Makalah Kel 9 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MERENCANAKAN INSTALASI LISTRIK TEGANGAN RENDAH BANGUNAN SWALAYAN



Disusun oleh Nama Kelompok 9 : 1. Yobel Mauzzi Purba 2. Fadhli Rahman Siregar



(5183131015) (5183131016)



3. Jagar Iwan Panggabean



(5183131017)



4. Edward Manurung



(5183331013)



Dosen Pengampu



: Drs. Nelson Sinaga, M.Pd



Mata Kuliah



: Perencanaan Instalasi Listrik



JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGRI MEDAN 2021



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun tugas makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun makalah ini. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan tugas selanjutnya. Akhir kata semoga tugas yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan dapat memberikan nilai lebih pada proses pembelajaran mata kuliah Perencanaan Instalasi Listrik ini.



Medan, 5 November 2021



Kelompok 9



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................................i DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1 1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1 2.1 Rumusan Masalah......................................................................................................1 3.1 Tujuan Penulisan........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3 2.1 Landasan Teoti..........................................................................................................3 2.2 Merancang Instalasi Penerangan.................................................................................. BAB III SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................... 3.1 Simpulan...................................................................................................................... 3.2 Saran............................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan akan energi listrik sudah menjadi kebutuhan primer bagi setiap masyarakat modern. Hampir setiap bangunan membutuhkan energi listrik yang dapat mendukung aktivitas manusia seperti rumah, sekolah, kantor, dan sebagainya. Kebutuhan energi yang tidak dapat terlepas dalam kehidupan manusia sehari- hari adalah kebutuhan energi listrik terutama penerangan. Bangunan swalayan membutuhkan energi listrik yang lebih besar, oleh karena itu pendistribusian energi listrik harus diperhitungkan sebaik mungkin agar energi listrik dapat terpenuhi dengan baik Penggunaan listrik yang variatif membuat sistem kelistrikan menjadi kompleks, sistem kelistrikan didesain sedemikian rupa untuk menyuplai setiap kebutuhan listrik aktivitas mall agar tidak terjadi gangguan, sistem kelistrikan yang baik adalah sistem kelistrikan yang konsisten, efisien, handal, dan aman. Salah satu caranya adalah dengan sistem distribusi yang lebih bisa diprediksi, mudah dalam perawatannya serta effisien yang memenuhi standart atau spesifikasi instalasi listrik. Setiap gedung yang dibangun memiliki rancangan sistem kelistrikan, rancangannya menyesuaikan keadaan saat gedung baru dibangun, namun seiring berjalan waktu banyak kemungkinan perubahan yang terjadi dan dapat menyebabkan gangguan pada sistem kelistrikan. Karena perubahan-perubahan yang terjadi dibutuhkan evaluasi sistem kelistrikan setiap periode untuk menyesuaikan perubahan keadaan, evaluasi sistem kelistrikan dapat dilakukan dengan analisa instalasi listrik dari gedung dengan kondisi saat ini. Analisa instalasi listrik gedung bergantung pada beban-beban yang digunakan, baik untuk penggunaan skala kecil ataupun besar untuk berbagai keperluan. Beban-beban listrik yang digunakan dipengaruhi oleh faktor jumlah orang dan besar ruangan, semakin besar faktor tersebut maka semakin besar juga kebutuhan listrik. 1.2 Rumusan Masalah Berikut adalah beberapa rumusan masalah dari latar belakang permasalahan tersebut: a. Bagaimana wiring diagram instalasi swalayan yang sesuai standar PUIL 2000 ?



b. Bagaimana jumlah daya listrik yang dibutuhkan oleh swalayan tersebut ? c. Barapa anggaran yang dibutuhkan untuk pemasangan instalasi swalayan tersebut ? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Mengetahui perencanaan wiring diagram instalasi Gedung swalayan b. Mengetahui jumlah daya listrik yang dibutuhkan. c. Mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan instalasi Gedung swalayan



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Landasan Teori A. Instalasi Listrik Instalasi Listrik adalah suatu system/rangkaian yang digunakan untuk menyalurkan daya listrik (electric power) unuk kebutuhan manusia, pada garis besarnya dapat dibagi dalam: 1. Instalasi Penerangan Listrik 2. Instalasi Daya Listrik Yang termasuk di dalam instalasi penerangan listrik adalah seluruh instalasi listrik yang digunakan untuk memberikan daya listrik pada lampu. Pada lampu ini daya listrik/tenaga listrik diubah menjadi cahaya yang digunakan untuk menerangi tempat/bagian sesuai dengan kebutuhannya. Instalasi penerangan listrik ada 2 (dua) macam : 1. Instalasi di dalam gedung/bangunan/rumah 2. Instalasi di luar gedung /bangunan/rumah B. Faktor-faktor dalam merencanakan instalasi listrik Faktor-faktor yang harus diperhatikan di dalam merencanakan suatu instalasi penerangan listrik adalah : 1. Comfort (kenyamanan); berhubungan tingkat pencahayaan pada berbagai fungsi ruangan 2. Estetika (Keindahan); berhubungan dengan jenis warna cahaya dan kekuatan penerangan 3. Memenuhi syarat-syarat teknis C. Syarat-syarat teknis dalam merencanakan instalasi listrik Syarat-syarat teknis di dalam merencanakan instalasi listrik penerangan adalah : 1. Aman bagi manusia, hewan dan barang 2. Material yang dipasang harus mempunyai kualitas yang baik 3. Penghantar (kabel) yang digunakan harus mampu dialiri arus (current carrying capacity) yang lewat



4. Kerugian tegangan / drop voltage pada beban tidak boleh melebihi 2% dari tegangan nominal pada penerangan. D. Prinsip dasar dalam pemasangan instalasi listrik Agar instalasi listrik yang dipasang dapat digunakan secara optimum, maka ada be-berapa prinsip dasar yang perlu sebagai bahan pertimbangan yaitu paling tidak me-menuhi 5K+E (Keamanan, Keandalan, Ketersediaan, Ketercapaian, Keindahan dan Ekonomis 1.



Keamanan: Instalasi harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan



kecelakaan.



Aman



dalam



hal



ini



berarti



tidak



membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya per-alatan listrik dan benda-benda disekitarnya dari suatu kerusakan akibat adanya gangguanganguan seperti hubung singkat, arus lebih, tegangan lebih dan sebagainya. Oleh karena itu pemilihan peralatan yang digunakan harus memenuhi standar dan teknik pemasangannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. 2.



Keandalan: Keandalan atau kelangsungan kerja dalam mensuplai arus listrik ke beban/ konsumen harus terjamin dengan baik. Untuk itu pemasangan instalasi listriknya harus dirancang sedemikian rupa, sehingga kemungkinan terputusnya aliran listrik akibat gangguan ataupun karena untuk pemeliharaan dapat dilakukan sekecil mungkin : a.



Diperbaiki dengan mudah dan cepat



b.



Diisolir pada daerah gangguan saja sehingga konsumen pengguna listrik tidak terganggu.



3.



Ketersediaan: Artinya kesiapan suatu instalasi dalam melayani kebutuhan pemakaian listrik lebih berupa daya, peralatan maupun kemungkinan pengembangan / perluasan instalasi, apabila konsumen melakukan perluasan instalasi, tidak mengganggu sistem instalasi yang sudah ada, dan mudah menghubungkannya dengan sistem instalasi yang baru (tidak banyak merubah dan mengganti peralatan yang ada).



4.



Ketercapaian: Penempatan dalam pemasangan peralatan instalasi listrik relatif mudah dijangkau boleh pengguna, mudah mengoprasikannya dan tidak rumit.



5.



Keindahan:Pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik dapat ditata sedemikian rupa, selagi dapat terlihat rapi dan indah dan tidak menyalahi aturan yang berlaku.



6.



Ekonomis: Perencanaan instalasi listrik harus tepat sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakanbahan dan peralatan seminim mungkin, mudah pemasangannya maupun pemeliharaannya, segi-segi daya listriknya juga harus diperhitungkan sekecil mungkin. Dengan demikian hanya keseluruhan instalasi listrik tersebut baik untuk biaya pemasangan dan biaya pemeliharaannya bisa dibuat semurah mungkin.



2.2 Merancang Instalasi Penerangan A. Berkas rancangan Dalam perencanaan instalasi listrik pada suatu gedung / bangunan, berkas rancangan instalasi listrik terdiri dari : 1. Gambar Situasi: Yang menunjukan gambar posisi gedung /bangunan yang akan dipasang instalasi listriknya terhadap saluran/ jaringan listrik terdekat. Data yang perlu ditulis pada gambar situasi ini adalah alamat lengkap, jarak terhadap sumber listrik terdekat (tiang listrik/ bangunan yang sudah berlistrik) untuk daerah yang sudah ada jaringan listriknya. Bila belum ada jaringan listriknya, perlu digambarkan rencana pemasangan tiang-tiang listrik. 2. Gambar Instalasi: Yang menunjukan gambar denah bangunan (pandangan atas) dengan rencana tata letak perlengkapan listrik dan rencana hubungan perlengkapan listriknya. Saluran masuk langsung ke APP yang biasanya terletak didepan / bagian yang mudah dilihat dari luar. Dari APP ke PHB utama melalui kabel toefoer, yang biasanya berjarak pendek, dan posisinya ada didalam bangunan. Pada PHB ini energi listrik didistribusikan ke beban menjadi beberapa group / kelompok : a. Untuk konsumen domestik / bangunan kecil, dari PHB dibagi menjadi beberapa group dan langsung ke beban. Biasanya dengan sistem satu fasa. b. Untuk konsumen industri karena areanya luas, sehingga jarak ke beban jauh dari PHB utama dibagi menjadi beberapa group cabang / Sub Distribution Panel baru disalurkan ke beban.



3. Diagram Garis Tunggal: Yang menunjukan gambar satu garis dari APP ke PHB utama yang di distribusikan ke beberapa group langsung ke beban (untuk bangunan berkapasitas kecil) dan melalui panel cabang (SDP) maupun sub panel cabang (SSDP) baru ke beban. Pada diagram garis tunggal ini selain pembagian group pada PHB utama/ cabang/ sub cabang juga menginformasikan jenis beban, ukuran dan jenis penghantar, ukuran dan jenis pengaman arusnya, dan system pembumian / pertanahannya. 4. Gambar rinci meliputi : 



Ukuran fisik PHB







Cara pemasangan perlengkapan listrik







Cara pemasangan kabel / penghantar







Cara kerja rangkaian kendali







Dan lain-lain informasi / data yang diperlukan sebagai pelengkap



B. Tata Letak Lampu dan Pembagian Beban Tiap-tiap macam ruangan membutuhkan jumlah dan besar kekuatan lampu yang berbeda jumlah dan kekuatan lampu yang dibutuhkan oleh suatu ruangan tergantung pada



1. macam penggunaan ruangan , setiap macam penggunaan ruang yang berbeda, kebutuhan kekuatan penerangan (lumen per meter persegi atau lux)juga berbeda. 2. luas dan ukuran ruangan, makin luas ruangannya penggunaan lampu makin banyak. 3. keadaan rungan, dinding yang ada memantulkan atau menyerap cahaya. 4. jenis lampu yang dipakai dan system penerangannya Letak dan banyak lampu pada suatu ruangan untuk mendapatkan sinar terbagi rata, kuat penerangannya dapat dinyatakan dengan rumus:



I EB =cos3α h2 𝐄𝐁 : Kuat penerangan di B (lemah/m2 atau lux) I : Kuat cahaya dari lampu (elemen) h : Tinggi lampu dari bidang kerja. a : Sudut penyinaran C. Penentuan Banyak Kelompok Penerangan



Menurut Peraturan Umum Instalasi Listrik di Indonesia (Pasal 661 C1) : “Instalasi penerangan harus dibagi dalam group-group (kelompok) dan setiap group harus diamankan sendiri-sendiri dengan pengaman arus lebih (sekring) dan saklar. Banyaknya titik-titik pengambilan arus untuk setiap group paling banyak 9 titik”. Pada instalasi yang mempergunakan supply 3 phase untuk memudahkan dalam menentukan keseimbangan beban nantinya sebaiknya (tidak mutlak) dibuat agar banyaknya group merupakan angka kelipatan tiga. Setelah ditentukan berapa banyaknya group/kelompok penerangan kemudian ditentukan lampu-lampu atau stop kontak-stop kontak manakah yang ikut dalam tiap-tiap group tersebut. Untuk menentukannya maka perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: a. Sebaiknya jarak tiap-tiap pengambilan arus untuk setiap group jangan terlalu jauh atau menyebar, hingga hantaran yang digunakan tidak terlalu panjang (ingat rugi-rugi tegangan dan harga kawat). b. Sedapat mungkin setiap group memerlukan daya yang sama/hampir sama, sehingga dalam menenentukan keseimbangan mudah. c. Dalam satu ruangan hendaknya dibagi dalam beberapa group dan sebaiknya setiap group berlainan phasenya karena bila salah satu group mati masih ada supply listrik dari group yang lain. d. Untuk gedung-gedung yang besar, misalnya gedung kuliah, bengkel kerja, gedung pertunjukan dan sebagainya penerangan harus dibagi sekurangkurangnya 2 group dan setiap group dipasang dalam phase yang berlainan. D. Penentuan Keseimbangan Beban Pada rumah-rumah atau gedung-gedung yang besar dimana tenaga listrik yang tersedia terdiri dari 3 phase, maka harus dihitung/ direncanakan agar beban tiap-tiap phasenya sama atau berbeda sedikit sekali, sehingga ketiga fasenya akan seimbang. Cara menentukan/ merencanakan keseimbangan beban ini dilakukan dengan jalan coba-coba. Beban tiap-tiap group dihitung, kemudian dicoba-coba. Beban tiap-tiap group dihitung, kemudian dicoba dimasukkan dalam tiap-tiap phase sehingga diperoleh keseimbangan. Oleh karena itu akan mudah menentukan keseimbangan beban ini apabila jumlah group dapat dibagi 3 (kelipatan tiga) dan beban tiap group sama atau hampir sama.



E. Menentukan Ukuran Sekering dan Penghantar Yang dimaksud ukuran sekring disini adalah besarnya arus “rating”/arus nominal dari sekring. Sedang yang dimaksud ukuran penghantar disini adalah ukuran luas penampang kawat penghantar tadi. Faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran kawat penghantar yang dipergunakan untuk suatu instalasi adalah sebagai berikut : 1. Kuat arus yang dibutuhkan beban, yang mengalir ada kawat penghantar tersebut. 2. Jenis kawat/macam isolasi kawat yang dipakai. Kemampuan menyalurkan arus (current carrying capasity) besarnya tergantung dari jenis kawat/macam isolasi kawat yang dipakai dan ukuran kawat. 3. Kerugian tenaga dan kerugian tegangan (voltage drop) maximum diperkenankan yaitu makin besar ukuran kawat penghantar, makin kecil rugirugi Adapun cara menentukan ukuran sekring dan kawat penghantar yang dipakai untuk pemasngan suatu instalasi penerangan adalah sebagai berikut ; Dihitung lebih dulu berapa watt seluruh beban pada kawat penghantar tersebut berdasarkan besar beban itu, dihitung besar arus listrik (ampere) yang mengalir pada kawat yaitu dengan menggunakan rumus ; 1.



Untuk arus bolak-balik 1 fasa P I= V cos φ



2. Untuk arus bolak balik 3 Phasa



I I= √3 V cos φ 3. Untuk Arus Searah P I= V dimana: I= arus yang mengalir pada kawat (Ampere)



P



= besar muatan/daya (Watt)



V



= tegangan antar kawat (Volt)



Cos 𝜑 = faktor daya dari beban F. Komponen- Komponen instalasi penerangan Komponen-komponen instalasi listrik ada beberapa macam, antara lain: 1. Pengaman: adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi sistem instalasi dari beban yang melebihi kemampuannya. Biasanya arus yang mengalir pada suatu penghantar akan menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun pada alat listriknya sendiri. 2. Sakelar: adalah komponen instalasi yang berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik. Sakelar ada kalanya disebut sakelar beban, memiliki pemutusan sesaat. Pada saat sakelarnya akan membuka untuk memutuskan rangkaian, sebuah pegas akan diregangkan. Pegas inilah yang menggerakkan sakelarnya sehingga dapat memutuskan rangkaian dalam waktu yang sangat pendek. Jadi kecepatan pemutusannya ditentukan oleh pegas dan tidak



tergantung



pada



pelayanannya.



karena



cepatnya



pemutusan,



kemungkinan timbulnya busur api antara kontak-kotak pemutusan hanya kecil 3. Kotak perangkat Hubung Bagi (PHB): adalah suatu perlengkapan instalasi listrik yang dilengkapi alat-alat pengaman sesuai persyaratan yang telah ditentukan. Kotak PHB harus dibuat dari bahan yang tidak dapat terbakar, tahan lembab dan kukuh (ayat 610 A1). Pada setiap hantaran fasa keluar suatu perlengkapan hubung bagi harus dipasang pengaman arus (ayat 602 D1). Pada hantaran netral tidak boleh dipasang pengaman arus, kecuali bila potensial hantaran netralnya tidak selalu mendekati potensial tanah. Setiap peralatan listrik, kecuali kotak-kontak dengan kemampuan hantar arus nominal 16 A atau lebih, harus merupakan rangkaian akhir tersendiri kecuali jika peralatan tersebut bagian yang tidak terpisahkan dari suatu unit instalasi (ayat 602 N1). 4. Fitting: adalah tempat memasang bola lampu listrik, dan menurut penggunaannya dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : fitting duduk, fitting gantung, dan fitting kedap air. 5. Kotak-kontak: merupakan tempat untuk mendapatkan sumber tegangan listrik yang diperlukan untuk benda yang menggunakan listrik (alat-alat elektronik,



alat-alat rumah tangga, dan lain sebagainya). Tegangan Sumber listrik ini diperoleh dari hantaran fasa dan netral yang berasal dari PLN. Kotak-kontak harus dibuat dari bahan khusus yang tidak dapat terbakar, tahan lembab dan cukup kuat. Supaya tercapai kontak yang baik, tabung-tabung kontak dibuat berpegas. Pemasangan kotak-kontak pada rumah umumnya ditanam di dalam kotak tanam pada dinding. Simbol dan bentuk kotak-kontak dapat dilihat pada gambar. 6. Kabel penghantar: merupakan suatu bahan yang dapat menghantarkan arus listrik. Penghantar yang digunakan pada instalasi listrik pada umumnya menggunakan bahan tembaga dan alumunium. 7. Lampu Penerangan: merupakan alat yang berfungsi sebagai penerang ruangan. Lampu penerangan beragam jenisnya, antara lain : lampu pijar, lampu Tube Luminescent (TL), Lampu hologen, dan lain sebagainya. 8. Pipa Instalasi: digunakan untuk pemasangan kabel listrik yang dihubungkan dengan sakelar, kotak-kontak, kotak hubung bagi dan sambungan listrik lainya, serta untuk melindungi bahaya listrik terhadap sentuhan langsung dengan manusia. Pipa ini dapat dibedakan menjadi pipa baja yang di cat dengan meni, pipa PVC, dan pipa fleksibel. 9. Kotak sambung: penyambungan kabel atau kawat dalam instalasi listrik harus dilakukan dalam kotak sambung dan tidak boleh dilakukan dalam pipa, sebab dikhawatirkan akan mengalami putus akibat penarikan, selain itu sambungan listrik dalam pipa pelat akan memudahkan terjadi kontak listrik dengan pipa sehingga berbahaya bagi manusia. 10. Lasdop: adalah suatu alat bantu instalasi yang berfungsi menutup sambungan sehingga aman dari sentuhan luar. Sebelum sambungan ditutup dengan lasdop, terlebih dahulu sambungan tersebut dibungkus dengan isolasi. 11. Roset kayu: adalah suatu komponen instalasi yang terbuat dari bahan kayu. Komponen ini digunakan pada pemasangan instalasi rumah kayu. Komponen ini berfungsi sebagai tempat untuk menempelkan sakelar, fitting, kotakkontak, dan kotak sambung pada instalasi rumah kayu. 12. Elbow: digunakan pada pemasangan pipa instalasi di sudut-sudut ruangan. Elbow terbuat dari bahan yang sama dengan pipa instalasi, yaitu dari bahan PVC dan baja.







REKAPITULASI DAYA



Beban 1. 14 Lampu TL ( 9 x 40 W ) 450 W 2. 5 Stop Kontak 350 W 1. 1 Lampu TL 40 W 2. 1 Stop Kontak 350 W



Ruangan RUANG UTAMA SWALAYAN



Kelompok 2



Lampu TL (6 x 40 = 240 w ) Stop Kontak (2 x 350 = 700 w ) Total = 940 w



Lampu TL (8 x 40 = 320 w) Stop Kontak (3 x 350 = 1050 w ) Total = 1370 Lampu TL (1 x 40 = 40 w ) Stop Kontak (1 x 350 = 350 w ) Total = 390 w



