktivitas terhdap mencegah peningkatan tiba tiba pada kerja jantung). -Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan



anjurkan



penggunaan kursi



mandi,



menyikat /rambut



gigi dengan



duduk



dan



sebagainya. (Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi sehingga membantu



dan



keseimbangan suplai



dan



kebutuhan oksigen). -Dorongan pasien



untuk



partisifasi dalam memilih periode aktivitas (seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas



dan



mencegah Gangguan



rasa Tekanan



nyaman : nyeri (sakit vaskuler kepala)



tidak



serebral tidak kepala



Berhubungan dengan meningkat peingkatan



kelemahan) Pasien mengungkapkan -Pertahankan



tekanan



vaskuler serebral



nyaman



adanya dan



sakit tirah



baring,



tampak lingkungan yang tenang



sedikit



penerangan, sedikit penerangan -Minimalkan gangguan lingkungan



dan



rangsangan -batasi aktivitas -hindari merokok atau menggunakan penggunaan nikotin.



-Beri



obat



analgesia



dan



sedasi



sesuai



pesanan. -Beri



Tindakan



yang menyenangkan sesuai



indikasi



seperti kompres es,



posisi



nyaman,



tehnik



relaksasi bimbingan imajinasi, hindari konstipasi. 1. TD dalam batas -pertahankan



Potensial perubahan Sirkulasi perfusi serebral



jaringan



: tubuh



ginjal, terganggu



jantung berhubungan dengan sirkulasi



tidak



gangguan



yang



dapat tirah



diterima



ada tempat tidur sakit -kaji



kepala pusing, 3. Nilai



normal



tekanan



darah saat masuk



nilai pada



laboratorium dalam



,



tinggikan kepala



2. Tidak keluhan



baring



kedua



lengan , tidur,



batas duduk



dengan



pemantau tekanan



arteri



jika tersedia. -pertahankan cairan dan obat obatan



sesuai



pesanan. -amati



adanya



hipotensi mendadak.



-ukur



masukan



dan pengeluaran -pantau elekrolit BUN,



kreatinin



sesuai pesanan. -Ambulasi sesuai kemampuan



;



Hindari kelelahan D. Evaluasi 1. Mempertehankan perfusi jaringan yang adekuat : Tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima dengan pengobatan terapi diet dan perubahan gaya hidup, tidak menunjukkan gejala angina, palpitasi atau penurunan penglihatan, kadar BUN dan kreatinin serum stabil, dan teraba denyut nadi perifer. 2. Mematuhi program asuhan dini : Minum obat sesuai resep dan melaporkan setiap ada efek samping, mematuhi aturan diet sesuai yang dianjurkan : pengurangan natrium, kolestrol, dan kalori, berlatih secara teratur dan cukup,mengukur teknan darahnya sendiri secara teratur, berhenti mengkonsumsi tembakau, kafien dan alkohol, menepati jadwal kunjungan klinik atau dokter . 3. Bebas dari komplikasi : tidak terjadi ketajaman penurunan penglihatan, dasar memperlihatkan perdarahan retina, kecepatan dan irama denyut nadi dan kecepatan napas dalam batas normal, tidak terjadi dispnu atau edema, menjaga haluaran urin sesuai dengan masukan cairan, pemeriksaan fungsin ginjal dalam batas normal, tidak memperlihatkan defisik motoric, bicara atau sensorik dan tidak mengalami sakit kepala, pusing atau perubahan cara berjalan (Tucker, et al, 1999).



DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, I. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi. Idea Nursing Journal, 2(1), 60–69. Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.