Makalah Lla [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia limfositik akut (acute lymphocytic leukemia) atau leukemia limfoblastik akut (acute lymphoblastic leukemia) merupakan salah satu tipe kanker sel darah putih (leukemia).Acute lymphoblastic leukemia (ALL) ditandai dengan produksi dan akumulasi limfosit yang belum matang (sel limfoblas atau sel blas) yang tak terkontrol di dalam sumsum tulang. Akut berarti bahwa sel kanker tumbuh dengan pesat dan dapat berakibat fatal dalam hitungan bulan bahkan minggu jika tidak ditangani karena menyebar dengan cepat ke dalam aliran darah dan organ vital lainnya. ALL terutama menyerang anak-anak (Sacher dan McPherson, 2000), insidensi tertinggi terdapat pada usia 3-7 tahun dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, dkk., 2001). Diagnosis yang tepat merupakan dasar untuk penanganan pasien sehingga dapat meningkatkan peluang penyembuhan terutama pada kasus anak-anak. Akan tetapi deteksi dini ALL sangat sulit sebab gejala awalnya sama sekali tidak spesifik dan umum terdapat pada penyakit lain. Salah satu prosedur diagnosis ALL adalah pemeriksaan sampel darah menggunakan mikroskop. Tahap ini sangat penting sebab informasi yang spesifik mengenai tipe suatu penyakit dapat diperoleh.Dalam pemeriksaan sampel darah tersebut dilakukan dua macam analisis yaitu kualitatif dengan pengamatan morfologi sel-sel darah dan kuantitatif dengan penghitungan jumlah sel-sel darah. Pada umumnya paramedis melakukan analisis tersebut secara manual, hal ini cukup rumit serta tidak efektif dan efisien sebab prosesnya lambat, membutuhkan waktu yang lama, dan sebagian besar akurasi bergantung pada faktor subjektif yang dipengaruhi oleh pengalaman, keahlian, serta faktor kelelahan seseorang (Korikana, dkk., 2008). Selain itu, berbeda orang dapat berbeda interpretasi pada sampel darah yang sama, bahkan orang yang sama dapat memberikan interpretasi yang berbeda pada kesempatan yang lain (Madhloom, dkk., 2010). Seorang ahli pun dapat memiliki keraguan dalam melakukan klasifikasi beberapa limfosit, hal ini disebabkan perbedaan aspek morfologis yang sangat halus antara sel blas dan limfosit normal (Scotti, 2005). Untuk membantu paramedis mengatasi kekurangan tersebut maka dibutuhkan suatu sistem analisis morfologi otomatis yang dapat mendeteksi deformasi limfosit yang merupakan gejala spesifik penyakit leukemia limfositik. Menariknya analisis morfologi dapat dilakukan dengan hanya membutuhkan suatu citra, bukan sampel darah sehingga dapat mengurangi biaya (Labati, dkk., 2011). Citra medis dianggap sebagai salah satu tool yang paling penting dan teknik yang banyak digunakan untuk diagnosis klinis dan pengambilan keputusan (Anoraganingrum, 1999). Citra medis sel darah adalah citra mikroskopik sel darah setelah dilakukan pemeriksaan Immunohistochemistry yang disingkat dengan IHC. IHC merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi molekul tertentu seperti protein dalam suatu jaringan dengan memanfaatkan prinsip pengikatan antibody (NCI, 2013). IHC pada diagnosa ALL menggunakan pengecatan dengan Hematoxylin (H), Eosin (E) dan Diaminobenzidine (DAB). Salah satu tujuan pengecatan dengan H, E dan DAB ini adalah untuk membedakan sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih serta komponen penyusun sel darah berdasarkan informasi warna. Penguraian komponen warna dapat menjadi salah satu cara untuk mendapatkan bagian komponen sel darah putih pada citra mikroskopik sel darah. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguraikan warna adalah color deconvolution. Metode color deconvolution merupakan metode yang digunakan untuk menguraikan warna penyusun suatu citra ke dalam 3 channel warna berdasarkan konstanta yang diberikan terhadap channel-channel tersebut. Pemisahan warna citra IHC berdasarkan transformasi orthonormal dari nilai RGB sehingga diperoleh citra masing-masing hasil pengecatan untuk Hematoxylin (H), Eosin (E) dan Diaminobenzidine (DAB) dengan metode color deconvolution diharapkan dapat digunakan sebagai metode segmentasi sel darah yaitu memisahkan sel-sel darah dari



