Makalah Luka Bakar KMBIII [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH COMBUTSIO/LUKA BAKAR



Disusun Oleh Kelompok 1 : 1. Raju Fredy Hati Wijaya 2. Rosa Gistina Salsabila 3. Tiara Rostiana 4. Yollanda Olisa 5. Yuniar



UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU-LAMPUNG 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadiratAllah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesikan tugas makalah yang berjudul “Combutsio/Luka Bakar”.



Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas yang diberikan selaku dosen mata kuliah. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis. Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan study yang sedang kami tekuni dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesikan makalah ini. Kami sadar makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Pringsewu, 12 April 2020



Kelompok 1



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan ratarata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan



tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai. B. Rumusan Masalah a) Apa yang dimaksud dengan combutsio? b) Bagaimana etiologi dari combutsio? c) Bagaimana patofisiologi dari combutsio? d) Bagaimana manifestasi klinik dari combutsio? e) Bagaimana pemeriksaan penunjang dari combutsio? f) Bagaimana penatalaksanaan medis dari combutsio? g) Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari combutsio? C. Tujuan a) Tujuan Umum Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Medical Bedah mengenai Combutsio serta Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Combutsio. b) Tujuan Khusus  Untuk mengetahui Definisi dari combutsio  Untuk mengetahui etiologi dari combutsio  Untuk mengetahui patofisiologi dari combutsio  Untuk mengetahui manifestasi klinik dari combutsio  Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari combutsio  Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari combutsio  Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari combutsio



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Combutsio/Luka Bakar Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365) Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation) . Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) B. Etiologi Combutsio/Luka Bakar Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah: a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat



Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005). b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)a Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005). c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005). d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005). C. Patofisiologi Combutsio/Luka Bakar Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa



faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. (Wim De Jong, 2004)



Penderita syok atau terancam syok -          Anak     : luasnya luka >10% -          Dewasa : luasnya luka >15% Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat -          Wajah, mata -          Tangan dan kaki -          Perineum Terancam udem laring -          Tertutup asap atau udara hangat



                              Bagan 2.1 indikasi rawat inap Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah ke otak dan jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran darah yang berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat merugikan. Kerusakan yang dihasilkan bergantung pada keburuhan dasar organ tubuh. Beberapa organ dapat bertahan hanya untuk beberapa jam tanpa pasokan darah yang menyediakan sumber gizi. Setelah resusitasi, tubuh mulai menyerap kembali cairan edema dan membuangnya lewat pembentukan urine (diuresis). (Black & Hawk, 2009) Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat memengaruhi prognosis. (Wim De Jong, 2004) Untuk luka bakar yang lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas (misalnya, meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh [total body surface area-TBSA]), tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera. Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi (hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan fungsi (hiperfungsi) setiap sistem organ. (Black & Hawk, 2009)  Respons Sistemik Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah



jantung



dengan



diikuti



oleh



fase



hiperdinamik



serta



hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan natrium serta



protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan mekanisme lainnya.  Respons Kardiovaskuler Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24-36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam. Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar (sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.  Respons Pulmonal



Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan



volume



pernapasan-dimanifestasikan



sebagai



hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap kembali ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka dengan tandur kulit.  Cedera Inhalasi Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu atau batu bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen tergeser, dan CO



berikatan



dengan



hemoglobin



untuk



membentuk



karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan terjadi akibat penurunan kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara keseluruhan.  Depresi Miokardium Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor depresi miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi pada periode pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan dan serta-merta terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang, menunjukkan respons neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Penurunan curah



jantung ini sering berlanjut dalam beberapa hari bahkan setelah volume plasma telah kembali dan keluaran urine kembali normal. Baru-baru ini, kombinasi mediator inflamasi dan hormone disebutkan sebagai penyebab depresi miokardium yang terjadi setelah cedera.  Berubahnya Integritas Kulit Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang disebabkan akibat gangguan kulit dan perubahan jaringan di bawah permukaannya. Kulit, ujung saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang cedera akibat terbakar kehilangan fungsi normalnya. Hal yang terpenting, fungsi barrier kulit hilang. Kulit yang utuh dalam keadaan normal menjaga agar bakteri tidak memasuki tubuh dan agar cairan tubuh tidak merembes keluar, mengendalikan penguapan, dan menjaga kehangatan tubuh. Dengan rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh dapat terganggu, dan risiko infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta kehilangan air akibat penguapan meningkat.  Imunosupresi Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan



aktivitas



limfosit,



dan



penurunan



pembentukan



immunoglobulin, serta perubahan fungsi neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi. sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap infeksi-kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan ini menghasilkan peningkatan risiko infeksi dan sepsis yang mengancam nyawa.  Respons Psikologis Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban dipengaruhi usia, kepribadian, latar



belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera. Sebagai tambahan, pemisahan dari keluarga dan teman-teman selama perawatan di rumah sakit dan perubahan pada peran normal dan tanggung jawab klien memengaruhi reaksi terhadap trauma luka bakar. D. Manifestasi Klinik Combutsio/ Luka Bakar Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga. Kedalaman dan



Bagian



penyebab luka



kulit yang



Gejala



Penampilan luka



Perjalanan kesembuhan



bakar terkena Derajat satu Epidermi



Kesemutan,



Memerah,



(superfisial):



hiperestesia



putih ketika ditekan lengkap dalam



tersengat



(supersensivitas),



minimal atau tanpa waktu



matahari,



rasa nyeri mereda edema



minggu,



jika didinginkan



terjadi



terkena



s



api



menjadi Kesembuhan satu



dengan



pengelupasan



intensitas



kulit



rendah Derajat-dua



Epidermis



Nyeri,



Melepuh, dasar luka Kesembuhan



(partial-



dan



hiperestesia,



berbintik-bintik



thickness):



bagian



sensitif



tersiram



air dermis



mendidih, terbakar nyala api



terhadap merah,



udara yang dingin



retak,



dalam



epidermis 2-3



waktu minggu,



permukaan pembentukan



luka basah, terdapat parut oleh



edema



dan



depigmentasi, infeksi



dapat



mengubahnya menjadi



Derajat-tiga



Epidermis



Tidak



derajat-tiga terasa Kering, luka bakar Pembentukan



(full-



,



nyeri,



syok, berwarna



thickness):



keseluruh



hematuria



terbakar api,



nyala an dermis (adanya terkena dan



seperti bahan kulit diperlukan darah atau gosong, kulit pencangkokan



dalam urin) dan retak dengan bagian , pembentukan



cairan mendidih kadang-



kemungkinan



dalam



waktu kadang



pula



yang



lama, jaringan



(destruksi



tersengat



arus subkutan



listrik



putih eskar,



lemak yang tampak, parut



hemolisis terdapat edema



darah



dan



hilangnya



sel



kontur



serta



merah),



fungsi



kulit,



kemungkinan terdapat



hilangnya jari luka



tangan



atau



masuk dan keluar



ekstrenitas



(pada luka bakar



dapat terjadi



listrik)



 Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera, yaitu : 1. Zona koagulasi



: area yang paling dalam, dimana terjadi kematian



seluler. 2. Zona statis



:



area



pertengahan,



tempat



terjadinya



gangguan suplai darah, inflasi, dan cedera jaringan. 3. Zona hiperemia : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka bakar derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.  Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-faktor berikut : 1. Riwayat terjadinya luka bakar 2. Penyebab luka bakar



3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar 4. Lamanya kontak dengan agen 5. Tebalnya kulit



Gambar luka bakar derajat I (superfisial)



Gambar luka bakar derajat II (partial-thickness)



Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)



gambar klasifikasi luka bakar  Luas Luka Bakar Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :



a. Rumus Sembilan (Rule of Nines) Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.



gambar rumus sembilan (rule of nines) pada orang dewasa



gambar rumus sembilan (rule of nines) pada anak-anak b. Metode Lund and Browder



Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagianbagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.



Metode Lund and Browder c. Metode Telapak Tangan Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang



lebih sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar. E. Pemeriksaan Penunjang  Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.  Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.  GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.  Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.  Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.  Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.  Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.  Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.  BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.



 Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.  EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.  Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar. F. Penatalaksanaan Combutsio/Luka Bakar a. Pre Hospital Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis b. Hospital 1)       Resusitasi A, B, C. Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu. a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.



b)   Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae c)   Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans 2)      Resusitasi Cairan Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar yaitu : a)      cara Evans Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah : ·         Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl ·         Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid ·         3.2000cc glukosa 5% Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis. b)      Cara Baxter Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus : Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya



diberikan



diberikan elektrolit



dalam yaitu



16 larutan



jam.



Hari



ringer



pertama



laktat



karena



terutama terjadi



hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama. c)      Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. d)     Monitor urine dan CVP. e)      Topikal dan tutup luka -       Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. -       Tulle -       Silver sulfa diazin tebal. -       Tutup kassa tebal. -       Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor. f)       Obat – obatan -       Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. -       Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur. -       Analgetik : kuat (morfin, petidine) -       Antasida : kalau perlu 2.      Penatalaksanaan Pembedahan Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas. Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.



c. Perawatan Luka Bakar Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.







Fase Resusitatif Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini juga ditandai dengan terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun cairan tetap berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga sirkulasi yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.







Fase Akut Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan diuresis sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48 hingga 72 jam setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka bakar moderat atau minor, fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu cedera. Fase akut berlanjut hingga penutupan luka tercapai.







Fase Rehabilitasi



Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam pemulihan luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka sampai pemulangan dan setelahnya. Dalam rangka mencapai hasil terbaik, pemberi perawatan harus mengerti konsekuensi cedera luka bakar, dan penanganan rehabilitasi harus dimulai sejak hari saat cedera terjadi. Pada akhirnya, program rehabilitasi luka bakar dirancang untuk pemulihan fungsional dan emosional maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan penyembuhan luka, mencegah dan meminimalkan deformitas dan parut hipertrofik, meningkatkan fungsi dan kekuatan fisik, meningkatkan dukungan emosional, serta memberikan pengajaran adalah bagian dari fase rehabilitasi yang berlangsung. Fase Fase



resusitasi



darurat atau segera



Durasi yang Dari awitan hingga



Prioritas cedera ·         Pertolongan pertama



selesainya ·         Pencegahan syok



resusitasi cairan



·         Pencegahan gangguan pernapasan ·         Deteksi dan penanganan cedera yang menyertai ·         Penilaian luka dan



Fase akut



perawatan pendahuluan dimulainya ·         Perawatan dan penutupan



Dari



diuresis hingga hampir luka selesainya



proses ·        



penutupan luka



Pencegahan



penanganan



atau



komplikasi,



termasuk infeksi Fase rehabilitasi



·         Dukungan nutrisi Dari penutupan luka ·         Pencegahan parut dan yang



besar



kembalinya tingkat



hingga kontraktur kepada ·        



Rehabilitasi



penyesuaian oksupasional



fisik, dan



fisik dan psikososial vokasional yang optimal



·         Rekonstruksi fungsional dan kosmetik ·         Konseling psikososial



G. Konsep Asuhan Keperawatan Combutsio/ Luka Bakar 1. Pengkajian a. Aktifitas/istirahat: Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. b. Sirkulasi: Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). c. Integritas ego: Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. d.  Eliminasi: Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik. e. Makanan/cairan: Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.



f. Neurosensori: Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf). g. Nyeri/kenyamanan: Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. h.   Pernafasan: Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). i. Keamanan: Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.



Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.



Penampilan



luka



bervariasi



dapat



meliputi



luka



aliran



masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik). j.   Pemeriksaan diagnostik:  LED: mengkaji hemokonsentrasi.  Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam



24



jam



pertama



karena



peningkatan



kalium



dapat



menyebabkan henti jantung.  Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap.  BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.  Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.  Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.  Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.  Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan sebagai berikut :



1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada. 2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan



melalui



rute



abnormal.



Peningkatan



kebutuhan



:



status



hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan. 3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher. 4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi. 5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka. 6) Resiko



tinggi



kerusakan



perfusi



jaringan,



perubahan/disfungsi



neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema. 7) Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein. 8) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan. 9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam). 10) Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri. 11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi. c. Rencana Intervensi



Rencana Keperawatan



Diagnosa Keperawata



Tujuan dan Kriteria



n Resiko



Hasil Bersihan



bersihan



jalan



jalan



Intervensi



Rasional



O:



1.



nafas Kaji adanya pucat atau Dugaan cedera inhalasi



nafas tetap efektif.



tidak efektif Kriteria



warna buah ceri merah pada kulit yang cidera



berhubungan



Hasil



dengan 



Bunyi nafas N:



obstruksi



vesikuler,



trakheobronk



RR



2.



:



Takipnea,



penggunaan



otot bantu, sianosis dan



Monitor



status perubahan



dalam hemidinamik.



sputum



menunjukkan



hial; oedema batas



terjadi



distress



mukosa;



normal,



E:



pernafasan/edema paru



kompressi



bebas



Anjurkan pasien untuk dan



jalan nafas .



dispnoe/cya



istirahat dan nafas dalam.



intervensi medik.



C:



3.



Kolaborasi meliputi :



Obstruksi



kebutuhan



nosis.



Berikan



pelembab



O2 nafas/distres pernafasan



melalui cara yang tepat, dapat contoh masker wajah Awasi/gambaran



jalan



terjadi



sangat



cepat atau lambat contoh seri sampai 48 jam setelah



GDA



terbakar. 4. Untuk



membantu



pernafasan. Resiko tinggi Pasien dapat O: kekurangan



mendemostr



Observasi



1. distensi



Observasi ketat fungsi



volume



asikan status abdomen, hematomesis, ginjal



cairan



cairan



berhubungan



biokimia



dengan



membaik.



N:



Kehilangan



Kriteria



Pemberian asupan cairan



cairan



evaluasi: tak untuk



dan feces hitam.



dan



stasis atau refleks urine. Memungkinkan



setiap



sif



mis: 2.



siang 1000 ml , sore 800 Resusitasi



abnormal.



manifestasi



ml, dan malam 200 ml.



Peningkatan



dehidrasi, : resolusi



cairan



menggantikan kehilangan



E:



cairan/elektrolit



status



oedema,



Kaji pemahaman klien membantu



hypermetabo



elektrolit



tentang



lik,



infus



cairan cepat.



melalui rute ada



kebutuhan



mencegah



dan



mencegah



alasan komplikasi.



ketidak serum dalam mempertahankan hidrasi Mengidentifikasi



cukupan



batas



pemasukan.



normal,



Kehilangan



haluaran



perdarahan.



urine di atas Kolaborasi dengan dokter penggantian  cairan dan 30 ml/jam.



yang adekuat.



kehilangan darah/kerusakan



C: dalam antasida



dan



SDM



kebutuhan



pemberian elektrolit. atau antagonis 3.



reseptor histamin seperti Meningkatkan simetidin.



pengeluaran urine dan membersihkan



tubulus



dari debris /mencegah nekrosis. Penggantian



lanjut



karena kehilangan urine dalam jumlah besar Menurunkan keasaman gastrik



sedangkan



inhibitor



histamin



menurunkan



produksi



asam hidroklorida untuk menurunkan



produksi



asam hidroklorida untuk menurunkan



iritasi



gaster. 4. Inspeksi adekuat dari luka bakar. 1.



Resiko



Pasien dapat O:



kerusakan



mendemonst Observasi



pertukaran



rasikan



khususnya



gas



oksigenasi



mukosa.



berhubungan



adekuat.



dengan



Kriteroia



cedera



evaluasi: RR Beriakan



sianosis Mengidentifikasi membran kemajuan



penyimpangan dari hasil yang



N:



inhalasi asap 12-24 x/mnt, oksigen



Inhalasi



n



normal,



pada



renatng



terhadap luka normal, sirkumfisial



bersih,



atau leher.



alveoli,



tingkat mempengaruhi gas



pada kapiler



dan alveoli.



ventilator mekanis sesuai Suplemen



bunyi nafas pesanan dada ada



dapat



temaptkan pasien pada 2.



bakar dari



asap



atau bantu dengan selang membran



torakal GDA dalam endotrakeal



sekunder



diharapkan.



suplemen merusak



atau sindrom warna kulit yang ditentukan. Pasang pertukaran komparteme



dan



bila



oksigen



terjadi meningkatkan



jumlah



tak insufisiensi



pernafasan oksigen yang tersedia



(dibuktikan



dnegna untuk jaringan. Ventilasi



kesulitan



hipoksia,



bernafas.



rales,



hiperkapnia, mekanik takipnea



dan untuk



perubahan sensorium).



diperlukan pernafasan



dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara



E: Anjurkan dalam



mandiri. pernafasan dengan 3.



penggunaan insentif



spirometri Pernafasan



setiap



2



dalam



jam mengembangkan



selama tirah baring.



alveoli,



menurunkan



Pertahankan posisi semi resiko atelektasis. fowler, bila hipotensi tak 4. ada.



Memudahkan



C:



ventilasi



dengan



menurunkan



tekanan



abdomen



Kolaborasi dengan dokter terhadap diafragma. apabila terjadi dispnea 5. disertai dengan takipnea. Luka Siapkan



pasien



bakar



sekitar



untuk torakal dapat membatasi



pembedahan eskarotomi ekspansi sesuai pesanan.



adda.



Mengupas



kulit



(eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada. 1.



Resiko tinggi Pasien bebas O: infeksi



dari infeksi.



Observasi



berhubungan



Kriteria



(area luka bakar, sisi indikasi-indikasi



dengan



evaluasi: tak donor dan status balutan kemajuan



Pertahanan



ada demam, di atas sisi tandur bial penyimapngan dari hasil



primer tidak pembentuka adekuat;



n



kerusakan



granulasi



perlinduinga



baik.



n



kulit;



jaringan



luka



bakar Mengidentifikasi atau



tandur kulit dilakukan) yang diharapkan.



jaringan setiap 8 jam.     



2. Pembersihan



N:



pelepasan



   pertahankan



dan jaringan



teknik nekrotik meningkatkan



aseptif.



pembentukan granulasi.



traumatik.



3.



Pertahanan



E:



sekunder



Ajarkan



Antimikroba pasien



dan membantu



topikal mencegah



tidak



keluarga tanda dan gejala infeksi.



adekuat;



infrksi.



Mengikuti



prinsip



penurunan



aseptik



melindungi pasien dari



Hb,



C:



infeksi.



Kulit



yang



penekanan



Kolaborasi dengan dokter gundul menjadi media



respons



untuk



inflamasi



antibiotik.



pemberian yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri. 4. Memberikan



antibiotic



yang sesuai



Nyeri



Pasien dapat O:



1.



berhubungan



mendemonst Observasi



dengan



rasikan



Kerusakan



hilang



kulit/jaringan



ketidaknyam



;



anan.



reaksi



verbal



non Dukungan adekuat pada dari luka



dari ketidaknyamanan.



bakar



gerakan



selama membantu



meinimalkan N:



ketidaknyamanan.



pembentukan Kriteria



Kaji tipe dan sumber 2.



edema.



evaluasi:



nyeri untuk menentukan Analgesik



Manipulasi



menyangkal



intervensi.



jaringan



nyeri,



narkotik



diperlukan



utnuk



memblok E:



debridemen



perasaan



Ajarkan tentang tekhnik Absorpsi obat IM buruk



luka.



nyaman,



non



ekspresi



relaksasi nagas dalam, bakar



farmakologi



dan distraksi,



nyeri



nyeri



cidera contoh melaporkan



wajah



dengan



jaras



berat.



: pada pasien dengan luka luas



kompres disebabkan



yang oleh



postur tubuh hangat/dingin.



perpindahan interstitial



rileks.



berkenaan



dengan



C:



peningkatan



Kolaborasi dengan dokter permeabilitas kapiler. perikan narkotik.



analgesik 3. Panas dan air hilang melalui jaringan luka bakar,



menyebabkan



hipoetrmia. 4. Tindakan eksternal ini membantu



menghemat



kehilangan panas. Menururnkan



neyri



dengan mempertahankan



berat



badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara. 5. Menghilangkan tekanan pada Resiko tinggi Pasien



O:



kerusakan



menunjukka



Observasi



perfusi



n



jaringan,



tetap



perubahan/di



adekuat.



sfungsi



Kriteria



N:



neurovaskule



evaluasi:



Monitor



r



tonjolan



tulang



dependen. . 1. temperatur, Mengidentifikasi



sirkulasi TD, denyut perifer, RR indikasi-indikasi dan BB.



kemajuan



atau



penyimpangan dari hasil



perifer warna kulit infeksi.



yang diharapkan. tanda-tanda 2. Meningkatkan



aliran



berhubungan



normal,



balik



dengan



menyangkal



Penurunan/in



kebas



E:



vena



dan



menurunkan



dan Kaji peningkatkan aliran pembengkakan.



terupsi aliran kesemutan,



balik



vena



dan 3.



darah



nadi perifer menurunkan



Temuan-temuan



arterial/vena,



dapat diraba. pembengkakan.



menandakan keruskana



contoh



luka



ini



sirkualsi distal.



bakar seputar



C:



4.



ekstremitas



Kolaborasi dengan dokter Dokter dapat mengkaji



dengan



untuk pemberian obat.



edema.



tekanan jaringan untuk emnentukan kebutuhan terhadap bedah.



intervensi Eskarotomi



(mengikis pada eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan memperbaiki Kerusakan



Memumjukk O:



integritas



an



kulit



warna, Memberikan



kedalaman



jaringan



perhatikan



permukaan



Kriteria



nekrotik



kulit



hasil:



sekitar luka.



sekunder



Mencapai



aera graft.



destruksi



penyembuha N:



2.



lapisan kulit.



n



jaringan penanaman dan



kondisi kemungkinan



waktu pada menggunakan luka yang longgar.



kulit



dan



petunjuk



tentang sirkulasi pada



tepat Anjurkan pasien untuk Menyiapkan



bakar.



informasi



luka, dasar tentang kebutuhan



kerusakan



area



sirkulasi



adekuat. 1.



Observasi



b/d regenerasi



untuk



jaringan



pakaian untuk penanaman dan menurunkan



resiko



infeksi/kegagalan kulit. E:



3.



Ajarkan pada keluarga Kain tentang



luka



perawatan luka.



nilon/membran



dan silikon



mengandung



kolagen porcine peptida yang



C:



melekat



pada



permukaan luka sampai



Kolaborasi dengan ahli lepasnya gizi



pemberian



TKTP, vitamin.



atau



diet mengelupas



secara



spontan



kulit



repitelisasi. 4. Menurunkan pembengkakan /membatasi



resiko



pemisahan



graft.



Gerakan dibawah



jaringan graft



dapat



mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal. Area mungkin ditutupi oleh



bahan



permukaan



dengan tembus



pandang tak reaktif.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar. B. Saran Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap



kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.



DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001. R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta: EGC. Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian.