MAKALAH SEMINAR KMB DM kel 4 (gel 2).docx [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANGAN MAWAR RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU



Di SUSUN OLEH : KELOMPOK IV AINA MARDIAH ANNISA NUR AZMI BAMBANG IRAWAN HANIFA



Pembimbing Ns. Nurlinasari, S.Kep (Preseptor Klinik) Ns. Nila Kusumawati, S. Kep, M.P.H., CDWCN (Preseptor Akademik) PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI RIAU 2023



i



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah baik



jasmani



dan



memberikan



kesehatan



dan



kekuatan



rohani sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat



pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk asuhan keperawatan tahun ajaran 2021/2022. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada Tn. Y dengan Diabetes Mellitus di Ruangan Mawar



RSUD Arifin Achmad



Pekanbaru. Banyak bantuan yang penulis terima dalam melakukan penyusunan makalah ini, baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Dr. Zulkifli Malik Sp.PA selaku direktur RSUD Arifin Achmad. 2. Ibu Ns. Yenny Safitri. M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. 3. Ibu Ns. Riani, M.Kep selaku Koordinator Profesi KGD. 4. Ibu Ns. Nila Kusumawati, S. Kep, M.P.H., CDWCN selaku pembimbing akademik. 5. Ibu Ns. Nurlinasari, S. Kep selaku pembimbing ruangan mawar selaku kepala ruangan mawar. 6. Seluruh Perawat dan Staf ruangan mawar. 7. Teman-teman seperjuangan program profesi ners kelompok 1.A 2022-2023.



ii



DAFTAR ISI



Halaman Kata Pengantar....................................................................................................i Daftar Isi...............................................................................................................ii Daftar Tabel.........................................................................................................iv Daftar Gambar....................................................................................................v Daftar Skema.......................................................................................................vi BAB I



Pendahuluan......................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................5 C. Tujuan...........................................................................................5 D. Manfaat.........................................................................................6



BAB II



Tinjauan Pustaka..............................................................................7 A. Konsep Dasar Medis Diabetes Mellitus.....................................7 B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus......................24



BAB III



Tinjauan Kasus..................................................................................43 A. Pengkajian....................................................................................43 B. Analisa Data.................................................................................48 C. Diagnosa Keperawatan...............................................................49 D. Intervensi......................................................................................50



iii



E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................................53 BAB IV



Pembahasan.......................................................................................57



BAB V



Penutup...............................................................................................61 A. Kesimpulan...................................................................................61 B. Saran.............................................................................................62



Daftar Pustaka.....................................................................................................63



iv



DAFTAR TABEL Tabel 2.1



Konsep Intervensi Keperawatan .................................................



31



Tabel 3.1



Analisa Data................................................................................



48



Tabel 3.2



Intervensi Keperawatan ..............................................................



50



Tabel 3.3



Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ...................................



53



vi



DAFTAR SKEMA Skema 2.1 WOC.................................................................................................23



Perbaiki margin kanan kiri atas bawah



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman menyebabkan perubahan pada pola hidup masyarakat seperti kebiasaan konsumsi fast food, paparan zat kimia dan kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit salah satunya diabetes melitus. Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan



kadar



gula



(glukosa)



darah



akibat



kekurangan insulin baik absolut maupun relatif . Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Diabetes Mellitus tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah



penyakit



kardiovaskuler,



serebrovaskuler,



rheumatik dan katarak (Kemenkes RI, 2020).



Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang disebabkan oleh gagalnya organ pankreas dalam memproduksi hormon insulin secara memadai. Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit kronis



karena



Berdasarkan



dapat



terjadi



penyebabnya



secara



diabetes



menahun. melitus



di



golongkan menjadi tiga jenis, diantaranya diabetes melitus tipe 1, tipe 2 dan diabetes melitus gestasional. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena reaksi autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta pada pankreas sehingga tidak bisa memproduksi insulin sama sekali. Sedangkan diabetes melitus tipe 2 terjadi karena akibat adanya resistensi insulin yang mana sel-sel dalam tubuh tidak mampu merespon sepenuhnya insulin. Diabetes gestasional disebabkan karena naiknya berbagai kadar hormon saat hamil yang bisa menghambat kerja insulin Maka dari itu, untuk mengetahui bahwa seseorang mengidap penyakit diabetes melitus dapat ditegakkan melalui pemeriksan klinis berupa pemeriksaan kadar gula darah (International Diabetes Federation, 2019). Menurut WHO (World Health Organization) bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan



dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang



lebih



umum,



lebih



banyak



penderitanya



dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari keseluruhan populasi penderita DM (Suyono, 2019). Menurut RISKESDAS (2018) menyebutkan bahwa jumlah prevelensi kasus diabetes melitus di Indonesia menurut diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 2%. Angka tersebut menunjukan peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2013 dengan prevelensi 1.5% . Selain itu, jumlah kasus tertinggi terjadi di provinsi Jakarta ( 3,4 %) dan terendah dimiliki oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (0,9%). Keadaan kadar gula darah yang meningkat pada pasien diabetes melitus akan berdampak pada tingginya resiko ulkus kaki yang sulit disembuhkan. Hal ini dikarenakan



kemampuan



pembuluh darah dalam



berkontraksi maupun relaksasi sehingga mengakibatkan gangguan perfusi jaringan pada bagian distal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2016) bahwa adanya hubungan kadar gula darah dengan derajat ulkus diabetik. Hasil penelitian tersebut



memperoleh 10,0% derajat 1 ulkus kaki diabetik dengan kadar gula darah 200 mg/dl (11,1 mmol?L) 2) Glukosa plama puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3) Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian sesudah mengkomsumsi 75 gr



karbohidrat (2 jam post prandial(pp)>200 mg/dl. 8. Penatalaksanaan Medis Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes: 1.      Diet 2.      Latihan 3.      Pemantauan 4.      Terapi 5.      Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002: 1226).



B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1. Identitas Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun. 2.  Keluhan Utama Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun. 3.  Riwayat Kesehatan a.   Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis b.   Riwayat Penyakit Sekarang Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.



c,   Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya. 3. Pola Aktivitas a. Pola Nutrisi Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi



dan



metabolisme



yang



dapat



mempengaruhi



status



kesehatan  penderita.



b. Pola Eliminasi Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.



c. Pola Istirahat dan Tidur Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita Pola Aktivitas Adanya  kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita  mudah



mengalami kelelahan.



d. Pola persepsi dan konsep diri Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).



e. Pola sensori dan kognitif Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.



f. Pola seksual dan reproduksi Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga



menyebabkan



gangguan



potensi



sek,



gangguan



kualitas



maupun  ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. g. Pola mekanisme stres dan koping Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif  berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif. 4. Pengkajian Fisik



a. Keadaan Umum Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.



b. Head to Toe 1) Kepala Leher Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh. 2)  Sistem integumen Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. 3)   Sistem pernafasan Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi. 4)   Sistem kardiovaskuler Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler 5)   Sistem urinary



Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin. 6)    Sistem muskuloskeletal Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah. 7)   Sistem neurologis Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi. b. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah : a.    Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl. b.     Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata  ( ++++ ). c.     Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.



2. Diagnosa Keperawatan 1. Hipovolemia (SDKI: D. 0023): Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi: Penurunan



volume



cairan



intravaskuler,



interstisial,



dan/atau



intraselular; Penyebab: kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme regulasi, peningkatan, kekurangan intake cairan, Evaporasi; Gejala dan tanda mayor: Subjektif (tidak tersedia), Objektif: 1). Frekuensi nadi meningkatkan; 2). Nadi teraba lemah; 3). Tekanan nadi menyempit; 4). Turgor kulit menurun; 5 membram mukosa kering; 6). Volume urin menurun; 7). Hematokrit meningkat. Gejala dan tanda minor: subjektif: merasa lemah, mengeluh haus. Objektif: 1). pengisian vena menurun; 2). Status mental berubah; 3). Suhu tubuh meningkat; konsentrasi urin meningkat; 5). Berat badan turun tiba-tiba. 2. Defisit nutrisi (SDKI: D. 0019) Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism; Penyebab:



ketidakmampuan



mencerna



makanan,



menelan



ketidakmampuan



makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi



nutrient,



peningkatan kebutuhan metabolisme, factor ekonomi (mis. Stress, keengganan untuk makan). Gejala dan tanda mayor: subjektif:-, Objektif: berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.



Gejala dan tanda minor: subjektif: cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun. Objektif: 1). Bising usus hiperaktif; 2). Otot pengunyah lemah; 3). Membrane mukosa pucat; 4). Sariawan; 5). Serum albumin turun; 6). Rambut rontok berlebihan; 7). Diare. 3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (SDKI: D. 0027) Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi: variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal; Penyebab: hiperglikemia: Disfungsi pancreas, resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa



darah,



penggunaan



gangguan



insulin/obat



glukosa glikemia



darah oral,



puasa;



hipoglikemia:



hiperinsulinemia



(mis.



Insulinoma), endokrinopati (mis. Kerusakan adrenal atau pituitari), disfungsi hati, disfungsi ginjal kronis, efek agen farmakologi, tindakan pembedahan neoplasma, gangguan metabolikbawaan (mis. Gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpan glikogen). Gejala dan tanda mayor: subjektif (hipoglikemia): mengantuk, pusing. Hiperglikemia: lelah atau lesa Objektif: (hipoglikemia): gangguan koodinasi, kadar glukosa dalam/urin tinggi atau rendah. Hiperglikemia: kadar glukosa dalam darah/urin tinggi. Tanda dan gejala minor, subjektif (hipoglikemia): palpitasi, mengeluh lapar. Hiperglikemia: mulut kering, haus meningkat Objekti (hipoglikemia)



gemetar kesadaran menurun, perilaku ane, sulit bicara, berkeringat banyak. Hiperglikemia: jumlah urin meningkat. 4. Nyeri akut (SDKI: D. 0077) Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nyeri dan kenyamanan; Defenisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan; Penyebab: agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (abses. amputasi, trauma, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan; Gejala dan tanda mayor. Subjektif: mengeluh nyeri, objektif: tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri), gelisa, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Gejala dan tanda minor. Subjekti:-, objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri, diaphoresis. 5. Gangguan intergritas kulit (SDKI: D.0129) Kategori: Lingkungan, Subkategori: Keamanan dan proteksi; Defenisi: kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membram mukosa, kornea, fasia otot, tendon, tulang kartilago, kapsul



sendi dan atau ligament); Penyebab: perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan), kekurangan/ kelebihan volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu lingkungan yang eksrem, factor mekanis ( mis. Penekanan pada tonjolantulang, gesekan) atau factor eletris ( eletrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi), efek samping terapi radiasi, kelembaban, proses penuaan, neuropati perifer, perubahan pigmentasi, perubahan hormonal, kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan. Gejala dan tanda mayor. Subjektif:-; Objektif: kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit. Gejala dan tanda minor. Subjectif:-, Objectif: nyeri, pendarahan, kemerahan, hematoma. 6. Resiko infeksi (SDKI: D. 0142) Kategori: Lingkungan, Subkategori: Keamanan dan Proteksi; Defenisi:



Beresiko



mengalamipeningkatan



terserang



organisme



patogenik, Faktor resiko: penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus), efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahan tubuh primer: (gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit, penurunan sekresi pH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah waktunya, merokok, status cairan tubuh ), ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder:



(penurunan hemoglobin, imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi, vaksinasi tidak adekuat). 3. Intervensi Keperawatan 1. Hipovolemia Luaran utama: Status cairan. (SLKI: L.03028); Defenisi: Kondisi volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler. 1. Manajemen hipovolemia (SIKI: I.03116). Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan Intravaskuler. Tindakan : Observasi 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia. ( mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah) 2. Monitor intake dan output cairan. Terapeutik 1. Hitung kebutuhan cairan 2. Berikan posisi modified trendelenbung 3. Berikan asupan cairan oral Edukasi



1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCI, RL) 2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCI 0,4%) 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate) 4. Kolaborasi pemberian produk darah. 2. Manajemen Syok Hipovolemik (SIKI: I. 02050) Defenisi:



mengidentifikasi



dan



mengelola



ketidakmampuan



tubuh



menyediakan oksigen dan nutrien untuk mencukupikebutuhan jaringan akibat kehilangan cairan/darah berlebih. Tindakan: Observasi: 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD) 2. Monitor status oksigenasi 3. Monitor status cairan 4. Periksa tanda dan gejala hipovolemia. ( mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume



urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah) 5. Monitor intake dan output cairan.



Terapeutik 1. Hitung kebutuhan cairan 2. Berikan posisi modified trendelenbung 3. Berikan asupan cairan oral Edukasi 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCI, RL) 2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCI 0,4%) 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate) 4. Kolaborasi pemberian produk darah. 2. Defisit Nutrisi Luaran utama: Status nutrisi (SLKI: L. 03030) Defenisi: Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Ekspetasi: membaik. Observasi:



1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan Janis nutrient 4. Identifikasi perluhnya penggunaan selang nasogastric 5. Monitoring asupan makanan 6. Monitoring berat badan 7. Monitoring hasil pemeliharaan laboratorium Terapeutik 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet. 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu. 7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditoleransi. Edukasi 1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu 2. Ajarkan diet yang di programkan Kolaborasi



1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.



Pereda



nyeri, antiametik), jika perlu



2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentuhkan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu 2.



Luaran utama Promosi berat badan( SIKI: I.



03136) Defenisi: memfasilitasi peningkatan berat badan Tidakan Observasi: 1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang 2. Monitor adanya mual dan muntah 3. Monitor jumlah kalori yang dikomsumsi sehari-hari 4. Monitor berat badan Terapeutik: 1. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perluh 2. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis. Makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair yang di berikan melalui NGT atau gastrotomi, total parental nutrition sesuai indikasi) 3. Hidangkan makanan secara menarik 4. Berikan suplemen, jika perlu



5. Berikan pujian pada pasien/ keluarga untuk peningkatan yang di capai Edukasi: 1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau 2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan. 3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah Luara utama: Kestabilan kadar glukosa darah (SLKI: L. 03022) Definisi: kadar gula darah, berada pada rentang normal. Ekspektasi: meningkat Observasi: 1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (mis. Penyakit kambuhan). 3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. Polyuria, polydipsia, kelemahan malaise, pandangan kabur, sakit kepala) 5. Monitor in take dan output 6. Monitor keton urin, kadar analisa gas darah, eletrolit, tekanan darah ostostatik dan frekuensi nadi



Terapeutik: 1. Berikan asupan cairan 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk 3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik Edukasi: 1. Anjurkan menghindari olahraga saat glukosa darah lebih dari 250 mg/dl 2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri 3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga 4. Aajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu 5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan insulin,



obat



oral,



monitor



asupan



cairan,



penggantian karbohidrat, dan bantuan profesional kesehatan) Kolaborasi: 1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu 2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu 3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu



Luaran utama: Manajemen hipoglikemia(SIKI: I. 03115) Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah rendah. Tindakan Observasi: 1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia 2. Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia 3. Terapeutik: 4. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu 5. Berikan glucagon, jika perluh 6. Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet 7. Pertahankan kepatenan jalan napas 8. Pertahankan akses IV, jika perlu Edukasi: 1) Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat 2) Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat 3) Anjurkan monitor kadar glukosa darah 4) Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes penyusuaian program pengobatan. 5) Ajelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga 6) Ajarkan pengelolaan hipglikemia (mis. Tanda dan gejala, factor resiko, dan pengobatan hipoglikemia)



7) Ajarkan



perawatan



mandiri



untuk



mencegah



hipoglikemia(mis. Mengurangi insulin/agen oral dan/atau meningkatkan asupan makanan untuk berolahraga). Kolaborasi: 1. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu 2. Kolaborasi pemberian glucagon, jika perlu



4. Implementasi Melakukan tindakan keperawatan hipovolemik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan cairan, melakukan tindakan keperawatan devisit nutrisi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk memenuhi nutrisi, melakukan tindakan keperawatan ketidakstabilan glukosa dalam darah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk menstabilkan kadar gula dalam darah, melakukan tindakan keperawatan nyeri sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk mengurangi nyeri,m elakukan tindakan keperawatan gangguan integritas kulit sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan



untuk



mengurangi



kerusakan



integritas



kulit,



melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang



telah ditetapkan untuk mencega resiko infeksi.



5. Evaluasi Setelah melaksanakan tahapan dalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana/intervensi dan implementasi, tahapan terakhir adalah melakukan evaluasi atas rencana yang sudah dilaksanakan. Evaluasi dalam bentuk catatan perkembangan yang terdiri dari: subyektif yaitu keluhan yang dirasakan oleh pasien, obyektif yaitu data yang diperoleh melalui observasi langsung, assessment dan plenning adalah merupakan tindak lanjut yang akan dilakukan bila masalah belum teratasi.



