LP Ppok (Cvcu) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Konsep Medis 1. Pengertiaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan ketrbatasan aliran udara progresif dan kerusakan jaringan dimana terjadi perubahan struktur paru-paru akibat peradangan kronis dari paparan partikel atau gas berbahaya yang terlalu lama seperti asap rokok, . peradangan kronis dapat menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan penurunan recoil paru (Agarwal, dkk,, 2022 dalam Aulia, dkk. 2022). Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, prevalensi internasioanl dari Global Initiative Fot Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) stage II dan lebih tinggi diperkirakan sekitar 10 % dimana angka ini terus



meningkat



secara



bertahap.



PPOK



berpotensi



menimbulkan



ketidakcukupan oksigen pada penderitanya. PPOK merupakan salah satu penyakit kronik yang ditandai dengan terbatasnya aliran udara di saluran pernapasan (Ahmad, dkk, 2021). Patologi dan dampak penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dihasilkan dari proses inflamasi abnormal yang mengakibatkan kerusakan jaringan dengan perbaikan yang tidak efektif sebagai respons terhadap inhalansia beracun (terutama asap rokok) (Robert, dkk, 2019). 2. Etiologi Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) disebabkan karena kontak yag terlalu lama deengan partikel atau gas berbahaya. Merokok meruakan penyebab paling umum terjadinya PPOK. Selain itu perokok pasif, paparan lingkungan dan pekerjaan serta defisiensi antitrypsin alfa -1 (AATD) (Agarwal, dkk,, 2022 dalam Aulia, dkk. 2022). a. Asap rokok b. Polusi udara dalam ruangan c. Pekerjaan



d. Polusi udara diluar ruangan e. Faktor Genetik f. Usia dan Jenis Kelamin g. Pertumbuhan dan Perkembangan Paru h. Status social ekonomi i. Assm dan hipereaktivitas saluran napas j. Bonkitis Kronis k. Infeksi l. Riwayat keluarga/ factor anak 3. Klasifikasi Klasifikasi PPOK berdasarkan GOLD (Farah, 2021) Pada Pasien dengan VEP1/ KVP < 0,7 GOLD 1



Ringan



VEP1 ≥ 80 % prediksi



GOLD 2



Sedang



50 % ≤ VEP1 < 80 % Prediksi



GOLD 3



Berat



30 % ≤ VEP1 < 50 % Prediksi



GOLD 4



Sangat Berat



Sangat Berat VEP1 < 30 % Prediksi



4. Manifestasi a. Dispnea b. Batuk Kronis (berkepanjangan) c. Batuk dengan dahak berwarna bening, putih, abu kekuningan, atau hijau meskipun jarang terdapat bercak darah d. Sering infeksi perrnapasan, seperti flu dan pilek e. Sesak napas, terutama saat beraktivitas fisik f. Perasaan sesak di dada g. Kelelahan h. Demam ringan dan panas-dingin (Farah, 2021)



5. Patofisiologi PPOK adalah peradangan yang terjadi pada saluran pernafasan, parenkim paru dan pembuluh darah paru yang terjadi karena adanya stress oksidatif



dan



ketidakseimbnagan



protease-antiprotease.



Emfisema



menggambarkan perubahan structural yang terlihat pada PPOK dimana terjadi penghancuran kantung udara alveolar. Pada emfisema, iritan (seperti merokok) menyebabkan respon inflamasi. Oksidan dan kelebihan protease menyebabkan hilangnya recoil elastic dan mengakibatkan kolaps jalan napas selama ekshalasi (Aulia, dkk, 2022). Defisiensi antitrispin alfa-1 adalah penyebab empiferma yang melibatkan



kurangnya



antiprotease



dan



ketidakseimbangan



membuat



parenkim paru beresiko mengalami kerusakan yang dibantu protease. Antitryspsin alfa-1 disebabkan oleh kesalaan lipatan protein bemutasi yang dapat menumpuk dihati. Antitrypsin alfa-1 harus dicurigai pada pasien PPOK dengan kerusakan hati (Aulia, dkk, 2022). Berbeda dengan emfisema yang berhubungan dengan merokok Antitryspin alfa-1 melibatkan lobus bawah. Respon inflamasi dan obstruktif jalan napas menyebabkan terjadinya penurunan volume ekspirasi (FEV1) dan kerusakan jaringan menyebabkan keterbatasan aliran udara dan gangguan pertukaran gas. Hiperinflasi paru-paru terlihat dan terjadi kolaps karena terperangkapnya udara dari jalan napas selama pernapasan (Aulia, dkk, 2022).. Ketidakmampuan menyebabkan



untuk



peningkatan



menghembuskan



kadar



karbondioksida



napas



sepenuhnya



(CO2).



Seiring



perkembangan penyakit, sering terlihat ggangguan pertukaran gas. Penurunan ventilasi menyebabkan retensi CO2/ Hipertensi pulmonal dapat terjadi karena vesokonriksi difus dan hipoksemia (Aulia, dkk, 2022). Eksaserbasi akut PPOK sering terjadi dan biasannya disebabkan karena aadanya factor pemicu seperti, pneumonia bakteri/ virus, iritasi



lingkungan. Pengobatan kortiikosteroid dan brokodilator diperlukan karena adanya peradangan terperangkap udara (Agarwal, dkk, 2022 dalam Aulia, dkk, 2022). PPOK



menyebabkan



terjadinya



penyebaran



dinding



saluran



pernapasan, peningkatan produksi lender dan akirna terjadi perubahan yang permanen pada strktur paru, dindin kantung udara alveolus, mengakibatkan fibrosis saluran udara kecil atau emfisema dan hilanggnya elastisitas. Perubahan struktur ini dapat menyebabkan peningkatan resistensi terhadap aliran udara, uudara terperangkap secara signifikan dan kahirnya terjadi hiperinflasi. Sehingga muncul tanda dan gejala seperti sesak napas, batuk dan peningkatan produksi sup UTem. Peradangan paru kronis pada PPOK ditandai dengan peningkatan neutrofil, makrofag teraktivasi dan limfosit T CD8+ teraktivasi (Aulia, dkk, 2022). Patofisiologi PPOK. Selama perjalanan waktu PPOK terjadi peradangan pada saluran udara yang menyebabkan penebalan dinding saluran nafas, peningkatan produksi Mukus dan kerusakan alveolus dan Duktus alveolus yang mengakibatkan terjadinya pembesaran ruang udara atau Emfisema dan berpotensi menjadi air trapping (Yawn et al, 2021 dalam Aulia, dkk, 2022). Peningkatan jenis sel inflamasi berbeda antara PPOK dan asma. Makrofag menyebabkan sel inflamasi lainnya (neutrofil) dan pelepasan mediator dan protease yang dapat menyebabkan emfisema. Sebagian pasien PPOK memiliki peradangan eosinofilik yang dominan bahkan tidak ada eksaserbasi. Pasien dan keluarga memerlukan penjelasan yang akurat tentang penyakitnya namun dengan bahasa yang sederhana yang mudah dipahami sehingga dapat membantu memahami kondisi kronis penyakitnya, gejalanya, terapi farmakologis dan non farmakologis yang direkomendasikan. Misalnya ketika membahas dispnea, kita dapat menjelaskan bahwa pasien dengan PPOK ringan hingga sedang dapat menghirup volume udara yang tinggi



(mendekati



kapasitas



paru



total)



