LP Kehamilan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

9 LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS “KEHAMILAN” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Maternitas Dosen Pembimbing : Dr. Indah Lestari, S.Kep.Ns.,M.Kes



OLEH: Riska Cahyanti 202003034



PROGRAM PROFESI NERS STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2020-2021



0



1



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan Asuhan Keperawatan Ini Diajukan Oleh : Nama



: Riska Cahyanti



NIM



: 202003034



Program Studi



: Profesi Ners



Judul Laporan Pendahuluan : LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS “KEHAMILAN”



Telah diperiksa dan disetujui sebagai tugas dalam praktik klinik Keperawatan Maternitas.



Mojokerto,



April 2021



Mahasiswa



Riska Cahyanti



Pembimbing Akademik



Dr. Indah Lestari, S.Kep.Ns.,M.Kes



Pembimbing Ruangan



Nurna D Rahayu, STr.Keb



1



1



LAPORAN PENDAHULUAN 1.1 Konsep Dasar Kehamilan 1.1.1



Definisi Kehamilan Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita pada umumnya. Kehamilan juga dapat di artikan saat terjadi gangguan dan perubahan identitas serta peran baru bagi setiap anggota keluarga. Pada awalnya ketika wanita hamil untuk pertama kalinya terdapat periode syok, menyangkal, kebingungan, serta tidak terima apa yang terjadi. Oleh karena itu berbagai dukungan dan bantuan sangat penting di butuhkan bagi seorang ibu untuk mendukung selama kehamilannya (Prawiroharjo, 2009). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Dewi, 2011). Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradapan manusia. Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang terbukti manfaatnya (Materi Asuhan Kebidanan, 2009).  Kehamilan normal adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan kehamilan 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi triwulan atau trimester: 1. Kehamilan Trimester I antara 0-12 minggu 2. Kehamilan Trimester II antara 12-28 minggu 3. Kehamilan Trimester III antara 28-40 minggu (Sarwono, 2007;84).



1.1.2



Patofisiologi Ovum dilepaskan dalam proses ovulasi, ditangkap oleh fibrae dan berjalan menuju ke pers ampula tuba. Setelah proses ejakulasi, sperma masuk melalui kanalis servikalis menuju ke ampula tuba dengan kekuatannya sendiri. Terjadi proses konsepsi yaitu bertemunya ovum dan sperma pada pars ampula tuba. Kemudian kedua inti ovum dan sperma bersatu membentuk zigot terus mmbelah hingga membentuk morula dan terus berjalan menuju uterus.



2



1



Terjadi pertemuan sel di bagian luar morula menjadi sel trofoblas, pembentukan terus berjalan dan didalam morula terjadi ruangna yang mengandung cairan yang disebut blastula. Kemudian akan berimplantasi pada hari ke 6 sampai ke 7 setelah konsepsi. Dengan terjadinya nidasi maka desidua terbagi menjadi desidua basalis yang berhadapan dengan Korean frandusum yang berkembang menjadi plasenta. Desidua kapsularis yang menutupi hasil dan desidua kapsularis disebut desidua parietalis. Didalam desidua kapsularis janin tumbuh dan berkembang hingga mencapai usia aterem ± 40 minggu.



1.1.3



Pathway Ovum dilepaskan dalam proses ovulasi Ditangkap oleh fibrae dan berjalan menuju ke pers ampula tuba Proses ejakulasi Sperma masuk melalui kanalis servikalis menuju ke ampula tuba Terjadi proses konsepsi Membentuk zigot terus membelah hingga membentuk morula Terjadi pertemuan sel diluar morula menjadi sel trofoblas Kemudian akan berimplantasi pada hari ke 6 sampai 7 setelah konsepsi Terjadi nidasi



Desidua basalis yang berhadapan



Desidua kapsularis yg menutupi hasil



dengan Korean frandusum Dapat berkembang menjadi plasenta



Janin tumbuh dan berkembang hingga mencapai usia aterem



3 1.1.4



1



Fisiologi Kehamilan Proses kehamilan dalam referensi Prawirohardjo (2009) yaitu memantapkan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari :



1) Konsepsi Konsepsi di defenisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Ovum merupakan sel tersebar pada badan manusia. Setiap bulan satu ovum atau kadang-kadang lebih matur, dengan sebuah penjamu mengelilingi sel pendukung. Jumlah oogonium pada wanita pada bayi baru lahir bisa mencapai 750.000, pada umur 6-15 tahun 439.000, umur 16-25 tahun 159.000, Umur 26-35 tahun 59.00,umur 35-45 tahun sebanyak 34.000, dan pada masa menopause akan menghilang. (Prawirihardjo,2009). 2. Sperma Proses pembentukan spermatoza merupakan proses yang kompleks. Yaitu a. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus b. Menjadi spermatosit pertama. c. Menjadi spermatosit kedua. d. Menjadi spermatid. e. Akhirnya spermatozoa Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dari panca



indra,



hipotalamus,



hipofisis



dan



sel



interstitial



leydig



sehingga



spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Spermatozoa terdiri dari 3 bagian yaitu: 1. Kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), 2. Leher (penghubung antara kepala dan ekor) 3. Ekor (panjang sekitar 10 kali kepala mengandung energi sehingga dapat begerak). Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopii. Spermatozoa yang masuk kedalam alat genitalia wanita



4



1



dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi (Prawirohardjo, 2009). 1)



Fertilisasi Fertilisasi adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan antar sel mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari setiap kehamilan adalah harus ada : spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi. Dengan adanya fertilisasi inti ovum segera berubah menjadi pronukleus betina, sementara spermatozoa setelah melepaskan ekornya berubah menjadi pronukleus jantan. Kedua pronukleus ini akhirnya melebur di tengah-tengah sitoplasma sel telur dan terjadilah zigot, sebuah sel tunggak, awal sebuah kehidupan baru makhluk hidup.