KASIR



1. 2 Lampu TL 2 x 40 W ( 80 W) 2. 2 Stop kontak 2 x 350 W



GUDANG



1. 2 Lampu LED (2 x 10 W) 20 W



WC



1. 2 Lampu LED (2 x 10 W ) 20 W



TERAS



Arus Beban



Kelompok 1



Lampu TL (3 x 40 = 120 w ) Stop Kontak (2 x 350 = 700 w ) Total = 820 w Lampu LED (2 x 10 = 20 w)



Lampu LED (2 x 10 = 20 w)



I=



1780 =8,09 A 220



I=



 Total beban kelompok 1 = 1780 W dan I = 8,09 A  Total beban kelompok 2 = 1780 W dan I = 8,09 A  MCB untuk kelompok 1 = 10 A  MCB untuk kelompok 2 = 10 A Total beban keseluruhan = 3560 W Volt = 220 V I = Arus total = 16,1 A Jadi MCB utama yang digunakan adalah 20 Ampere dan DAYA yang digunakan kapaditas 4400 VA



1780 =8,09 A 220







REKAPITULASI BIAYA BAHAN



Material



Banyak



Harga



Total Harga



Saklar Tunggal



7 Buah



Rp. 16.000



Rp.112.000



Saklar Seri



1 Buah



Rp. 16.000



Rp.16.000



Stop Kontak



8 Buah



Rp. 13.000



Rp.104.000



PHB



1 Buah



Rp. 350.000



Rp.350.000



Lampu TL 40 w



18 Buah



Rp.85.000



Rp.1.530.000



MCB 10 A



2 Buah



Rp.35.000



Rp.70.000



Lampu LED 10 w



4 Buah



Rp.65.000



Rp.260.000



Kabel NYA



2 Roll



Rp.420.000



Rp.840.000



Fitting



22 Buah



Rp.23.000



Rp.506.000



Pipa PVC



8 Batang



Rp.8.000



Rp.64.000



Elbow



20 Buah



Rp.2000



Rp.40.000



T.Dos



10 Buah



Rp.2000



Rp.20.000



Isolasi



2 Buah



Rp.6000



Rp.12.000



Klem



1 Kotak



Rp.12.000



Rp.12.000 Rp.3.930.000



Total Biaya







REKAPITULASI PEMASANGAN INSTALASI SWALAYAN o Biaya pemasanngan satu titik lampu = Rp.100.000 o Biaya pemasanngan satu titik Stop kontak = Rp.100.000 Jadi jika jumlah lampu yang akan dipasang pada instalasi Swalayan = 22 Buah



dan Stop kontak = 8 Buah, Maka total titik yang akan dipasang 30 titik. Maka hasil perhitungan jumlah biaya pemasangan instalasi listrik pada Swalayan adalah 30 titik X Rp.100.000 = Rp 3.000.000. 



GAMBAR DENAH PEMASANGAN INSTALASI PADA SWALAYAN



BAB III SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan Dalam merancang instalasi penerangan gedung swalayan haruslah sesuai dengan persyaratan umum instalasi listrik. Merancang instalasi penerangan gedung swalayan haruslah menetukan kelompok / group penerangan dari setiap beban sehingga kita dapat menentukan keseimbangan beban dan juga dapat menentukan ukuran pengaman pada setiap kelompok / group penerangan dan juga dapat mengetahui berapa ukuran penghantar yang akan digunakan nanti dalam pemasangan instalasi listrik 3.2 Saran Makalah ini dibuat sebagai tugas rutin dari setiap pertemuannya, untuk itu penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat membaca atau menambah pengetahuan mengenai instalasi listrik dengan membaca refernsi lain mengenai instalasi listrik, baik di buku cetak maupun secara online di internet.



DAFTAR PUSTAKA Arismunandar A & Kuwahara S. 1991. Teknik Tenaga Listrik, Jilid III, Jakarta. PT. Pramadnya Paramita, Gunter SG. 1987. Electrical Installation Handbook. Volume 1. England.Siemens. Heru S & Sulaeman. 2009. Materi SErtifikasi



Pelatihan



Keahlian



Teknik



Listrik.



Jakarta. Asosiasi Profesionalis Elektrikal Indonesia ( APEI). PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). Yayayan PUIL. Jakarta. Setiawan. HV. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat 1. Bandung. Bina Cipta. Syofian, A., & Novendri, H. A. (2017). Evaluasi Sistem Kelistrikan Pada Gedung Bertingkat Plaza Andalas Padang. JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP