Makalah Perioperatif-Care-Pada-Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PERIOPERATIVE CARE PADA ANAK SAAT POST OPERASI



OLEH :



1. Ahmad Jazuli 2. M. Yunus 3. Benediktus



PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (Ners) POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah  SWT karena atas berkat Rahmat dan HidayahNyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.  Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber.  Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna. Semoga  makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya. . Bandar Lampung, September 2020



 



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL....................................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................................ii DAFTAR ISI................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................1 B. Tujuan ...................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Keperawatan Perioperatif ................................................3 B. Indikasi Pembedahan......................................................................6 C. Klasifikasi Pemedahan....................................................................6 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



A. Proses keperawatan perioperatif ....................................................8 B. Pengkajian.......................................................................................8 C. Pengkajian umum...........................................................................9 D. Pengkajian riwayat kesehatan.........................................................12 BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan ...................................................................................17 B. Saran .............................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,  jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan



pembedahan



adalah



hal



yang



baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri  pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah –  langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien. B. Tujuan



1



1.



Tujuan Umum Untuk para pembaca mahasiswa maupun perawat dapat mengetahui bagaimana keperawatan perioperatif pada anak itu sendiri, dan menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca dan perawat.



2.



Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana keperawatan perioperatif



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Keperawatan Perioperatif Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan sebelum



(praoperasi),



selama



(intraoperasi),



dan



setelah



operasi



(pascaoperasi).Ini terjadi di rumah Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang  berdiri sendiri, atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan. Keperawatan perioperatif adalah instilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman bedah pasien. Faktor-faktor



penting



yang



terkaitan



dalam



pembedahan



yaitu



penyakit pasien,  pembedahan yang dilakukan dan faktor pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupakan hal yang peling penting, karena pada faktor penyakit tertentu dan faktor tindakan pembedahan adalah hal yang sudah berjalandengan baik dan  benar. Hal ini didasarkan pada pemahaman perawat tentang prinsip-prinsip penting, termasuk hal-hal berikut : 1.



Pelayanan yang berkualitas tinggi dan perawatan yang berfokus pada keselamatan klien



2.



Kerja tim multidisiplin



3.



Komunikasi terapeutik yang efektif dan kolaborasi dengan klien, keluarga klien, dan tim bedah.



4.



Pengkajian dan intervensi dalamsemua tahap operasi dengan efektif dan efisien.



5.



Advokasi untuk klien dan keluarga klien



6.



Memahami pengendalian biaya.



3



Tahap-tahap di dalam keperawatan perioperatif : 1.



Fase pra operasi Fase pra operasi dimulai ketika dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien berada di meja operasi sebelum pembedahan dilakukan. Lingkup aktivitas keperawatan selam waktu tersebut dapat mencangkup pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara praoperasi dan menyiapakan pasien untuk anestesi yang diberikan dan pembedahan. Tujuan perawatan praoperasi : a.



Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberika penyuluhan tentang tindakan anesthesia.



2.



b.



Mengkaji, merencanakandan memenuhim kebutuhan pasien



c.



Mengetahu akibat tindakan anesthesia yang akan dilakukan



d.



Mengantisipasi dan menggulangi kesulitan yang mungin timbul.



Fase intra operasi Fase intar operasi dimulai ketika asien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah (meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruangan pemulihan (recovery room) atau istilah lainnya adalah post anestesi care unit (PACU). Pada fase ini ruangna lingkup aktivitas keperawatan mencangkup  pemasangan intarvena kateter, pemberian medifikasi



intarvena,



melakukan  pemantaun kondisi fisiologis



menyeluruh sepanjang prosedur pembedah dan menjaga keselametan pasien. Perawatan anestesi dimulai sejak pasien berada di meja operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruangan pulih sadar. Tujuan : Mengupayaan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal agar pembedah dapat berjalan lancar dengan baik. 3.



Fase pasca operasi Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruangan pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindakan lanjut pada tatanan



4



klinik atau ruang perawatan bedah atau dirumah. Ringkup ativitas keperawatan melipti rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini focus pengkajian efek agen atau obat anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas perawat  berfokus pada peningkatan penyembuhan dan rehabilitasi dan pemulangna pasien. Perawatan pasca anestesi atau pembedahan di mulai sejak pasien dipindahkan ke ruangan pulih sadar sampai diserah terimakan kembali pada perawat di rungan rawat inap. Jika kondisi klien tetap kritis pasien dipindahkan ke ICU. a.



Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih



b.



Mecegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi



c.



Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat  pemindahan / pemulangan pasien.



Pengkajian yang dilakukan perawat pada periode perioperatif diantaranya adalah : 1.



Rumah atau klinik a.



Melakukan pengkajian periopertif awal



b.



Merencanankan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien



c.



Melibatakan keluarga dalam wawancara



d.



Memastika kelengkapan pemeriksaan pra-operatif



e.



Mengkaji kebutuhan klien terhadap transpotasi da perawatan pasca operasi



2.



Unit perawatan bedah a.



Melengkapi pengkajian pre-operatif



 b. Koordinasi



penyuluhan



terhadap



pasien



dengan



staf



kepewaratan lain c.



Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal mungkin akan terjadi



d. 3.



Membuat rencana asuhan keperawatan.



Ruang operasi



5



a.



Mengkaji tingkat esadaran klien



b.



Melakukan penilaian ulang lembar observasi pasien atau rekam medis



c.



Mengidentifikasi pasien



d.



Memastiakn daerah pembedahan



B. Indikasi Pembedahan Tindakan pembedahan (operasi) dilakukan berdasarkan tau sesuai berdasarkan indikasi. Beberapa indikasi yang dapat dilakukan pembedahan diantaranya adalah indikasi : 1.



Diagnostik, misalnya eksisi tumor atau laparotomi eksplorasi



2.



Kuratif, misalnya infeksi tumor atau mengangkat afendiks yang mengalami inflamasi



3.



Reparatif, misalnya memperbaiki luka multiple



4.



Rekontruksi atau kosmetik, misalnya mammoplasty atau bedah plastic



5.



Paliatif, misalnya menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, seperti pemasangan



selang



gastrostomi



yang



dipasang



untuk



mengkonpensasi terhadap ketidakmampuan menelan makanan.



C. Klasifikasi Pembedahan Jenis-jenis prosedur bedah di klasifikasikan menurut keseriusan, urgensi, dan tujuan. Beberapa prosedur dapat bergabung ke dalam lebih dari satu klasifikasi. Misalnya, operasi pengangkatan dan bekas luka adalah minor dalam keseriusan, elektif di urgensi, dan rekonstruksi di tujuan. Seringnya pembagian kelas-kelas tersebut tumpang tindih. Prosedur yang mendesak adalah juga penting dalam tingkat keseriusannya. Kadang-kadang operasi yang



sama



dilakukan



untuk



alasan



yang  berbeda pada klien yang



berbeda. Sebagai contoh, gastrektomi mungkin dilakukan sebagai prosedur darurat untuk reseksi tukak yang telah berdarah atau sebagai  prosedur



6



mendesak untuk menghapus pertumbuhan kanker. Klasifikasi menunjukkan kepada perawat tingkat perawatan yang dibituhkan oleh klien.



7



BAB III ASKEP PERIOPERATIF A. PROSES KEPERAWATAN PERIOPERATIF Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau  klasifikasi pembedahan. Keahlian seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan keperawatan professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan ke dalam tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya risiko atau actual pada setiap fase perioperatif yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman keperawatan perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan. Staf keperawatan yang merawat pasien bertanggung jawab untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan pasien dengan cara mengimplementasikan rencana perawatan  yang berdasarakan pada tujuan yang diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan melibatkan tindakan mandiri dan kolaboratif. Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat praoperatif. Asuhan keperawatan praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat beberapa masalah pasien yang belum teratasi di ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh perawat perioperatif di kamara operasi. Dokumentasi yang optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan dengan perawat kamar operasi. B. PENGKAJIAN Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk menggali permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif pada kondisi klinik terbagi atas dua bagian, yaitu : 1)      Pengkajian komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat.



8



2)      Pengkajian klarifikasi ringkas oleh perawat perioperatif di kamar operasi. Lamanya waktu praoperatif akan menentukan lengkapnya data pengkajian. Misalnya, jika pasien datang ke tempat pembedahan pada hari yang sama, maka waktu yang tersedia mungkin tidak cukup untuk melakukan pemeriksaan fisik yang komprehensif. Dalam kasus ini, perawat lebih berfokus pada pengkajian utama seluruh system tubuh untuk memastikan bahwa tidak ada masalah yang terabaikan. Walaupun dokter akan melakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh sebelum menentukan jadwal pembedahan, tetapi pengkajian praoperatif sering kali menunjukkan adanya ketidaknormalan. Hal ini akan mengakibatkan penundaan atau pembatalan jadwal pembedahan yang telah dibuat. Perawat harus tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi pascaoperatif karena biasanya hasil pemeriksaan memperlihatkan hasil yang normal-normal saja. Pengkajian praoperatif secara umum meliputi :



1. Pengkajian umum 2. Riwayat kesehatan 3. Pengkajian psikososiospiritual 4. Pemeriksaan fisik 5. Pengkajian diagnostic C. PENGKAJIAN UMUM Pada pengkajian pasien di unit rawat inap. Poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh hal yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara seksama. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diidentifikasi pada saat melakukan pengkajian umum. Identitas pasien Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat identitas pasien. Perawat peripoperatif harus mengetahui bahwa faktor usia, baik anak-anak dan lansia, dapat meningkatkan resiko pembedahan.  Pengetahuan tersebut akan membantu perawat perioperatif untuk menentukan tindakan pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan ke dalam rencan asuhan keperawatan. Bayi dan anak-anak. bayi dan anak-anak berhubungan dengan status fisiologis



9



yang masih imatur atau mengalami penurunan. Pada bayi yang menjalani pembedahan, kemampuan pertahanan suhunya masih belum optimal. Refleks menggigil pada bayi belum berkembang dan sering terjadi berbagai variasi suhu. Anestesi menambah resiko bagi bayi karena agen anetesi dapat menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas, bayi juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan volume sirkulasi darah normal. Volume total darah bayi dianggap kurang dari anak-anak atau orang dewasa. Kehilangan darah walaupun dalam jumlah kecil dapat menjadi hal yang serius. Penurunan volume sirkulasi menyebabkan bayi sulit



berespons



terhadap



kebutuhan



untuk



meningkatkan



oksigen



selama



pembedahan. Dengan demikian, bayi menjadi sangat rentan mengalami dehidrasi. Namun, jika darah atau cairan diganti terlalu cepat , maka akan menimbulkan overdehidrasi. Aspek penting lainnya pada perawatan bedah anak meliputi manajemen jalan nafas, mempertahankan keseimbangan cairan, mengatasi kejang, mengatasi perubahan suhu, mengidentifikasi dan mengatasi penurunan kesadaran yang tiba-tiba dan kegawatan anestesi yang tertunda, mengatasi nyeri dan agitasi, serta terjadinya peralatan dan obat-obatan. lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk beradaptasi dengan stress pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya beberapa fungsi tubuh tertentu. Individu lansia yang menghadapi operasi bisa mempunyai suatu kombinasi penyakit kronik dan masalah kesehatan selain masalah kesehatan yang mengindikasikan pembedahan. secara umum, lansia dianggap memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang lebih muda. Cadangan jantung menurun, fungsi ginjal dan hepar menurun, dan aktifitas gastrointestinal tampaknya berkurang. Dehidrasi, konstipasi, dan malnutrisi juga mungkin terjadi. Keterbatasan sensori seperti gangguan penglihatan dan pendengaran, serta penurunan sensitivitas terhadap sentuhan sering kali menjadi alas an terjadinya kecelakaan, cedera, dan luka bakar. Keadaan mulut juga penting untuk dikaji sebab sering kali ditemukan adanya karies gigi atau gigi palsu. Temuan ini penting bagi ahli anestesi. Penurunan produksi keringat mengarah pada kulit yang kering dan gatalgatal. Kulit yang rapuh tersebut mudah mengalami abrasi, sehingga tindakan kewaspadaan yang lebih tinggi harus ditetapkan ketika memindahkan pasien lansia. Penurunan lemak subkutan membuat individu lansia lebih rentan terhadap perubahan suhu tubuh. Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan



10



Pengkajian jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan diperlukan sebagai persiapan umum. Pengkajian seperti persiapan financial sangat bergantung pada kemampuan pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani proses pembedahan . beberapa jenis pembedahan membutuhkan biaya yang lebih mahal . misalnya pembedahan jantung dan vascular, bedah saraf, serta bedah ortopedi. Hal itu disebabkan karena proses pembedahan tersebut memerlukan alat tambahan karena waktu yang dibutuhkan lebih lama sehingga berpengaruh pada biaya obat anestesi yang digunakan. Sebelum dilakukan operasi sebaiknya pasien dan keluarga sudah mendapat penjelasan dan informasi terkait masalah financial, mulai dari biaya operasi hingga pemakaian alat tambahan . hal ini diperlukan agar setelah operasi nanti tidak ada complain atau ketidakpuasan pasein dan keluarga. Persiapan Umum Persiapan informed consent dilakukan sebelum dilaksanakannya tindakan. Pasien dan keluarga harus mengetahui perihal prosedur operasi, jenis operasi, dan prognosis dari hasil pembedahan. peran perawat disini adalah bertanggung jawab dan memastikan bahwa pasien/keluarga dan dokter sudah menandatangani isi dari informed consent. Persiapan alat dan obat yang akan digunakan selama pembedahan harus dilakukan secara optimal sesuai dengan kebijakan institusi. Beberapa rumah sakit memberlakukan kebijakan bahwa persiapan alat dan obat harus dilakukan sebelum pasien memasuki kamar operasi. Beberapa rumah sakit lainnya mensyaratkan penyediaan darah untuk persiapan transfuse harus dilakukan oleh pihak keluarga. Pengkajian ulang pada ketepatan transfuse darah antara donor dengan resipien dapat menurunkan resiko kesalahan pemberian transfusi. Persiapan lainnya yang bersifat umum seperti pencalonan pasien yang akan dilakukan pembedahan dari ruang rawat inap, unit gawat darurat, atau unit perawatan intensif ke kamar unit dimana pasien akan dilakukan pembedahan. Bagi perawat di kamar operasi, pengkajian praoperatif adalah suatu keterampilan yang biasanya difokuskan pada area intervensi bedah dan harus dilakukan dalam waktu yang amat singkat. Pengetahuan mengenai anatomi, fisiologi, serta patofisiologi sangat penting dimiliki oleh seorang perawat praoperatif untuk menyintesis temuan pengkajian dan menggunaknnya untuk menentukan tujuan



11



perawatan pasien. Pasien yang baru diterima di kamar operasi akan diklarifikasi secara ringkas dan disesusaikan dengan intervensi bedah yang akan dilakukan. Dalam melakukan pengkajian yang ringkas dan optimal, perawat kamar operasi hanya melakukan klarifikasi secara cepat dengan menggunakan system checklist. Formulis checklist .pada beberapa institusi , penggunaan formulir praoperatif di kamar operasi bertujuan untuk mendokumentasikan prosedur yang secara rutin dilakukan pada pembedahan. dengan adanya formulir ini, akan terjalin komunikasi yang cepat antara perawat ruangan dengan perawat di kamar operasi. Yang diharapkan dari pembuatan formulir ini adalah perawat perioperatif dapat secara ringkas memvalidasi persiapan praoperatif yang telah dilakukan perawat ruangan. Pada kondisi yang lebih baik, beberapa institusi rumah sakit memberlakukan lembar pengenal yang dipasang pada lengan bawah pasien agar memudahkan pengenalan lebih lanjut tentang identitas pasien. Tujuan pemasangan tanda pengenal ini adalah untuk mencegah kekeliruan atau kesalahan intervensi yang dilakukan. D. PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN Riwayat kesehatan Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat dilakukan perawat melalui teknik wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan sesuai dengan klasifikasi pembedahan. Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien harus meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan    alasan utama pasien mencari pengobatan. Riwayat kesehatan pasien adalah sumber yang sangat baik. Sumber berharga lainnya adalah rekam medis dari riwayat perawatan sebelumnya . Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi kemampuan pasien dalam menoleransi pembedahan dan mencapai pemulihan yang menyeluruh . pasien yang akan menjalani bedah sehari (one day care) harus diperiksa secara teliti dan menyeluruh untuk menentukan kondisi kesehatan yang mungkin akan meningkatkan resiko komplikasi selama atau setelah pembedahan. Pengalaman bedah sebelumnya dapat mempengaruhi respons fisik dan psikologis pasien terhadap prosedur pembedahan. jenis pembedahan sebelumnya , tingkat rasa, ketidaknyamanan, besarnya ketidakmampuan yang ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah faktor-faktor yang mungkin akan diingat oleh pasien. Perawat mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami



12



pasien . informasi ini akan membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan pasien selama pra dan pascaoperatif. Pembedahan sebelumnya juga dapat mempengaruhi tingkat perawatan fisik yang dibutuhkan pasien setelah menjalani prosedur pembedahan. misalnya, pasien yang pernah menjalani torakotomi untuk reseksi lobus paru mempunyai resiko komplikasi paru-paru yang lebih besar daripada pasien dengan paru-paru yang masih utuh dan normal. Jika pasien menggunakan obat yang telah diresepkan atau obat yang dibeli di luar apotik secara teratur, maka dokter bedah atau ahli anestesi mungkin akan menghentikan pemberian obat tersebut untuk sementara sebelum pembedahan atau mereka akan menyesuaikan dosisnya. Beberapa jenis obat mempunyai implikasi khusus bagi pasien bedah. Obat ynag diminum sebelum pembedahan secara otomatis akan dihentikan saat pasien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta pasien untuk menggunakannya kembali. Di unit bedah sehari, riwayat yang perlu dikaji biasanya lebih singkat daripada riwayat yang seharusnya dikumpulkan. Pengkajian hanya dilakukan pada saat pasien dirawat di rumah sakit dan sore hari sebelum pembedahan dilakukan, karena terbatasnya waktu. Apabila pasien tidak mampu memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan maka perawat dapat bertanya pada anggota keluarga. Pada pasien gawat darurat yang memerlukan pembedahan cito, pengkajian riwayat kesehatan dilakukan secara ringkas terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pembedahan dan anestesi umum. Pasien dikaji tentang adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, tuberklusis paru, dan berbagai penyakit kronis yang akan berdampak pada peningkatan resiko komplikasi intraoperatif. Riwayat alergi Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu atau lebih, maka pasien perlu mendapat pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan tangan sebelum menjalani pembedahan atau penulisan symbol alergi yang tertulis jelas pada status rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi . perawat juga harus memastikan bagian depan lembar pencatatan pasien berisi daftar alergi yang dideritanya. Kebiasaan merokok, alcohol, dan narkoba



13



Pasien perokok memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami komplikasi paruparu pascaoperasi daripada pasien bukan perokok. Perokok kronik telah mengalami peningkatan jumlah dan ketebalan sekresi lendir pada paru-parunya. Anestesi umum akan meningkatkan iritasi jalan napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi tersebut akan dipertahankan akibat penurunan aktivitas siliaris selama anestesi. Setelah pembedahan, pasien perokok mengalami kesulitan yang lebih besar dalam membersihkan jalan napasnya dari sekresi lendir. Kebiasaan mengonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi yang merugikan terhadap obat anestesi . pasien juga mengalami toleransi silang (toleransi obat meluas) terhadap pemakaian obat anestesi, sehingga memerlukan dosis anestesi yang lebih tinggi dari normal. Selain itu dokter mungkin perlu meningkatkan dosis analgesic pascaoperatif. Konsumsi alcohol secara berlebihan juga dapat menyebabkan malnutrisi sehingga penyembuhan luka menjadi lambat. Pasien yang mempunyai riwayat adanya pemakaian narkoba (narkotika dan obatobatan terlarang) perlu diwaspadai atas kemungkinan yang lebih besar untuk terjangkit penyakit seperti HIV dan hepatitis, terutama pada pasien pengguna narkoba suntik. Penggunaan obat-obatan narkotika atau penyalahgunaan obat-obatan terlarang dapat mengganggu kemampuan pasien mengontrol nyeri setelah operasi serta mempengaruhi tingkat serta jumlah pemberian anestesi selama pembedahan. penggunaan narkoba suntik dapat mengganggu system vascular dan menyulitkan akses ke dalam vena. Pengkajian nyeri Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan sensori yang dinyatakan sebagai pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, cangkeul, dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri. Penting bagi setiap perawat untuk mempercayai pasien yang melaporkan rasa nyeri . yang juga sama pentingnya adalah waspada terhadap pasien yang mengabaikan nyeri. Misalnya mengungkapkan kenyataan bahwa gangguan atau prosedur biasanya menimbulkan nyeri atau bahwa pasien tampak meringis saat bergerak atau menghindari gerakan. Menggali alas an mengapa pasien mengabaikan rasa nyeri juga sangat membantu. Banyak orang yang menyangkal nyeri yang dialaminya karena mereka takut dengan pengobatan /tindakan yang mungkin



14



diberikan jika mereka mengeluh nyeri, atau takut menjadi ketergantungan terhadap opioid jika obat-obat ini diberikan untuk mengatasi nyerinya. Kondisi penyakit dan posisi dapat menimbulkan nyeri pada pasien, perawat perlu mengkaji pengalaman nyeri pasien sebelumnya, metode pengontrolan nyeri yang digunakan, sikap pasien dalam menggunakan obat-obatan peghilang rasa nyeri, respons perilaku terhadap nyeri, pengetahuan pasien, harapan, dan metode manajemen nyeri yang dipilih karena akan member dasar bagi perawat dalam memantau perubahan kondisi pasien. Pengkaji nyeri yang benar memungkinkan perawat perioperatif untuk menetapkan status nyeri pasien, lebih bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap perawatan yang diberikan, dan lebih berorientasi pada sifat kemitraan dalam melakukan penatalaksanaan nyeri. Perawat harus mengembangkan hubungan terapeutik yang positif dan memberi waktu kepada pasien untuk mendiskusikan nyeri. Member posisi yang nyaman pada pasien sebelum perawat bertanya dapat membantu pasien merasakan bahwa perawat peduli akan dirinya. Perawat menghindari nyeri yang semakin buruk karena melakukan pengkajian yang lama. Perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal pasien dalam mengomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Meringis, menekuk salah satu bagian tubuh, dan postur tubuh yang tidak lazim merupakan contoh ekspresi nyeri secara nonverbal. Pasien yang tidak mampu berkomunikasi efektit biasanya membutuhkan perhatian khusus selama pengkajian . anak-anak, individu yang mengalami keterlambatan perkembangan, pasien yang menderita psikosis, pasien yang sedang dalam kondisi kritis, pasien yang mengalami dimensia, dan pasien yang tidak bisa berbicara bahasa Indonesia membutuhkan pendekatan dengan cara yang berbeda. Pernyataan verbal anak-anak merupakan hal yang paling penting. Anak-anak yang masih kecil mungkin tidak mengerti makna “nyeri” sehingga dalam melakukan pengkajian perawat perlu menggunakan kata-kata, seperti ouh, aduh, atau sakit. Untuk pasien yang mengalami gangguan kognitif, perlu menggunakan pendekatan pengkajian yang sederhana, yaitu dengan melakukan observasi ketat terhadap perubahan perilaku pasien. Untuk pasien yang sedang dalam kondisi kritis dan mungkin mengalami penumpulan sensori, menggunakan selang nasogastrik, atau jalan nafas artificial perawat mungkin perlu mengajukan pertanyaan spesifik secara lansung kepada pasien sehingga pasien dapat member jawaban dengan mengangguk



15



dan menggelengkan kepala. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belum dapat mengungkapkan katakata juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas kesehatan. Secara kognitif , anak-anak toddler dan prasekolah tidak mampu mengingat penjelasan tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman yang dapat terjadi di berbagai situasi . dengan memikirkan pertimbangan pemikiran ini, perawat harus mengadaptasi pendekatan yang dilakukan dalam upaya mencari cara untuk mengkaji nyeri yang dirasakan anak-anak (termasuk apa yang akan dinyatakan dan perilaku yang akan diobservasi) dan bagaimana mempersiapkan seorang anak untuk prosedur medis yang menyakitkan (whaley, 1995). Apabila pasien berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda, maka akan sulit melakukan pengkajian nyeri . dalam situasi seperti ini, seorang penerjemah atau seorang anggota keluarga mungkin diperlukan untuk menjelaskan perasaan pasien dan sensasi yang dirasakan. Pengkajian karakteristik nyeri secara PQRST Keluhan dari pasien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indicator utama yang paling dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun yang berhubungan dengan ketidaknyamanan.. nyeri bersifat individual, sehingga pengkajian karakteristik nyeri membantu perawat membentuk pengertian pola nyeri dan tipe manajemen nyeri yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Penggunaan instrument untuk menghitung luas dan derajat nyeri bergantung kepada kondisi pasien yang sadar secara kognitif dan mampu memahami instruksi perawat. Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri dengan menggunakan metode PQRST dapat mempermudah perawat perioperatif dalam melakukan pengkajian nyeri yang dirasakn pasien secara ringkas dan dapat digunakan dalam kondisi praoperatif yang singkat.



16



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan sebelum



(praoperasi),



selama



(intraoperasi),



dan



setelah



operasi



(pascaoperasi). Ini terjadi di rumah Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang berdiri sendiri, atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan. Keperawatan perioperatif adalah instilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman bedah pasien. Selain itu tahapan bedah / perioperati itu sendiri di bagi menjadi 3 tahapan (praoperasi), selama (intraoperasi) dan setelah operasi (pascaoperasi), dn makalah ini  juga menjelaskan indikasi pembedahan dan klasifikasi pembedahannya. B. Saran Bagi para pembaca dan khususnya tenaga kesehatan dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah wawasannya mengenai perioperatif care pada pediatric sendiri, dan saat kita memberikan asuhan keperawatan agar bisa memberikan asuhan yang optimal kepada anak / pasien.jangan lupa untuk dibaca dan di mengerti karena ini menyangkut pembedahan pada anak.



17



DAFTAR PUSTAKA



Delaune & Ladner. (2006). Fundamental of Nursing Standart & Practice Third Edition. Thomsom Delmar Learning. Clifton Park. NewYork. http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/11/askep-perioperatif.html diakses pada 0109-2020



18