Makalah - Kesusastraan Zaman Peralihan Hindu Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KESUSASTRAAN ZAMAN PERALIHAN HINDU ISLAM MATA KULIAH SASTRA LAMA



Dosen Pengampu: Dr. Hartono, M.Hum



Disusun Oleh: Winarni Widiastuti



(20201241004)



Naurah Athaya Putri



(20201241006)



Zahratul Khairunnisa



(20201241020)



Hananto Sudarsono



(20201241039)



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2021



BAB I PENDAHULUAN Bangsa Melayu telah banyak terpengaruh oleh kebudayaan Hindu yang dibawa dari India, banyak tradisi dan budaya Hindu yang dilakukan oleh orang-orang Melayu. Cerita Mahabharata dan Ramayana mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Melayu, hal tersebut dikarenakan cerita dari India itu telah berkembang lebih dahulu jika dibandingkan dengan cerita zaman Islam. Barulah ketika agama Islam datang ke Melayu, berbagai kebudayaan Islam juga menyebar di tengah-tengah masyarakat. Sastra zaman peralihan merupakan hasil dari pertemuan dua agama yakni Hindu dan Islam yang memunculkan berbagai karya sastra yang memadukan kedua agama. Sejarah sastra zaman peralihan juga dikenal dengan zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi karena jasanya yang begitu besar dalam perkembangan kesusastraan zaman peralihan. Terdapat ciri yang menunjukkan bahwa sastra zaman peralihan memiliki perpaduan antara Hindu dan Islam. Dapat ditemui dalam sastra zaman peralihan penyebutan kelahiran seorang anak yang memiliki sisi keberuntungan. Seorang anak yang lahir dipercaya mampu membawa kemakmuran bagi negaranya dan menjadi seorang kesatria. Muncul unsur Islam seperti penyebutan nama Tuhan yang sebelumnya dewa dan muncul nama-nama tokoh dari bahasa Arab. Tidak ketinggalan disisipkan pula pesan-pesan dalam ajaran agama Islam melalui cerita.



1



BAB II KESUSASTRAAN ZAMAN PERALIHAN A. Pengertian Kesusastraan zaman peralihan merupakan kesusastraan yang muncul akibat dari pertemuan dua unsur yaitu Hindu dan Islam. Sastra peralihan ialah karya sastra yang didalamnya tergambar peralihan dari pengaruh Hindu ke Islam. Sebelum Islam masuk ke nusantara, agama Hindu telah berkembang terlebih dahulu. Zaman peralihan juga kerap disebut sebagai zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi yang memiliki jasa dalam menerjemahkan berbagai karya asing menuju bahasa Melayu. Pembaruan yang dilakukan oleh Abdullah adalah menghindari istana sentris dan menghindari bahasa klise. Usaha yang dilakukan oleh Abdullah dalam memperkaya kesusastraan melayu, yaitu mencetak kitab sejarah Melayu sehingga bisa tersebar luas. Abdullah juga menghasilkan beberapa karya seperti Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jeddah, dan Syair Singapura Dimakan Api. Dalam menentukan karya zaman peralihan Hindu-Islam sukar sekali dibuktikan karena: 1. Sastra Melayu lama umumnya tiada bertarikh dan tiada nama pengarang. 2. Sastra Melayu tertulis dalam huruf Arab. Berarti sesudah Islam masuk dan orang Melayu meminjam huruf Arab, dan sastra Melayu tertulis baru lahir. 3. Hasil sastra Melayu yang dianggap tertua, hasil zaman Hindu, ialah Hikayat Sri Rama, 1633 (tahun hikayat ini sampai di perpustakaan Bodlein, Oxford). 4. Hikayat Melayu tidak terlepas dari pengaruh Arab. Hikayat adalah kata Arab. Hikayat Sri Rama juga mengandung kata-kata Arab, salah satu versinya menceritakan kisah Nabi Adam memberi kekuasaan kepada Rawana. Jadi, penggolongan karya zaman peralihan bukan suatu yang mutlak. Ciri-ciri sastra zaman peralihan Hindu-Islam: a. Kerap ditemui nama-nama tokoh dalam Islam b. Kerap terdapat penyebutan Tuhan 2



c. Terdapat percakapan tentang agama Islam d. Muncul istilah-istilah yang berasal dari bahasa Arab Tuhan yang dijunjung tinggi mula-mula adalah Dewata raja mulia kemudian Raja Syam Alam atau Allah subhanahu wa ta'ala ceritanya berasal dari India, mencari obat untuk menyembuhkan penyakit atau kemandulan, membebaskan Putri yang ditawan raksasa atau negerinya yang dibinasakan oleh garuda, selalu saja hero kita memperoleh senjata yang sakti atau ajaib, atau batu hikmah yang dapat menciptakan negeri, tentera dan sebagainya. Beberapa hikayat zaman peralihan lebih terkenal dengan nama Islamnya daripada nama Hindu. Misalnya, nama Hikayat Si Miskin lebih dikenal daripada Hikayat Marakarma, Hikayat Syahi Mardan daripada Hikayat Indera Jaya atau Hikayat Bikrama Darma, Hikayat Ahmad Muhammad lebih dikenal pula daripada Hikayat Serangga Bayu. Pengaruh Islam makin lama, makin dalam. Nabi Sulaiman, Nabi Khidir, Iskandar, dan nama-nama Islam lainnya makin banyak yang muncul dalam hikayathikayat bermotifkan cerita Hindu. Hikayat-hikayat dalam zaman peralihan ada 14: 1. Hikayat Puspa Wiraja 2. Hikayat Parang Punting 3. Hikayat Langlang Buana 4. Hikayat Si Miskin 5. Hikayat Indrabangsawan 6. Hikayat Berna Syahdan 7. Hikayat Indraputera 8. Hikayat Syah Kobat 9. Hikayat Nakhoda Muda 10. Hikayat Jaya Langkara 11. Hikayat Ahmad Muhammad 12. Hikayat Syahi Mardan 13. Hikayat Koraisy Mengindra 14. Hikayat Isma Yatim



3



B. Contoh Hikayat Zaman Peralihan Terdapat beberapa cerita yang termasuk ke dalam sastra zaman peralihan Hindu Islam. Berikut ringkasan dari cerita-cerita tersebut. 1. Hikayat Puspa Wiraja Hikayat Puspa Wiraja, disebut juga Bispu Raja, adalah cerita yang popular. Hikayat ini adalah cerita keempat yang terkumpul dalam cerita Hikayat Bakhtiar (versi pendek). Hikayat ini pernah diterbitkan oleh J.C. Fraissinet sebagai Hikayat Bispu di Leiden, 1849. Juga pernah diterbitkan di Singapura, 1899. Di dalamnya terdapat bentuk kuno seperti persembahan, persalinan. Pengaruh Jawa besar sekali: memasang ditulis masang, memerintahkan ditulis merintahkan. Kata-kata Portugis tidak ada sama sekali. Dewa masih dipanggil Dewata Mulia Raya. Naskah itu disebut sebagai berasal dari Siam, tetapi Winstedt tidak menyetujuinya. Menurut Winstedt, naskah itu tertulis di kota Melaka. Ringkasan cerita: Untuk menghindarkan perang saudara, Maharaja Bispu Raja dari Astana Pura Negara terpaksa meninggalkan negeri dengan kedua puteranya yang masingmasing bernama Jaya Indra dan Jaya Candra. Permaisuri, tuanputeri Kamalaksana, juga ikut sama. Katanya: “Patik ini umpama kau situ, kaus tinggal binasalah kaki”. Hatta beberapa lamanya, sampailah ia di tepi sebatang sungai. Maka tampaklah dua ekor anak burung di atas pohon. Putera-putera baginda sangat ingin akan burung itu. Biarpun sudah diketahui bahwa barangsiapa yang menceraikan anak burung dari ibunya akan mendapat celaka, baginda menangkap kedua anak burung itu untuk permainan putera-puteranya. Anak burung itu kemudian ditaruh kembali di sarangnya. Bila ibu burung pulang ke sarang, ia tercium bau manusia. Anak-anaknya lalu dipatuknya. Kerana sungai itu terlalu dalam, terpaksa baginda mendukung tuanputeri menyeberangi sungai itu dahulu. Ketika ia kembali mencari putera-puteranya, putra-putera itu telah dibawa pergi oleh dua orang nelayan. Baginda kembali kepada permaisuri, didapatinya bahwa permaisuri permaisuri sudah tidak ada lagi, sudah dibawa lari oleh seorang nakhoda kapal pula. Kerana kesedihan, baginda terus berjalan siang dan malam dalam hutan rimba. Akhirnya sampailah baginda di sebuah negeri. Kerana terlalu letih baginda lalu tidur di sebuah balai di luar 4



