Makalah Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BLOK 20.A KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL Wulan Damayanti, M.KM



Disusun Oleh :



Nabila Aulia Rahma



1915201027



Hani Nurcahyati



1915201002



Iklima Novianti



1915201011



PRODI S1 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG TAHUN AJARAN 2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. Bagi penulis, penyusunan makalah yang berjudul Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan laporan ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Kalaupun pada akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tentulah karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Aamiin.



Tangerang, 21 Septermber 2022



penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI



i



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



1



1



B. Rumusan Masalah2 C. Tujuan



2



D. Manfaat



2



BAB II PEMBAHASAN



3



A. Konsep Dasar dalam kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal 3 B. Triase kegawatdaruratan 6 C. Deteksi kegawatdaruratan maternal dan neonatal BAB III PENUTUP 13 A. Kesimpulan B. Saran



13



13



DAFTAR PUSTAKA



14



ii



8



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga sehingga membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan nyawa (Nuraminudin, 2018). Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat pada kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2018). Kegawatdaruratan maternal adalah perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan, persalinan, postpartum, hematoma, dan koagulopati obstetri. Kasus gawat darurat neonatus ialah kasus bayi baru lahir yang apabila tidak segara ditangani akan berakibat pada kematian bayi. Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2019). Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri. Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya. Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun dengan bantuan alat-alat medis modern sekalipun, sering kali memberikan gambaran berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir. 1



Kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki kemampuan dan keterampilan standar dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang dapat diandalkan, walaupun mereka memiliki latar belakang pendidikan sebagai profesional ahli. B. Rumusan Masalah Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah Konsep Dasar Kegawatdarauratan Maternal dan Neonatal. C. Tujuan Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan Konsep Dasar Kegawatdarauratan Maternal dan Neonatal. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Konsep Dasar Kegawatdarauratan Maternal dan Neonatal 2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Konsep Dasar Kegawatdarauratan Maternal dan Neonatal



2



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar dalam kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal 1. Pengertian kegawatdaruratan Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/nyawa (Campbell S, Lee C, 2017). a. Pasien Gawat Darurat Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Biasanya dilambangkan dengan label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac). b. Pasien Gawat Tidak Darurat Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Biasanya di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir. c. Pasien Darurat Tidak Gawat Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya. Biasanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus Lateratum tanpa pendarahan. d. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Baisanya di lambangkan dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek. e. Pasien Meninggal Label hitam (Pasien sudah meninggal) merupakan prioritas terakhir. Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2010). Kasus gawat darurat neonatus



3



ialah kasus bayi baru lahir yang apabila tidak segara ditangani akan berakibat pada kematian bayi. Kegawatdaruratan



neonatal



adalah



situasi



yang



membutuhkan



evaluasi



dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( ≤ usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu (Sharieff, Brousseau, 2011). Kegawatdaruratan maternal perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan, persalinan, postpartum, hematoma, dan koagulopati obstetric. Tanda dan gejala kegawatdaruratan a. Sianosis sentral Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berkaitan dengan O2). b. Apnea Menurut American Academy of Sleep Medicine, penentuan periode apnea dikategorikan berdasarkan hasil indeks rata-rata jumlah henti nafas dalam 1 jam atau Apnea Hypopnea Indeks (AHI). c. Kejang Kejang umum dengan gejala: 1) Gerakan wajah dan ekstremitas yang teratur dan berulang 2) Ekstensi atau fleksi tonik lengan atau tungkai, baik sinkron maupun tidak sinkron 3) Perubahan status kesadaran (bayi mungkin tidak sadar atau tetap bangun tetapi responsif/apatis) 4) Apnea (napas spontan berhenti lebih 20 detik). d. Spasme dengan gejala : 1) Kontraksi otot tidak terkendali paling tidak beberapa detik sampai beberapa menit 2) Dipicu oleh sentuhan, suara maupun cahaya 3) Bayi tetap sadar, sering menangis kesakitan



4



4) Trismus (rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu seperti mulut ikan) 5) Opistotonus e. Perdarahan f. Setiap perdarahan pada neonatus harus segera dirujuk, perdarahan dapat disebabkan kekurangan faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah atau menurun. g. Sangat kuning h. Berat badan < 1500 gram. 2. Definisi Kegawatdaruratan Maternal Kegawatdaruratan maternal adalah kondisi medis yang mengancam jiwa yang terjadi pada ibu hamil , bersalin dan nifas. Kegawatdaruratan maternal merupakan kondisi kesehatan yang mengancam jiwa, yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan serta kelahiran. Kasus kegawatdaruratan maternal termasuk kasus obstetri yang jika tidak segera ditangani akan berakibat kematian pada ibu dan janinnya Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri. 3. Definisi kegawatdaruratan neonatal Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤usia 28 hari) membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus



5







Faktor Kehamilan: Kehamilan kurang bulan, Kehamilan dengan penyakit DM, Kehamilan dengn gawat janin, Kehamilan dengan penyakit kronis ibu, Kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat, Infertilitas







Faktor pada Partus: Partus dengan infeksi intrapartum dan Partus dengan penggunaan obat sedative







Faktor pada Bayi: Skor apgar yang rendah, BBLR, Bayi kurang bulan, Berat lahir lebih dari 4000gr, Cacat bawaan dan Frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit



4. Tujuan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal Tujuan kegawatdaruratan antara lain : 1. Mencegah kematian dan cacat pada penderita gawatdarurat hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya 2. Menanggulangi korban bencana 5. Prinsip Dasar Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal Prinsip dasar dalam menangani kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal adalah penentuan permasalahan utama (diagnose) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang serta tidak panic, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungikin dalam kepanikan.



B. Triase kegawatdaruratan Triase (triage) adalah sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan memperoleh penanganan medis terlebih dulu di instalasi gawat darurat (IGD) berdasarkan tingkat keparahan kondisinya. Pasien yang mengalami cedera kepala, tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi kritis yang mengancam nyawa tentunya perlu diprioritaskan dari pasien lain dengan cedera ringan. Sistem triase gawat darurat (gadar) pertama kali diterapkan untuk menangani korban perang di basis militer. Triase (triage) gawat darurat (gadar) awalnya membagi pasien ke dalam 3 kategori lengkap, yaitu immediate, urgent, dan non-urgent. Hingga sekarang, sistem triase berguna untuk 6



mengatasi kondisi yang menyebabkan IGD rumah sakit kebanjiran pasien. Contohnya adalah situasi bencana alam atau pandemi yang menyebabkan jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pasien saat itu.Dalam kondisi pasien yang membludak, sistem triase IGD dapat membantu menyeleksi pasien yang memerlukan pertolongan pertama secara medis sesegera mungkin. Untuk mengetahui pasien yang lebih dipioritaskan, tenaga medis akan melakukan klasifikasi gawat darurat setiap pasien sesuai dengan kondisinya Jenis Triase IGD Kategori pasien dalam triase IGD masuk IGD Dalam mengategorikan pasien yang masuk ruang gawat darurat, tenaga medis membedakan pasien berdasarkan kode warna, mulai dari merah, kuning, hijau dan hitam. 



Merah Warna merah dalam triase IGD menunjukkan pasien prioritas pertama yang berada dalam kondisi kritis (mengancam nyawa) sehingga memerlukan pertolongan medis sesegera mungkin. Jika tidak diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan besar pasien akan meninggal. Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan bernapas, terkena serangan jantung, menderita trauma kepala serius akibat kecelakaan lalu lintas, dan mengalami perdarahan luar yang besar.







Kuning Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang memerlukan perawatan segera, tetapi penanganan medis masih dapat ditunda beberapa saat karena pasien dalam kondisi stabil. Meski kondisinya tidak kritis, pasien dengan kode warna kuning masih memerlukan penanganan medis yang cepat. Pasalnya, kondisi pasien tetap bisa memburuk dengan cepat dan berisiko menimbulkan kecacatan atau kerusakan organ. Pasien yang termasuk kategori kode warna kuning contohnya adalah pasien dengan patah tulang di beberapa tempat akibat jatuh dari ketinggian, luka bakar derajat tinggi, dan trauma kepala ringan.







Hijau



7



Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang memerlukan perawatan di rumah sakit, tetapi masih dapat ditunda lebih lama (maksimal 30 menit). Ketika tenaga medis telah menangani pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori warna merah dan kuning), maka mereka akan langsung melakukan pertolongan pada pasien pioritas ketiga. Pasien yang cedera tetapi masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk dalam kategori triase gawat darurat ini. Contoh lain dalam kategori adalah pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar derajat rendah, atau luka ringan. 



Hitam Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang sangat kritis, tetapi sulit untuk diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera ditangani, pasien tetap akan meninggal. Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami cedera parah yang bisa menyulitkan pernapasan atau kehilangan banyak darah akibat luka tembak.