namun



mungkin



pasien



hanya



menghembuskan napas sebagian dari volume yang dihirup sehingga udara terperangkap dan hiperinflasi (Aulia, dkk, 2022).. Saat pasien bernafas lebih cepat (seperti saat olahraga), pasien memiliki waktu yang lebih singkat untuk menghembuskan napas dan semakin sedikit ruang untuk bernafas (yaitu secara progresif meningkatkan volume paru-paru akhir ekspirasi dan penurunan kapasitas inspirasi) keduanya meningkatkan dispnea karena ketidakmampuan untuk menghirup udara. Hal ini dapat digambarkan dengan meminta pasien untuk menarik napas dalamdalam, menghembuskan napas sedikit saja (perangkap udara) dan kemudian mencoba mengambil napas cepat. Pasien akan mengalami dispnea akut dan rasa tidak nyaman karena pasien akan lebih sulit menghirup udara karena sisa udara di paru-paru (hiperinflasi). Manuver ini seperti apa yang terjadi dengan hiperinflasi selama istirahat (hiperinflasi statis) dan juga selama peningkatan aktivitas (hiperinflasi dinamis). Ketika laju pernapasan lebih cepat, memerlukan waktu lebih sedikit untuk menghembuskan napas, akibatnya tidak ada ruang untuk membiarkan udara baru masuk (Yawn et al,2021 dalam Aulia, dkk, 2022) 6. Komplikasi a. Masalah Jantung PPOK dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan mengalami perubahan. Kondisi ini disebut juga dengan aritmia. Masalah jantung lain yang juga mungkin beresiko pada orang dengan PPOK adalah gagal jantung (Farah, 2021) b. Tekanan Darah Tinggi PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi pada pembuluh darah yang memasok darah ke paru-paru . kondisi ini disebut dengan hipertensi paru (Farah, 2021)



c. Infeksi Pernapasan Memiliki PPOK mungkin akan lebih sering untuk terkena pilek, flu atau bahkan pneumonia (infeksi paru serius yang disebabkan oleh virus atau jamur) (Farah, 2021) 7. Pemeriksaan Diagnostik a. Spirometri b. Analisis gas darah c. Radiografi d. Computed Tomography (CT) Scan (Aulia, dkk 2022) 8. Penatalaksanaan Medis dan Farmakologi Penatalaksanaan medis dan farmakologi pada pasien PPOK dengan menggunakan pengobatan (Bararah, 2021 dalam Yarwin, dkk 2022). a. Bronkodilator b. Kortikosteroid c. Antihistamin d. Steroid e. Antibiotik f. Ekspektoran B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian



yaitu



dimana



pemikiran



dasar



bertujuan



yang



mengumpulkan informasi tentang data klien, sehingga bisa mengidentifikasi, mengenali berbagai macam masalah-masalah kebutuhan kesehatan klien dan kondisi klien baik pada fisik, mental, maupun sosial dan lingkungan klien. Terdiri dari : Biodata Klien Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor MR dan alamat. Identitas penanggung



jawab meliputi: nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien. a. Pengkajian Primary 1) Airway Kepatenan jalan nafas meliputi pemeriksaan obstruksi jalan nafas, adanya benda asing, adanya suara nafas tambahan. 2) Breathing Frekuensi nafas, apakah tampak terjadi penggunaan otot bantu pernafasan, terjadi retraksi dinding dada, terjadinya sesak nafas, saat di palpasi teraba pengembangan pada kedua parukanan dan kiri, kaji adanya suara nafas tambahan. 3) Circulation Pengkajian ini mengenai volume dalam darah serta adanya perdarahan. pengkajian juga meliputi warna kulit, nadi, dan status hemodinamik,. 4) Disability Pengkajian meliputi tingkat kesadaran compos mentis (E4M6V5) GCS 15, pupil isokor, muntah tidak ada, ekstremitas atas dan bawah normal, tidak ada gangguan menelan. 5) Exsposure Pengkajian meliputi untuk mengetahui adanya kemungkinan cidera yang lain, dengan cara memeriksa semua tubuh pasien harus tetap dijaga dalam kondisi hangat supaya untuk mencegah terjadinya hipotermi. 6) Foley Chateter Pengkajian meliputi adanya komplikasi kecurigaan ruptur uretra jika ada tidak dianjurkan untuk pemasangan kateter, kateter dipasang untuk memantau produksi urin yang keluar.



