Makalah Kurikulum Pembelajaran Kimia Ii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Terhadap



masalah



administrasi



pelaksanaan



proses



pembelajaran, tean



teaching misalnya. Organisasi kurikulum bukan masalah manajerial lembaga pendidikan. Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan/ isi kurikulum yang tujuannnya untuk



mempermudah siswa dalam



pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari



berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain



(design),



menerapkan



(implementation),



dan



mengevaluasi



(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. Dalam



praktik



pengembangan



kurikulum



sering



terjadi



kecenderungan



hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat. Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.



B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1.



Apakah pengertian model perkembangan kurikulum? 1



2.



Apa saja jenis model perkembangan kurikulum?



3.



Bagaimana perbandingan model-model perkembangan kurikulum?



4.



Apa perngertian dan sebagaimana pentingnya organisasi kurikulum?



5.



Apa saja bentuk-bentuk organisasi kurikulum?



C. Tujuan Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut : 1.



Menjelaskan pengertian model pengembangan kurikulum.



2.



Menjelaskan berbagai jenis model pengembangan kurikulum.



3.



Membandingkan model-model pengembangan kurikulum.



4.



Menjelaskan pengertian dan pentingnya organisasi kurikulum.



5.



Menjelaskan bentuk-bentuk organisasi kurikulum.



6.



Menganalisis kelebihan dan kekurangan dari masing-masing organisasi kurikulum



2



BAB II PEMBAHASAN



1.



Pengertian Model Pengembangan Kurikulum Model adalah



pola-pola



penting



yang



berguna



sebagai



pedoman



untuk



melakukan suatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan, seperti model pengajaran, model admnistrasi, model evaluasi, model supervisi dan model lainnya. Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Banyak sekolah/fakultas mempunyai rancangan untuk satu tahun, mereka telah memikirkan polanya untuk memecahkan masalah pendidikan atau prosedur yang tidak dapat dihindari, walaupun begitu mereka tidak mempunyai lebel kegiatannya sebagai rancangan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction) bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan Model menurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Rivett (1972) menyatakan bahwa model adalah hubungan sebuah logika secara, salah satunya kualitatif atau kuantitatif, yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Model Kurikulum adalah suatu sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Nadler mengatakan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses yang mendasar dan menyeluruh.



2.



Model-Model Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum tidak lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai norma, keagaamaan, polotik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah 3



program



pendidikan.



Aspek-aspek



tersebut



akan



menjadi



bahan



yang



perlu



dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain (desgning), menerapkan (imolementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Dalam praktik pengembangan kurikulu sering terjadi cenderung hanya menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya, isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu yan terstruktur, sistematis dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan dengan perkembangan masyarakat. Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembangan kurikulum semsestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Model-model pengembangan yang akan dibahas, yaitu model Ralph Tyler, Administratif, Grass root , Demonstrasi, Miller-Seller, Taba dan model Beauchamp.



a.



Model Ralph Tyler Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada bebarapa



pertanyaan yang mengarah pada langkah-langkah dalam



pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: 1.



Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?



2.



Pengalaman-pengelaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan untuk mencpai tujuan pendidikan?



3.



Bagaimankah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya diorganisasikan?



4.



Bagaimana menentukan bahwa tujuan telah tercapai? Oleh karena itu, menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam



pengembangan kurikulum, yang meliputi: 1. Menentukan tujuaan pendidikan. 2. Menentukan proses pembelajaran yang harus dilakukan. 3. Menentukan organisasi pengalam belajar, dan Menentukan evaluasi pembelajaran. Berikut ini penjelasan setiap tahapan model pengembangan kurikulum Tyler : 4



1) Menentukan Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus mencapai dalam pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencpaian tujuan tersebut. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tylrer, yaitu : a. Hakikat peserta didik b. Kehidupan masyarakaat masa kini dan c. Pandangan para ahli bidang studi Ada lima faktor yang menjadi arah penentuan tujuan pendidikan , yaitu : 1. Pengembangan kemampuan berpikir 2. Membantu memperoleh informasi 3. Pengembangan sikap kemasyarakatan 4. Pengembangan minat peserta didik dan 5. Pengembangan sikap sosial



2) Menentukan Proses Pembelajaran Setelah penetapan tujuan, selanjutnya adalah proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik. Artinya pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh karena itu, ketetapan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.



3) Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar



5



Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman belajar. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan. Pengorganisasian pengalaman belajar bis dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal, serta memperhatikan aspek kesinambungan.



4) Menentukan Evaluasi Pembelajaran Menentukn jnis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model Tyler. Jenis yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran , materi pembelajaran, dan proses belajar yang telh ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat , maka para pengembang kurikulum di samping harus memperhaikan komponenkomponen kurikulum lainnya, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.



b. Model Administratif Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down) atau staf lini (line-staff produce), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas membuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri dari para ahli, yaitu : ahli pendidikan, kurikulum, disiplin ilmu, tokoh masyarakat, tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja. Tim ini bertugas untuk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan, rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-rambu dan substansi materi pelajaran, menyususn alternatif proses pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran. Selanjutnya, kurikulum yang sudah selesai disusun kemudian diajukan untuk diperiksa dan diperbaiki oleh tim pengarah. Tim ini melakukan penyesuaian antara aspek6



aspek kurikulum secara terkoodinasi dan menyiapkansecara sistem dalam rangka uji coba maupun dalam rangka sosialisasi dan penyebarluasan (desiminasi). Setelah perbaikan atau penyempurnaan, kurikulum tersebut perlu diuji cobakan secara nyata di beberapa sekolah yang dianggap presentatif. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang bentuknya seragaam dan bersifat sentralistik, sehingga kurang sesuai jika diterapkan dalam dunia pendidikan yang menganut asas desentralisasi. Selain dari pada itu, kurikulum ini kurang tanggap terhadap perubahan nyata yang dihadapi para pelaksana kurikulum di lapangan. Perubahan ebih cenderung dilakukan berdasarkan pola pikir pihak atasan (birokrat).



c.



Model Grass Roots Model grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model Grass Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimilai dari unit-unit terkecil dan spesifik menuju pada bagan-bagian yang lebih besar. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, diantaranya: Guru harus memiliki kemampuan yang profesional, Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian permasalahan kurikulum, Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi, Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampingan terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana. Model pengembangan ini dapat dikembangankan pada lingkup luas maupun lingkup sempit. Dapat berlaku untuk semua bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi dapat pula digunakan untuk bebrapaa sekolah yang llebih luas. Dalam prosesnya, guru-guru harus melakukan kerja operasional dalam pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat menghasilkan suatu kurikulum yang sistematik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya, pelaksanaan kurikulum model ini sangat membutuhkan dukungan moril maupun materilyang bersifat kondusif dari pihak pimpinan. Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini, diantaranya adalah akan bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. 7



Sehingga apabila tidak terkontrol (tidal ada kendali mutu) maka cenderung banyak mengabaikan kebijakan dari pusat.



d. Model Demosntrasi Model pengembangan kurikulum ini idenya datang dari bawah (grass roots). Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini, yaitu: pertama, Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembanagan ini diharapkan dapat digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih kuas. Pengembagan model ini biasanya diprakarsai oleh pihak Departemen Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan perbaikan suatu kurikulum. kedua, Dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan penegmbangan secara mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobkan yang dianggap belum ada, dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum, sehingga berbeda dengan pengembangan kurikulum yang berlaku, dengan harapan akan ditemukan pengembangan yang lebih baik dari yang ada. Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini diantaranya adalah: Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang lebih teruji dan teliti secara ilmiah, Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sanganluas dan kompleks, Hakikat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan, Model ini kan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta membrdayakan sumbersumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.



e.



Model Miller-Seller model



pengembangan



kurikulum



Miller-Selleer



merupakan



pengembangan



kurikulum kombinsi dari model transaksi (Taba’s & Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut. 8



1. Klarifikasi Orientasi Kurikulum Langkah pertama in iada perbedaan dengan kodel sembelumnya. Model ini mengorintasikan pandangan filosofis dan sosialnya. Orientasi ini mereflesikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan. 2. Pengembangan Tujuan Setelah melakukan klarifikasi orientasi kurikulum langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan-tujuan dan mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks adalah merefleksikan



pandangan



orang



(lime



age



person)



danpandangan



(image)



kemasyarakatan. Tujuan pemgembangan merupakan tujuan yang maish relative umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional. 3. Identifikas Model Mengajar Identifikas model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum, pada tahap ini pelaksana kurikulum harus mengidentifikasikan strategi megajar yang digunakan yang sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada beberapa kriteria yang harus perhatikan : a. Disesuaikan berdasarkan seluruh tujuan umum maupun tujuan khusus. b. Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa. c. Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih dan mendukung model. d. Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model. 4. Implementasi Langkah ini merupakan langkah penerapan kurikulum pada langkah-langkah sebelumnya. Implementasi sebaiknya harus dilaksanakan berdasarkan komponenkomponen, program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan profesional, penetapan waktu, komunikasi dan system monitoring. Langkah ini merupakan langkah akhir dari pengembangan kurikulum.



f.



