Makalah Isu Etika Signifikan Dalam Dunia Bisnis Dan Profesi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ISU ETIKA SIGNIFIKAN DALAM DUNIA BISNIS DAN PROFESI Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Dosen : Dwi Handayani, M.Si



Disusun oleh: Kelompok 6 Rizma Kartika



1178020222



Sofia Sifa M



1178020236



Widya Novita Sari 11780202 Wishal Azhar L



1178020253



Yeyen Desnita



1178020255



PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2019



KATA PENGANTAR Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan dan waktu yang telah diberikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat – sahabatnya. Selebihnya kami ucapkan terimakasih kepada Ibu. Dwi Handayani, M.Si selaku dosen Etika Bisnis karena sudah memberikan kami kesempatan dan pengarahan untuk menyusun makalah ini. Kami harapkan semoga makalah ini dapat membantu dalam proses pembelajaran pada semester ini dan semoga bermanfaat bagi semua teman-teman yang membacanya. Namun, kami harapkan pula agar para pembaca memperhatikan celah yang mungkin kurang sempurna dalam makalah ini. Sehingga kami dapat menyusun kembali yang lebih baik pada makalah berikutnya.



Bandung, 25 Oktober 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii BAB I...............................................................................................................................................1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................1 A.



Latar Belakang..................................................................................................................1



B.



Rumusan Masalah.............................................................................................................1



C.



Tujuan Penulisan...............................................................................................................2



BAB II.............................................................................................................................................3 PEMBAHASAN..............................................................................................................................3 A.



Benturan Kepentingan.......................................................................................................3



B.



Etika dalam Tempat Kerja.................................................................................................5



C.



Aktivitas Bisnis Internasional...........................................................................................9



D.



Akuntabilitas Sosial........................................................................................................11



E.



Manajemen Krisis...........................................................................................................12



BAB III..........................................................................................................................................17 PENUTUP.....................................................................................................................................17 A.



Kesimpulan.....................................................................................................................17



B.



Saran................................................................................................................................17



DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................18



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Fungsi bisnis dan profesi tercipta oleh ekspektasi publik terhadap bisnis dan profesi itu sendiri. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan ekspektasi bahwa bisnis menyediakan kebutuhan pemegang saham dan masyarakat sekitar. Selain itu, banyak orang yang memiliki kepentingan terhadap suatu bisnis termasuk aktivitas operasinya dan dampaknya. Sebaliknya, suatu bisnis tidak akan dapat mencapai tujuan strategis jangka panjang jika tidak didukung oleh pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders), seperti pemegang saham, karyawan, pelanggan, kreditor, pemasok, pemerintah, komunitas lokal dan aktivis. Oleh karena itu, dukungan stakeholders dalam suatu bisnis menjadi sangat penting. Dukungan stakeholders bergantung pada kredibilitas bisnis dan profesi yang terlibat di dalamnya, seperti komitmen perusahaan terhadap kepentingan stakeholders, reputasi perusahaan dan profesi, serta keunggulan kompetitif perusahaan. Sedangkan komitmen dan reputasi perusahaan terhadap kepentingan stakeholdersdapat dilihat pada etika bisnis perusahaan tersebut dan profesi yang terlibat di dalamnya, termasuk profesi akuntansi. Hal ini menjadikan etika bisnis dan profesi menjadi penting. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan sejumlah permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana benturan kepentingan menjadi isu etika dalam dunia bisnis dan profesi? 2. Bagaimana



etika dalam tempat kerja menjadi isu etika dalam dunia bisnis dan



profesi? 3. Bagaimana aktivitas bisnis internasional menjadi isu dalam dunia bisnis dan profesi? 4. Bagaimana akuntabilitas sosial menjadi isu dalam dunia bisnis dan profesi? 5. Bagaimana manajemen krisis menjadi isu dalam dunia bisnis dan profesi? 1



C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan memahami benturan kepentingan yang menjadi isu dalam dunia bisnis dan profesi. 2. Untuk mengetahui dan memahami etika dalam tenaga kerja yang menjadi isu dalam dunia bisnis dan profesi. 3. Untuk mengetahui dan memahami aktivitas bisnis internasional yang menjadi isu dalam dunia bisnis dan profesi. 4. Untuk mengetahui dan memahami akuntabilitas sosial yang menjadi isu dalam dunia bisnis dan profesi. 5. Untuk mengetahui dan memahami manajemen krisis yang menjadi isu dalam dunia bisnis dan profesi.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Benturan Kepentingan Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris atau pemegang saham utama di suatu perusahaan. Benturan kepentingan ini dapat dikategorikan menjadi 8 jenis situasi sebagai berikut: Segala konsultasi atau hubungan lain yang signifikan atau berkeinginan mengambil andil di dalam aktivitas pemasok, pelanggan atau pesaing (competitor). 1. Segala kepentingan pribadi yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan. 2. Segala hubungan bisnis atas nama perusahaan dengan personal yang masih ada hubungan keluarga ( family ) dengan perusahaan yang dikontrol oleh personal tersebut. 3. Segala posisi dimana karyawan dan pimpinan perusahaan mempunyai pengaruh (control) terhadap evaluasi hasil pekerjaan atau kompensasi dari personal yang masih ada hubungan keluarga. 4. Segala penggunaan pribadi maupun berbagai informasi rahasia perusahaan demi suatu kepentingan pribadi, seperti anjuran untuk membeli atau menjual barang atau produk milik perusahaan yang didasarkan atas informasi rahasia tersebut. 5. Segala penjualan atau pembelian perusahaan yang menguntungkan pribadi. 6. Segala penerimaan dari keuntungan seseorang atau organisasi atau pihak ketiga yang berhubungan dengan perusahaan. 7. Segala aktivitas yang berkaitan dengan insider trading atas perusahaan yang telah go public yang merugikan pihak lain. Apabila situasi yang telah disebutkan terjadi atau apabila individu tidak yakin apakah suatu situasi yang sedang terjadi merupakan benturan kepentingan, maka harus segera 3



dilaporkan hal – hal yang terkait dengan situasi tersebut kepada petugas kepatuhan perusahaan. Apabila manajemen senior perusahaan menetapkan bahwa situasi tersebut menimbulkan kepentingan, maka mereka harus segera melaporkan benturan kepentingan ini kepada komite pemeriksa. Berikut ini merupakan beberapa upaya suatu perusahaan atau organisasi dalam menghindari benturan kepentingan adalah sebagai berikut: 1. Menghindari diri dari tindakan dan situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan pribadi dengan perusahaan. 2. Mengusahakan lahan pribadi untuk digunakan sebagai kebun perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan pemupukan. 3. Menyewakan properti pribadi kepada perusahaan yang dapat menimbulkan potensi penyimpangan kegiatan pemeliharaan. 4. Mengungkapkan dan melaporkan setiap kepentingan di luar pekerjaan perusahaan. 5. Memiliki bisnis pribadi yang sama dengan perusahaan. 6. Menghormati hak setiap insane perusahaan untuk memiliki kegiatan di luar jam kerja, di luar pekerjaan dari perusahaan dan yang bebas dari benturan kepentingan. 7. Tidak akan memegang jabatan dalam suatu lemaga atau institusi lain di luar perusahaan dalam bentuk apapun, kecuali telah mendapat persetujuan tertulis dari yang berwenang. 8. Menghindari diri dari memiliki kepentingan keuangan maupun non keuangan pada suatu perusahaan atau organisasi pesaing. 9. Menghindari situasi atau perilaku yang dapat menimbulkan kesan, spekulasi atau kecurigaan adanya benturan kepentingan. 10. Mengungkapkan atau melaporkan setiap kemungkinan benturan kepentingan pada suatu kontrak yang telah disetujui maupun yang belum disetujui. 11. Tidak akan menginvestasikan dana atau melakukan ikatan bisnis pada individu atau pihak lain yang mempunyai keterkaitan bisnis secara langsung maupun tidak langsung.



4



B. Etika dalam Tempat Kerja Ketika kita berada di suatu tempat, tentu saja selalu ada peraturan atau biasa yang disebut dengan etika yang harus dipatuhi. Seperti halnya di tempat kerja, tentu saja ada etika-etika di dalam lingkungan kerja. Etika sendiri berfungsi untuk membatasi perilaku individu agar tidak mengganggu kenyamanan individu yang lainnya. Individu pun bermacam-macam sifatnya, ada yang dapat langsung dengan mudah menyesuaikan diri, namun ada pula yang kurang bisa menyesuaikan diri, sehingga membutuhkan pihak lain untuk memberikan pengarahan. Di manapun kita berada kita akan selalu dihadapkan pada etika, termasuk dalam lingkungan kerja. Karena etika juga sangat penting dalam dunia kerja, hal ini dikarenakan etika menjadi kunci atau panduan kita dalam profesionalisme kerja. Etika kerja adalah aturan normatif yang mengandung sistem nilai dan prinsip moral yang merupakan pedoman bagi karyawan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya dalam perusahaan. Etika ini dibuat untuk karyawan agar karyawan menjadi lebih disiplin dengan menaati etika yang berlaku di tempat kerja sehingga dapat memperlancar kinerja sehari-hari. Aspek-aspek etika kerja, diantaranya yaitu: Etika kerja terkait dengan apa yang seharusnya dilakukan karyawan atau manajer. Untuk itu etika kerja setiap karyawan didasari prinsip-prinsip: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Melaksanakan tugas sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan, Selalu berorientasi pada budaya peningkatan mutu kinerja, Saling menghormati sesama karyawan, Membangun kerjasama dalam melaksanakan tugas-tugas perusahaan, Memegang amanah atau tanggung jawab, dan kejujuran, Mananamkan kedisiplinan bagi diri sendiri dan perusahaan.



Menurut Petty (1993), etos kerja memiliki tiga aspek atau karakteristik, yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. 1. Keahlian interpersonal Keahlian interpersonal adalah aspek yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan orang lain atau bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain dilingkungan kerjanya. Keahlian interpersonal menjadi kebiasaan, sikap, cara,



5



penampilandan perilaku yang digunakan individu pada saat berada disekitar orang lain serta mempengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain. Indikator yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal seorang pekerja adalah meliputi karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik dan dapat memberikan kontribusi dalam performansi kerja seseorang, dimana kerja sama merupakan suatu hal yang sangat penting. Terdapat 17 sifat yang dapat menggambarkan keahlian interpersonal seorang pekerja (Petty, 1993) yaitu: sopan, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, menolong, disenangi, tekun, loyal, rapi, sabar, apresiatif, kerjakeras, rendah hati, emosi hati yang stabil dank eras kemauan. 2. Inisiatif Inisiatif merupakan karakteristik yang dapat memfasilitasi seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya dan tidak langsung merasa puas dengan kinerja yang biasa. Agar aspek ini sering dihubungkan dengan situasi ditempat kerja yang tidak lancer. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang buruk, kehilangan kesempatan karena tidak dimanfaatkan dengan baik dan kehilangan pekerjaan, dapat muncul jika individu tidak memiliki inisiatif dalam bekerja. Terdapat 16 sifat yang dapat menggambarkan inisiatif seorang pekerja (Petty, 1993) yaitu: cerdik, produktif, banyak ide, berinisiatif, ambisius, efisien, efektif, antusias, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, gigih, dan teratur. 3. Dapat diandalkan Dapat diandalkan adalah aspek yang berhubungan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja dan merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melakukan beberapa fungsi dalamkerja. Seorang pekerja diharapkan dapat memuaskan harapan minimum perusahaan, tanpa perlu terlalu berlebihan sehingga melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini merupakan salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap pekerjanya. Terdapat 7 sifat yang dapat menggambarkan seorang pekerja yang dapat diandalkan yaitu: mengikuti 6



petunjuk, mematuhi peraturan, dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, jujur dan tepat waktu. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan terdapat tiga aspek etos kerja yaitu keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etika Kerja: Terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi etos kerja, yaitu: 1. Usia Menurut hasil penelitian Buchholz’s dan Gooding’s, pekerja yang berusia di bawah 30 tahun memiliki etos kerja lebih tinggi daripada pekerja yang berusia diatas 30 tahun (dalam Boatwright & Slate, 2000). 2. Jenis kelamin Menurut penelitian Boatwright dan Slate, menyatakan bahwa wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi dari laki-laki. 3. Latar belakang pendidikan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Boatwright dan Slate (2000), menyatakan bahwa etos kerja tertinggi oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan S1 dan terendah dimiliki oleh pekerja dengan latar pendidikan SMU. 4. Lama bekerja Menurut penelitian Boatwright san Slate (2000) mengungkapkan bahwa pekerja yang sudah bekerja selama 1-2 tahum memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada pekerja yang bekerja dibawah 1 tahun. Semakin lama individu bekerja, semakin tinggilah kemungkinan individu untuk memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan menggunakan kapasitasnya dan memperoleh peluang untuk pertumbuhan dan mendapatkan jaminan. Kedua hal diatas akan membentuk persepsi seorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya. (Walton, dalam Kossen 1986).



Selain faktor-faktor internal di atas, terdapat pula faktor eksternal yang mempengaruhi etos kerja karyawan yaitu : 7



1. Budaya Masyarakat yang memiliki sistem budaya maju akan memiliki



etos kerja



yang lebih tinggi daripada masyarakat yang memiliki system budaya yang tidak maju (Rosmiani, 1996). 2. Sosial Politik Etos kerja yang dimiliki suatu masyarakat sangat tergantung kepada ada tidaknya stuktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikamati hasil kerja keras mereka dengan penuh (Soewarso, Subagyo dan Utomo, dalam Rosmiani 1996). 3. Kondisi Lingkungan Geografis Lingkungan alam yang mendukung, mempengaruhi manusia yang ada didalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. Kondisi lingkungan inilah yang akan mempengaruhu bagaimana persepsi seseorang terhadap kualitas kehidupan bekerjanya (Walton, dalam Kossen 1986). 4. Struktur Ekonomi Tinggi rendahnya etos kerja yang dimiliki masyarakat, dipengaruhi oleh ada atau tidaknya stuktur ekonomi yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh. Di bawah ini ada beberapa etika yang harus diperhatikan ketika di tempat kerja: 1. Menjaga Kebersihan Lingkungan Kerja Jika di perusahaan tempat Anda bekerja sudah ada yang namanya OB (Office Boy) yang bertanggung jawab atas kebersihan, bukan berarti Anda tidak perlu ikut menjaga kebersihan lingkungan kerja juga. Etika utama adalah Anda harus ikut serta dalam menjaga kebersihan lingkungan kerja. Mengapa demikian? Karena kebersihan di tempat kerja sangat penting dan dapat memberikan pengaruh kepada kinerja. 2. Jangan Tertawa Dan Berbicara Terlalu Keras



8



Saat berada dalam suasana kantor, pada dasarnya tidak ada yang melarang untuk tertawa dan berbicara. Namun demikian, ada volume yang perlu diatur. Jika Anda tertawa dengan suara yang keras, atau mungkin berbicara dengan suara terlalu keras, maka akan mengganggu kenyamanan kerja karyawan lain disekitar Anda. 3. Tidak Menggunakan Toilet Terlalu Lama Toilet merupakan fasilitas umum yang disediakan perusahaan untuk seluruh karyawannya. Dengan demikian, toilet tersebut bukan untuk Anda sendiri, melainkan juga untuk karyawan yang lain. Sehingga saat menggunakan toilet, gunakanlah seperlunya. Jangan menggunakan toilet untuk tidur,merokok, atau hal lainnya. 4. Jangan Terlalu Sering Datang Terlambat Perusahaan sudah mengatur jam kerja karyawannya, dan aturan tersebut sudah dinilai baku. Namun demikian ada beberapa perusahaan yang dapat menindak tegas, namun ada pula yang tidak melakukan apa pun. Anda sebagai seorang karyawan harus datang tepat waktu, hal ini dikarenakan dengan datang terlambat, tentu saja pekerjaan Anda juga akan tertunda sehingga hasil kerja kurang maksimal. 5. Jangan Suka Membicarakan Kejelekan Orang Lain Hal terakhir terkait etika penting lainnya adalah jangan suka membicarakan kejelekan orang lain. Bergosip boleh, tapi tidak perlu membicarakan kejelekan orang lain. Belum tentu juga diri Anda lebih baik dari orang yang sedang Anda bicarakan. Jadi, lebih baik memperbaiki kinerja diri untuk pencapaian karir yang lebih baik, dari pada menghabiskan waktu yang dimiliki dengan kegiatan yang tidak berguna. C. Aktivitas Bisnis Internasional Bisnis Internasional merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan antarnegara yang satu dengan negara lainnya dengan melewati batas-batas suatu negara. Apakah sebuah bisnis merupakan multinasional sejati atau hanya menjual kepada beberapa pasar luar negeri tertentu, terdapat sejumlah faktor yang akan berpengaruh terhadap operasi internasionalnya. Keberhasilan dalam pasar luar negeri sebagian besar ditentukan



9



oleh cara-cara bisnis tersebut menanggapi hambatan sosial, ekonomi, hukum, dan politik dalam perdagangan internasional. Setiap perusahaan yang memiliki rencana menjalankan bisnis di negara lain harus memahami perbedaan antara masyarakat dan budaya negara tersebut dengan negara asalnya, beberapa perbedaan tentu saja cukup jelas terlihat. Sebagai contoh, perusahaan harus memperhitungkan faktor bahasa dalam melakukan penyesuaian terhadap pengepakan, tanda dan logo. Budaya dilingkungan Perusahaan. Bagaimana cara dan perilaku manusia melakukan sesuatu serta bagaimana suatu kelompok individu membentuk kebiasaan. Kepemimpinan berperan sebagai motor yang harus mampu mencetuskan dan menularkan kebiasaaan produktif di lingkungan organisasi. Maka dengan demikian, masalah budaya perusahaan bukanlah hanya apa yang akan dikerjakan sekolompok individu melainkan juga bagaimana cara dan tingkah laku mereka pada saat mengerjakan pekerjaan tersebut. Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk budaya perusahaan. Hal itu bukanlah sesuatu yang kabur dan hambar, melainkan sebuah gambaran jelas dan konkrit. Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu cara individu bertingkah laku dalam mereka melakukan sesuatu. Tidaklah mengherankan, bila sama-sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini. Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan. Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh dan malah sering mengumpat bahwa itu semua karena SDM kita yang tidak kompeten dan tidak mampu. Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya). Jadi ketika perusahaan berskala Internasional yang sudah pasti memiliki banyak karyawan membuat suatu kebijakan yang kemudian nantinya dilaksanakan oleh karyawannya, semakin lama waktu berjalan maka kebiasaan tersebut menjadi suatu budaya di perusahaan tersebut, maka dari itu seharusnya sebuah peusahaan memikirkan matangmatang mengenai kebijakan yang akan diberlakukan agar tidak menimbulkan budaya yang tidak baik bagi perusahaan tersebut. 10



Semua karena percontohan, penularan dan panutan dari masing-masing pemimpin. Maka timbul paradigma, mengubah budaya perusahaan itu sendiri. Budaya perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya prilaku. Dan sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya prilaku yang tidak etis. D. Akuntabilitas Sosial Akuntabilitas sosial merupakan proses keterlibatan yang konstruktif antara warga negara dengan pemerintah dalam memeriksa pelaku dan kinerja pejabat publik, politisi dan penyelenggara pemerintah. Tujuan dari akuntabilitas sosial adalah sebagai berikut: 1.



Untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat yang ditimbulkan oleh berbagai aktivitas yang berkaitan dengan produksi perusahaan.



2.



Untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungan mencaku p financial dan managerial social accounting, social auditing.



3.



Untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat menentukan suatu hasil yang relevan dan sempurna yang merupakan keuntungan sosial suatu perusahaan. Untuk maksimalisasi kinerja akuntabilitas sosial harus menjalankan syarat pokok untuk



pelaksanaan akuntabilitas sosial, antara lain: 1. Keberadaan Mekanisme yang Menjembatani Hubungan antara Negara dan Masyarakat Mekanisme ini mempunyai makna strategis, sebab, pertukaran informasi, dialog dan negosiasi dapat dilakukan oleh berbagai elemen baik dari negara maupun dari masyarakat melalui sejumlah mekanisme tersebut. Contoh kongkret dari mekanisme yang menjembatani hubungan antara negara dan masyarakat adalah keberadaan Dinas Komunikasi dan Informasi dari setiap Pemerintah Kabupaten dan Kota. 2. Keinginan dan Kapasitas dari Warga Negara dan Aktor-aktor Civil Society yang Kuat untuk Secara Aktif Terlibat dalam Proses Akuntabilitas Pemerintah 11



Faktor ini sering kali berbenturan dengan sejumlah persoalan seperti: fakta lemahnya elemen Civil Society dan adanya pemikiran bahwa warga negara kurang berdaya. 3. Keinginan dan Kapasitas dari Politisi dan Birokrat untuk Mempertimbangkan Masyarakat Banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa kepekaan politisi dan birokrat terhadap aspirasi masyarakat dapat merubah pola interaksi antara negara dan masyarakat. Pada titik ini, pola interaksi kedua elemen tersebut dapat semakin disinergikan sehingga terbentuk sebuah pola interaksi yang bersifat timbal balik antara aktor-aktor yang berasal dari negara maupun masyarakat. 4. Lingkungan yang Memungkinkan Dalam dunia ekonomi dan budaya, sebuah upaya perwujudan akuntabilitas sosial akan menjadi sia-sia ketika lingkungan sosial dan ekonomi tidak menyediakan kesempatan bagi warga negara untuk memperoleh akses partisipasi yang sama di kedua dunia tersebut. E. Manajemen Krisis Manajemen krisis merupakan suatu manajemen pengelolaan, penanggulangan atau pengendalian krisis hingga pemulihan citra perusahaan. Manajemen krisis adalah proses yang membahas organisasi dengan sebuah peristiwa besar yang mengancam merugikan organisasi, Pemangku kepentingan atau masyarakat umum. Ada tiga elemen yang paling umum untuk mendefinisi krisis: ancaman bagi organisasi, unsur kejutan, dan keputusan waktu singkat. Berbeda dengan manajemen risiko, yang melibatkan menilai potensi ancaman dan menemukan cara terbaik untuk menghindari ancaman. Sementara manajemen krisis berurusan dengan ancaman yang telah terjadi. Jadi manajemen krisis dalam pengertian yang lebih luas merupakan sebuah keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius, terutama dari saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali. Jadi esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan faktor ketidak pastian dan faktor risiko hingga tingkat serendah mungkin, dengan demikian akan lebih mampu menampilkan sebanyak mungkin faktor kepastiannya. Sebenarnya yang disebut manajemen krisis itu diawali dengan langkah mengupayakan sebanyak mungkin informasi mengenai 12



alternatif-alternatif, maupun mengenai probabilitas, bahkan jika mungkin mengenai kepastian tentang terjadinya, sehingga pengambilan keputusan mengenai langkah-langkah yang direncanakan untuk ditempuh, dapat lebih didasarkan pada sebanyak mungkin dan selengkap mungkin serta setepat mungkin informasinya. Tentu saja diupayakan dari sumber yang dapat diandalkan (reliable), sedangkan materinya juga menyandang bobot nalar yang cukup. Menurut Djaamaluddin Ancok, jika dipandang dari kacamata bisnis suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti berikut: 1. Intensitas permasalahan akan bertambah. 2. Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa, atau informasi dari mulut ke mulut. 3. Masalah akan mengganggu kelancaran bisnis sehari-hari. 4. Masalah mengganggu nama baik perusahaan. 5. Masalah dapat merusak sistem kerja dan menggoncangkan perusahaan secara keseluruhan. 6. Masalah yang dihadapi disamping membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak jarang membuat masyarakat menjadi panik. 7. Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi Kesadaran akan dampak yang ditimbulkan oleh krisis sekaligus lemahnya dalam mengantisipasi datangnya sebuah krisis, menjadikan perlunya langkah-langkah antisipatif dalam sebuah kerangka kerja yang disebut manajemen krisis. Manajemen krisis membedakan situasi krisis menjadi: pra-krisis dan krisis. Situasi Pra-krisis adalah situasi masih tenang dan stabil, bahkan tanpa tanda-tanda akan terjadinya krisis, sedangakan Situasi Krisis dirinci dalam tahap-tahap Prodomal, akut, kronik, dan pengakhiran (Resolution). Pada tahap prodomal, hadir tanda-tanda, pada tahap akut, terjadi kerusakan (damage), pada tahap kronik, krisis akan berlanjut yang lebih parah, dan pada tahap pengakhiran, krisis berakhir/teratasi.



13



Krisis pada tahap prodromal, dapat dikategorikan sebagai gejala krisis. Pada tahap ini biasanya segala kejadian yang bisa berpotensi menjadi krisis sering tidak dianggap bahkan dilupakan, karena organisasi tampak masih bisa beroperasi dan bergerak lincah seakan akan tidak ada masalah. Padahal pada tahap ini krisis sudah mulai muncul sehingga dapat dikatakan tahap prodomal sebagai sebuah early warning bagi organisasi karena sinyal-sinyal akan terjadinya bahaya sudah tampak dan harus segera diatasi. Kegagalan manajemen dalam menangkap sinyal ini akan berdampak pada pergeseran ke tahap berikutnya yakni akut. Sebagai contohnya adalah muncul selebaran gelap, karyawan datang pada manajemen untuk minta kenaikan upah atau terjadi perbedaan pendapat antar manjemen, ada peraturan pemerintah (regulasi dan deregulasi), munculnya pesaing baru dalam bidang yang sama. Tahap berikutnya adalah tahap akut. Krisis pada tahap ini meskipun tidak dikategorikan sebagai awal mulanya krisis, namun dianggap suatu krisis dimulai dari sini karena gejala yang samar-samar atau sama sekali tidak jelas itu mulai kelihatan jelas. Dalam banyak hal, krisis akut ini sering disebut sebagai the point of no return, artinya, sudah tidak ada kesempatan lagi untuk kembali memperbaiki keadaan mengingat sinyal-sinyal yang muncul pada tahap peringatan (prodromal) tidak digubris atau diindahkan, sehingga tidak bisa kembali lagi. Indikator munculnya krisis pada tahap ini adalah kerusakan sudah mulai bermunculan, reaksi mulai berdatangan, isu menyebar luas. Salah satu kesulitan besar dalam menghadapi krisis tahap akut ini adalah intensitas dan kecepatan serangan yang datang dari berbagai pihak. Kegagalan dalam menangani krisis juga akan terus berlanjut pada tahap kronis. Krisis tahap kronis. Pada tahap ini, organisasi sudah merasakan dampak atau akibat dari krisis tahap akut, bahkan dampak dari segi waktu tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya. Organisasi mulai melakukan intropeksi diri besar-besaran, sehingga biasanya dilakukan analisis internal secara menyeluruh terhadap gejala maupun sumber masalah baik secara struktural dan non struktural serta melakukan upaya-upaya perbaikan total (reformasi) dengan membuat kebijakan-kebijakan strategis untuk memperbaiki keadaan sehingga pada tahap ini sering disebut sebagai tahap recovery atau self analysis. Setelah dilakukan analisis internal dan dilakukan upaya-up\aya perbaikan maka akan masuk ke tahap resolusi (Penyembuhan). Tahap ini adalah tahap penyembuhan (recovery) dan tahap terakhir dari 4 tahap krisis. Masa ini adalah masa perusahaan sehat kembali seperti 14



keadaan sediakala. Pada fase ini perusahaan akan semakin sadar bahwa krisis dapat terjadi sewaktu-waktu dan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Lerbinger mengkategorikan ada tujuh jenis/tipe krisis: 1.



Bencana alam



2.



Teknologi krisis



3.



Konfrontasi



4.



Kedengkian (Malevolence)



5.



Krisis karena Manajemen yang Buruk (Crisis of skewed management value)



6.



Krisis adanya penipuan (deception)



7.



Kesalahan manajemen (management misconduct) Bencana alam atau Krisis alam yang sering dianggap sebagai tindakan dan kehendak



Tuhan (the act of God) merupakan fenomena lingkungan seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, tornado, badai, banjir, tanah longsor, tsunami yang mengancam kehidupan, harta, dan lingkungan itu sendiri. Krisis Teknologi merupakan krisis yang timbul atau terjadi akibat aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi (application of science). Bencana tehnologi biasanya terjadi apabila terjadi kesalahan satu sistem yang mengakibatkan gangguan pada sistem yang lain sehingga merusak keseluruhan tehnologi. Krisis teknologi sering terjadi karena kesalahan manusia (human error) mengingat semakin kompleksnya jalinan antar sistem tehnologi. Ketika terjadi bencana tehnologi, orang selalu mudah dan cenderung menyalahkan tehnologi karena adanya kegagalan dalam sistem sebagai alasan pembenaran untuk menghindari pertanggungjawaban atas bencana terjadi. Krisis konfrontasi terjadi ketika ada usaha perlawanan oleh individu atau beberapa individu kepada pemerintah dan atau kepada berbagai kelompok kepentingan untuk



15



memenuhi tuntutan dan harapan mereka. Jenis umum krisis konfrontasi adalah berupa boikot, sabotase, pendudukan, ultimatum, blokade atas pembangunan pekerjaan dan demonstrasi. Sebuah organisasi menghadapi krisis kedengkian kalau ada pihak atau lawan saingan menggunakan cara-cara kriminal atau tindakan-tindakan ekstrem lainnya seperti berbuat represif dan mengancam untuk mengekspresikan permusuhan, kemarahan dan ketidaksukaan dengan tujuan membuat situasi menjadi tidak stabil baik kepada negara, organisasi, perusahaan, atau sistem ekonomi supaya sistem tidak berjalan. Contoh krisis yang termasuk dalam kategori ini adalah tindakan terorisme, premanisme, perusakan produk, penculikan, menyebarkan rumor, dan aksi spionase. Krisis selanjutnya adalah krisis karena kelakuan buruk organisasi. Krisis ini terjadi ketika manajemen mengambil tindakan yang sengaja akan merugikan stakeholder tanpa memperdulikan risiko atas tindakan yang dilakukannya. Lerbinger membagi ada tiga jenis krisis kelakuan buruk organisasi, yaitu krisis nilai manajemen yang miring (skewed of management value), krisis penipuan (deception), dan krisis kesalahan manajemen (misconduct). Krisis nilai-nilai manajemen yang miring muncul saat manajer membuat kebijakan demi keuntungan ekonomi jangka pendek dan mengabaikan nilai-nilai sosial yang lebih luas seperti investor dan para stakeholder. Krisis penipuan terjadi ketika manajemen menyembunyikan atau salah mengartikan informasi tentang dirinya sendiri dan produknya kepada para konsumennya. Beberapa krisis tidak hanya disebabkan karena adanya nilai-nilai miring manajemen dan penipuan melainkan juga karena adanya perbuatan melawan hukum yang disengaja dilakukan atau bertindak ilegal.



16



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan masyarakat, bilamana dalam diri elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang membutuhkannya. Tanpa etika profesi, semua yang dikenal sebagai profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealism dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite professional ini.



B. Saran Dalam menjalankan bisnis, perusahaan pasti pernah mengalami berbagai masalah, baik itu dari internal maupun eksternal, disebabkan oleh perbedaan kepentingan, situasi tempat kerja yang tidak kondusif serta etika dalam masing-masing karyawan. Diperlukan adanya suatu solusi yang tepat dan kerjasama untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.



17



DAFTAR PUSTAKA http://robithotusslmah.blogspot.com/2017/11/isu-etika-signifikan-dalam-dunia-bisnis.html?m=1 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21847/4/Chapter%20II.pdf https://id.wikipedia.org/wiki/Etika_kerja



18