kota. Tatkala baginda bangun, didapati dirinya di atas seekor gajah. Rupa-rupanya baginda telah dipilih oleh gajah sakti tersebut menjadi raja di negeri itu, kerana rajanya telah mangkat. Pada suatu hari, nelayan membawa kedua putera yang dipungut ke istana. Kedua-duanya putera nelayan dijadikan biduanda dalam istana. Nelayan itu diberi persalinan yang indah-indah. Baginda sangat tertarik kepada anak-anak nelayan itu, kerana mereka mirip dengan putera-puteranya sendiri. Pada suatu hari, nakhoda yang menculik permaisurinya juga datang ke negeri itu. Nakhoda itu dijamu dalam istana. Kedua biduanda diminta menjaga kapal nakhoda. Untuk menghiburkan adinda, Jaya Indra menceritakan hal ahwal mereka sampai mereka menjadi anak nelayan. Permaisuri yang waktu itu terkurung dalam sebuah bilik di kapal itu, terdengar cerita Jaya Indra. Tahulah ia bahwa kedua biduanda itu tidak lain adalah anak-anaknya sendiri. Maka keluarlah permaisuri dari dalam bilik. Kedua biduanda dipeluk dan diciumnya sampai menangis. Peristiwa ini menggemparkan segala orang yang berada di dalam kapal. Kedua biduanda dituduh berbuat jahat dengan isteri nakhoda. Bispu Raja murka. Kedua biduanda diperintahkan tangkap oleh baginda, dan ditetak kepada mereka. waktu masih tengah malam, penjaga kota enggan membuka pintu. Sebaliknya keempat orang penjaga pintu kota bercerita tentang kota orang yang bertindak tergesa-gesa dengan tiada usul periksa. a. Kisah buah emas. Seorang ahlinujum dibunuh raja, kerana istana yang didirikan ketika gong dipalu tidak menjadi emas. Seorang penanam pisang yang menanam pisang ketika gong berbunyi mendapat pisang emas. Raja lalu menyesal. b. Kisah burung bayan. Burung bayan membawa buah pauh sebiji, barangsiapa memakannya, niscaya tubuhnya menjadi warna emas. Orang tua yang makan buah itu, warna tubuhnya menjadi emas. Buah pauh yang dimakan orang tua itu pernah jatuh ke dalam lubang ular dan kena racun. Raja sangat menyesalkan dirinya. c. Kisah ceram pedai. Seekor ceram pelai diserahkan tugas menjaga seorang bayi oleh sepasang suami-isteri. Ketika sepasang suami isteri itu kembali ke rumahnya, didapatinya bahwa mulut ceram pelai berlumuran darah. Bayi juga sudah mati. Ceram pelai itu lalu dibunuh. Kemudian didapati bahwa yang



5



menggigit bayi itu, bukanlah ceram pelai melainkan ular yang sudah dibunuh oleh ceram pelai. Itulah sebabnya mulut ceram pelai berlumuran dengan darah. d. Kisah anjing yang setia. Seekor anjing yang setia dibunuh tuannya, kerana disangka membunuh isteri tuannya sendiri. Kemudian baru diketahui bahwa istri tuannya itu berkendak dan mayat kendak si isteri juga terdapat dalam bilik tidur. Keesokan harinya Bispu Raja mengetahui bahwa kedua biduanda itu tak lain adalah puteranya sendiri dan istri nakhoda, permaisurinya. Semua bergembira. Beberapa tahun kemudian, Bispu Raja pun merasa dirinya telah tua. Jaya Indra lalu ditabalkan menjadi raja. Saudara Bispu Raja yang merebut kerajaan juga sudah mangkat. Jaya Candra lalu ditabalkan menjadi raja. 2. Hikayat Perang Punting Hikayat Parang Punting yang masih belum dipengaruhi Islam. Dewa yang mahakuasa ialah Batara Brahma dan dunia diperintahkan oleh Dewata Mulia Raja. Sayembara memilih suami yang banyak diceritakan dalam dongeng-dongeng India terdapat dalam hikayat ini. Tiga naskah hikayat ini tersimpan di negara Inggris. Di Singapura juga ada sebuah naskah yang tertulis tahun 1920 dan pernah dibicarakan oleh R.O. Winstedt. Ringkasan Cerita: Dewi Laksana Dewa memerintah di Kayangan. Permaisurinya Cahaya Khairani melahirkan seorang puteri yang terlalu elok rupanya yaitu Puteri Langka Cahaya. Suatu hari tuanputeri sedang bermain memetik bunga di dalam taman seorang dewa, Mambang Indra Segera, jatuh cinta kepadanya. Tuanputeri menolak cinta dewa itu dan meminta supaya dewa itu meminang pada orang tuanya. Mambang marah dan memuja bunga cempaka. Tujuh hari kemudian, dilemparinya tuanputeri dengan bunga cempaka. Maka tuanputeri hamil. Ayahanda tuanputeri mengutuknya sehingga tuanputeri menjadi perempuan yang buruk rupa dan terpaksa turun ke dunia. Dia melahirkan seorang putera di dalam hutan. Untuk hidup tuanputeri mengemis beras. Suatu hari ketika tuanputeri tiada di rumah datang seorang dagang yang menukar seekor ular dengan beras. Putera tuanputeri membeli ular itu. Maka siang-malam ular itupun menjadi permainannya. Kemudian putera tuanputeri membeli seekor burung helang dan 6



seorang tikus putih. Selang beberapa lama ular itupun besar dan menjadi seekor naga. Naga itu semakin besar hingga tidak dapat mandi di dalam sungai lagi. Jika naga itu mandi seluruh negeri akan banjir. maka naga itupun ingin pulang ke tempat kediaman ayahnya. Putera tuanputeri menemaninya dan memperoleh sebentuk cincin ajaib dari nenek naga yang dapat mengadakan makanan untuk 1000 orang dalam sesaat saja. Kemudian putera tuanputeri memperoleh dua senjata sakti yaitu sebatang hikmah ini ditukar pada seorang tua dengan sebilah parang punting yang dapat menjalankan segala perintah, dapat membesar, dan melawan musuh. Tersebut pula perkataan Raja Indra Mahadewa tidak beranak. Maka Baginda pun membuat pujaan di sebuah pulau tidak lama kemudian permaisuri pun hamil. dalam perjalanan seekor naga menghalangi Baginda. Terpaksalah Baginda berjanji memberikan anak yang akan lahir itu karena naga, kalau Puteri menjadi istri, kalau Putera menjadi sahabat. Permaisuri akhirnya melahirkan seorang puteri, ketika dewasa parasnya terlalu elok. Naga menagihnya tetapi Baginda meminta tanggal 3 bulan untuk menunggu. sementara itu Bagina menyebarkan berita, barangsiapa yang dapat mengusir naga itu akan diambil menjadi suami puteri baginda. Peperangan pun bermula. Burung helang, tikus putih, dan naga yang menjadi teman putera tuan Putri datang membantu. Naga yang menjadi teman putera tuan Putri membunuh naga yang menghalangi Baginda itu. Maka naga teman tuanputeri pun menjadi raja segala naga. semua putera raja-raja lain mengaku bahwa mereka yang membunuh naga penghalang Baginda. Suatu sayembara lalu diadakan, barangsiapa yang dilempari bunga emas oleh puteri Baginda, dia akan menjadi suami putri Baginda. Akhirnya putera tuanputeri yang berhasil dan menikah berlangsung dengan selamat. Tidak lama kemudian putera tuan Putri pun naik kerajaan adapun tatkala bagaimana menjadi raja negeri terlalu aman sentosa adanya.



7



3. Hikayat Langlang Buana Hikayat ini hanya dikenal di Sumatera dan pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta. Ringkasannya pernah dibuat oleh H.C. Klinkert dan dimuat dalam Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, 1968, hal 107-119 akan tetapi ringkasan ini jarang ditemukan bahkan tidak ada di Balai Pustaka. Isi dari hikayat : Indra Bomaya, kemudian Maharaja Lila Kembar, adalah anak Raja Puspa Indra Kowaya. Sesudah pengembaraan dan “avontur-avontur” yang tidak terbilang banyaknya, Indra Bomaya berkahwin dengan puteri Kusuma Dewi. Langlang Buana adalah Datuk Puspa Indra dan memainkan peran penting dalam hikayat ini. Menurut H. C. Klinkert, "hikayat ini tertulis dalam bahasa Melayu yang masih murni. Mungkin tertulis pada waktu orang Melayu masih belum mengenal bentuk syair Arab. Dalam hikayat ini terdapat banyak pantun dan seloka, syair tiada ada.” "Hikayat ini sudah tua, perkataan-perkataan Arab yang terdapat di dalamnya jauh lebih sedikit daripada hikayat Sri Rama yang diterbitkan oleh Eysinga. Jalan ceritanya lebih berbelit-belit. Hikayat ini jarang didapati, sehingga saya tidak berhasil peroleh dua naskah untuk membuat perbandingan.”



4. Hikayat Si Miskin atau Hikayat Marakarma Ada beberapa naskah hikayat ini yang masih ada dan tersebar di beberapa daerah seperti, di museum Jakarta terdapat lima naskah, di Leiden terdapat dua naskah, dan di London terdapat satu naskah. Hikayat ini sangat populer bahkan pernah beberapa kali diterbitkan. Biarpun hikayat ini banyak mengandung pantun yang menyentuh tentang orang Nasrani dan Belanda, hikaya ini masih termasuk ke dalam hikayat zaman peralihan awal yang tidak banyak memiliki perkataan Arab. Ada tiga motif Hindu terdapat dalam hikayat ini yaitu: a. Ahli Nujum yang curang b. Dua Saudara berpisah, yang perempuan diambil isteri oleh Putera Raja c. Nahkoda yang Loba, mengambil isteri dan harta orang lain 8



Di bawah ini merupakan ringkasan Hikayat Si Miskin Hikayat Si Miskin atau Marakarma Tersebutlah perkataan seorang raja keinderaan yang kena sumpah Batara Indra. Adapun raja itu sekarang hidup laki-bini sebagai si miskin di negeri Anta Beranta yang diperintah oleh Maharaja Indra Dewa. Adapun pekerjaan Si Miskin mengelilingi negeri mencari rezeki setiap hari adanya. Tetapi kemanapun mereka pergi mereka selalu dilempari orang dengan batu dan kayu. Terpaksalah mereka makan ketupat dan buku tebu yang didapati dari timbunan-timbunan sampah. Hatta beberapa lamanya bini Si Miskin pun hamillah dan ingin makan mempelam yang ada ada di dalam istana raja. Biarpun gentar, terpaksa juga Si Miskin meminta mempelam dari raja. Raja Anta beranta dengan suka memberikan mempelam itu. Beberapa lama kemudian, bini Si Miskin ingin makan nangka yang di dalam istana pula, dan nangka itu diberikan juga oleh raja. Si Miskin kehairanan. Maka pada ketika yang baik isteri Si Miskin pun beranak lah. Seorang anak laki-laki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Maka anak itu dinamakan Marakarma, artinya anak di dalam kesukaran. Sejak kelahiran anaknya, nasib Si Miskin pun berubah. Ia beroleh emas yang terlalu banyaknya dengan tiba-tiba. Dengan memuja dewa, sebuah negeri juga muncul. Ia menamakan negeri itu Puspa Sari dan dirinya Maharaja Indra Angkasa. Isterinya menjadi Ratna Dewi. Tidak lama kemudian, seorang puteri lahir pula ke dunia. Puteri itu dinamakan Nila Kesuma. Adapun Negeri Puspa Sari makin ramai penduduknya. Banyak saudagar yang datang ke situ. Raja Anta Beranta, Maharaja Indra Dewa Kuma menjadi masghul hatinya. Sebab Si Miskin itu sudah menjadi apa besar. Maka terbetiklah khabar Si Miskin mencari ahlinujum. Maharaja Indra Dewa lalu menyuruh para ahlinujum mengatakan bahwa anak Si Miskin itu celaka adanya. Si Miskin termakan fitnah ahlinujum yang curang. Anak-anaknya lalu dibuang dari negeri. Sesudah pembuangan anaknya, Puspa Sari pun terbakar dan Si Miskin menjadi papa semula. Semasa dalam buangan, Marakarma banyak mendapat kesaktian dari jin, raksasa, dan ular. Pada suatu hari Marakarma berhasil menangkap seekor burung. Karena saudaranya ingin makan burung itu pergilah Marakarma mencari api untuk memasaknya setelah sampai di Dusun Marakarma ditangkap, dituduh



9



mencuri, dan dipukul sampai bengkak-bengkak tubuhnya. Marakarma pingsan dan diikat dengan tali lalu dibuang ke dalam laut. Tersebutlah pula perkataan Raja Puspa Indra dari Negeri Pelinggam Cahaya. Adapun baginda mempunyai seorang putera. Mengindra Sari namanya. Adapun putera baginda itu tidak mau beristeri. Pada suatu hari Mengindra Sari pun pergi berburu. Didapatinya Nila Kesuma sedang menangis di bawah pohon Waringin. Nila Kesuma lalu dibawa pulang ke istana dan dikahwininya. Adapun Nila Kesuma itu diberi nama Mayang Mengurai. Tersebut pula kisah Marakarma yang dibuang ke dalam laut. Marakarma terdampar ke tepi pantai. Adapun pantai itu pangkalan seorang raksasa. Marakarma didapati oleh Puteri Cahaya Khairani. Anak Raja Malai Kisna yang diculik raksasa untuk dimakan. Kerana Puteri Cahaya Khairani masih kecil, maka dipelihara. Puteri itu menyembunyikan Marakarma. Kemudian mereka bersamasama melarikan diri dengan penumpang kapal yang hampir ke tepi pantai. Akhirnya raksasa itu mati terperosok ke dalam lubang ranjau yang digali oleh Marakarma. Timbul niat jahat dalam hati nahkoda untuk memiliki Pulau Cahaya Khairani serta harta benda Marakarma. Marakarma ditolaknya ke dalam laut. Seekor ikan pun menaruh kasihan pada Marakarma dan membawanya ke Negeri Palinggam cahaya di masa kapal itu singgah. Marakarma dipelihara oleh Nenek Kebayan. Dari cerita Nenek Kebayan, tahulah Marakarma bahwa Puteri Mayang Mengurai adalah saudara perempuannya. Dengan mengubah bunga, Marakarma dapat berhubungan dengan isterinya Puteri Cahaya Kirani. Puteri Cahaya Kirani datang ke istana dan menceritakan segala-galanya. Nahkoda kapal lalu ditangkap dan diasingkan di tepi pantai. Maka semua orang pun bersukacitalah. Hatta beberapa lama kemudian, Marakarma pun kembali ke Puspa Sari. Didapati Puspa Sari sudah menjadi di hutan rimba. Bundanya menjadi pengambil kayu api. Marakarma memberitahu siapa dirinya yang sebenar dan memohon supaya Puspa Sari berdiri semula. Permohonan Marakarma dikabulkan Dewata Raya. Tidak lama kemudian, adiknya dan isterinya juga datang ke Puspa Sari. Puspa Sari makin makmur, Maharaja Indra Dewa Anta Beranta menjadi dengki lagi dan menyerang Puspa Sari dengan bala tentaranya. Setelah peperangan yang sengit, Maharaja Indra Dewa pun tewas. Puterinya dikawinkan dengan saudara Puteri Cahaya Khairani. Marakarma mengunjungi mertuanya, Maharaja Malai 10



Kisna, di negeri Mercu Negara. Tidak lama kemudian, Marakarma menjadi Sultan Mercu Negara. 5. Hikayat Indra Bangsawan Hikayat Indera Bangsawan adalah suatu hikayat yang populer juga. Motif ceritanya yang diambil dari cerita India juga ditemukan kembali dalam hikayat hikayat yang lain. Hikayat ini tidak mengandungi pantun, juga tidak ada adeganadegan yang liris. Hikayat ini mungkin merupakan penceritaan dari suatu hikayat yang lebih panjang. Ada enam naskah hikayat ini tersimpan di Museum Jakarta. Salah satunya pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta. Juga pernah dicetak di Singapura. Hikayat ini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Aceh. Ringkasan Indra Bungsu, Raja Kobat Syahril, mendapat anak kembar: Yang pertama lahir dengan sebuah panah dan yang kedua lahir dengan sebilah pedang. Mereka dinamai Syah Peri dan Indera Bangsawan. Maka kedua putera baginda pun besarlah dan belajar berbagai kesaktian dari guru mereka. Indera Bungsu bimbang, tidak tahu siapa yang di Raja kan. Kemudian baginda bermimpi tentang buluh perindu: Siapa yang dapat buluh perindu itu akan dirasakan dalam negeri. Maka pergilah putera-putera baginda mencari alat musik itu. Syah Peri sampai di suatu taman di mana ditemuinya suatu gendang yang besar. Di dalam gendang itu tersembunyi Puteri Ratnasari yang negerinya dibinasakan oleh Garuda. Membunuh Garuda itu dan mengambil tuan puteri sebagai isteri. Indera Bangsawan pula sampai di suatu gua dan bersahabat dengan seorang raksasa perempuan. Raksasa itu memberitahu bahwa negeri itu bernama Anta Beranta. Rajanya, Raja Kabir. Takluk kepada Buraksa, seorang raksasa dan harus menyerahkan semua putera-puteranya kepada raksasa itu. Ini raksasa itu juga menuntut supaya Puteri Ratna Kemala Sari diserahkan. Raja Kabir memukul canang dalam negeri: Barang siapa yang dapat membunuh raksasa itu akan diambil menjadi suami tuan puteri. Banyak anak raja yang besar-besar sudah ada dalam negeri itu raksasa perempuan memberikan sehelai sarung goib dan suatu isyarat atau hikmat kepada Indra Bangsawan. Indra bangsawan juga datang ke 11



negeri Anta Beranta dan mengabdikan diri kepada tuan puteri sebagai gembala kambing. Tidak lama kemudian, tuan puteri itu pun sakit keras dan penyakitnya hanya boleh disembuhkan dengan minum susu harimau. Para putera raja yang ada di situ tidak berhasil mencari susu harimau: Paham mereka bahkan kena cap. Indra Bangsawan mendapatkan susu harimau itu dari raksasa temannya. Maka tuan puteri pun sembuh. Indra bangsawan menyamar sebagai Si Utan. Buraksa datang menuntut tuan puteri. Dengan bantuan raksasa temannya, Indra bangsawan membunuh Buraksa. Tuan Puteri lalu diserahkan kepada Indra Bangsawan sebagai isteri. Tapi Indra Bangsawan tidak mau menyempurnakan perkawinannya. Katanya, ia hanya Si Utan yang tidak tahu apa-apa. Kadi menghukum Si Utan atau Indra Bangsawan karena kesalahan ini. Tuan Puteri bersedia sama-sama dipenjarakan. Pada malam hari tuan puteri mencuri sarung ghaib Indra Bangsawan. Indra Bangsawan tidak dapat menyamarkan diri lagi dan terpaksa menerangkan siapa dirinya yang sebenarnya. Indra Bangsawan lalu dibawa ke hadapan baginda. Ia meminta tangguh tiga hari. Dalam tiga hari itu ia menemui raksasa temannya dan meminta bantuan. Maka suatu negeri lengkap dengan rakyat dan alat kebesaran pun terciptalah pesta perkawinan besar-besaran pun berlangsung. Selang beberapa lama, Indra Bangsawan juga memperoleh buluh perindu yang dicarinya dari raksasa temannya. Ia berniat pulang mengunjungi ayahanda dan bundanya. Tetapi sebelum berangkat, Indra Bangsawan suami isteri jatuh sakit hampir mati. Ini adalah perbuatan saudara perempuan Buraksa yang dibunuh oleh Indra Bangsawan. Bermimpi bahwa saudaranya sakit truk. Maka dikunjungi saudaranya. Disembuhkan penyakit saudaranya suami-isteri. Bersama-sama mereka kembali ke negeri ayahandanya. Indra Bangsawan mempersembahkan buluh perindu yang diperolehnya dan naik kerajaan. Tetapi untuk membalas jasa saudaranya Indra Bangsawan memberikan sebiji batu hikmat kepada saudaranya. Dengan batu hikmat, saudaranya juga menciptakan sebuah kerajaan lengkap dengan rakyat dan alat kebesarannya. Hatta rakyat kedua negeri pun hidup dengan terlalu aman sentosa adanya.



12



6. Hikayat Berma Syahdan Hikayat Berma Syahdan adalah hikayat yang istimewa. Istimewa karena ia ada menyebut nama pengarangnya karena sastra lama biasanya tidak bernama. salah satu naskah Jakarta (koleksi C. St. 11). Menyebut seorang yang bernama Syekh Abu Bakar Ibnu Umar sebagai pengarangnya. Diceritakan juga bahwa pengarang ini berumur 128 tahun dan sudah hidup sejak zaman Nuh. Lalu naskah ini bertarif 28 hb. April 1858. Naskah Leiden memberi nama pengarang sebagai Syekh Ibnu Abu Bakar. Naskah Jakarta (Bat. Gen. 216) yang berasal dari Bengkulu juga menyebut Syekh Ibnu Abu Bakar sebagai pengarang. Winstead berpendapat hikayat ini berasal dari abad ke-15 pada masa pemerintahan Melaka. Ringkasan cerita Berma Syahdan mengejar seekor kumbang hijau yang tidak lain adalah titisan dari Putri Nur Ul’ain. Teman puteri yang bernama Mandu Hirani juga gila berahi akan rupa Berma Syahdan dan menyuruh inangnya membawa Berma Syahdan ke istananya. Ayahanda Puteri Mandu Hirani, Maharaja Syah Gerak Gempa. Murka dan mengepung istana. Raja mengirim puteranya Arjan pergi membantu Berma Syahdan. Maharaja Gerak Gempa meminta bantuan pada Ayahanda Putri Nur Ul’ain yaitu Maharaja Dar Janus. Putri Nur Ul’ain mengajarkan berbagai ilmu kepada Berma Syahdan supaya dapat melawan ayahandanya. Tetapi perbuatan ini sia-sia saja. Bermasyahdan diculik oleh seorang jin dan dilemparkan ke Bahr atau laut Allah. Raja Mambang yang bernama Megantara menyelamatkan Bermasyahdan. Sesudah kehilangan Berma Syahdan dan menempuh dan mengamuk tentara musuh-musuhnya. Maharaja Gerak Gempa juga gelisah, kerana Tuan Puterinya juga sudah hilang. Baru kemudian diketahuinya bahwa Puteri Mandu Hirani telah dibawa pergi oleh Berma Syahdan dalam suatu kotak ajaib yang bernama cembul astagina. Tersebut pula perkataan Ardan yang kawin dengan seorang puteri dari sebuah kerajaan yang telah dikalahkan oleh Maharaja Datia Pujangga. Raja Bulan dan Syah datang menolong dan membunuh Dati Abu janda. Kemudian Ardan bertemu pula dengan Abangnya, mesra dan surat jemputan. Dikirim kepada ayahandanya. 13



Tersebut pula bahwa bermassa dan dibawa Megantara ke sebuah gunung. Di Gunung ini ia mendapat hikmat, setelah membunuh ular-ular yang menyerangnya. Dalam suatu istana. Bermassa dan membunuh seorang raksasa yang tidak lain adalah titisan seorang raja besar yang kena kutukan Batara Indra. Akhirnya Syahdan dan masih memperoleh Seekor kuda ajaib yaitu Kuda Sembrani. Bagian 2 Syahdan menangkap seorang peri. Untuk bebas, peri ini terpaksa mengajarkan satu hikmah kepada Berma Syahdan. Yaitu bagaimana berjalan dalam bumi dan di atas air. Dengan menggunakan hikmat yang baru dipelajari, bermassa dan sampai ke tepi laut. Di sana ia berperang dengan seorang raja besar yang bernama Nila Pertiwi Rangga Samanda. Peperangan ini tak ada kalah menangnya. Mereka lalu berdamai. Seribu empat puluh orang raja yang ditangkap oleh Nila Pertiwi Rangga Samanda akan dibebaskan dan Puteri Komala Dewi Ratna Jamjam akan diberikan kepada Syahdan sebagai isteri. Berma Syahdan kembali ke tempat temannya megantara. Puteri Indra Komala, anak perempuan Raja Dahar Syah telah dipinang oleh seorang Putera Dewa yang bernama Raksa Dewa Indra Berma. Kerana temannya Megantara juga berahikan puteri ini, Berma Syahdan lalu menculik Puteri Indra Komala. Terjadilah peperangan. Berma Syahdan menang. Dahar Syah tunduk dan menyerahkan puterinya sebagai isteri Megantara. Berma Syahdan mendengar dari seorang Brahmana bahwa puteri Indra Kusuma Dewi, anak perempuan Raja Burandan Syah adalah puteri yang terlalu elok parasnya. Berma Syahdan lalu pergi meminang puteri ini. Perminangan Berma Syahdan ditolak dengan kasar. Berma Syahdan lalu menyerang negeri Raja Burandan Syah. Burandan Syah meminta bantuan Maharaja Asmara Gangga dan raja-raja yang takluk kepadanya. Mertua Berma Syahdan dan putera-putera Berma Syahdan, masing-masing bernama Indra Syah Pri dan Indra Dewa Syah, juga datang membantu Berma Syahdan. Perang ini berlangsung dengan tiada keputusannya. Burandan Syah lalu meminta bantuan Maharesi Raja Bayu. Sesudah perang sengit dimana Berma Syahdan dan Maharesi Raja Bayu masing-



14



masing mengeluarkan kesaktian mereka, Maharesi Raja Bayu mengaku kalah dan kembali ke tempat pertapaanya. Peperangan terus berlangsung. Banyak korban telah jatuh dipanah Burandan Syah. Akhirnya Burandan Syah meminta bantuan Kanhu Barnasib. Berma Syahdan mengutus puteranya, Indra Syah Pri, melawan Kanhu Barnasib. Putera Berma Syahdan tidak dapat melawan musuhnya malah tertawan. Untunglah Maharaja Syah Gerak Gempa menolong dan meminta jinnya membebaskan Indra Syah Pri, dan membawanya ke bukit Qaf. Naskah ini berakhir agak tiba-tiba dengan pertarungan Kanhu Barnasib dengan Indra Dewa Syah Pri. Bagian 3 Maharaja Kanhu Barnasib akhirnya dapat ditewaskan dan ditangkap oleh Indra Dewa Syah Pri. Puterinya diserahkan kepada Indra Dewa Syah Pri sebagai isteri. Raja Indra Syah Pri kembali kepada ayahandanya, ditemani oleh seorang jin, neneknya. Berma Syahdan mendapat dua orang cucu, masing-masing bernama Nur Ul-'uin dan Puteri Mandu Hirani. Akhirnya Berma Syahdan menewaskan musuhnya Syah Burandan. Batara Indra turun ke dunia dan memperdamaikan kedua pihak yang bermusuhan. Berma Syahdan ingin hidupkan kembali semua raja-raja yang mati dalam peperangan.



7. Hikayat Indraputra Hikayat Indraputra adalah sebuah hikayat yang sudah tua usianya. Valentijn (dalam Liaw 20:114) pernah menyebutkan Werndly mengutip beberapa bahagiannya dalam Maleische Spraakunst (1736) Syaikh Nuruddin Ar-Raniri juga pernah menyebut hikayat ini dalam bukunya yang berjudul: Sirat al-Mustakim (1634). Menurut Ar-Raniri, hikayathikayat seperti Hikayat Sri Rama dan Hikayat Indraputera dapat digunakan untuk beristinjak (bersuci), kalau nama Allah tiada terdapat di dalamnya. Hikayat Indraputera juga adalah sebuah hikayat yang sangat popular. Naskahnya banyak sekali dan sampai sekarang masih tersimpan di perpustakaan di Jakarta, Leiden dan London. Sadurannya juga terdapat dalam bahasa Makasar, 15



Bugis dan Aceh. Baru-baru ini hikayat ini telah diterbitkan di Kuala Lumpur. Di bawah ini disajikan ringkasan ceritanya. Ringkasan cerita Indraputera, Putera Maharaja Bikrama Puspa adalah seorang putera yang sangat arif bijaksana, perkasa dan sakti. Sejak dilahirkan sampai naik tahta. Pada waktu Indraputra lahir para ahli nujum meramalkan bahwa dia tak akan lama berkumpul dengan ayah bundanya. Mereka juga memberi nasihat kepada raja agar Indraputra jangan sampai dekat dengan binatang, karena hewanlah yang akan mengakibatkan perceraian ini. Sesuai dengan ramalan pada umur tujuh tahun Indraputra telah diterbangkan oleh seekor merak emas. Ia jatuh di suatu taman dan dipeliharakan oleh nenek kebayan. Sesudah beberapa lama ia diangkat menjadi anak oleh perdana menteri. Raja di negeri itu bernama Syahsian yang tidak mempunyai keturunan dan diceritakan bahwa pada suatu hari raja pergi berburu. Sesudah sehari-harian tidak mendapat perburuan, seekor kijang datang melintas pada waktu raja hendak pulang. Dalam sekejap saja binatang itu mati dipanahnya dan ketika dilihatnya anak kijang datang berlari-lari mendapatkan induknya dan bersandar kepadanya, Raja Syahsian sangat terharu lalu dengan sedihnya pulang ke istananya. Keesokan harinya keinginannya untuk mempunyai anak diumumkanya kepada segala menteri dan rakyat yang datang menghadap; para menteri diberi waktu empat puluh hari untuk mencari jalan mendapatkan obat beranak. Kemudian terdengar khabar baliwa di sebuah gunung yang jauh ada tinggal seorang Maharesi pertapa yang terlalu sakti, Berma Sakti namanya. Barangsiapa yang ingin beranak, boleh meminta obat kepadanya. Akan tetapi, karena tempat gunung itu terlalu jauh dan harus melalui hutan rimba yang penuh dengan binatang buas, tiada seorang pun yang sanggup pergi ke gunung itu. Indraputera menawarkan diri untuk pergi ke gunung itu. Maka pergilah Indraputera mencari obat itu. Dalam usahanya untuk mencari tempat Berma Sakti Indraputra bertemu dengan bermacam-macam kesukaran, yang dapat diatasinya karena kegagahan dan kesaktiannya. Berkali-kali dia harus memerangi Jawan dalam berbagai bentuk yang senantiasa dapat 16