7) Gastric tube Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengurangi distensi lambung dan mengurangi resiko muntah. 8) Monitor EKG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi irama dan denyut jantung. b. Pengkajian Sekunder 1) Keluhan utama Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas. Keluhan klien dengan gagal jantung akan merasakan nafas sesak, sesak nafas saat beraktivitas, badan terasa lemas, batuk tidak kunjung sembuh berdahak sampai berdarah, nyeri pada dada, nafsu makan menurun, bengkak pada kaki. 2) Riwayat penyakit sekarang Merupakan permulaan klien merasakan keluhan sampai dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST. P (Provokative/Palliative) : apa yang menyebabkan gejala bertambah berat dan apa yang dapat mengurangi gejala. Q (Quality/Quantity) : bagaimanakah gejalanya dan sejauh mana gejala yang dirasakan klien. R (Region/Radiation) : dimana gejala dirasakan? apa yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala tersebut S (Saferity/Scale) : seberapa tingkat keparahan gejala dirasakan? Pada skala berapa? T (Timing) : berapa lama gejala dirasakan ? kapan tepatnya gejala mulai dirasakan.



3) Riwayat penyakit dahulu Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat penyakit jantung, hipertensi, perokok hebat, riwayat gagal jantung, pernah dirawat dengan penyakit jantung, kerusakan katub jantung bawaan, diabetes militus dan infark miokard kronis. 4) Riwayat penyakit keluarga Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien, adakah yang menderita penyakit sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi. 5) Riwayat psikososial spiritual Respon emosi klien pada penyakitnya dan bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat sehingga terjadi pengaruh dalam kehidupan sehari-hari baik pada keluarga atau masyarakat sekitarnya. 6) Pola persepsi dan konsep diri Dampak yang timbul pada klien gagal jantung yaitu timbul akan kecemasan akibat penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktifitas aktif seperti dulu dikarenakan jantung nya yang mulai lemah. 7) Pola Aktivitas Sehari-hari a) Pola Nutrisi Kebiasaan makan klien sehari-hari, kebiasaan makan-makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan minum klien sehari-hari, pasien gagal jantung akan mengalami penurunan nafsu makan, meliputi frekwensi, jenis, jumlah dan masalah yang dirasakan. b) Pola Eliminasi Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap perubahan sistem tubuhnya.



c) Pola Istirahat Tidur Kebiasaan klien tidur sehari-hari, terjadi perubahan saat gejala sesak nafas dan batuk muncul pada malam hari. Semua klien dengan gagal jantung akan mengalami sesak nafas, sehingga hal ini dapat menganggu tidur klien. d) Personal Hygiene Kebiasaan mandi, gosok gigi, cuci rambut, dan memotong kuku perlu dikaji sebelum klien sakit dan setelah klien dirawat dirumah sakit. e) Pola Aktivitas Sejauh mana klien mampu beraktivitas dengan kondisinya saat ini dan kebiasaan klien berolah raga sewaktu masih sehat. 8) Pemeriksaan Fisik Head Toe To a) Kepala Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam, warna rambut hitam atau beuban, tidak adanya hematom pada kepala, tidak adanya pedarahan pada kepala. Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar. b) Mata Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada mata, reaksi pupil terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada pembengkakan pada mata, tidak memakai kaca mata. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba benjolan disekitar mata. c) Telinga Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan, tidak ada pembengkakan, dan pendengaran masih baik.



Palpasi : tidak teraba benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat diraba bagian telinga, tidak ada perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam. d) Hidung Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung, tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang oksigen. Palpasi : tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan pada hidung. e) Mulut dan tenggorokan Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau tidak sesuai dengan usia, mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan tidak terjadi kesulitan menelan. f) Thoraks Inspeksi : dada tampak simetris tidak ada lesi pada thorak, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, dan tidak terjadi perdarahan pada thorak. Palpasi : tidak teraba benjolan pada dada, suhu pada thorak teraba sama kiri kanan Perkusi : sonor seluruh lapang paru Auskultasi : vesikuler atau terdapat suara tambahan pada thoraks seperti ronkhi, wheezing, dullness g) Jantung Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di leher. Palpasi: denyut nadi meningkat, CRT > 3 detik Perkusi : pekak Auskultasi : S1 dan S2 reguler atau terdapat suara tambahan seperti mur-mur dan gallop.



h) Abdomen Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas operasi, dan tidak adanya lesi pada abdomen. Auskultasi : bising usus 12x/m Perkusi : saat diperkusi terdengat bunyi tympani Palpasi : tidak teraba adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah abdomen. i) Genitalia Pasien terpasang kateter, produksi urin banyak karena pasien jantung dapat diuretik. j) Ekstremitas Ekstremitas atas : terpasang infus salah satu ekstremtas atas, tidak ada kelainan pada kedua tangan, turgor kulit baik, tidak terdapat kelainan, akral teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada terjadi fraktur pada kedua tangan. Ekstremitas bawah : tidak ada kelainan pada kedua kaki, terlihat edema pada kedua kaki dengan piting edema > 2 detik, type derajat edema, tidak ada varises pada kaki, akral teraba hangat. 2. Diagnosa Keperawatan a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan b. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas (Misalnya Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan) c. Defisit nutrisi b.d asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan



3. Intervensi Keperawatan No 1.



Diagnosa



Tujuan



Intervensi



(SDKI)



(SLKI)



(SIKI)



Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d sekresi yang tertahan ditandai dengan : Data Subjektif : 1. Dispnea 2. Sulit bicara 3. Ortopnea Data Objektif : 1. Batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk 2. Sputum berlebih /obstruksi di jalan napas/ mekonium di jalan napas (pada neonatus) 3. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil: 1. Batuk efektif (menigkat) 2. Produksi sputum (menurun) 3. Mengi (menurun) 4. Wheezing (menurun) 5. Dispnea (menurun) 6. Ortopnea (menurun) 7. Sulit (menurun)



bicara



Manajemen Jalan Napas Observasi 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik 4



Posisikan semi-fowler atau fowler



10. Frekuensi napas (membaik)



5



Berikan minum hangat



11. Pola (membaik)



6



Lakukan fisioterapi dada, jika perlu



8. Sianosis (menurun) 9. Gelisah (menurun)



napas



7



Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik 8. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal 9. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep Mcgill 10. Berikan



Rasional 1. Mengetahu i status dan kemungkin an perubahan pada pola nafas pasien 2. Adanya bunyi nafas tambahan biasanya berkaitan karena adanya hambatan pada jalan nafas 3. Adanya sputum yang berlebih dapat menjadi hambatan dalam saluran pernapasan 4. Posisi ini dapat meningkatk an ekspansi paru dan mengurangi rasa sesak pada pasien 5. Air hangat dapat memudahka n pengeluaran



oksiggen perlu Edukasi



jika



11. Anjurkan cairan 2000 ml/hari, jika tidak Kontraindikasi 12. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu



2.



Pola Nafas Tidak Efektif. Berhubungan dengan Hambatan upaya nafas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan) ditandai dengan: Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Dispnea Objektif 1. Penggunaan



otot bantu pernapasan 2. Fase ekspirasi memanjang 3. Pola nafas



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkaan pola nafas membaik dengan criteria hasil: 1. Dispnea menurun 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Penggunaan otot bantu nafas menurun Pemanjangan fase ekspirasi menurun Ortopnea menurun Pernafasan pursed-lip menurun Pernafasan cuping hidung menurun Frekuensi napas membaik Kedalaman napas membaik



Terapi Oksigen Tindakan Observasi: 1. Monitor kecepatan aliran oksigen 2. Moitor posisi alat terapi oksigen 3. Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang di berikan cukup 4. Moitor efektifitas terapi oksigen ( mis, oksimetri, analisa gas darah ) jika perlu 5. Monitor



sekret 6. Mengeluark an secret pada saluran nafas 7. Mengurangi distress respirasi 8. Mengeluark an secret secara maksimal 9. Mukolitik adalah golongan obat yang bekerja untuk memecah dahak agar menjadi lebih encer Terapi oksigen 1. Membebas kan jalan napas pasien 2. Membantu upaya napas 3. Agar tidak mengham bat upaya napas pasien dengan peralatan oksigen



abnormal (mis. Takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, chyne- stokes Gejala dan Tanda Minor Subjektif: 1. Ortopnea Objektif: 1. Pernafasan pursed-lip 2. Pernapasan cupping hidung 3. Diameterthora ks anteriorposterior meningkat 4. Ventilasisemen it menurun 5. Kapasitas menurun 6. Tekanan ekspirasi menurun 7. Tekanan inspirasi menurun 8. Ekskursi dada berubah



9. 10. 11. 12. 13. 14.



Ekskursi dada membaik Ventilasi semenit membaik Kapasitas vital membaik Diameter thoraks anterior-posterior membaik Tekanan ekspirasi membaik Tekanan inspirasi membaik



kemampuan melepaskan oksigen saat makan 6. Monitortanda hipvopentilasi 7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis 8. Monitortingkat kecemasan akibat terapi oksigen 9. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen Terapeutik : 1.



2. 3.



4. 5.



6.



Bersihkan secret pada mulut,hidungdan tracea,jika perlu Pertahankan kepatenan jalan napas Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen Berikan oksigen tambahan jika perlu Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas pasien



Edukasi



3.



Defisit nutrisi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan Berhubungan selam 3x24 jam dengan asupan diharapkan status nutrisi nutrisi tidak cukup membaik dengan untuk memenuhi kriteria hasil : kebutuhan 1. porsi makanan metabolisme yang dihabiskan Gejala dan tanda (meningkat ) mayor 2. kekuatan otot Data subjektif : mengunyah ( meningkat) 3. kekuatan otomenelan Data objektif : ( meningkat ) 4. perasaan cepat 1. Berat badan kenyang ( menurun ) menurun 5. nyeri abdomen 10% di ( menurun) bawah 6. sariawan ( menurun ) rentan ideal diare ( menurun ) badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal Gejala dan tanda minor Data subjektif :



:



1. Ajarkan pasien dan keluarga cara Menggunakan oksigen dirumah Kolaborasi : 1. Kolaborasi pengguna oksigen saat aktivitas dan / atau tidur Manajemen nutrisi Manajemen Nutrisi Observasi 1. Mengetahui 1. Identifikasi status status nutrisi nutrisi terkini 2. Identifikasi alergi pasien serta dan intoleransi masalah makanan dalam 3. Identifikasi pemenuhan makanan yang nutrisi disukai pasien 2. Mengetahui 4. Identifikasi jenis kebutuhan kalori makanan dan jenis nutrient yang dapat 5. Identifikasi menimbuL perlunya kan alergi penggunaan selang pada pasien nasogastrik dan hambatan 6. Monitor asupan pasien makanan dalam 7. Monitor berat pemenuhan badan nutrisi 3. Mengetahui 8. Monitor hasil jenis dan pemeriksaan jumlah laboratorium makanan Teraupetik yang 1. Lakukan oral dikonsumsi hygine sebelum pasien makan, jika perlu 4. Kadar albumin 2. Fasilitasi



menentukan pedoman diet (mis.piramida makanan) 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi



5.



5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein 6. Berikan suplemen makanan,jika perlu 7. Anjurkan posisi duduk,jika mampu 8. Ajarkan diet yang diprogramkan 9. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,jika perlu



4.



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan:



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan intoleransi



Manajemen Energi 0bservasi 1. Identifikasi gangguan



6.



7.



8.



9.



yang rendah dalam pemeriksaa n darah dapat meningindi kasikan pasien mengalami malnutrisi Menarik minat pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Untuk mencegah terjadinya konstipasi Memudahk an proses pencernaan makanan ke lambung Untuk membantu pasien dapat menghabis kan porsi makannany a Memberika n asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien



1. Membantu menemuka n derajat



Data subjektif aktivitas meningkat 1. Mengeluh lelah dengan kriteria hasil : 2. Dispnea saat / 1. kemudahan melakukan setelah aktivitas aktivitas sehari-hari 3. Merasa tidak ( meningkat ) nyaman saat 2. kecepatan berjalan beraktivits ( meningkat ) Data objektif 3. jarak berjalan ( meningkat ) 1. Frekuensi 4. kekuatan tubuh jantung bagian atas ( meningkat>20% meningkat dari kondisi 5. kekuatan tubuh bagian istrahat bawah (meningkat ) 2. Tekanan darah 6. toleransi menaiki berubah >20% tangga ( meningkat ) dari kondisi 7. keluhan lelah ( istrahat menurun ) 8. dispneu saat aktivitas ( 3. Gambaran EKG menunjukan menurun ) arirmia 9. dispnue setelah saat/ setelah aktivitas ( menurun ) aktivitas 10. perasaan lemah ( menurun ) 4. Gambbaran 11. frekuensi EKG nadi (membaik ) menunjukan 12. warna kulit ( iskemia membaik ) 5. Sianosis 13. tekanan darah ( membaik ) 14. saturasi oksigen ( membaik ) 15. frekuensi napas (membaik ) 16. EKG iskemia ( membaik )



fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional 3. Monitor pola dan jam tidur 4. Monitor lokasi dan ketidaknyaman selama melakukan aktivitas Terapeutik 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus mis.cahaya,suara, kunjungan 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan / atau aktif



2.



3.



4.



7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan yang menenangkPasilit asi duduk disisi tempat tidur,jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi 8.



Anjurkan baring



9.



Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap



5.



tirah 6.



kerusakan dan kesulitan terhadap keadaan yang dialami Untuk mengidenti fikasi kekuatan dan kelemahan serta dapat memberika n informasi mengenai pemulihan Untuk mengidenti fikasi intervensi yang tepat Untuk mengidenti fikasi kekuatan/k elemahan dan dapat memberika n informasi pemulihan Meningkat kan kenyamana n istirahat serta dukungan fisiologis/p sikologis Mencegah kekuatan sendi,kontr aktur,kelela han otot,mening



10. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang 11. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi 12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



katkan



C. Penyimpangan KDM



Pencetus (Asthma, Bronkhitis kronis, Emfisema) PPOK



Inflamasi



Perubahan anatomis parenkim Paru



sputum meningkat



Pembesaran alveoli Hiperatropi kelanjar mukosa Penyempitan saluran udara secara periodik Ekspansi paru menurun Suplay oksigen tidak adekuat keseluruh tubuh Hipoksia Sesak MK: Pola nafas tidak efektif



Rokok dan polusi



Kompensasi tubuh untuk memenuhi Kebutuhan oksigen dengan meningkatkan frekuensi pernapasan Kontraksi otot pernapasan Penggunaaan energi untuk Pernapasan meningkat MK:Intoleransi aktivitas



Batuk MK: Bersihan jalan nafas tdk efektif MK: Gg.pertukaran gas infeksi Leukosit meningkat imun menurun Kuman patogen & endogen difagosit makrofag Anoreksia MK: Gg.Nutrisi



DAFTAR PUSTAKA Ahmad, F. F. R. (2021). Konsentrasi Kalsium Serum Dengan Fungsi Paru Penderita penyakit



Paru



Obstruksi



Kronik



(H.



Shofa



(ed.)).



https://books.google.co.id/books? id=IzZZEAAAQBAJ&pg=PR3&dq=buku+ppok&hl=id&newbks=1&newbks_r edir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ahUKEwi5srPDiZ L6AhWv0XMBHYeZDHkQ6wF6BAgMEAU#v=onepage&q=buku ppok&f=false Asman, A., Ajani, A. T., & Armiyati, Y. (2022). Asuhan Keperawatan Sistem Pernapasan



(M.



Martini



(ed.)).



Media



Sains



Indonesia.



https://books.google.co.id/books? id=96qIEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA111&dq=etiolog i+ppok&hl=id&source=newbks_fb&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false Asyrofy, A., Arisdiani, T., & Aspihan, M. (2021). Karakteristik dan kualitas hidup pasien Penyakit Paru Obstruksi Konik (Ppok). Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 7(1), 13. https://doi.org/10.30659/nurscope.7.1.13-21 Stockley, R. A., Halpin, D. M. G., Celli, B. R., & Singh, D. (2019). Chronic obstructive pulmonary disease biomarkers and their interpretation. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, 199(10), 1195–1204. https://doi.org/10.1164/rccm.201810-1860SO Yari, Y., Gayatri, D., Azzam, R., Rayasari, F., & Kurniasih, D. N. (2022). Evektivitas Pursed Lips Breathing Dan Posisi Pronasi Dalam Mengatasi Dispnea Pada Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Jurnal Keperawatan, 14(3), 575–582.



https://journal2.stikeskendal.ac.id/index.php/keperawatan/article/



download/388/298