2)



Implantasi/Nidasi Nidasi adalah peristiwa tertanamnya/bersarangnya sel telur yang telah di buahi kedalam endometrium. Sel telur yang sudah di buahi (zigot) akan segera membelah diri membentuk bola padat terdiri atas sel-sel anak yang lebih kecil yang di sebut blastomer. Pada hari ke-3 bola tersebut terdiri dari 16 sel blastomer dan di sebut morula. Pada hari ke-14 di dalam bola tersebut mulai terbentuk rongga,bangunan ini di sebut blastula. Dua struktur penting di dalam blastula adalah:



a.



Lapisan luar yang di sebut trofoblas yang akan menjadi plasenta



b.



Embrioblas yang kelak akan menjadi janin.



1.1.5



Pertumbuhan Janin Pertumbuhan janin terdapat beberapa fase, yaitu : 1. Fase 0-4 minggu Pada minggu-minggu awal ini, janin Anda memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm. Perkembangannya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang belakang yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk (Kesehatan, 2009). 2. Fase 4-8 minggu Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai berdetak, dan semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki, dan tangan (Kesehatan, 2009). 3. Fase 8-12 minggu Saat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk. Kepalanya berukuran lebih besar daripada badannya, sehingga dapat menampung otak yang terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, hidung, dan



5



1



kelopak mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan dapat melakukan aktifitas seperti menendang dengan lembut. Organ-organ tubuh utama janin kini telah terbentuk.(Kesehatan, 2009). 4. Fase 12-16 minggu Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan mulai tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat memutar kepalanya dan membuka mulut. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna. (Kesehatan,2009). 5. Fase 16-20 minggu Ia mulai dapat bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah muncul di belakang gigi susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si kecil kini mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa mengisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indera pengecap mulai berkembang dan bisa membedakan



rasa



manis



dan



pahit



dan



sidik



jarinya



mulai



nampak



(Kesehatan,2009). 6. Fase 20-24 minggu Pada saat ini, ternyata besar tubuh si kecil sudah sebanding dengan badannya. Alat kelaminnya mulai terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan gerakan pernapasan. Pusat-pusat tulangnya pun mulai mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki waktu-waktu tertentu untuk tidur.(Kesehatan, 2009). 7. Fase 24-28 Minggu Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di kulit kepalanya rambut mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Ia dapat mendengar sekarang, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat mengenali suara ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh dikatakan bahwa pada saat ini merupakan masa-masa bagi sang janin mulai mempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya (Kesehatan, 2009). 8. Fase 28-32 minggu Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.( kesehatan, 2009).



6



1



9. Fase 32-36 minggu Kepalanya telah berada pada rongga panggul, seolah-olah “mempersiapkan diri” bagi kelahirannya ke dunia. Ia kerap berlatih bernapas, mengisap, dan menelan. Rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya telah menghilang. Ususnya terisi mekonium (tinja pada bayi baru lahir) yang biasanya akan dikeluarkan dua hari setelah ia lahir. Saat ini persalinan sudah amat dekat dan bisa terjadi kapan saja ( Kesehatan, 2009). 1.1.6



Perubahan Fisiologis Kehamilan Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya pada alat genitalia externa dan interna dan payudara (mamamae). Dalam hal ini hormon somatotropin, estrogen dan progesteron mempunyai peranan penting. Perubahan yang terdapat pada ibu hamil ialah antara lain sebagai berikut : 1. Sistem reproduksi 1) Vagina dan vulva Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda chadwick. Warna portio pun tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini karena oksigenasi dan nutrisi pada alat genitalia interna akan meningkat (Prawirohardjo, 2009). 2) Serviks uteri Serviks uteri pada kehamilan mengalami perubahan karena hormon estrogen. Serviks banyak mengandung jaringan ikat. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak (Prawirohardjo, 2009). 3) Uterus Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram, menjadi 1000 gr, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm, ukuran muka belakang 22 cm. pembesaran ini disebabkan oleh hypertrofi dari otot-otot rahim, tetapi dalam kehamilan muda terbentuk juga sel-sel yang baru.(Prawirihardjo, 2009). 4) Ovarium Pada permulaan kehamilan masih terdapat corpus luteum gravidatum sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Corpus luteum gravidatum berdiameter kira-kira 3 cm. corpus luteum mengeluarkan hormon



7



1



estrogen dan progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil oleh plasenta. Diperkirakan corpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin dalam awal kehamilan. Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm (Prawirohardjo, 2009). 2. Sistem payudara Payudara



mengalami



pertumbuhan



dan



perkembangan



sebagai



persiapan



memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron dan somatotropin. Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk memberikan ASI dijabarkan sebagai berikut : 1) Estrogen berfungsi : a. Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara b. Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak makin membesar. c. Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan garam meyebabkan rasa sakit pada payudara. 2) Progesteron berfungsi : f. Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi. g. Menambah jumlah sel asinus. 3) Somatotropin berfungsi : a. Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasien, laktalbimun dan laktoglobulin. b. Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara. c. Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan (Prawirohardjo,2009) 3. Sirkulasi darah Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat-alat yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akn bertambah banyak, kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30%.