C. Deteksi kegawatdaruratan maternal dan neonatal 1. Deteksi kegawatdaruratan maternal Kegawat daruratan maternal dapat terjadi setiap saat selama proses kehamilan, persalinan merupakan masa nifas. Sebelum Anda melakukan deteksi terhadap kegawatdaruratan maternal, maka anda perlu mengetahui apa saja penyebab kematian ibu. Penyebab kematian ibu sangat kompleks, namun penyebab langsung seperti toksemia gravidarum, perdarahan, dan infeksi harus segera ditangani oleh tenaga kesehatan. Oleh karena penyebab terbanyak kematian ibu preeklamsia/eklamsia maka pada pemeriksaan antenatal nantinya harus lebih seksama dan terencana persalinannya. Dengan asuhan antenatal yang sesuai, mayoritas kasus dapat dideteksi secara dini dan minoritas kasus ditemukan secara tidak sengaja sebagai pre eklamsia berat. Skrining bertujuan mengidentifikasi anggota populasi yang tampak sehat yang memiliki risiko signifikan menderita penyakit tertentu. Syarat suatu skrining adalah murah dan mudah dikerjakan. Akan tetapi, skrining hanya dapat menunjukkan risiko terhadap suatu penyakit tertentu dan tidak mengkonfirmasi 8



adanya penyakit. Selanjutnya marilah kita pelajari deteksi/skrining dari beberapa kasus kegawatdaruratan maternal. a. Deteksi Pre-Eklamsia Preeklamsia/Eklamsia merupakan suatu penyulit yang timbul pada seorang wanita hamil dan umumnya terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan ditandai dengan adanya hipertensi dan protein uria. Pada eklamsia selain tanda tanda preeklamsia juga disertai adanya kejang. Preeklamsia/Eklamsia merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu di dunia. Tingginya angka kematian ibu pada kasus ini sebagian besar disebabkan karena tidak adekuatnya penatalaksanaan di tingkat pelayanan dasar sehingga penderita dirujuk dalam kondisi yang sudah parah, sehingga perbaikan kualitas di pelayanan kebidanan di tingkat pelayanan dasar diharapkan dapat memperbaiki prognosis bagi ibu dan bayinya b. Skrining/Deteksi Perdarahan dalam Kehamilan, Persalinan dan Nifas Walaupun termasuk kegawatdaruratan maternal, perdarahan pada kehamilan muda seringkali tidak mudah dikenali. Hal ini berkaitan dengan stigma negative yang terkait dengan kasus kasus abortus, menyebabkan kejadian tersebut sering disembunyikan oleh para pasien. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan menjelang persalinan pada umumnya disebabkan oleh kelainan implantasi placenta baik placenta letak rendah maupun placenta previa, kelainan insersi tali pusat, atau pembuluh darah pada selaput amnion dan separasi placenta sebelum bayi lahir. Pada sebagian besar kasus perdarahan pasca persalinan umumnya disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus, robekan dinding rahim atau jalan lahir. 2. Deteksi kegawatdaruratan neonatal Kegawatdaruratan neonatus dapat terjadi kapan saja sejak bayi baru lahir. Hal ini membutuhkan kemampuan petugas untuk mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang mengancam jiwa yang bisa timbul sewaktu waktu. 9



Faktor yang dapat menyebabkan kegawatdaruratan neonates adalah faktor kehamilan, faktor saat persalinan, dan faktor bayi. kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatus yaitu hipotermi, hipertermia, hiperglikemia, tetanus neonatorum, penyakit penyakit pada ibu hamil dan syndrom gawat nafas pada neonatus. Deteksi



kegawatdaruratan



bayi



baru



lahir



dilakukan



dengan



memperhatikan beberapa factor risiko diatas serta melakukan penilaian awal saat bayi baru lahir, apakah terdapat usia kehamilan kurang dari 37 minggu, apakah terdapat meconium dalam ketuban dan apakah bayi tidak dapat menangis spontan/ nafas megap- megap. Jika terjadi hal diatas, maka bidan harus siap untuk melakukan penatalaksanaan sesuai dengan manajemen penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia, dan bayi baru lahir dengan ketuban bercampur meconium. Deteksi kegawatdaruratan bayi muda dilakukan menggunakan penilaian dan klasifikasi manajemen terpadu bayi muda. Proses manajemen kasus disajikan melalui urutan langkah penilaian dan klasifikasi, tindakan dan pengobatan, konseling pada ubu dan pelayanan tindak lanjut. Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kegawatdaruratan Neonatus  Hipotermia Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia), terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.  Hipertermia