Model Taba (inverted Model)



9



Teori ini memusatkan pada guru, bahwa guru merupakan factor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba guru harus aktif penuh dalam pengembangan kurikulum. Dalam model ini guru memposisikan sebagai innovator dalam penembangan model kurikulum. Langkah-langkah untuk mengembangkan model ini adalah: 1. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru Dalam kegiatan ini perlu mempersiapkan (a) perencanaan pada teori – teori yang kuat, (b) eksperimeen harus dijadikan di dalam kelas dengan menghasilkan data yang empiric dan teruji. Unit eksperimen ini harus dirancang melalui tahapan sebagai berikut: a.



Mendiagnosis kebutuhan



b.



Merumusakan tujuan-tujuan khusus



c.



Memilih isi



d.



Mengorganisasi ini



e.



Memilih pengalaman belajar



f.



Menggorganisasi pegalaman belajar



g.



Mengevaluasi Melihat sekuens dan keseimbangan (Taba, 1962 : 347)



2. Menguji unit eksperimen pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehingga dapat menghimpun data untuk penyempurnaan. 3. Mengadakan revisi 4. Pengembangan



keseluruhan



kerangka



kurikulum



(developing



a



framework)



Dalam langkah ini ada beberapa pertanyaan yang di hadapi : 1) apakah lingkup ini telah memadai? 2) apakah isi ini telah tersusun secara logis? 3) apakah pembelajaran telah memberikan peluan terhadap pengembangan intelektual, keterampilan, dan sikap? 4) apakah konsep sudah terakomodasi? 5. Implementasi dan Desiminasi Dalam langkah ini penyebarluasan ketiap daerah-raerah dan sekolah dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan persiapan di lapangan yang berkaitan dengan aspekaspek penerapan kurikulum.



10



g.



Model Beaucham Model ini dikembangkanoleh George A. Beaucham , seorang ahli kurikulum. Menurut Braucham (1931). Proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap , yaitu : 1.



Menetapkan arena atau wilayah dimana kurikulum diperuntukan.



2.



Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum.



3.



Menetapkan prosedur yang akan ditempuh.



4.



Implementasi kurikulum, untuk susksesnya kurikulum perlu adanya dukungan sumber daya yang memadai, diantaranya pemahaman guru, sara dan prasarana, anggaran keuangan yang memadai, manajemen sekolah.



5.



3.



Evaluasi kurikulum



Organisasi Kurikulum Kurikulum lebih luas dari pada sekedar rencana pelajaran, tetapi melitputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga pendidikan. Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum ynag tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar, sehingga pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope) urutan bahan (sequence), kotinutas, keseimbangan, dan keterpaduan (intergrated). Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajran merupakan salah satu factor harus dipertimbangkan dalam satu kurikulum.Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organisasi kurikulum : 1. Keseimbangan terhadap subtansi bahan atau isi kurikulum. 2. Keseimbangan yang berkaitan dengan cara atau proses belajar. Keseimbangan subtansi isi kurikulum harus diliihat secara komprehensip untuk kepentingan



siswa



sebagai



individu,



tuntutan



masyarakat



maupun



kepentingan



pengembangan seni – apresiasi dan kinestetik, semuanya harus terakomodasi dalam isi pertimbangan dalam organisasi kurikulum secara umum ada 2 model organisasi : a.



Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject Curriculum) 1.



Mata Pelajaran Terpisah 11



Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan dalam dunia pendidikan kita, karena bentuk kurikulum ini memilikui karakteristik yang sangat sederhana dan mudah dilaksanakan. Tetapi tidak selamanya yang dianggap mudah dan sederhana tersebut akan mendukung terhadap efektivitas dan efesiensi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan social. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum) bertujuan agar generasi muda menganal hasil-hasil kebudayaan dan pengatahuan umat manusia yang telah dikumpulkan secara berabad-abad agar mereka tak perlu mencari buku dan menemukan kembali dengan apa yang telah diperoleh dari generasi terdahulu (S. Nasution, 1986). Secara fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dan kelebihan, kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah – pisah (separated subject curriculum) yaitu : a.



Bahan pelajaran yang diberikan atau dipelajari secara terpisah – pisah yang menggambarkan tidak ada hubungan antara materi satu dengan yang lainnya.



b.



Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak bersifat actual.



c.



Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru sedangkan siswa cenderung pasif.



d.



Bahan pelajaran tidak berdasrkan pada aspek permasalahan social yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.



e.



Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan dating.



f.



Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat, minat, dan kebutuhan siswa. Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran yang terpisah-pisah adalah:



a) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis sederhana dan mudah dipelajari. b) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai –nilai dan budaya terdahulu. c) Kurikulum ini mudah diubah dna dikembangkan. d) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk didesain mudah untuk diperluas dan dipersempipt sehingga mudah disesuailan dengan waktu yang ada 2.



Mata Pelajaran Terhubung(Corelated Curriculum) Kurikulum bentuk ini sudah lama digunakan dalam pendidikan kita. Korelasi kurikulum atau sering disebut broad field pada hakekatnya adalah penyatuan beberapa 12



mata pelajaran yang sejenis, seperti IPA (didalamnya tergantung ada fisika, biologi dan kimia) dan IPS. Kurikulum ini merupakan bentuk dari penggabungan rai metode terpisah-pisah. Ada



beberapa



kelebihan



dan



kekurangan



dalam



pola



kurikulum



ini.



Kekurangannya adalah: a. Bahan pelajarannya yang diberikan kurang sistematis serta kurang begitu mendalam. b. Kurikulum ini kurang mengunakan bahan pelajaran yang actual yang langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa. c. Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat dan kebutuhan siswa. d. Apabila prinsip penggabungan belum dipahami kemungkinan bahan pelajaran yang disampaikan terlampau abstrak. Sedangkan kelebihan pola mata pelajaran terhubung (correlated curriculum) adalah: a. Ada keterhubungan antarmateri pelajaran walau sebatas beberapa mata pelajaran. b. Memberikan wawasan yang lebih luas lingkup satu bidang studi. c. Menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang terkolerasi 3.



Fusi Mata Pelajaran (Broadfields Curriculum) Fusi mata pelajaran atau dikenal juga dengan istilah broadfields curriculum adalah jenis organisasi kurikulum yang menghapuskan batas-batas mata pelajaran dan menyatukan mata pelajaran yang memiliki hubungan erat dalam satu kesatuan. Tipe organisasi ini pertama kali dikemukakan oleh Phenik, tujuannya adalah agar tipe para pendidik mengerti jenis-jenis arti perkembangan kebudayaan yang efektif, manfaat dari berbagai ragam disiplin ilmu, dan upaya mendidik anak agar menghasilkan anak yang civilized (Idi,1999:29). Nama payung mata pelajaran ini bisa beragam, namun dalam sisten pendidikan formal atau persekolahan kita mengenal, nama mata pelajaran : a.



Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan peleburan dari Ilmu Fisika, Ilmu hayat, Ilmu kimia, dan ilmu Kesehatan.



b.



Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hasil peleburan dari Ilmu Bumi, sejarah, Civic, Hukum, Ekonomi, Georafi, dan sejenisnya.



13



c.



Bahasa, merupakan hasil peleburan pelajaran Membaca, menulis, Mengarang, Menyimak dan Pengetahuan Bahasa.



d.



Matematika, hasil peleburan dari Berhitung, Aljabar, Ilmu Ukur Sudut, Bidang Ruang dan Statistik.



e.



Kesenian, adalah hasil peleburan dari Seni Tari, Seni Suara, seni Klasik, Seni Pahat dan Drama. Model ini memiliki memiliki keunggulan diantaranya adalah mata pelajaran akan



semakin dirasakan kegunaannya, sehingga kemungkinan pengadaan mata pelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar generalisasi. Adapun kelemahannya adlah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata pelajaran (Soetopo dan Soemanto dalam Idi 1999:29-30).



4.



Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum) Kurikulum ini cenderung lebih memandang bahwa dalam suatu pokok bahawan harus terpadu secara menyeluruh, keterangan ini dapat dicapai melalui pemusatan pelakajaran pada satu masalah tertentu dengan alternative pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran yang diperlukan, sehingga pada siswa untuk belajar secara kelompok maupun secara individu, lebih memberdayakan masyarakat sebagai sumber belajar, memungkinkan pembelajaran besifat individu terpenuhi. Ada beberapa kekurangan maupun kelebihannya dalam kurikulum ini. Adapun kekurangan dalam jenis kurikulum ini adalah: a. kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam pengembangan kurikulum seperti ini. b. Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sitematis. c. Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana. d. Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan berbeda secara mencolok. e. Kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak itu perlu adanya pengorganisasian yang lebih optimal dapat mengurangi kekurangan – kekurangan tersebut. Sedangkan kelebihan dalam kurikulum ini adalah : 14



a.



Mempelajari pelajaran melakui pemebacahan masalah dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam menyeleisakan topic atau permasalahan.



b.



Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya secara individu.



c.



Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan permasalah secara komperhensip dan dapat mengembangankan belajar secara bekerjasama.



d.



Mempraktekan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran



e.



Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara maksimal.



f.



Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pada pengalaman langsung.



g.



Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat.



h.



Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola kurikulum yang lain. Beberapa bentuk organisasi kurikulum dalam kategori ini diantaranya:



1) Kurikulum Inti (Core Curriculum) Kurikukum inti merupakan kurikulum terpadu. Beberapa karakteristik yang dapat dikaji dalamkurikulum ini adalah: a.



kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan dan direncanakan secara terus menerus.



b.



isi kurikulum dikembangkan merrupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan.



c.



isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah maupun problema yang dihadapi secara actual.



d.



isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat subtansi yang bersifat pribadi maupun social.



e.



isi kurikulum ini lebih difokuskan berlaku untuk semua siswa sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum tetapi subtansinya bersifat problema, pribadi, social dan pengalaman yang terpadu



2) Social function dan Persistent Situation Merupakan bagian dari kurikulum terpadu, kurikulum ini didasarkan atas analisis kegiatan-kegiatan manusia dalam masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat di antaranya : a.



memelihara dan menjaga keamanan masyarakat 15



b.



perlindungan dan pelestarian hidup, kekayaan dan sumber alam.



c.



komunikasi dan transportasi.



d.



kegiatan rekreasi.



e.



produksi dan distribusi barang dan jasa.



f.



ekspresi rasa keindahan.



g.



kegiatan pendidikan.



h.



integrasi kepribadian.



i.



konsumsi benda dan jasa. Dalam social function ini dapat diangkat berbagai kegiatan – kegiatan manusia



yang dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Kegiatan – kegiatan manusia di masyarakat setiap saat akan berubah sesuai dengan perkembangan maupun era globalisasi, sehingga subtansi social function pun harus bersifat dinamis. Secara umum ada 3 kelompok situasi yang akan dihadapi. 1. situasi – situasi mengenai perkembangan individu manusia diantaranya : a. Kesehatan: Manusia perlu memenuhi kebuthhan fisiologis, emosional sosial sampai pada pencegahan



penyakit.



b. Intelektual: Manusia memerlukan kemapuan mengemukakan pendapat, memahami pikiran orang lain, berhitung, bekerja yang efektif. c. Moral: Kebebasan individu, tanggung jawab atas diri dan orang lain. d. Keindahan: Mencari sumbernya pada diri sendiri maupun dalam lingkungan. 2. Situasi untuk perkembangan partisipasi social: a.



hubungan antar pribadi: Mengusahan hubungan sosial dan hubungan kerja yang baik dengan orang lain.



b.



keanggotaan antar kelompok: Kerjasama dengankelompok rasional, agama dan nasional.



c.



hubungan antar kelompok: Kerja sama dengan kelompok rasional, agama dan nasional, kelompok sosio – ekonomi.



3. situasi – situasi untuk perkembangan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan daya lingkungan : a.



bersifat alamiah: Gelajala fisik tanaman, binatang, serangga, daya fisik dan kimiawi.



b.



sumber teknologi: Penggunaan serta pengembangan teknologi. 16



c.



struktur dandaya sosial ekonomi: Mencari nafkah, memperoleh barang – barang jasa mengusahakan kesejahteraan sosial, mempengaruhi pendapat umum, partisipasi dalam pemerintahan lokal maupun nasional (S. Nasution)



3) Experience atau Activity Curriculum Sering disebut juga dengan activity curriculum, curriculum ini cenderung mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman siswa dalam rangka membentuk kemapuan yang terintegrasi dengan lingkungan maupun dengan potensi siswa. Pada kurikulum ini intinya yaitu siswa berbuat dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik yang berkaitan dengan aspek keterampilan atau kejuruan tersebut. Ada 4 tipe pembelajaran proyek yang dapat dikembangkan dalam citivity curriculum di antaranya : 1.



Construction on creative project. Pembelajaran



ini



bertujuan



untuk



mengenmbangkan



ide-ide



ata



merealisasikan suatu ide dalam satu bentuk tertentu misalnya: membuat payung, membuat tas dengan metode tertentu, membuat gagasan dan lain-lain. 2.



Appreciation on enjoyment project. Pembelajaran ini bertujuan menikmati pengalaman-pengalaman dalam bentuk apresiasi estetis (estetika), misalnya menyaksikan permainan drama, mendengarkan musik, menghayati gambar hasil seni, mendengarkan cerita, atau membuat karangan.



3.



The problem project. Pembelajaran ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang bersifat intelektual tetapi pada subtansi yang ada keterampilannya (vokasional), misalnhya bagaimana penanggulangan penyebaran flu burung? Permasalahan tersebut memerlukan jawaban yang bersifat intelektual, tetapi tidak menutup kemungkinan dibahas tentang bagaimana cara membersihkan kandang unggas dan sebagainya.



4. The drill or specific project. Pembelajaran ini bertujuan untuk memperoleh beberapa itrem atau tingkat keterampilan, misalnya bagaimana mengoperasikan kamera digital, bagaimana cara menulis makalah yang benar, dan sebagainnya. 17



Ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh dalam pembelajaran ini, diataranya: 1.



Siswa akan berpartisipasi sepenuhnya dalam situasi belajar, karena siswa akan mengalami dan melakukan ecara langsung bebagai kegiatan yang telah direncanakan.



2.



Pembelajaran ini akan menerapkan berbagai prinsip-prinsip belajar yang mengoptimalkan kemampuan siswa dalam pembelajaran.



3.



Mengandung aspek estetika, intelektial, vocational dan kreatifitas siswa.



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Banyak model digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kebaikan serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pengelolaan pendidikan. Adapun Model pengembangan kurikulum yaitu: 1.



Model Ralph Tyler



2.



Model Administratif



3.



Model Grass Roots



4.



Model Demonstrasi



5.



Model Miller-Seller



6.



Model Taba ( Inverted Model)



7.



Pengembangan Kurikulum Model Beauchamp Pengorganisasian kurikulum merupakan suatu hal yang sangat penting untuk



mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian kurikulum sangat diperlukan dan



diharuskan



untuk



mencapai



tujuan



pendidikan



yang



diharapkan,



melalui



pengorganisasian kurikulum, guru dan pengelola akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyejian materi, serta peren guru dan murid dalam rangkaiyan pembelajaran. Ada dua aspek yang harus selalu diperhatikan dalam keseimbangan pada organisasi kurikulum: 1. Keseimbangan terhadap substansi bahan atau isi kurikulum: 2. Keseimbangan yang berkaitan dengan cara atau proses belajar, secara umum bentuk organisasi kurikulum diantaranya: 1.



Mata Pelajaran Terpisah (Separated Subject Curriculum)



2.



Mata Pelajaran Terhubung (Correlated Curriculum)



3.



Broadfiels Curriculum



4.



Kurikulum Terpadu (Integrated Learning)



5.



Kurikulum Inti (Core Curriculum)



6.



Experience atau Activity Curriculum



19



B. Saran Demikian makalah dari kami, semoga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita semua. Apabila ada kritik dan saran, silakan sampaikan langsung kepada kami. Karena kritik dan saran dari pembaca tentu sangat dibutuhkan untuk bahan intropeksi. Sehingga di masa yang mendatang, kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan, karena kami hanyalah hamba Allah SWT yang tidak luput dari khilaf dan lupa.



20