latar belakang dan juga memisahkan sel-sel darah merah dengan sel-sel darah putih pada citra medis sel darah. Pada dasarnya, tujuan utama dari pengolahan dan analisis citra medis adalah mengumpulkan informasi yang berarti dari ROI (region of interest) pada citra, serta mengekstrak informasi yang dapat menuntun ke diagnosis yang akurat, hemat biaya, dan penyediaan monitoring yang lebih baik serta untuk evaluasi kemajuan pengobatan (Gonzalez, dkk., 2003). Oleh karena penyakit ALL hanya menyerang pada sel darah putih maka yang menjadi ROI dari citra sel darah adalah hanya pada sel darah putih. Setelah mendapatkan ROI maka tahapan diagnosa yang berikut adalah menentukan apakah sel darah putih tersebut merupakan sel blas atau bukan yang merupakan ciri penyakit ALL dengan melakukan analisis deformasi bentuk atau morfologi dari sel darah putih. Berdasarkan pemeriksaan yang sudah dilakukan sebelumnya sel darah putih yang normal mempunyai bentuk sel yang beraturan dengan inti sel (nukleus) yang padat dengan batas yang jelas, sedangkan sel blas mempunyai bentuk yang tidak beraturan dengan inti sel yang kurang padat (Scotti, 2011). Pengolahan dan analisis citra medis dapat dilakukan menggunakan metode jaringan syaraf tiruan (JST). Menurut Ravindraiah, dkk (2011) evolusi dalam sistem komputasi pun dapat membuat analisis citra biomedis menjadi sederhana. JST sebagai mesin pemilah (classifier) telah banyak diaplikasikan dalam bidang pengenalan pola khususnya pencitraan medis karena kehandalan dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah yang rumit serta dapat beradaptasi dengan mudah terhadap lingkungan yang baru dengan belajar langsung dari contoh data yang ada secara otomatis (Leondes, 1998). B. Rumusan Masalah A. Apa pengertian dari LLA ? B. Bagaimana klasifikasi dari LLA ? C. Apa penyebab dari LLA ? D. Bagaimana pohon masalah terjadinya LLA ? E. Apa saja tanda dan gejala dari LLA ? F. Apa saja pemeriksaan penunjang dari LLA ? G. Apa saja komplikasi dari LLA ? H. Bagaimana penatalaksanaan medis dari LLA ? I. Bagaimana pengkajian dari LLA ? J. Apa saja diagnose yang muncul pada LLA ? K. Intervensi dari LLA ?



BAB II PEMBAHASAN A.



PENGERTIAN Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan yang sering ditemukan pada masa anakanak (25-30% dari seluruh keganasan pada anak), anak laki lebih sering ditemukan dari pada anak perempuan, dan terbanyak pada anak usia 3-4 tahun. Faktor risiko terjadi leukimia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi faktor hormonal,infeksi virus (Ribera, 2009). Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah suatu penyakit yang berakibat fatal, dimana sel-sel yang dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang. LLA merupakan leukemia yang paling sering terjadi pada anak-anak. Leukemia jenis ini merupakan 25% dari semua jenis kanker yang mengenai anak-anak di bawah umur 15 tahun.



B.



KLASIFIKASI 1. Leukemia secara umum Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal yaitu : 1) Leukemia Akut Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan. 1) Leukemia Limfositik Akut (LLA) LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang. (gambar 1. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).



Gambar 1. Leukemia Limfositik Akut 2)



Leukemia Mielositik Akut (LMA) LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan. (gambar 2. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).



Gambar 2. Leukemia Mielositik Akut 2.



Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) FAB (French-American-British) dibuat klasifikasi LLA berdasarkan morfologik untuk lebih memudahkan pemakaiannya dalam klinik, antara lain sebagai berikut: a. L-1 terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa dengan kromatin homogen, nucleus umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit b. L-2 pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tapi ukurannya bervariasi, kromatin lebih besar dengan satu atau lebih anak inti c. L-3 terdiri dari sel limfoblas besar, homogeny dengan kromatin berbecak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi C.



ETIOLOGI Penyebab dari terjadinya LLA masih belum diketahui, namun ada penelitian terbaru yang menyatakan bahwa adanya peranan infeksi virus dan atau bakteri (Permono dan Ugrasena,



2010). Ada beberapa faktor-faktor yang membantu meningkatkan angka kejadian LLA seperti faktor lingkungan, faktor genetik, dan faktor paparan terhadap radiasi pada saat sedang dalam kandungan maupun pada saat kanak-kanak. Selain itu, infeksi virus Epstein-Barrserta sel limfosit B juga berperan terhadap kejadian LLA pada negara berkembang (Tubergen dan Bleyer, 2007).



D. PATHWAY



E.



MANIFESTASI KLINIS leukemia limfositik akut menyerupai leukemia granulositik akut dengan tanda dan gejala dikaitkan dengan penekanan unsur sumsum tulang normal (kegagalan sumsum tulang) atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas di



sumsumtulang menyebabkan berkurangnya sel-sel normal di darah perifer dengan manifestasi utama berupa infeksi, perdarahan, dan anemia. Gejala lain yang dapat ditemukan yaitu: 1. Anemia: mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada 2. Anoreksia, kehilangan berat badan, malaise 3. Nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi sumsum tulang oleh sel leukemia), biasanya terjadi pada anak 4. Demam, banyak berkeringat pada malam hari(hipermetabolisme) 5. Infeksi mulut, saluran napas, selulitis, atau sepsis. Penyebab tersering adalah gramnegatif usus 6. stafilokokus, streptokokus, serta jamur 7. Perdarahan kulit, gusi, otak, saluran cerna, hematuria 8. Hepatomegali, splenomegali, limfadenopati 9. Massa di mediastinum (T-ALL) 10. Leukemia SSP (Leukemia cerebral); nyeri kepala, tekanan intrakranial naik, muntah,kelumpuhan saraf otak (VI dan VII), kelainan neurologik fokal, dan perubahan statusmental.



F.



PEMERIKSAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah : 1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik. 2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml 3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah 4. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (