Makalah Kebutuhan Perioperative Dan Perawatan Je [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii BAB I.............................................................................................................................................iii PENDAHULUAN.........................................................................................................................iii 1.1 Latar Belakang......................................................................................................................iii 1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................iv 1.3 Tujuan.....................................................................................................................................v BAB II.............................................................................................................................................1 PEMBAHASAN.............................................................................................................................1 2.1 Definisi...................................................................................................................................1 2.2 Etiologi...................................................................................................................................2 2.3 Patofisiologi...........................................................................................................................3 2.4 Menifestasi.............................................................................................................................4 2.5 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................................5 2.6 Data Penjunjang.....................................................................................................................8 BAB III.........................................................................................................................................10 PENUTUP....................................................................................................................................10 3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................10 3.2 Saran.....................................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11



i



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Dan tidak jarang keluarga pasien mengalami kecemasan. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah – langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien Kehilangan merupakan suatu peristiwa dari pengalaman manusia yang bersifat unik secara individual. Kehilangan dalam suatu situasi aktual maupun potensial dapat dialami oleh individu ketika berpisah dari suatu yang sebelumnya ada, baik sebagian ataupun keseluruhan atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu tersebut akan meninggal dunia . Kematian merupakan suatu hal yang alami. Saat terjadinya kematian merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya. Kematian dapat terjadi singkat dan tidak terduga seperti seorang anak yang meninggal akibat kecelakaan, kematiaan dapat berlangsung mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya seseorang yang pingsan dan dalam waktu 24 jam sudah meninggal, kematian dapat diperkirakan sebelumnya melalui diagnosis medis tetapi saat kematian itu sendiri i



biasa terjadi mendadak,atau pasien dapat mengalami dahulu stadium terminal penyakit dalam waktu yang bervariasi mulai dari berapa hari hingga berbulan-bulan. Kematian dari masa lampau sampai saat ini selalu dikhaskan dengan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya kerja otak secara menetap. Namun demikian, kemajuan dalam teknologi kedokteran berlangsung sedemikian cepat sehingga kalau satu atau lebih sistem tubuh tidak berfungsi, pasien mungkin masih dapat dipertahankan “hidupnya” dengan bantuan mesin, tindakan ini dapat dilakukan sehubungan dengan pengangkatan organ tubuh untuk bedah transplantasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Definisi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 2. Apa etiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 3. Patofisiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah ? 4. Menifestasi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 5. Bagaimana pemeriksaan fisik untuk kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 6. Data penunjang dari kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 1.3 Tujuan Tujuan umum : 1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan parioperative 2. Untuk membantu mahasiswa dalam melakukan keperawatan jenazah Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Definisi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 2. Untuk mengetahui etiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 3. Untuk mengetahui Patofisiologi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah ? 4. Untuk mengetahui Menifestasi kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 5. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik untuk kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah? 6. Untuk mengetahui Data penunjang dari kebutuhan perioperative dan perawatan jenazah?



ii



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Keperawatan Parioterative adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata perioperative adalah gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan yairu : pre operatif, intra operatif dan post operatif. Sedangkan definisi dari Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan mengalaminya. Secara umum, setiap manusia berkembang dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan akhirnya mati. Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap. Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya : 1. Algor mortis (Penurunan suhu jenazah) Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi panas, sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas antara mayat dan lingkungan. Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu : a. Faktor lingkungan b. Suhu tubuh saat kematian ( suhu meningkat, a.m.makin lama) c. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya 2. Livor mortis (Lebam mayat) Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti mengakibatkan stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa tampak bintik merah kebiruan. 3. Rigor mortis (Kaku mayat) Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan serabut otot. Tahapan tahapan rigor mortis: a. 0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk 1



b. 6 jam : Kaku lengkap c. 12 jam : kaku menyeluruh d. 36 j am : relaksasi sekunder 4. Dekomposisi ( Pembusukan) Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas bakteri, maupun karena autolisis.



Skala



waktu



terjadinya



pembusukan



Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak warna kehijauan di perut kanan bawah (caecum). Jenazah adalah seseorang yang meninggal karena penyakit. Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan kepada anggota keluarga yang bersangkutan, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan barang-baran) milik pasien. Perawatan jenazah biasanya dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh di luar kota atau di luar negeri. Perawatan jenazah pada penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksiHIV meninggal, virus pun akan mati. 2.2 Etiologi A. Etiologi perioperatif Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti : a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi 2



b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang inflamasi. c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, Contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan B. Etiologi perawatan jenazah kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya organ tertentu dari tubuh manusia. Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor: 1. berhentinya pernafasan 2. matinya jaringan otak 3. tidak berdenyutnya jantung 4.adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paruparu dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan. Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu baka. 2.3 Patofisiologi A. Patofisiologi Kebutuhan Perioperative Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan yaitu pre operatif, intra operatif, dan post operatif (Hipkabi, 2014). Keahlian seorang perawat kamar bedah dibentuk dari pengetahuan keperawatan profesional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan kedalam tindakan keperawatan 3



yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya resiko atau aktual pada setiap fase perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan (Muttaqin, 2009). B. Patofisiologi Perawatan Jenazah kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan tidak berfungsinya organ tertentu dari tubuh manusia. Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor: (1) berhentinya pernafasan (2) matinya jaringan otak (3) tidak berdenyutnya jantung (4) adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/paru-paru dan jantung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi kematian batang otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan jantung atau otak pada suatu makhluk. Dalam ilmu kedokteran, jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan. Belum dapat dibuktikan bahwa tubuh dapat dipisahkan dari jiwa dan jiwa itu baka. 2.4 Menifestasi A. Menifstasi Parioperative Perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau  klasifikasi pembedahan. Keahlian seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan keperawatan professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan ke dalam tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya risiko atau actual pada setiap fase perioperatif yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman keperawatan perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan. Staf keperawatan yang merawat pasien bertanggung jawab untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan pasien dengan cara mengimplementasikan rencana perawatan  yang berdasarakan pada tujuan yang 4



diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan melibatkan tindakan mandiri dan kolaboratif. Asuhan



keperawatan



praoperatif



pada



praktiknya



akan



dilakukan



secara



berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat praoperatif. Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat beberapa masalah pasien yang belum teratasi di ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh perawat perioperatif di kamara operasi. Dokumentasi yang optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan dengan perawat kamar operasi. B. Manifestasi Perawatan Jenazah Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan kepada anggota keluarga yang bersangkutan, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan barang-baran) milik pasien. Perawatan jenazah biasanya dilakukan karena ditundanya penguburan/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang tinggal jauh di luar kota atau di luar negeri. Perawatan jenazah pada penderita penyakit menular dilaksanakan dengan selalu menerapkan kewaspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi budaya dan agama yang dianut keluarganya. Setiap petugas kesehatan terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan mengambil tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah risiko penularan penyakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb. Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat diizinkan dengan memperhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti misalnya mencium jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan. Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi-HIV meninggal, virus pun akan mati. 2.5 Pemeriksaan Fisik 5



A. Pemeriksaaan Fisik Perioperative 1. Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan umum dan prilaku, pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status nutrisi. 2. Penampilan Umum Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas perawat melakukan survei keadaan umum untuk mengobservasi panampilan umum pasien. Bentuk dan pergerakan tubuh dapat menggambarkan kelemahan yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan adanya intervensi pembedahan. secara ringkas, pengkajian yang berhubungan dengan praoperatif meliputi elemen-elemen berikut ini: a. Usia Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga dipengaruhi oleh usia. b. Tanda distress Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri, kesulitan bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu perawat dalam membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan diperiksa terlebih dahulu. c. Jenis tubuh Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas, atau sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya hidup. d. Postur Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur tubuh yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan atau adanya nyeri. e. Gerakan tubuh Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah terdapat tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak bergerak. 6



f. Kebersihan diri dan bau badan Tingkat kebersihan diri pasien dicatat dengan mengobsevasi penampilan rambut, kulit, dan kuku jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena kebersihan diri yang buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi kebersihan praoperatif merupakan hal yang penting diperhatikan karena dapat memengaruhi konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data dasar pada perawat untuk memberikan intervensi praoperatif terkait kebutuhan pemenuhan kebersihan area pembedahan. g.



Afek dan alam perasaan Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan atau status emosi diekpresikan secara verbal dan nonverbal.



h. Bicara Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan kecepatan sedang dan menunjukkan hubungan dengan apa yang dipikirkan. B. Pemeriksaan Fisik Perawatan Jenazah 1. Pemeriksaan Status Antropometri dan Ciri Fisik Deskripsikan ciri-ciri fisik jenazah seperti: Jenis kelamin, yakni melalui inspeksi alat kelamin dan tanda-tanda perkembangan seks sekunder Perkiraan usia, Ras, Warna kulit, Status gizi, Rambut-rambut pada jenazah, mulai dari rambut kepala, alis, bulu mata, kumis dan janggut, rambut di tubuh dan ekstremitas, rambut kemaluan (catat warna, ukuran terpanjang, jenis [lurus/ikal], serta mudah/tidaknya dicabut) 2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Asfiksia 



Buka kedua mata mayat dan periksa konjungtiva palpebra serta konjungtiva bulbi, cari ada tidaknya petekia dan tanda-tanda anemis







Periksa bibir, bagian dalam bibir, gusi dan palatum, cari ada tidaknya petekia, tanda-tanda sianosis, atau tanda-tanda anemis







Periksa ujung-ujung jari tangan dan kaki mayat, nilai apakah terdapat tandatanda anemis atau sianosis.



7



3. Pemeriksaan Gigi Jenazah 



Buka mulut mayat dan periksa kelengkapan gigi-geligi, bedakan antara gigi susu dan gigi dewasa







Jika gigi dewasa, lihat apakah gigi geraham belakang (molar III) sudah erupsi atau belum Periksa ada tidaknya karang gigi







Amati kelainan pada gigi (gigi hilang, gigi palsu, dsb)







Pemeriksaan gigi dapat digunakan untuk menentukan perkiraan umur, ras, dan identitas mayat







Interpretasi lanjut untuk kondisi gigi dapat dikonsultasikan kepada ahli odontologi forensik.



2.6 Data Penjunjang A. Fase Pelayanan Perioperatif Keahlian seorang perawat kamar bedah dibentuk dari pengetahuan keperawatan professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan kedalan tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya resiko atau actual pada setiap fase perioperative akan membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan (Muttaqin & Sari, 2009). 6 a. Fase Pre Operatif Fase praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan. Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat kamar bedah (Muttaqin & Sari, 2009). b. Fase Intra Operatif Fase intra operatif adalah suatu masa dimana pasien sudah berada di meja pembedahan sampai ke ruang pulih sadar. Asuhan keperawatan intraoperative merupakan salah satu fase asuhan yang dilewati pasien bedah dan diarahkan pada peningkatan keefektifan hasil pembedahan. Pengkajian yang dilakukan perawat intraoperative lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar dapat segera dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang bersifat resiko atau aktual akan didapatkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan. Implementasi dilaksanakan 8



berdasarkan pada tujuan yang di prioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim intraoperative, dan melibatkan tindakan independen dan dependen. Pada fase intra operatif, pasien akan mengalami berbagai prosedur. Prosedur pemberian anestesi, pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis, dan prosedur tindakan invasive akan memberikan implikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul (Muttaqin & Sari, 2009). c. Fase Post Operatif Fase pasca operatif adalah suatu kondisi dimana pasien sudah masuk di ruang pulih sadar sampai pasien dalam kondisi sadar betul untuk dibawa ke ruang rawat inap. Raung pulih sadar (recovery room) atau unit perawatan pascaanestesi (PACU) merupakan suatu ruangan 7 untuk pemulihan fisiologis pasien pascaoperatif. PACU biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi (Muttaqin & Sari, 2009). B. Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat dan sebaik-baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata lain, seseorang telah diperlakukan secara manusiawi dan sama seperti orang lain. Seorang perawat harus memperlakukan tubuh jenazah dengan hormat. Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat dan kepala dinaikkan ke atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air hangat secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh pasien harus dicuci dan dibersihkan rawatan posmortem, Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini dapat menjadi tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya apabila bekerja sama dengan staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus diperhatikan : 1. Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap orang yang masih hidup. 2. Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai petugas kamar jenazah tiba. 3. Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan postmortem.



9



10



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kebutuhan perioperative adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien, sampai pasien sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhankebutuhannya Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah di perbolehkan pulang, tugas perawat yaitu memeberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawatt dengan baik, sehingga pasien sehat seperti sedia kala. Adapun kesimpulan dari perawatan jenazah yaitu : 1. Perawatan jenazah dilakukan untuk membersihkan pasien yang baru meninggal serta memberikan penghormatan terakhir kepada pasien selama dirawat di rumah sakit. 2. Jenazah yang belum langsung dikuburkan akan diawetkan dengan pemberian bahan kimia tertentu untuk menghambat terjadinya pembusukan serta menjaga penampilan jenazah supaya tetap mirip dengan kondisi sewaktu hidup. Pengawetan jenazah dapat dilakukan pada jenazah yang dalam beberapa hari tidak dikubur. 3. Dalam perawatan jenazah tidak boleh diotopsi. Dalam hal tertentu otopsi dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pimpinan rumah sakit serta keluarga yang bersangkutan dan dilaksanakan oleh petugas yang mahir dalam hal tersebut. 3.2 Saran Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini untuk itu kritik dan saran diperlukan serta harus danya penyesuaian dan pembelajaran lebih baik dari mahasiswa perawat dalam mengetahui dan mengaplikasikan pengetahuan mengenai Kebutuhan Perioperative dan Perawatan Jenazah



1



DAFTAR PUSTAKA https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-perawatan-jenazah.html https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2018/04/Manual-CSL-ForensikMedikolegal-3-Pemeriksaan-Luar-pada-Jenazah.pdf http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf https://anestesi12.blogspot.com/2012/11/fase-preintrapost-operasi.html http://data.kalbarprov.go.id/dataset/sop-bidang-penunjang/resource/91ac4ffb-79f9-4928-8cbaca0fbdcdcfe9



2