10



Hipertermia adalah kondisi suhu tubuh tinggi karena kegagalan termoregulasi. Hipertermia terjadi ketika tubuh menghasilkan atau menyerap lebih banyak panas daripada mengeluarkan panas. Ketika suhu tubuh cukup tinggi, hipertermia menjadi keadaan darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kecacatan dan kematian. Tanda dan gejala : panas, kulit kering, kulit menjadi merah dan teraba panas, pelebaran pembuluh darah dalam upaya untuk meningkatkan pembuangan panas, bibir bengkak. Tanda-tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya. Dehidrasi yang terkait dengan serangan panas dapat menghasilkan mual, muntah, sakit kepala, dan tekanan darah rendah. Hal ini dapat menyebabkan pingsan atau pusing, terutama jika orang berdiri tiba-tiba. Tachycardia dan tachypnea dapat juga muncul sebagai akibat penurunan tekanan darah dan jantung. Penurunan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, mengakibatkan kulit pucat atau warna kebirubiruan dalam kasus-kasus lanjutan stroke panas. Beberapa korban, terutama anak-anak kecil, mungkin kejang-kejang. Akhirnya, sebagai organ tubuh mulai gagal, ketidaksadaran dan koma akan menghasilkan.  Hiperglikemia Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan.



Hiperglikemia disebabkan oleh



diabetes mellitus. Pada diabetes melitus, hiperglikemia biasanya disebabkan karena kadar insulin yang rendah dan / atau oleh resistensi insulin pada sel. Kadar insulin rendah dan / atau resistensi insulin tubuh disebabkan karena kegagalan tubuh mengkonversi glukosa menjadi glikogen, pada akhirnyanya membuat sulit atau tidak mungkin untuk menghilangkan kelebihan glukosa dari darah.  Tetanus neonaturum Tetanus neonaturum adalah penyakit tetanus yang diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan karena basil klostridium tetani. Tanda-tanda klinis antara laian : bayi tiba-tiba panas dan tidak mau minum, mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah terangsang, gelisah (kadang-kadang menangis) dan sering 11



kejang disertai sianosis, kaku kuduk sampai opistotonus, ekstremitas terulur dan kaku, dahi berkerut, alis mata terangkat, sudut mulut tertarik ke bawah, muka rhisus sardonikus.  Sindrom Gawat Nafas Neonatus Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekwat (Rilantono, 1999). Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat (sekitar 4 – 6 menit).



12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio plasentae/plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri. Kegawat daruratan maternal dapat terjadi setiap saat selama proses kehamilan, persalinan merupakan masa nifas. Sebelum Anda melakukan deteksi terhadap kegawatdaruratan maternal, maka anda perlu mengetahui apa saja penyebab kematian ibu. Penyebab kematian ibu sangat kompleks, namun penyebab langsung seperti toksemia gravidarum, perdarahan, dan infeksi harus segera ditangani oleh tenaga kesehatan. Oleh karena penyebab terbanyak kematian ibu preeklamsia/eklamsia maka pada pemeriksaan antenatal nantinya harus lebih seksama dan terencana persalinannya. Dengan asuhan antenatal yang sesuai, mayoritas kasus dapat dideteksi secara dini dan minoritas kasus ditemukan secara tidak sengaja sebagai pre eklamsia berat. B. Saran Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan maternal dan neonatal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat. Penanganan yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan



keluarga



di



Indonesia.



Maka, 13



dengan



mempelajari



dan



memahami



kegawatdaruratan maternal dan neonatal, diharapkan bidan dapat memberikan penanganan yang maksimal dan sesuai standar demi kesehatan ibu dan anak.



DAFTAR PUSTAKA Didien Ika Setyarini, M.Keb.Suprapti, SST., M.Kes. 2016 Asuhan-KegawatdaruratanMaternal-Neonatal-Komprehensif. Jakarta : TIM Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta : TIM. Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPSP. Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan. Jakarta : Pustaka Utama. Amelia paraswati. 2015. Konsep Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. http://ameliaparaswati.blogspot.co.id/2015/03/konsep-dasar kegawatdaruratan/.html. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2017 Pukul 16.00 WIB. Arivaturravida. 2012. Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. http://arivaturravida-kegawatdaruratan-dalam-kebidanan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2017 pukul 16.00 WIB.



14



15