BAB III



TINJAUAN KASUS A. Pengkajian dasar 1. Identifikasi Kamar/ruang



: Ruang Rawat Mawar



Tanggal Pengkajian



: 27/03/2023



Tanggal Masuk RS



: 18/02/2023



Waktu Pengkajian



: 10.00 WIB



No.Rekam Medis



: 00874030



Diagnosa Medis



: Diabetes Mellitus



Nama Inisial Klien



: Tn.Y



Umur



: 67 TH



Jenis Kelamin



: Laki-laki



2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Keluarga pasien mengatakan pertama datang ke IGD Rumah Sakit Umum Arifin Achmad tanggal 27 Februari 2023 dengan keluhan kaki kiri menghitam ,berbau tak sedap, badan terasa lemas, nafsu makan menurun,dan sesak nafas. 3. Keluhan Utama saat pengkajian Keluarga klien mengatakan keadaan kondisi pasien untuk saat ini yaitu kaki kiri menghitam dan terdapat luka,kaki kanan sudah di amputasi,berbau tak sedap,nafsu makan berkurang,sesak nafas dan badan terasa lemas. B. Pengkajian Keperawatan 1. Penampilan Umum Ada sianosis, turgor kulit klien baik, kaki kanan klien sudah di amputasi,kaki kiri klien terdapat luka gangren dan menghitam,berbau tak



sedap,keluarga klien mengatakan lukanya sudah terjadi selam 3 bulan yang lalu dan semakin buruk dan di bawa ke RSUD Arifin Achmad. 2. Pengkajian Tanda Vital Saat dilakukan pengkajian tanda-tanda vital pada Tn. Y, di dapat TD: 133/71 mmHg, nadi Tn. Y 106 x/menit, irama teratur, denyut teraba lemah. Pernafasan 22 x/menit, jalan nafasnya bersih. Suhu tubuh Tn.Y adalah 36,5oC dan kulit teraba hangat. 3. Pengkajian Respirasi Tidak ada otot bantu pernapasan, napas klien normal, suara napas klien vesikuler. 4. Pengkajian Sirkulasi Tidak ada pendarahan, tidak ada distensi vena jugularis, klien tanpak lemah CRT > 2 detik, terdapat hematoma di paha klien, tidak ada parestesia. 5. Pengkajian Nutrisi dan Ciaran Tidak ada gangguan menelan, tidak ada sariawan, klien tidak mengalami diare,penurunan nafsu makan, tidak ada nyeri abdomen, klien tidak mengeluh haus. 6. Pengkajian Eliminasi Klien mampu BAK, klien mampu menahan BAK, klien tidak mengalami disuria, klien tidak terpasang kateter. 7.



Pengkajian Akivitas dan Istirahat Kekuatan otot 55555555 5555 5555



Tidak ada kekakuan pada anggota gerak. 8. Pengkajian Neurosensori



Keluarga klien mengatakan kepalanya terasa pusing, tidak ada cidera medula spinalis, tidak mengeluh sulit menelan, dan tidak ada hematemasis. 9. Pengkajian Nyeri dan Kenyamanan Klien tampak tidak nyaman dengan kondisi yang sedang di alaminya, klien tampak meringis saat dilakukan pembersihan luka, tidak ada diaforesis. BIasanya penderita luka kaki diabetes sudah tidak merasakan nyeri lagi karena neuropati.



Pengkajian ekstremitas terutama kaki yang sudah mengalami luka kaki diabetes (diabetic foot ulcer) nya mana? Buat secara rinci disini.



