Makalah Kelompok 2 - Kontruksi Dan Pengukuran BK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEGIATAN KONTRUKSI DAN PENGUKURAN BIMBINGAN KONSELING “PENULISAN AITEM FORMAT DAN KAIDAH”



KELOMPOK 3 KELAS S5C : 1. Angga Maulana



201901500479



2. Bondan Prakoso



201901500474



3. Dheriny Wulansari



201901500472



4. Jihan Nur Haliza



201901500612



5. Johan Sutrisno



201901500593



FAKULTAS IMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI



2021



2



KATA PENGANTAR Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kemampuan, dan kesehatan serta kenikmatan yang telah diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang Insya Allah bermanfaat bagi kita. Tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kegiatan Kontruksi dan Pengukuran Bimbingan Konseling” di bawah bimbingan Ibu Tati Indriani, S.Pd., M.M., M.A Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca, serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan pengetahuan kita tentang Persepsi dan pengukurannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan maka dengan ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis mohon maaf jika ada kata yang kurang berkenan.



Jakarta, September 2021



Penyusun



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malasah ................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 1 C. Tujuan Pembahasan .......................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN



A. Penulisan Aitem ........................................................ 2 B. Format Aitem .................................................................... 6 C. Format Respon .................................................................. 7 D. Kaidah Penulisan Aitem .................................................... 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 12 B. Saran ................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 13



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain. Alat ukur atau instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan, maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan yang tepat Alat ukur atau instrumen yang akan disusun selain harus memiliki validitas Juga harus memiliki reliabilitas yang baik dan juga harus mengerti tentang Langkah-langkah dan tahapan dalam penyusunan alat ukur .Dalam makalah ini kami akan membahas dan menjelaskan tentang Langkah – Langkah dan Tahapan dalam penyusunan alat ukur. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu aitem 2. Bagaimana penulisan aiten? 3. Bagaimana respon dalam penulisan aitem? 4. Bagaimana format penulisan aitem? 5. Bagaimana kaidah dalam penulisan aitem? C. Tujuan Pembahasan Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mendeskripsikan: 1. Jenis penulisan aitem 2. Format penulisan aitem 3. Format respon penulisan aitem 4. Komponen aplikasi instrumentasi, 5. Format kaidah dalam penulisan aitem



1



BAB II PEMBAHASAN A. Penulisan Aitem Perbandingan proposional bobot aspek tersebut sedapat mungkin didasari oleh teori atau hasil analisis factor yang telah pernah dilakukan sebelumnya .Apabila tidak diperoleh laporan hasil analisis factor,maka pembobotan aspek keperilakuan dapat dikembalikan pada penilaian para ahli berdasarkan kepatutan akal (common sense) .Dalam banyak kasus ,bila tidak diperoleh alas an untuk menggangap adanya sebagian aspek yang lebih signifikan disbanding aspek lainya,maka perbandingan proposional aitem dibuat mengikuti saja perbandingan banyaknya indicator setiap aspek,atau dapat juga semua aspek diberi bobot sama. Penyajian muatan atau bobot aspek secara proposiaonal dalam bentuk persentase dengan mudah dapat dieterjemahkan ke dalam bilangan yang menunjukan banyaknya aitem pada masing-masing aspek yang bersangkutan bilamana jumlah aitem secara keseluruhan telah ditetapkan oleh spesifikasi skala. Bahkan tabel kisi-kisi dapat dibuat lebih mendetail dengan memuat proposi atau persentase aitem yang harus ditulis dalam arah favorable (favorable) dan aitem yang harus ditulis dalam arah unfavorable (tidak favorable) ,kecuali kalu sudah ditentukan lebih dahulu bahwa jumlah aitem favorable dan tidak favprabel dibuat kurang lebih sama banyak pada masing-masing indicator. Aitem Favorable dan Aitem Tidak Favorable Aspek keperilakuan harus selalu dirumuskan dalam arah favorable (favorable) yaitu berisi konsep keperilakuan yang sesuai atau mendukung atribut yang diukur.Begitu pula halnya indicator keperilakuan harus selalu dirumuskan dalam kalimat favorable yaitu yang menggambarkan secara operasional perilaku yang mendukung cirri aspek keperilakuanya .Hal tersebut tidak berlaku dalam penulisan aitem.Aitem selain ditulis dalam arah favorable dapat juga ditulis dalam arah tidak favorable ,yaitu yang isinya bertentanggan atau tidak mendukung cirri perilaku yang dikehendaki oleh indicator keperilakuanya. Aitem-aitem skala yang berupan pernyataan memang dapat ditulis dalam salah-satu dari kedua arah tersebut. Aitem ini disebut berarah favorable apabila isinya menggambarkan dukungan keberfihakan atau menunjukkan kesesuaian dengan deskripsi keperilakuan pada indikatornya (dalam beberapa bentuk skala, favorable berarti mendukung langsung atribut yang diukur). Sebagai contoh,dalam pengukuran Semangat Kerja maka aitem yang berbunyi.



2



Penulisan Item Tipe Pilihan Ganda Item pilihan ganda umumnya terdiri atas suatu kalimat pernyataan atau kalimat pertanyaan (yang disebut steam) dan beberapa pilihan jawaban yang disebut alternatif atau options. Salah satu diantara alternatif merupakan jawaban terbaik yang disebut key atau kunci jawaban, sedangan alternatif lainnya adalah jawaban yang salah yang disebut distraktor. Suatu item pilihan ganda dapat dikembangkan dari suatu problem atau dari suatu proposisi. Dikatakan bahwa item yang didasarkan pada suatu problem umumnya mengukur abilitas atau kemampuan, sedangkan item yang didasarkan pada proposisi umumnya mengukur pengetahuan. Pada umumnya item tes objektif tipe pilihan ganda banyak didasarkan pada proposisi, yaitu suatu kalimat sederhana yang dapat dinyatakan sebagai benar atau salah. Proposisi ini dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dalam tipe pilihan ganda jawabannya tidak sekedar benar dan salah akan tetap berupa pilihan terhadap pernyataan yang paling benar atau yang paling tepat. Langkah awal dalam mengembangkan suatu item pilihan ganda yang didasarkan pada proposisi adalah memilih suatu proposisi yang penting, yaitu suatu proposisi yang menyatakan ide atau gagasan tunggal yang benar akantetapi dapat disangka salah. Kemudian dicari beberapa alternatif yang berlawanan dengan proposisi itu. Proposisi yang akan dipakai dalam penulisan item ini hendaklah proposisi yang penting dan relevan, karena efektivitas tes akan sangat tergantung pada kualitas proposisi yang digunakan. Langkah berikutnya adalah menentukan kata kunci atau bagian kalimat yang menjadi pokok proposisi, yang apabila diganti dengan kata alternatif, akan membuat proposisi itu menjadi salah. Dibawah ini merupakan ilustrasi penerapan cara penulisan item pilihan ganda. • • • • • • • • • • •



Item hendaklah menanyakan hal yang ada gunanya untuk diketahui. Tulislah item yang berisi pernyataan pasti. Utamakan item yang mengandung pernyataan umum yang bertahan lama. Buatlah item yang berisi hanya satu gagasan saja. Buatlah item yang menyatakan inti pertanyaan dengan jelas. Gunakan kalimat sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Sebaiknya item tidak didasari oleh pernyataan negatif. Gunakan bahasa yang jelas, kata yang sederhana, dan pernyataan yang langsung dalam menulis item. Item harus menawarkan alternatif bagi isi pernyataan yang paling penting. Berikan alternatif jawaban yang jelas berbeda. Alternatif yang ditawarkan hendaknya mempunyai stuktur dan arti yang sejajar atau dalam satu kategori. Penggunaan alternatif yang semata-mata meniadakan atau bertentangan dengan alternatif lain, haruslah dihindari.



3



• • • •



Bilamana mungkin, susunlah alternatif dalam urutan besarnya atau urutan logisnya. Penggunaan alternatif “bukan salah satu di atas” atau “semua yang di atas” hanya baik apabila kebenaran bersifat mutlak dan bukan sematamata masalah lebih dan kurang baik atau masalah kebenaran relatif. Jangan menjebak subjek dengan menanyakan hal yang tidak ada jawabannya. Hindari penggunaan kata-kata yang dapat dijadikan petunjuk menjawab oleh subjek.



Penulisan Tipe Aitem Benar - Salah Item tipe benar salah berupa suatu pernyataan mengenai objek ukur yang diujikan yang diikuti oleh dua alternatif jawaban, yaitu benar dan salah. Kesimpulan mengenai kebenaran pernyataan akan ditunjukkan pada pilihan yang diambilya pada alternatife yang tersedia. Tergantung pada tingkat kompetensi yang diungkap oleh isi pernyataan itu, maka untuk dapat memberikan jawaban benar atau salah akan dituntut kemampuan menurut tingkat penguasaan yang berbeda-beda. Item-item tes yang mempunyai tipe benar-salah harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya. • • • • •



Item haruslah mengungkap ide atau gagasan yang penting. Item hendaknya menguji pemahaman, jangan hanya mengungkap ingatan mengenai suatu fakta atau hafalan. Kebenaran atau ketidakbenaran suatu item haruslah mutlak. Item harus menguji pengetahuan yang spesifik dan jawabannya tidak jelas bagi semua orang, kucuali bagi mereka yang menguasai pelajaran. Item harus dinyatakan dengan jelas.



Penulisan Aitem Tipe Jawaban Pendek Item tipe jawaban pendek berupa kalimat pernyataan yang harus dijawab dengan jawaban singkat, umumnya tidak lebih dari satu atau dua kata, atau berupa kalimat pernyataan yang belum selesai sehingga subjek harus mengisikan kata untuk melengkapi kalimat tersebut. Keunggulan item tipe ini sebetulnya terletak pada kemudahan menulisnya serta banyaknya jumlah item yang dapat dicakup dalam setiap pengenaan tes. Hanya saja biasanya item tipe jawaban pendek sulit utuk digunakan mengungkap taraf kompetensi yang tinggi dan karenanya lebih cocok untuk dikenakan pada siswa dari tingkat pendidikan dasar. Petunjuk penulisan item tipe jawaban pendek adalah:



4



• • • • •



Pertanyaan atau pernyataan item harus dtulis dengan hati-hati sehingga dapat dijawab dengan satu jawaban pasti. Sebaiknya pikirkan jawabannya lebih dahulu baru kemudian menulis pertanyaannya. Gunakan pertanyaan langsung, kecuali bilamana model kalimat tak selesai akan memungkinkan jawaban yang lebih jelas. Usahakan agar dalam pertanyaan tidak terdapat petunjuk yang mungkin digunakan oleh subjek dalam menjawab item. Jangan menggunakan kata atau kalimat yang langsung dikutip dari buku.



Penulisan Aitem Tipe Pasangan Item tipe pasangan agak menyerupai item tipe pilihan ganda dalam arti tugas penjawab adalah memilih diantara beberapa pilihan yang cocok untuk dipasangkan dengan stimulus yang ada. Item tipe pasangan disajikan dalam dua kelompok atau dua bagian, yang sebelah kiri adalah kumpulan stimulus yang disebut premis dan disebelah kanan adalah kumpulan kata yang harus dipasangkan dengan premis yang disebut sebagai respon. Beberapa petunjuk penulisan item pasangan adalah sebagai berikut. • • • • •



Premis dan respon hendaknya dibuat dalam jumlah yang tidak sama. Baik premis maupun respon hendaknya masing-masing berisi hal yang homogen, yaitu dari sejenis kategori isi. Usahakan agar premis dan responnya berisi kalimat-kalimat atau kata yang pendek. Buatlah petunjuk pemasangan yang jelas sehingga subjek mengetahui dasar apakah yang harus digunakan dalam memasangkan premis dan respon. Susunlah premis dan respon masing-masing secara alfabetis.



Penulisan Aitem Tipe Kerangka Item tipe karangan, dari segi pemberian skornya, biasanya tidak digolongkan sebagai item objektif. Tipe ini sangat populer dikarenakan mudahnya ditulis, dan bagi sebagaian orang dianggap sebagai cara terbaik untuk mengungkap kemampuan mengorganisir fikiran dan menyatakan pengetahuan secara lengkap. Item tipe karangan berbentuk suatu pertanyaan, biasanya pendek, yang menuntut subjek untuk memberikan jawaban yang terurai. Dikarenakan jawaban yang diberika selalu dalam bentuk ekpresi tulis yang panjang, maka biasanya suatu tes yang ditulis dalam tipe karangan tidak dapat berisi banyak item. Oleh karena itu, perlu pertimbangan dari pihak penulis item agar hanya



5



menanyakan hal-hal penting yang kiranya dapat mengungkap pemahaman subjek secara komprehensif. Beberapa petunjuk penulisan item tes karangan. • • • • • •



Berikan pertanyaan atau tugas yang menghendaki agar subjek menunjukkan penguasaan pengetahuan yang penting. Buatlah pertanyaan yang arah jawabannya pasti, sehingga para ahli dapat setuju bahwa satu jawaban akan lebih baik daripada lainnya. Sebaiknya tidak menanyakan sikap atau pendapat. Sebaiknya pertanyaan diawali dengan kata-kata seperti: bandingkan, berikan alasan, jelaskan mengapa, beri contoh, dan semacamnya. Jangan beri kesempatan subjek untuk memilih hanya sebagian diantara pertanyaan yang disediakan untuk dijawabnya. Sebaiknya tulis dahulu suatu jawaban ideal, baru kemudian menyusun pertanyaannya.



B. Format Aitem Pada dasarnya format aitem dalam penyusunan skala psikologi dibedakan bentuknya menjadi dua macam, yaitu: •







bentuk pernyataan : format pernyataan berupa serangkaian kalimat deklaratif yang didahului oleh beberapa baris kalimat/gambar sebagai stimulus kemudian diikuti oleh pernyataan berkenaan dengan stimulus tersebut. bentuk pertanyaan : dibuat dalam serangkaian kalimat tanya atau didahului oleh stimulus berupa beberapa kalimat/gambar.



Penulisan aitem dapat dilakukan apabila komponen-komponen atribut telah jelas identifikasinya atau bila indikator-indikator perilaku telah dirumuskan dengan benar. Biasanya komponen-komponen atribut dan indikator-indikator perilaku disajikan sebagai bagian dari blue-print skala. Di samping memberikan gambaran mengenai isi dan dimensi kawasan ukur, blue-print akan menjadi acuan dalam penulisan aitem. Penulisan aitem sendiri harus pula selalu memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang sudah ditentukan. Pada tahapan awal penulisan aitem, umumnya dibuat aitem yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada jumlah yang dispesifikasikan oleh blue-printnya. 1. Format Aitem Bentuk pernyataan dengan pilihan Disajikan dalam kalimat pernyataan (kalimat deklaratif) mengenai atribut yang diukur atau kalimat pernyataan mengenai situasi yang mengandung indikasiperilaku tersebut. Contoh: Merasa gelisah di kantor memikirkan keadaan anak-anak di rumah



6



[TP] [KD] [SR] [SL] Ket: Pernyataan di atas contoh skala konflik peran ganda TP= Tidak Pernah KD= Kadang-kadang SR= Sering SL= Selalu Bentuk pertanyaan Disajikan dalam kalimat tanya, dan subjek memilih sikap atau jawaban sesuai kondisinya.



C. Format Respon Pada bentuk-bentuk skala psikologi yang populer, aitem-aitem hampir selalu disajikan dalam bentuk yang meminta subjek untuk memilih jawaban yang telah disediakan. Skala psikologi dapat direspons dengan berbagai bentuk perilaku, sepertimenggambar (pada skala proyektif), menjawab dengan kata-kata, memilihjawaban dan lainnya. Namun, yang sering digunakan adalah subjek disuruhmemilih dari jawaban yang telah disediakan. Adapun untuk rentang jawabandiusahakan tidak terlalu banyak (7 sudah banyak), dikarenakan akanmengaburkan batas-batas antar jawaban. • Respon negatif dan respon positif Respon terhadap pernyataan dalam aitem paling tidak ada dua macam yaitu, respon negatif dan respon positif. Respon negatif adalah respon yang menentang atau menegasikan isi pernyataan sedangkan respon positif adalah yang mendukung terhadap isi pernyataan. Baik negatif maupun respon positif dapat dibuat berjenjang dengan mengunakan kata “ agak “ atau kata “ sangat “ sehingga diperoleh diferensiasi yang lebih tajam. Setiap penambahan satu jenjang respon negatif harus diikuti oleh penambahan satu jenjang yang setara dan simetrik pada pilihan respon positif. Respon negatif : respon yang menentang atau menegasikan isi pernyataan. Respon positif : respon yang mendukung atau afirmatif pada isi pernyataan.



D. Kaidah Penulisan Aitem Untuk menghasilkan aitem dengan kualitas baik ,yaitu berfungsi selaras dan signifikan sebagai bagian dari skala serta mendukung validitas konstrak yang



7



dibangun,maka aitem harus ditulis mengikuti indicator keperilakuan yang sudah dirumuskan dalam kisi-kisi dan berpedoman pada kaidah penulisan. Beberapa diantaranya kaidah penting dalam penulisan yang perlu diperhatikan dan diikuti oleh penulis aitem adalah: 1. Gunakan kata dan kalimat yang sederhana,jelas dan mudah dimengerti oleh responden namun tetap harus mengikuti tata tulis dan tata bahasa Indonesia yang baku. Kalimat yang rumit hanya akan menyulitkan subjek dalam memahami maksud aitem.Subjek mudah salah paham dan akibatnya tentu saja jawaban yang ia berikan tidak akan memberikan gambaran yang benar mengenai dirinya.Kalimat yang sulit difahami dapat mengurangi minat dan kesungguhan subjek dalam menjawab. Penggunaan Bahasa Indonesia baku adalah keharusan kecuali pada skalaskala yang ditunjukan khusus bagi budaya tertentu yang mengunakan bahasa daerah yang dipahami oleh subyek. 2. Tulis aitem dengan berhati-hati sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda terhadap kata dan istilah yamg digunakan. Hindari penggunaan istilah-istilah khusu yang dikenal hanya dalam lingkungan terbatas.istilah yang tidak begitu populer mudah disalahartikan oleh responden. Berikut ini adalah contoh aitem yang berisi istilah yang dapat menimbulkan salah pengertian: “Saya akan menjadi pendengar yang baik,bila ada karyawan yang mengeluh.” Problem pada aitem di atas terletak pada makna istilah “pendengar yang baik” yang dapat bersifat tidak favorabel.Bila yang dimaksudkan sebagai pendengar yng baik adalah seseorang yang dapat menjadi tempat curahan dan memahami orang lain dengan penuh empati,tentu aitem tersebut termasuk aitem yang favorabel.sebaliknya bila yang dimaksud dengan pendengar yang baik adalah seseorang yang hanya mau mendengarkan tanpa perlu memberi komentar atau bersikap kritis ,sebagaiman istilah itu biasanya digunakan dalam pergaulan kelompok tertentu ,maka aitem tersebut menjadi bersifat tidak favorabel .Dengan demikian perbedaan respon akan menjadi tergantung perbedaan individual pada aspek yang diukur. 3. Ingat bahwa aitem harus selalu mengacu pada indikator keperilakuan ,karena itu janggan menulis aitem yang langsung berkaitan dengan atribut yang diukur. Berikut ini adalah salah satu aitem yang pernah ditulis oleh seseorang mahasiswa yang dimaksudkan guna mengungapkan atribut Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun: “Saya merasa cemas akan kesepian setelah pensiun”



8



Aitem seperti di atas ,apabila dijawab oleh subyek dengan respon positif seperti SESUAI atau YA mak harus langsung disimpulkan bahwa subyek merasa cemas ,begitu pula apabila diperoleh jawaban negatif TIDAK harus diartikan bahwa subyek tidak merasa cemas.Lalu apa guna aitem-aitem yang lain?inilah contoh aitem yang ditulis langsung dan tidak tepat untuk digunakan dalam skala.hendaknya dibuat aitem yang berupa suatu pernyataan tidak langsung mengenai kecemasan sebagai atribut yang diukur ,tetapi berupa pernyataan mengenai indikator keperilakuanya seperti: “Saya sulit untuk berkonsentrasi dengan pekerjaan bila mengingat masa pensiun sudah dekat.” Yang mengacu pada gangguan konsentrasi sebagai salah satu indikator kecemasan.Jawaban YA pada aitem ini tentu saja baru merupakan sebagian banyak dari indikasi kecemasan yang masih perlu didukung oleh jawaban terhadap aitem-aitem yang lainnya. Begitu pula jawaban TIDAK baru merupakan salah satu pertanda saja dari banyak indikasi tidak adanya kecemasan. 4. SelaluSelalu perhatikan indikator perilaku apa yang hendak diungkap sehingga stimulus dan pilihan jawaban tepat relevan dengan tujuan pengukuran Biasanya ketika penulis aitem telah mengahabiskan terlau banyak waktu mengerahkan segenap kemampuan dan kreativitasnya dalam “menciptakan “aitem ,akan ada semacam kecenderungan untuk kehilangan arah sehingga secara tidak sadar mulai menulis aitem-aitem yang sebenarnya kurang relevan dengan tujuan pengukuran.Penulisan aiem bukan pekerjaan yang dapat selesai dengan sekali duduk.Oleh karena itu janggan memaksakan diri bila mulai merasa lelah ,dan bila memusatkan pikiran pada aitem janggan pernah melepaskan perhatian pda indikator keperilakuan yang hendak diungkap. 5. Cobalah menguji pilihan-pilihan jawaban yang yang telah ditulis .Adakah perbedaan arti dan makna antara dua pilihan yang berbeda sesuai dengan indikator keperilakuannya,apabila tidak ada beda makna yang jelas maka aitem yang bersangkutan tidak memiliki daya beda. Fungsi aitem sebenarnya adalah membedakan individu pada aspek yang diukur berdasarkan responnya terhadap aitem tersebut.Perhatikan contoh aitem yang pernah ditulis untuk mengungapkan Semangat Kerja,berikut ini: “Pekerjaan saya menuntut berbagai macam kemampuan.” Dipandang dari segi tingginya semangat kerja yang hendak diungkap,apkah perbedaan individu yang menjawab YA dan yang menjawab TIDAK terhadap aitem di atas?Tidak ada,karena individu yang memiliki swemangat kerja tinggi dan individu yang tidak memiliki semngat kerja memiliki peluang yang sama besar untuk memiklih jawaban mana saja.Hal ini atau karena terjadi karena isi aitem yang tidak relevan denag tujuan ukur atau karena isi aitem lebih bersifat fakta atau dapat dianggap fakta sehingga jawaban subyek lebih 9



ditentuka n faktor lain,bukan oleh faktor semangat kerjanya. Bandingkan dengan aitem berikut: “Saya berangkat kerja dengan hati yang tidak mantap.” Yang jelas akan mampu memancing respon berbeda.Karena aitem ini bersifat tidak –favorabel maka subyek yang memilih jawaban YA berarti memiliki indikasi kurang bersemangat kerja sedangkan individu yang memilih jawaban TIDAK berarti meiliki pertanda semangat yang tinggi. 6. Perhatikan bahwa isi aitem tidak boleh mengandung social desirability yang tinggi yaitu aitem yang isinya sesuai dengan keingginan sosialnya umumnya atau tidak dianggap baik oleh norma sosial.Aitem yang bermuatan social desirability tinggicenderung akan disetujui atau didukung oleh semua orang semata-mata karena orang berfikir normatif bukan karena isi aitem iru sesuai dengan perasaan atau keadaan dirinya. Sebagai contoh ,untuk pengukuran Asertivitas,suatu aitem ditulis sebagai berikut:



• •



“Seseorang menyalakan rokok dalam bis ber AC yang sedang anda tumpangi.” Saya tegur dengan sopan dan baik-baik Saya tunjukkan bahwa saya sangat tergangu dan sanggat jengkel



Aitem di atas nampaknya banyak mengandung muatan social desirability piliha mencerminkan perilaku yang sanggat sesuai dengan norma sosial yang berlaku dalam masyarakatsehingga cenderung dipilih oleh responden,namun bukan disebabkan responden merasa isinya cocok denga dirinya tapi karena responden merasa harus melakukan sesuatu dengan cara “baik” dan normatif. Contoh lain adanya muatan social desirability dalam aitem adalah: Meskipun untuk meningkatkan karier,saya tidak boleh berbuat curang kepada terhadap teman sekerja. (STS)-(TS)-(N)-(S)-(SS) Terhadap aitem yang seperti diatas ,tentu saja semua orang akan cenderung memilih jawaban positif (S atau SS) karena itulah bentuk jawaban normatif yang sesuai dengan yng dikehendaki masyarakat,sekalipun pada kenyataanya mungkin banyak diantara mereka yang memberikan jawaban positif itu sengaja atau tidak sengaja sering bertindak curang. 7. Untuk menghindari stereotipe jawaban ,sebagian dari aitem perlu dibuatkan dalam arah favorabel dan sebagian lain dibuat dalam arah tidak favorabel. Hal ini terutama benar pada aitem-aitem skala yang format responnya berupa pilihan dan berjenjang dari STS ke SS .Pada saat diformat ini responden menyadari yang sikapnya konsisten akan segera menyadari bahwa jawabanjawaban yang telah diberikan nya selalu berada pada salah satu ujung 10



kontinum saja sehingga untuk aitem-aitem berikutnya ia cenderung menmpatkan saja jawabanya mengikuti pola yang terjadi .Berbeda kalau arah aitem-aitem bervariasi kadang favorabel kadang tidak,maka subyek akan membaca dengan teliti setiap aitem sebelum mendapatkan jawabannya. Semakin sedikit aitem yang ada dalam skala akan semakin besar overlap yang terjadi.Sebaliknya ,semakin banyak jumlah aitem dalam skala maka akibat yang ditimbulkan oleh Spurious overlap semakin kecil dan tidak signifikan.Sebagai pegangan kasar,bilamana jumlah aitem dalam skala lebih dari 30 buah maka umumnya efek spurious overlap tidak begitu besar dan karenanya dapat diabaikan,sedangkan bila jumlah aitem dalam skala kurang dari 30 buah maka pengaruhnya menjadi subtansial sehingga perlu diperhitungkan .Untuk itu ,agar kita memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai korelasi antara aitem dan skala ,diperlukan suatu rumusan koreksi terhadap efek spurious overlap. Berdasar Model Distribusi Normal Kategorisasi ini didasari oleh asumsi bahwa skor individu dalam kelompoknya merupakan estimasi terhadap skor individu dalam populasi dan asumsi bahwa skor individu dalam populasinya terdistribusi secara normal.Dengan demikian kita dapat membuat model batasan kategori skor teoretik yang terdistribusi menurut model normal standart. Sebagaimana diketahui ,suatu distribusi normal standar terbagi atas enam bagian atau enam satuan deviasi standart.Tiga bagian berada di sebelah kiri mean(bertanda negative) dan tiga bagian berada di sebelah kanan mean (bertanda positif). Kategori jenjang (ordinal) Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompokkelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur.Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi ,dari paling jelek ke paling baik,dari sangat tidak puas ke sangat puas dan semacamnya.Banyaknya jenjang ktegori diagnosis yang akan dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang tapi juga tidak kurang dari tiga.Mengelompokkan individu-individu ke dalam dua jenjang diagnosis menjadi,misalnya “semangat kerja rendah”dan “semangat kerja tinggi”selain kurang efisien juga akan menghadapi resiko kesalahan yang cukup besar bagi skor-skor yang terletak di sekitar mean kelompok. Kategorisasi bukan-jenjang (Nominal) Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompokkelompok diagnosis yang tidak memiliki makna “lebih” dan “kurang”atau “tinggi”dan “rendah”.Kasusu semacam ini dijumpai contohnya ketika pengelompokan individu dilakukan berdasar skor Pola Asuh yang diterimanya(misalkan Demokratis,Bebas,dan Otoriter),atau ketika dilakukan kategorisasi Orientasi Coping (Orientasi Problem,Orientasi Emosi)atau pengelompokan Peran Jenis(kelompok Feminin,Maskulin,Androgini,dan Tidak Tergolongkan). 11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kisi-kisi skala pada dasarnya hanya membuat aspek-aspek keperilakua indikator keperilakuan, dan bobot relatif masing – masing aspek. Kisi-kisi tidak menerangkan tentang jumlah aitem yang dikehendaki, format dan type soal, format respon, serta informasi lain. Oleh karena itu kisi-kisi perlu di lengkapi beberapa penjelasan paling tidak mengenai format aitem, format respon dan jumlah aitem yang direncanakan dalam jumlah skala serta keterangan lain yang dapat menggambarkan dengan lengkap bentuk aitem dan bentuk final skala yang sedang dirancang.



B. Saran Melalui makalah ini, diharapkan pembaca akan lebih mengetahui cara penulisan aitem dalam skala ukutlr yaitu blue print.



12



DAFTAR PUSTAKA



Azwar, S. (2015). Tes prestasi: Fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar, Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Edisi keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. https://veniarmiyati345.wordpress.com/2014/07/07/ https://www.academia.edu/36358395/PENYUSUNAN_SKALA _PSIKOLOGI http://skripsi-konsultasi.blogspot.com/2014/08/penulisan-aitemskala-psikologi.html?m=1 https://banzaibalthzarblog.wordpress.com/2017/11/12/peyusunan -skala-psikologi/ https://konsultasiskripsi.com/2016/12/18/penulisan-aitem-skalapsikologi/



13