dikalahkannya berkali-kali pula Indraputra main dengan api cinta kasih. Tiga orang puteri yang cantik-cantik dikawininya. Akhirnya Indraputra berhasil mendapat obat beranak tersebut dalam bentuk bunga tanjung putih dan sesudah raja dan permaisuri bersantap sayur bunga itu pada saat yang baik lahirlah seorang putri. Setelah melewati bermacam-macam cobaan dan kesulitan pada akhir cerita Indraputra dikawinkan dengan putri Raja Syahsian, Puteri Mengindra Seri Bulan namanya. Beberapa lama sesudah menikah dengan tuan puteri, Indraputera pun rindu akan ayah bundanya. Bersama-sama dengan isterinya yang empat orang itu, Indraputera pun berangkat pulang ke negerinya. Ayah-bundanya sangat gembira. Pesta besar-besaran diadakan. Dalam suasana yang demikian, Indraputera pun dinobatkan menjadi raja dalam negeri. Gelarannya Paduka Sultan Mengindra. Empat Puluh hari dan empat puluh Pati. Versi pendek Hikayat Indraputra disebut Hikayat Putera Jaya Pati. Hubungan kedua versi tidak nyata. Yang nyata ialah bahwa versi panjang mempunyai motif tertentu: mencari obat untuk raja, sedangkan versi pendek tidak bertujuan.



8. Hikayat Syah Kobat Hikayat Syah Kobat atau Syahr al-Kamar pernah disebut Werndly dalam buku tata bahasanya (1736). Naskah ini sedikit sekali. Meneliti isinya (berdasarkan naskah yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka, K.L.), hikayat ini mungkin merupakan saduran bebas atau tiruan dari Hikayat Indraputera. Mungkin juga ia berasal dari suatu sumber yang sama. Di bawah ini disajikan ringkasan cerita (berdasarkan naskah yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka). Ringkasan Cerita Syah Kobat Lela Indra adalah Putera Raja Syah Perasyat Indra Laksana dari negeri Athrap. Ada pun negeri Athrap ini takluk kepada raja kera yang



17



bernama Maharaja Belia Indra dan setiap tahun harus menghantar upeti kepada raja kera itu. Syah Kobat sangat sedih melihat keadaan negerinya. Pada suatu hari, Syah Kobat diculik oleh moyangnya sendiri, Moyangnya bermaksud mengajarkan berbagai kesaktian kepada cucunya. Di tempat moyangnya ini Syah Kobat pun dewasalah dan mahir dalam berbagai kesaktian. Pada suatu hari, seorang raja jin melarikan Syah Kobat. Dengan ilmu yang dipelajari, Syah Kobat membunuh jin itu. Maka Syah Kobat pun berjalanlah dan sampai di sebuah padang. Di padang itu ia bertemu dan jatuh cinta pada seorang puteri yang bernama Tuan Puteri Camti Ratna Dewi. Tuan Puteri Camti Ratna Dewi sebenarnya sudah bertunangan. Karena itu, terpaksalah Syah Kobat melawan segala anak-anak raja yang ingin meminang tuan puteri. Syah Kobat menang dan berkahwin dengan tuan puteri. Segala anak raja menjadi sahabat Syah Kobat. Moyang Syah Kobat, Brama Indra Sakti menggelarkan cicitnya Syah Kobat Johan Arifin. Tersebutlah perkataan: bahwa Syah Kobat ingin pulang ke negeri ayahandanya. Di tengah perjalanan, Syah Kobat bertemu. sebuah pulau di laut api. Di pulau ini, Syah Kobat bertemu jodoh dengan Tuan Puteri Sekanda. Saudarasaudara tuanputeri Sekanda marah dan memerangi Syah Kobat. Dengan bantuan anak-anak raja lain dan moyangnya Syah Kobat menang lagi. Maka sampailah Syah Kobat di suatu padang sangat luas, Padang Thawil namanya. Di padang ini, Syah Kobat berperang dengan raja kera, Maharaja Belia Indra yang pernah menaklukkan negeri ayahandanya. Peperangan ini hebat sekali. Rakyat dari kedua belah pihak banyak yang gugur. Syah Kobat sendiri juga pernah diterbangkan oleh taufan angin yang diciptakan oleh Raja Kera. Raja Belia Indra, saudara Raja Kera, juga terbunuh. Akhirnya Raja Kera, Maharaja Belia Indra juga tahu ajalnya mendekat dan anaknya dengan baik, kerana anak-anaknya itu, sekali nanti ia memberi pesan kepada Syah Kobat supaya menjaga anakanaknya dengan baik, karena anak-anak itu sekali nanti akan dapat membantu Syah Kobat. Tersebutlah perkataan Tuan Puteri Cahaya Khairani yang terlalu lalu amat elok parasnya lagi gagah berani. Beberapa anak raja yang sakti-sakti dilawannya 18



untuk mengadu kesaktiannya. Maka tuan puteri pun tertarik kepada keelokan paras dan kesaktian Syah Kobat. Lalu dicabarnya Syah Kobat mengadu kesaktian. Tuan puteri menyamar sebagai laki-laki dan bernama Johan Ali Perkasa. Syah Kobat ternampak wajah tuan puteri yang cantik, lalu pingsan. Tetapi akhirnya Johan Ali Perkasa dapat ditawan oleh jin-jin yang membantu Syah Kobat. Syah Kobat membebaskan Johan Ali Perkasa, setelah diketahui bahwa Johan Ali Perkasa sebenarnya adalah perempuan. Sultan Ahmad, ayahanda tuanputeri sangat gembira dan mengahwinkan Syah Kobat dengan tuanputeri. Dewa Cahaya Indra, tunangan tuanputeri, marah dan menyerang Syah Kobat. Serangan ini tidak berhasil. Dewa Cahaya sendiri tertawan, tetapi segera dibebaskan. Dewa Cahaya melarikan diri ke tempat ayahandanya, Syah Alam Dewa. Peperangan pun disiapkan oleh dua pihak. Beribu-ribu balatentera datang membantu Syah Alam Dewa. Dari pihak Syah Kobat juga datang bantuan. Maka meletuslah peperangan. Banyak yang menjadi korban. Akhirnya Syah Alam Dewa juga terbunuh. Demikian juga Dewa Cahaya Indra. Tersebut juga perkataan Syah Kobat kahwin dengan tuanputeri Kemala Di Raja sebagai isteri yang keempat. Syah Kobat meneruskan perjalanan pulang ke negeri ayahandanya. Maka sampailah Syah Kobat ke satu padang yang luas. Maka dibuat Syah Kobat sebuah negeri yang lengkap dengan parit, jalan dan kotanya. Negeri itu dinamakannya Warkah Indra. Maka sampai Syah Kobat di negeri ayahandanya. Baginda sangat gembira. Syah Kobat menjemput ayahanda dan bundanya melihat negeri yang baru dibangunnya. Pesta besar-besaran diadakan. Adik Syah Kobat juga dikahwinkan dengan seorang puteri yang sangat cantik. Akhir kalam, tersebut pula bahwa Syah Kobat menjadi raja besar, dan Warkah Indra menjadi negeri yang terbesar di dalam dunia.



19



9. Hikayat Nakhoda Muda Hikayat "Nakhoda Muda, juga disebut Hikayat Siti Sara, mengisahkan suatu cerita yang sangat popular; bagaimana seorang isteri mengakali suami yang sombong. Inti cerita ini sudah terdapat dalam kitab Sanskrit yang berasal dari abad ke 11, yaitu Katha Sarit Sagara. Juga terdapat dalam sastra daerah India. Boccaccio, seorang pengarang cerita Itali, ada menceritakan cerita ini dan Shakespeare mengolahnya kembali menjadi drama yang berjudul All's Well That Ends Well. Ada dua naskah hikayat ini. Naskah Leiden (Cod. 1763 (1) tertulis di Batavia' pada tahun 1825. Naskah Jakarta (Bat:Gen. 77) disalin dart sebuah naskah yang di Makasar pada tahun 1814 Ceritanya adalah seperti berikut: Ringkasan Cerita Sultan Mansur Syah, raja Ghaznawi, bermimpikan seorang perempuan yang sangat cantik parasnya. Dua orang anak perdana menteri, masing-masing bernama Husain Mandari dan Husain Mandi ditugaskan mencari puteri ini. Di Betawi, mereka mendapati seorang perempuan, Siti Sara ramanya, sesuai dengan gambaran baginda. Sultan Mansur Syah mengahwininya. Tetapi karena Siti Sara tak dapat anak, baginda lalu meninggalkan isterinya itu sambil berkata bahwa ia tidak akan kembali kepadanya, kecuali jika gudangnya sudah berisi kekayaan, kudanya bunting dan isterinya hamil dengan anaknya sendiri. Sultan Mansur Syah lalu berangkat ke pulau Langkawi. Siti Sara menyamar sebagai seorang pedagang, Nakhoda Muda namanya, dan menyusul suaminya. Dalam permainan catur, ia memenangi semua harta benda suaminya, termasuk kuda yang dibawa bersamasama. Pada malam hari, Siti Sara mengunjungi suaminya, ia mengaku dirinya sebagai gundik seorang nakhoda kapal. Dengan demikian, Siti Sara juga hamil dengan suaminya. Siti Sara pulang ke negeri Ghaznawi. Tidak lama kemudian, ia memanggil. suaminya pulang dengan mengatakan bahwa semua syarat telah dipenuhi: gudang telah diisi, kuda telah bunting dan ia sendiri telah hamil dengan suaminya sendiri. Biarpun naskah hikayat ini sedikit sekali, cerita ini adalah cerita yang popular. Salah satu naskah Hikayat Bayan Bulima (Collectie v.d. Wall) yang 20



tersimpan di Jakarta juga mengisahkan cerita yang sama, yang berbeda ialah bahwa beberapa episode telah disisipkan. Di antaranya: raja pergi berburu dan menyaksikan seekor kijang yang menangisi ibunya yang telah mati. Lalu timbul keinginan baginda hendak berputera. Nama anak-anak wazir juga berbeda. Di samping Hikayat Nakhoda Muda masih ada lagi suatu hikayat yang berdekatan sekali isinya. Hikayat tersebut ialah:Hikayat Maharaja Bikrama Sakti. Ada lima naskah hikayat ini di Jakarta. Ceritanya tentang puteri Maharaja Bikrama Sakti, Ratna Komala yang terlalu bijaksana dan persaingannya dengan Bikrama Indra, seorang putera raja yang tak kurang bijaknya. Dalam permainan catur, Bikrama Indra ditewaskan oleh Ratna Komala. Usahanya untuk mengetahui siapa sebenar Ratna Komala (Ratna Komala menyamar sebagai laki-laki) juga gagal. Akhirnya sesudah berjaya dalam suatu sayembara, Bikrama Indra berkahwin dengan puteri Ratna Komala. Baru-baru ini tajuk Hikayat Nakhoda Muda juga diberikan kepada suatu hikayat yang mengisahkan riwayat hidup seorang pedagang lada Minangkabau.*



10. Hikayat Jaya Langkara Naskah ini jarang didapati, kecuali satu naskah di Cambridge, satu fragmen (bagian naskah) di Jakarta, dan yang terkenal adalah yang tersimpan di Perpustakaan Raffles Singapura. Pada tahun 1863 R.O. Winstedt pernah membuat ringkasan naskah ini sebagai berikut. Jin Samkat merupakan seorang raja besar yang menikah dengan puteri Sukanda Cahaya Birmar dan menikahi Sukanda Cahaya Belambang. Dari pernikahannya dengan Belambang menghasilkan anak kembar bernama Muqdim dan Maqdum, sedangkan Birmar melahirkan Jaya Langkara. Seseorang meramalkan bahwa Jaya akan membawa kebahagiaan, tetapi saudara-saudaranya berbohong jika ia akan membawa kecelakaan. Akhirnya jaya dan ibunya diasingkan di tengah hutan dan tinggal di dalam gua. Hingga suatu saat tersiar bahwa Baginda sedang sakit dan hanya bisa disembuhkan dengan bunga langka. Akhirnya Jaya Langkara dan saudara-saudaranya mencari bersama dan dibantu seekor naga dan seorang putri bernama Kasihan. Dalam naskah Raffles di 21



Singapura dikisahkan bahwa Saudara-saudara Jaya berusaha mencelakakannya, namun selalu gagal. Akhirnya jaya menikah dengan seorang putri bernama Kasina. Hikayat Raja Ta’bir (Collectie C. St. 142) yang tersimpan di Jakarta dianggap versi lain dari Hikayat Jaya Langkara. Penyebab dianggapnya sebagai versi lain karena dalam Hikayat Raja Ta’bir adalah kumpulan dua cerita dan cerita Jaya Langkara adalah salah satunya. Di dalam cerita ini para tokoh juga berbeda, tokoh Jaya menjadi Panji Mas Merang, saudara kembarnya menjadi Jongkar dan Jongkir dan putri yang membantunya bernama Puteri Firi Menggeri. Panji Mas Merang sendiri adalah putra dari Raja Ta’bir Mukif dengan Putri Suganda Iran. Cerita yang kedua mengisahkan Abdul Rahman yang miskin, tetapi taat pada agama. Ia menjalani harinya sebagai seorang musafir dan dikenal murah hati, ia sering berbagi kepada hewan seperti tikus, kodok, dan harimau. Istrinya bernama Sallamah dibawa oleh seorang raja bernama Hatta hingga meninggal. Abdul Rahman mendengar putri raja sedang sakit digigit ular dan ia menyembuhkannya, hingga akhirnya ia diangkat sebagai memantu raja. Suatu hari ia mendapatkan buah yang sangat lezat dan raja ingin memakannya, sehingga ia mencari kembali buah itu hingga akhirnya ia sampai di negeri akhirat dan bertemu Sallamah. Ia tidak mau kembali lagi ke dunia.



11. Hikayat Ahmad Muhammad Naskah hikayat ini agak berbeda-beda salah satu peran disunting oleh AF. Von. Dewall pernah membuat ringkasan satu naskah yang diterbitkan di Singapura berjudul Hikayat Sukarna Sukarni. R.O. Winstedt juga pernah membuat satu ringkasan satu naskah yang diterbitkan di Singapura. Berikut merupakan naskah dari Jakarta yang masih sejalan dengan Ringkasan R.O. Windstedt. Raja Yunan mempunyai seorang Wazir bernama Muhib A;-Mulk. Wazir ini membeli seorang budak dan membebaskannya kemudian ia menjadikan Budak itu sebagai anak dan memberi nama Ratna Kasihan. kesehariannya Ratna bertugas sebagai seorang pedagang hingga suatu hari sang Wazir meninggal dan Ratna menjadi orang yang kaya. Hatta istri dari Ratna melahirkan anak kembar bernama 22



Ahmad dan Muhammad hingga anak-anaknya diperintahkan untuk belajar ilmu dan pergi berlayar untuk berniaga. Ahmad dan Muhammad memakan masingmasing kepala burung dan hati burung karena meyakini Siapa yang memakan kepala akan diangkat menjadi raja dan memakan hati akan diangkat menjadi menteri. hingga suatu saat Ahmad diangkat menjadi raja di Mesir karena rajanya tidak berputra.Berbeda dengan Muhammad yang sekarang berubah nama menjadi serangga Bayu Ia merupakan sosok yang suka mencari pustaka gaib hingga suatu saat pustakanya dicuri oleh Siti Ba’dah dan dan ternyata Siti Ba’dah merupakan Kakak dari istrinya Ahmad. Akhirnya Muhammad dijadikan suami oleh Siti Ba’dah. Dalam naskah Jakarta terdapat beberapa bagian atau episode. Bagian pertama memiliki pergeseran nasib tokoh, yaitu Muhammad yang menjadi raja di Mesir, Siti Ba’dah merupakan putri bendahara yang tidak menikah dengan Muhammad. Perbedaan lainnya yaitu Ahmad dan Muhammad adalah putra seorang raja Pandita yang pernah belajar ilmu sakti bersama Syaikh Jagung. Episode kedua menceritakan bahwa Ahmad mengembara dan bertemu dengan Dewi Soja anak perempuan dari Nabi Muhammad. Akhirnya Ahmad menikah dengan Dewi Soja lalu Ahmad pergi mencari saudaranya dan Dewi Soja telah hamil. Episode ketiga menceritakan raja Abesinia meminang Siti Ba’dah, namun pinangannya ditolak. Akhirnya ia mengutus Wiramaya dan Wirasantika untuk meculik Siti Ba’dah, namun usaha mereka digagalkan oleh Ahmad dan akhirnya mereka memeluk Islam. Naskah Leiden (Cod. 3249) memiliki beberapa episode. Episode pertama menceritakan bagaimana Ahmad membantu Siti Ba’dah melawan bota yang hendak menculiknya. Kemudian oleh Raja Habbesi (Jakarta: Abessinia) meminang Siti ba’dah, namun ditolak hingga peperangan pun terjadi. Dewi Soja melahirkan anak bernama Er Maya yang membantu Ahmad hingga akhirnya raja Habessi tewas dan peperangan berhenti. Episode kedua tentang putra Syam bernama Raden Mantri yang jatuh cinta dengan sosok putri bernama Candrawati dan akhirnya mereka menikah. Kelanjutannya Raja Syam, mengutus Er Maya untuk pergi mencari Raden Mantri. Raden Mantri ternyata mengantar Puteri Puspa Ratna Komala ke negerinya dan akhirnya mereka menikah. Setelah itu Raden Mantri pulang ke Mesir. 23



12. Hikayat Syahi Mardan Hikayat Syahi Mardan merupakan hikayat yang popular naskahnya di Leiden, Jakarta, dan London. Dalam naskah Leiden disebut bahwa Syaikh Mohammad Asyiq Abd AL-Faqr sebagai pengarangnya, isi naskah sama saja kecuali nama orang dan tempat. R.O. Winstedt pernah membuat ringkasan yang tercetak di Weltevreden pada tahun 1916. Syahi Mardan tersesat dan menemui puteri Komala Ratna dari negeri Daar al-Marjum yang diculik oleh raksasa. Ketika Syahi Mardan pergi meninggalkan Komala, ia diubah menjadi seekor burung dan terbang ke negeri Daar al-Qiyam dan jatuh cinta pada puteri Siti Dewi. Mula-mula ia bertemu dengan Pandita Salam al-Adin dan Luqman al-Hakim yang mengajarkan berbagai ilmu tasawuf. Syahi Mardan (namanya berubah menjadi Indra Jaya) bertemu dengan malaikat dan memberinya empat jin sebagai penolong. Syahi Mardan menolong Raja Ahmad Maulana yang kerajannya telah dirusak oleh dua garuda, akhirnya ia berhasil membunuh dua garuda dan diberi hadiah menikah dengan puteri Candrasari.



Kemudian Indra Jaya menolong putri raja Indra Alam dan



menyembuhkan putrinya yang bernama Jolusy al-Asyiqin yang bisu, hingga akhirnya ia menikahinya. Siti Dewi melahirkan seorang anak bernama Indra Dewa yang nantinya akan membunuh Indra Lelana/musuh ayahnya. Akhirnya Indra Dewa menikah dengan adik Indra Lelana dan mengubah nama menjadi Adi Mulya. Hikaya Syahi Mardan dikenal dengan Hikayat Indra Jaya atau Hikayat Bikrama Datya Jaya.



13. Hikayat Koraisy Mengindra Menurut R.O. Winstedt naskah ini hanya ada satu yaitu di Singapura dan ia tidak mengerti naskah yang tersimpan di Jakarta. Berikut adalah ringkasannya. Ada raja bernama Indra Sultan Maharaja (kemudian bernama Merdu Sakti) dan Sultan Gempita Gunung. Koraisy merupakan putra dari raja Indra Sultan Maharaja dan telah bertunangan dengan Sri Udara, putri Sultan Gempita Gunung. Pernikahan mereka rusak setelah datangnya wanita bernama Hanifah Maya Dewi, akhirnya Sri Udara dinikahkan dengan Agas Paduka Alam tanpa rasa cinta di dalamnya. Koraisy memutuskan untuk pergi mengembara dan menemukan senjata 24



ajaib serta belajar ilmu kesaktian di sebuah gunung. Cerita berlanjut hingga Koraisy sampai di negeri Mangarma Indra dan menikah dengan putri raja bernama Seraja Sri Danta. Koraisy meneruskan mengembara sampai di negeri yang rajanya ditawan oleh jin, tetapi Koraisy berhasil membunuh jin tersebut. Karena kurang hati-hati ia tertiup oleh nafas jin dan terlempar jauh hingga bertemu dengan jin bernama Jumala Indra. Akhir cerita Koraisy pulang ke negerinya dan menjadi raja menggantikan ayahnya.



14. Hikayat Isma Yatim Merupakan salah satu hikayat yang popular serta naskahnya ditemukan di Leiden, Jakarta, dna London. Pernah dicetak dua kali, yaitu di Jakarta pada tahun 1821 oleh P.P. Roorda van Eysinga dan di Singapura pada tahun 1912. Winstedt berpendapat bahwa hikayat ini telah pudar dari pengaruh Hindu dan Jawa karena telah dipegang oleh penerjemah dan penyadur dari Parsi dan Arab. Berikut merupakan ringkasan ceritanya. Megat Nira terusir dari negerinya Benua Keling menuju negeri Masulipatam karena kalah dalam bermain catur. Ia melahirkan seorang anak bernama Isma Yatim yang telah menunjukkan kepandaiannya semasa kecil. Ia diserahkan pada seorang alim bernama Sufian dan menjadi anak yang dapat menolong teman-temannya pandai mengaji. Kemudian ia bekerja di istana sebagai pengurus permadani, selanjutnya menjadi biduanda. Seorang nakhoda tiba-tiba datang ke negerinya dan Isma Yatim memberi arahan tentang berbagai syarat untuk berdagang. Hingga akhirnya Isma yatim diberi hadiah peti yang berisi putri yang sangat cantik parasnya. Kedudukan Isma Yatim semakin tinggi yaitu menjadi panglima perang dan kemudian menjadi menteri. Suatu ketika permaisuri menuduh Puteri Nila Gendi akan meracun raja dan memerintahkan Isma Yatim untuk membunuhnya, namun Isma tidak mau membunuh dan memilih untuk menyembunyikannya. Akhirnya raja meminta Puteri Nila dan anaknya, Dewi Rum untuk pulang ke istana. Selanjutnya Dewi Rum diangkat menjadi raja dan menikah dengan Indra Mempelai, anak Raja Syahdan Mangindra.



25



DAFTAR PUSTAKA Fang, Liaw Y. 1982. Sejarah Kesusatraan Melayu Klasi. Tanpa kota: Kyodo-Shing Loong Printing Industries. Sari,



Arinda,



dkk.



2014.



Kesusasteraan



Zaman



Peralihan.



Diakses



https://khasanatunnisa.wordpress.com/2015/11/30/46/ pada 25 November 2021.



26



dari