8



1



4. Sistem respirasi Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-usus tertekan oleh uterus yang membesar kearah diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat kira-kira 20%, seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam (Prawirohardjo, 2009) 5. Traktus urinarius Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Filtrasi pada glomerulus bertambah sekitar 69-70%. Pada kehamilan ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya pembentukan urine, terutama pada ureter kanan karena peristaltik ureter terhambat karena pengaruh progesteron (Prawirohardjo, 2009). 6. Kulit Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi disebabkan peningkatan melanophore stimulating hormone (MSH) yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. 7. Metabolisme Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI. a. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein. b. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil : a) Kalsium, 1,5 gram setiap hari, 30 sampai 40gram untuk pembentukan tulang janin. b) Fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari. c) Zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari. d) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.



9 1.1.7



1



Diagnosis Kehamilan Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu) dan kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu). (prawirohardjo,2009). Untuk dapat menegakan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil. 1. Tanda-tanda dugaan hamil 1) Amenorea (terlambat datang bulan) a. Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel degraf dan ovulasi b. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan. 2) Mual (nausea) dan muntah (emesis). a. Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan. b. Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang disebutkan morning sickness. c. Dalam batas fisiologis keadaan ini dapat diatasi. d. Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang 3) Mastodinia (rasa kencang dan sakit pada payudara disebabkan payudara membesar. Faskularisasi bertambah asinus dan duktus berpoliferasi karena pengaruh estrogen dan progesteron) 4) Quickening (persepsi gerakan janin pertama biasanya di sadari oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu) 5) Sering miksi. a. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. b. Pada triwulan kedua sudah menghilang. 6) Ngidam (wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu). 7) Pingsan c. Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. d. Keadaan ini menghilang setelah umur hamil 16 minggu.



0



2



8) Konstipasi atau obstifasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. 9) Pigmentasi kulit. 2. Sekitar pipi: chloasma gravidarum. 3. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi pada kulit. 4. Dinding perut : striae livide, striae nigra, linea alba makin hitam. 5. Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar montgomery menonjol dan pembuluh darah menifes ekitar payudara. 10)



Epulis. Hipertropi papilla ginggivae. Sering terjadi pada triwulan pertama



11) Varices atau penampakan pembuluh darah vena. Terdapat pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea,kaki dan betis. 2. Tanda mungkin hamil Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditemukan dengan jalan : 1) Perubahan pada uterus. Uterus mengalami perubahan pada ukuran , bentuk, dan konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak bentuknya globular. Teraba balotemen,tanda ini muncul pada minggu ke-16-20, setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion yang cukup banyak. Balotemen adalah tanda ada benda terapung atau melayang dalam cairan. 2) Perubahan-perubahan pada serviks a. Tanda hegar yaitu segmen bawah rahim melunak, tanda hegar terdapat pada dua pertiga kasus dan biasanya



muncul pada minggu ke enam dan kesepuluh



serta terlihat lebih awal pada perempuan yang hamilnya berulang. Tanda ini sulit diketahui pada pasien gemuk



atau dinding abdomen yang tegang, (Rukiyah



dkk, 2009) b. Tanda chadwicks, biasanya muncul pada minggu ke delapan dan terlihat lebih jelas pada wanita yang hamil berulang tanda ini berupa perubahan warna. Warna pada vagina dan vulva menjadi lebih merah dan agak kebiruan timbul karena adanya vaskularisasi pada daerah tersebut.(Rukiyah dkk, 2009). c. Tanda piscasek, uterus membesar secara simetris Menjauhi garis tengan tubuh (setengah bagian terasa



lebih keras dari yang



lainnya) bagian yang lebih besar tersebut terdapat pada tempat melekatnya (implantasi) tempat kehamilan. Sejalan dengan berjalanbertambahnya usia kehamilan, pembesaran uterus akan menjadi lebih simetris. Tanda piscasek,



1 dimana uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol ke pembesaran tersebut (Wiknjosastro dalam



2



jurusan



Prawirohardjo, 2009)



3) Suhu basal Suhu basal yang sesudah ovulasi tetap tinggi terus antara 37,2-37,8 derajat celcius adalah salah satu tanda akan adanya kehamilan. Gejala ini sering di pakai dalam pemeriksaan kemandulan. 3. Tanda pasti kehamilan Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan dengan jalan : 1) Gerakan janin dalam rahim a. Terlihat/ teraba gerakan janin. b. Teraba bagian-bagian janin 2) Denyut jantung janin a. Didengar dengan stetokop laenec, alat kardiotokograpi,alat doppler. b. Dilihat dengan ultrasonograf. c.    Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat kerangka janin, ultrasonografi (prawirohardjo, 2009). 3) Tanda Braxton-Hiks Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, maka tanda ini tidak di temukan. 1.1.8



Diagnosis Banding Kehamilan Pembesaran perut wanita tidak selamanya suatu kehamilan sehingga perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya : 1. Hamil palsu (pseudocyesis) atau kehamilan spuria dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan tes biologis tidak menunjukan kehamilan. 2. Tumor kandungan atau mioma uteri a. Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai tanda hamil. b. Bentuk pembesaran tidak merata. c. Perdarahan banyak saat menstruasi (wikipedia, indonesia) 3. Kista ovarium a. Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil. b. Datang bulan terus berlangsung. c. Lamanya pembesaran perut dapat melampaui umur kehamilan.



2



2



d. Pemeriksaan tes biologis kehamilan dengan hasil negatif (wikipedia, 2009). 4. Hematometra a. Terlambat datang bulan yang dapat melampaui umur hamil b. Perut teras sakit setiap bulan. c. Terjadi tumpukan darah dalam rahim d. Tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukan hasil yang positif. e. Sebab himen in perforata (Wikipedia, 2010). f.  Kandung kemih yang penuh Dengan melakukan katetirisasi, maka pembesaran perut akan menghilang (Wikipedia, 2009). 1.1.9



Tanda Bahaya Kehamilan Pada setiap, kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan pada ibu bagaimana cara mengenali tanda-tanda bahaya pada kehamilan, dan menganjurkan ibu untuk datang ke klinik dengan segera jika ia mengalami  tanda-tanda bahaya tersebut. Dari beberapa pengalaman akan lebih baik memberikan pendididkan kepada ibu da anggota keluarganya, khususnya pembuat keputusan utama, sehingga si ibu akan di dampingi untuk mendapat asuhan. Disini ada enam tanda-tanda bahaya selama periode antenatal (Rukiyah, 2009). 1. Perdarahan pervaginam Pada awal kehamilan, pendarahan yang tidak normal adalah merah,  perdarahan banyak atau pendarahan dengan nyeri (berarti abortus, KET, molahidatidosa). Dan apabila pada kehamilan lanjut, pendarahan yang tidak normal adalah merah, banyak atau sedikit, nyeri (berarti plasenta previa dan solusio plasenta ). (Rukiyah, 2009). 2. Sakit kepala yang hebat Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang, dengan sakit kepala yang hebat dan disertai dengan penglihatan yang kabur itu merupakan tanda dan gejala dari preeklamsi (Rukiyah, 2009). 3. Pandangan kabur Masalah visual yang mengindifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang (Rukiyah, 2009).



3



2



4. Nyeri abdomen yang hebat Nyeri yang hebat dan menetap serta tidak dapat hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik, abortus, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih, atau infeksi lain (Rukiyah, 2009). 5. Bengkak pada muka atau tangan Menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan. Tidak hilang setelah beristirahat dan di sertai dengan keluhan fisik lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung, tau preeklamsia (Rukiyah,2009). 6. Bayi tidak bergerak seperti biasanya Ibu dapt mulai merasakan gerakan janinnya pada bulan ke 5 atau ke 6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal, jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Rukiyah, 2009). 1.1.10 Pengawasan Antenatal Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya barbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janindalam rahim ibunya adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan janin (Wordpress, 2009). Adapun tujuan dari pengawasan antenatal antara lain : a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin. b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan janin. c. Mengenali secara dini ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persiapan persalinan yang cukup bulan melahirkan dengan selamat ibu maupun janinnya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif. f.



Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.



4



2



1.1.11 Perhitungan Tapsiran Persalinan 1.



Metode 1 : metode kalender (untuk HPHT) Hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk tanggal ditambahkan 7 hari. Untuk bulan dikurangi 3 bulan dan untuk tahun ditambahkan 1 tahun. Misalnya, HPHT tanggal 12 april 1980, maka untuk hari 12 + 7 = 19 jadi tanggal 19, untuk bulan April : 4 – 3 = 1 jadi bulan januari, untuk tahun ditambah 1 tahun 1980 + 1 = 1981 jadi tahun 1981. Jadi HPHT nya adalah 19 januari 1981 (Admin, 2009).



2.



Metode II : metode bulan Bila ibu hamil mempunyai siklus haid 28 hari ( 4 minggu), bayi akan lahir tepat 40 minggu atau setelah 10 bulan purnama, bila HPHTnya pada waktu bulan purnama (Admin,2009).



3.



Metode III : metode roda kehamilan Perhitungan dilakukan dengan menggunakan “roda kehamilan” atau restrogram (bila ada) (Admin, 2009).



4.



Metode IV : untuk umur kehamilan Hitung berapa bul sudah berlalu sejak HPHT sampai saat pertama kali memeriksakan kehamilan, misalnya HPHT pada tanggal 6 April dan ibu memeriksakan diri pada tanggal 12 juni, maka kehamilannya pada waktu itu telah berumur 2 bulan lebih sedikit. Umur kehamilan diperhitungkan dan di bandingkan dengan ukuran uterus, untuk melihat apakah janin tumbuh semakin besar pada saat kunjungan ulang (Admin, 2009).



1.1.12 Standart Pengawasan Antenatal Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya 4 kali kunjungan selama periodeantenatal (Saifudin, 2009). 1. Kebijakan program Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. a. 1 kali pada triwulan pertama b. 1 kali pada triwulan kedua c. 2 kali pada trwulan ketiga (saifudin, 2009) 2. Pelayanan atau Asuhan Standar Minimal “10 T” : 1. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan 2. Ukur tekanan darah 3. Ukur tinggi fundus uteri



5 4. Pemberian imunisasi tetanus toxoid 5. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan 6. Test terhadap penyakit menular seksual 7. Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah) 8. Test Laboraturium 9. Tatalaksana Kasus 10. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)



2



6



2



1.2 Konsep Kehamilan Sc (Sectio Caesarea) 1.1.13



Pengertian Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (amru sofian,2012). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatann pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998 dalam Siti, dkk 2013)



1.1.14



Etiologi 1.



Etiologi Yang Berasal Dari Ibu Yaitu Pada Primigravida Dengan Kelainan Letak, Primi Para Tua Disertai Kelainan Letak Ada, Disproporsi Sefalo Pelvik (Disproporsi Janin / Panggul ), Ada Sejarah Kehamilan Dan Persalinan Yang Buruk, Terdapat Kesempitan Panggul, Plasenta Previa Terutama Pada Primigravida, Solutsio Plasenta Tingkat I – Ii, Komplikasi Kehamilan Yang Disertai Penyakit ( Jantung, Dm ). Gangguan Perjalanan Persalinan (Kista Ovarium, Mioma Uteri, Dan Sebagainya).



2.



Etiologi Yang Berasal Dari Janin Fetal Distress / Gawat Janin, Mal Presentasi Dan Mal Posisi Kedudukan Janin, Prolapsus Tali Pusat Dengan Pembukaan Kecil, Kegagalan Persalinan Vakum Atau Forceps Ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).



2.1.1



Patofisiologi Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Sectiocaesarea, bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan persalinan (Sugeng, 2010). Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-eklamsi, distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga



7



2



menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi. 2.1.2



Pathway



Plasenta previa, rupture sentralis dan lateralis, panggul sempit, pre-eklamsia, partus lama



Section caesarea



Post anestesi



Luka



post



operasi Penurunan medulla oblongata Penurunan refleksi batuk



Akumulasi sekret



Penurunan kerja pons Penurunan kerja otot eliminasi



Jaringan terputus Merangsang area sensorik



Jaringan terbuka Proteksi kurang



Penurunan peristaltik usus



Bersihan jalan nafas tidak efektif



Gangguan rasa nyaman



N



Konstip asi



yeri



Invasi bakteri



Resiko infeksi



8



2.1.3



2



Resiko Kelahiran Sectio Caesarea Melahirkan dengan cara Sectio Caesarea sudah populer. Namun demikian, demikian, secara obyektif kita perlu menimbang untung dan ruginya adapun resiko Sectiocaesarea adalah : 1. Resiko jangka pendek a.Terjadi infeksi Infeksi luka akibat persalinan Sectiocaesarea beda dengan luka persalinan normal . luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka Cesar lebih besar dan berlapis-lapis. Ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding Rahim, yang setelah operasi selesai, masing-masing lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada 3 sampai 5 lapis jahitan. Apabila penyembuhan tidak sempurna, kuman akan lebih mudah menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak mungkin dilakukan penjahitan ulang. Kesterilan yang tidak terjaga akan mengundang bakteri penyebab infeksi. Apabila infeksi ini tak tertangani, besar kemungkinan akan menjalar ke organ tubuh lain, bahkan organ- organ penting seperti otak, hati dan sebagainya bisa terkena infeksi yang berakibat kematian. Disamping itu infeksi juga dapat terjadi pada Rahim. Infeksi Rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misalnya mengalami pecah ketuban. Ketika dilakukan operasi, Rahim pun terinfeksi. Apa lagi juka antibiotiik yang digunakan dalam operasi tidak cukup kuat. Infeksi bisa dihindari dengan selalu memberikan informasi yang akurat kepada dookter sebelum keputusan tindakan cesar diambil. b.Kemungkinan terjadi keloid Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan berlebihan. Sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya. Keloid hanya terjadi pada wanita yang memiliki jenis penyakit tertentu. Cara mengatasinya adalah dengan memberikan informasi tentang segala penyakit yang iibu derita sebelum kepastian tindakan Sectiocaesarea dilakukan. Jika memang harus menjalani Sectiocaesarea padahal ibu punya potensi penyakit demikian tentu dokter akan memiliki jalan keluar, misalnya diberikan obat-obatan tertentu melalui infus atau langsung diminum sebelum atau sesudah Sectiocaesarea.



9



2



c.Perdarahan berlebihan Resiko lainnya adalah perdarahan. Memang perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Misalnya plasenta lengket tak mau lepas. Bukan tak mungkin setelah plasenta terlepas akan menyebabkan perdarahan. Darah yang hilang lewat Sectiocaesarea sebih sedikit dibandingkan lewat persalinan normal. Namun dengan tekhnik pembedahan dewasa ini perdarahan bisa ditekan sedemikian rupa sehingga sangat minim sekali. Darah yang keluar saat Sectiocaesarea adalah darah yang memang semestinya keluar dalam persalinan normal. Keracunan darah pada Sectiocaesarea dapat terjadi karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi.. ibu yang di awal kahamilan mengalami infeksi Rahim bagian bawah, berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Apabila ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah sehingga operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh. d. Resiko jangka panjang Resiko jangka panjang dari Setiocaesarea adalah pembatasan kehamilan. Dulu, perempuan yang pernah menjalani Setiocaesarea hanya boleh melahirkan 3 kali. Kini, dengan tekhnik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan smapai 4 kali. Akan tetapi tentu bagi keluarga zaman sekarang pembatasan itu tidak terlalu bermasalah karena setiap keluarga memang dituntut membatasi jumlah kelahiran sesuai progam KB nasional. (Indiarti dan Wahyudi, 2014). 2.1.4 Jenis-Jenis Setiocaesarea 1. Jenis operasi Setiocaesarea : a.



Setio caesarea abdomen



b.



Setio caesarea transperitonealis



2. Setio caesarea vaginalis : Menurut arah sayatan pada Rahim, Setiocaesarea dapat dilakukan sebagai berikut : a.



Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kronig



b.



Sayatan melintanng (transversal) menurut kerr



c.



Sayatan huruf T (T-Incision)



3. Setiocaesarea klasik (Corporal) Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah Rahim



0



3



(low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm tetapi saat ini tekhnik ini jarang dilakukan karena memiliki bannyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berullang yang memiliki banyak perlenketan organ cara ini dapat dipertimbangkan. 4. Setiocaesarea ismika (profunda ) Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah Rahim (low servical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm. 2.1.5 Klasifikasi Sectio Caesarea Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R. Forte, 2010). 1. Segmen bawah : Insisi melintang Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmenn bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric. 2. Segmen bawah : Insisi membujur Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti insisi melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. 3. Sectio Caesarea klasik Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting yang berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam menyingkapkan segmenn bawah. 4. Sectio Caesarea Extraperitoneal Pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk mennghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang menngalami infeksi luas dengan mencegahh peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode Sectio Caesarea Extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton, T. tekhnik pada prosedur ini relative lebih sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam vacuum peritoneal dan isidensi cedera vesica urinaria meningkat. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap disimpan sebagai cadangan kasus-kasus tertentu.



1



3



5. Histerektomi Caesarea Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang dilanjutkan denngan pengeluaran uterus. Jika mmuungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah dan dapatt dikerjakan lebih cepat, maka pemmbedahan subtoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat perdarahan hebat dan pasien terjadi syok, atau jika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus semacam ini lanjutan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin. 2.1.6 Indikasi Sectio Caesarea 1. Indikasi yang berasal dari ibu Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, pramiparatua disertai ada kelainan letak, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul), sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan pannggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan yaitu preeklamsiaeklamsia, atas permintaan, kehhamilan yang disertai penyakit (jantung-DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya). 2. Indikasi yang berasal dari janin Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstraksi (Jitowiyono, 2010). 2.1.7 Kontra Indikasi Sectio Caesarea Sectio sesarea tidak boleh dikerjakan kalau ada keadaan berikut ini : 1.



Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alas an untuk melakukan operasi berbahaya yang tidakdiperlukan.



2.



Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk caesarea extraperitoneal tidak tersedia.



3.



Kalau



dokter



bedahnya



tidak



berpengalaman.



Kalau



keadaannya



tidak



menguntungkan bagi pembedahan, atau kalau tidak tersedia tenaga asisten yang memadai 2.1.8



Resiko Bedah Sectio Caesarea Resiko atau efek samping melahirkan Sectio Caesarea mencangkup : 1. Masalah yang muncul akibat bius yang digunakan dalam pembedahan dan obatobatan penghilang nyeri sesudah bedah Setiocaesarea.



2



3



2. Peningkatan insidensi infeksi dan kebutuhan akan antibiotic. 3. Perdarahan yang lebih berat dan peningkatan resiko perdarahan yang dapat menimbulkan anemia atau mmemerlukan tranfusi darah. 4. Rawat inap yang lebih lama, yang meningkatkan biaya persalinan. 5. Nyeri pascabedah yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan membuat sulit merawat diri sendiri, merawat bayi, ataupun kakak-kakaknya. 6. Resiko timbulnya masalah dari jaringan parut atau perlekatan diidalam perut. 7. Kemungkinan cederanya organ-organ lain (usus besar atau kandung kemih) dan resiko pembentukan bekuan darah dikaki dan daerah panggul. 8. Peningkatan resiko masalah pernapasan dan temperatur untuk bayi baru lahir. 9. Tingkat kemandulan yang lebih tinggi disbanding pada wanita dengan melahirkan lewat vagina. 10.



Peningkatan resiko plasenta previa atau plasenta yang tertahan pada kehamilan berikutnya.



11.



Peningkatan kemungkinan harus dilakukannya bedahh Caesar pada kehamilan berikut. (Penny, dkk 2008).



2.1.9



Komplikasi Sectio Caesarea Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada Sectio Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasii (Anggi, 2011). Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman



3



3



tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran luka tersebut. (Valleria, 2012). 2.1.10 Pemeriksaan Penunjang 1.



Pemantauan janin terhadap kesehatan janin



2.



Pemantauan EKG



3.



JDL dengan diferensial



4.



Elektrolit



5.



Hemoglobin/Hematokrit



6.



Golongan Darah



7.



Urinalis



8.



Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi



9.



Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.



10. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998. Dalam buku Aplikasi Nanda 2015



9



0



1



1



1.3 Konsep Asuhan Keperawatan Maternitas I.



Pengkajian Data Tanggal periksa/pengkajian, jam, ruang, nomor registrasi, diagnosa medis. A. Data Subyektif 1. Biodata Nama suami/istri



: Memudahkan mengenali ibu dan suami serta mencegah kekeliruan (Marjati dkk,2010;87).



Usia



: Kondisi fisik ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun



akan



sangat



menentukan



proses



kelahirannya. Proses pembuahan, kualitas sel telur wanita usia ini sudah menurun jika dibandingkan dengan sel telur pada wanita usia reproduksi (20-35 tahun)(Ari S, 2009;99). Agama



: Mengetahui kepercayaan sebagai dasar dalam memberikan asuhan saat hamil dan bersalin.



Pendidikan



:



Mengetahui



tingkat



pengetahuan



untuk



memberikan konseling sesuai pendidikannya. Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas perawatan bayinya. (Ari S, 2009;104). Pekerjaan



:



Mengetahui



kegiatan



ibu



selama



hamil.



Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja (Ari S,2009;105). Alamat                  :  Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakatnya tentang kehamilan serta untuk kunjungan



rumah



jika



diperlukan.



(Marjati,dkk:2010;87). Penghasilan           : Mengetahui keadaan ekonomi ibu, berpengaruh apabila sewaktu-waktu ibu dirujuk. Juga sangat



1



2



berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil (Ari S,2009;104) 2. Alasan Datang Untuk mengetahui alasan pasien datang apakah untuk kontrol atau kunjungan ulang ataupun ada keluhan (Ari S,2009;167). 3. Keluhan Utama Mengetahui keadaan ibu saat datang, keluhan yang sering terjadi, pada saat hamil adalah sering buang air kecil (TM I dan III), hemoroid (TM II dan III), keputihan (TM I, II, dan III), sembelit (TM II dan III), kram kaki (TM II dan III), napas sesak (TM II dan III), nyeri ligamentum rotundum (TM II dan III), Pusing/sinkop (TM II dan III), mual muntah (TM I), sakit punggung (II dan III).(Ari S, 2009;123-127) 4. Riwayat Kesehatan Selama hamil, ibu dan janin dipengaruhi oleh kondisi medis/sebaliknya. Kondisi medis dapat dipengaruhi oleh kehamilan. Bila tidak diatasi dapat berakibat serius bagi ibu.Hipertensi dapat mempredisposisikan pada trombosit vena profilasi dan selanjutnya embolisme paru. Kondisi lain seperti asma, epilepsi, infeksi memerlukan pengobatan dan dapat menimbulkan efek samping pada janin. Komplikasi media utama seperti DM, jantung memerlukan keterlibatan dan dukungan spesialis medis. Menurut Poedji Rouhjati, 2003 riwayat kesehatan yang dapat berpengaruh pada kehamilan antara lain: - Anemia (kurang darah), bahaya jika Hb < 6 gr % yaitu kematian janin dalam kandungan, persalinan prematur, persalinan lama dan perdarahan postpartum. - TBC paru, janin akan tertular setelah lahir. Bila TBC berat akan menurunkan kondisi ibu hamil, tenaga bahkan ASI juga berkuran. Dapat terjadi abortus, bayi lahir prematur, persalinan lama dan perdarahan postpartum



1



3



- Jantung, bahayanya yaitu payah jantung bertambah berat, kelahiran prematur/lahir mati - Diabetes melitus, bahayanya yaitu dapat terjadi persalinan premature, hydraamnion, kelainan bawaan,BBL besar, kematian janin dalam kandungan. - HIV/AIDS, bahayanya pada bayi dapat terjadi penularan melalui ASI dan ibu mudah terinfeksi.(Salmah, 2006;134) 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Jika dalam keluarga ibu terdapat riwayat penyakit hipertensi, TBC, jantung, DM, Asma akan berpotensi menurun kepada ibu dan akan berdampak pada kehamilan (Unpad, 1983;155). 6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu a) Kehamilan Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan seperti hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan kabur, dan bengkak-bengkak ditangan dan wajah. b) Persalinan Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada kelahiran terdahulu melahirkan secara bedah sesar, untuk kehamilan saat ini mungkin melahirkan pervaginam. Keputusan ini tergantung pada lokasi insisi di uterus, jika insisi uterus berada dibagian bawah melintang, nukan vertikal maka bayi diupayakan untuk dikeluarkan pervaginam. c) Nifas Adakah panas, perdarahan, kejang-kejang, dan laktasi. Kesehatan fisik dan emosi ibu harus diperhatikan(Wheeler, 2004;37). 7. Riwayat Haid Anamnesa



haid



memberikan



kesan



tentang



faal



alat



reproduksi/kandungan, meliputi hal-hal seperti: umur menarche (pada wanita indonesia umumnya sekitar 12-16 tahun). (Ari S,2009;157), lamanya(frekuensi haid bervariasi 7 hari atau lebih), siklus haid (lebih



1



4



awal atau lebih lambat dari siklus normal 28 hari), banyaknya darah, HPHT(membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran). (Wheeler, 2004;36), keluhan saat haid(keluahn



yang disampaikan



dapat



menunjukkan diagnose tertentu, seperti sakit kepala sampai pingsan atau jumlah darah yang banyak). (Ari S, 2009;157) 8. Riwayat Pernikahan Ditanyakan nikah atau tidak, berapa kali menikah, usia pertama menikah dan berapa lama menikah. (Marjati dkk, 2010;126). Jika hamil diluar nikah dan kehamilan tersebut tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan sangat membenci kehamilannya. (Ari S,2009;101) 9. Riwayat Kehamilan Sekarang Trimester I



: Berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya kehamilan, ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.



Trimester II



: Berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat. Sudah atau belum merasakan gerakan janin, usia berapa merasakan gerakan janin(gerakan pertama fetus pada primigravida dirasakan pada usia 18 minggu dan pada multigravida 16 minggu), serta imunisasi yang didapat. (Marjati dkk, 2010;81)



Trimester III



: Berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.(Marjati dkk, 2010;126)



10. Riwayat KB Apakah selama KB ibu tetap menggunakan KB, jika iya ibu menggunakan KB jenis apa, sudah berhenti berapa lam, keluhan selama ikut KB dan rencana penggunaan KB setelah melahirkan. Hal ini untuk mengetahui apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB atau tidak.



1



5



11. Riwayat Psikososial Faktor-faktor situasi, latar belakang budaya, status ekonomi sosial, persepsi



tentang



hamil,



direncanakan/diinginkan.



apakah



Bagaimana



dukungan



kehamilannya keluarga.



(Bobak,2004;135) adanya respon positif dari keluarga terhadap kehamilannya akan mempercepat proses adaptasi ibu dalam menerima perannya (Ari S, 2009;173). 12. Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon a. Pola Nutrisi. Energi 2300 kkal, protein 65 gram, kalsium 1,5 gram/hari (trimester akhir membutuhkan 30-40 gram), zat besi rata-rata 3,5 mg/hari, fosfor 2gr/hari dan vit A 50 gram. Dapat diperoleh dari 3xmakan dengan komposisi 1 entong nasi, satu entong nasi, satu potong daging/telur/tahu/tempe, satu mangkuk sayuran dan satu gelas susu dan buah. (Ari S, 2009;63) b. Pola Istirahat Ibu hamil membutuhkan istirahat yang cukup baik siang maupun malam untuk menjaga kondisi kesehatan ibu dan bayinya, kebutuhan istirahat ibu hamil yaitu: Malam + 8-10 jam/hari Siang  + 1-2 jam/hari c. Pola Eliminasi BAB pada TM II mulai terganggu, relaksasi umum otot polos dan kompresi usus bawah oleh uterus yang membesar. Sedangkan untuk Bak ibu trimester III mengalami ketidaknyamanan yaitu sering kencing. d. Pola Aktifitas. Ibu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari nemun tidak terlalu



lelah



dan



berat



karena



dikhawatirkan



mengganggu



kehamilannya, ibu hamil utamanya trimester I dan II membuuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari agar tidak terlalu lelah.



1



6



Kelelahan dalam beraktifitas akan banyak menyebabkan komplikasi pada setiap ibu hamil misalnya perdarahan dan abortus. e. Pola Seksual Trimester I



: Tidak



boleh



terlalu



sering karena



dapat



menyebabkan abortus Trimester II



: Boleh melakukan tetapi harus hati-hati karena perut ibu yang mulai membesar.



Trimester III



: Tidak boleh terlalu sering dan hati-hati karena dapat



menyebabkan



ketuban



pecah



dini



dan



persalinan prematur.(Bobak,2004;135) B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan Umum a.



K/U : Baik/ tidak, cemas/tidak, untuk mengetahui keadaan



umum



pasien



secara



keseluruhan



(Ari



S,2009;174). b.



Kesadaran : Composmentis/ apatis/ letargis/ somnolen (Ari S,2009;174).



c.



TD : Tekanan darah pada orang normal rata-rata 120/80 mmHg dengan diastole  maksimal 140 mmHg dan sistole maksimal 90 mmHg. (Patricia, 2005;759). Pada ibu hamil tekanan darah menurun hingga pertengahan kehamilan. Tekanan sistolik menurun hingga 8-10 mmHg sedangkan diatolik mengalami penurunan 12 poin (Helen Varney,2007;499).



d.



Nadi: N= 70x/menit, ibu hamil 80 – 90 x/menit (Ari S, 2009;61).



e.



Suhu



: Normal (36,5oC - 37,5oC) (Patricia,



2005;759) bila suhu tubuh hamil >37,5oC dikatakan demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan. f.



RR : Normal (12-20 x/menit)(Patricia,2005;759).Jumlah pernapasan,



kapasitas



vital,



dan



kapasitas



napas



1



7



maksimum



tidak



terpengaruh



berlangsung.(Varney,



selama



2007;500).



Ibu



kehamilan hamil



akan



bernapas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya (Manuaba, 1998;109). g.



BB : ... Kg (trimester I bertambah 4 kg, trimester II dan III bertambah 0,5kg/hari) (Ari S, 2009;69).



h.



TB : < dari 145 cm (resiko meragukan, berhubungan dengan kesempitan panggul) (Manuaba,1998;134)



i.



Lila : > 23,5 cm. Jika