10. Pengkajian Keamanan dan Proteksi Kulit klien tampak pucat, klien tidak menggigil, terdapat luka operasi pada kaki kanan klien. 11. Terapi a. NaCL 09% b. O2 Nasal kanul 3-4 Lpm c. Tranfusi albumin 25% 100 ml d. Injek Novorapid e. Injek katerolac 2x1 ampul f. GP 2x1 hari g. Cek GD/ hari



Analisa Data No. 1



Data Ds :



-



Do : -



-



Keluarga klien mengatakan badan lemas Keluarga klien mengatakan memiliki riwayat DM



Etiologi DM tipe II



Masalah Gangguan perfusi jaringan perifer



Sel beta pankreas hancur



BIasanya akibat DM, gangguan perfusi jaringan perifer hanya GCS: 15, terjadi pada ekstremitas Kesadaran CM Kenaikan pemakaian dalam hal ini kaki. DS Klien tampak sedikit lemah dan DO kalian masih glukosa Konjungtiva anemis belum mendukung Bibir pucat masalah yang kalian CRT > 2 detik angkat Viskositas darah Hb: 10.8 g/dl eritrosit : 3.84 x 106 / µL meningkat



Aliran darah meningkat



Gangguan perfusi jaringan perifer 2.



Ds:



-



Keluarga klien mengatakan



Ketidakseimbangan



Risiko Infeksi



Do:



terdapat luka di kaki bagian sebelah kiri menghitam dan berbau.



Ada luka gangrein di kaki kiri - Kondisi luka: • Cairan (+) • Warna Hitam dan kuning • Merembes pada balutan perban • Bau(+) • Warna dasar luka (50%) merah & (50%) kuning • Analisa luka metode BEDSCORE:4 Kok DO ini banyak tg tidak ditemukan pada pengkajian??



3.



-



Ds: -



produksi insulin



Hiperglikemia



Kerusakan pada antibodi



Pasien nya punya banyak masalah kesehatan, mengapa diagnosa kedua adalah diagnosa resiko yg diangkat? Belajar lg cara memprioritaskan masalah. Angkat dulu yang actual baru resiko



Kekebalan tubuh menurun



Nekrosis luka



Gangren/trauma jaringan



Risiko infeksi Tindakan amputasi



Keluarga klien mengatakan sulit untuk bergerak - Keluarga pasien mengatakan Kelemahan dan tidak aktifitas terganggu keberdayaan tonus Do: otot - Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat merubah posisi dari posisi tidur ke posisi duduk. Keterbatasan gerak - Tonus dan kekuatan otot lemah - Klien tidak dapat melakukan Gangguan mobilitas ambulasi fisik



Gangguan mobilitas fisik DS dan DO kalian salah. Mana data amputasi?? Data luka kaki yang sudah bergangreng di kiri? Data lukanya, dll



C. Diagnosa Keperawatan a. (D. 0009) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi



hemoglobin d.d Hb menurun 10.8 g/dl, pengisian kapiler > 2 detik, warna kulit pucat. b. (D.0142) Risiko Infeksi b/d penyakit kronis ( Diabetes Mellitus) c. ( D.0054) Gangguan mobilitas fisik b/d tindakan amputasi



D. Rencana Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan Tanggal



DIAGNOSA KEPERAWATAN



27 Februari 2023



Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin Ditandai dengan - Hb menurun 10.8 g/dl, - pengisian kapiler > 2 detik, - warna kulit pucat.



27 Februari 2023



SLKI



SIKI



(perfusi perifer L. 02011) (perawatan sirkulasi I. 02079) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi selama 3x24 jam diharapkan perfusi  periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi perifer, perifer meningkat dengan kriteria hasil : edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle  warna kulit pucat menurun brachial index)  identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis.  pengisian perifer membaik Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan  kelemahan otot menurun kadar kolesterol tinggi)  tekanan darah sistolik membaik  monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak  tekanan darah diastolic membaik pada ekstremitas) terapeutik  hindari pemasangan infus atau pengambilan darah vena pada area keterbatasan perfusi.  Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi  Lakukan pencegahan infeksi  Lakukan perawatan kaki dan kuku  Lakukan hidrasi Edukasi  Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis. Melembabkan kulit kering)  Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa) (Pencegahan infeksi I. 14539) Risiko Infeksi b/d penyakit kronis Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi (Diabetes Mellitus) selama 3 x 24 jam, maka tingkat infeksi  Monitor tanda dan gejala infeksi Terapeutik menurun, dengan kriteria hasil:



• • • • •



27 Gangguan mobilitas Februari tindakan amputasi 2023



fisik



 Batasi jumlah pengunjung Demam menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak Kemerahan menurun dengan pasien Nyeri menurun  Pertahankan teknik aseptik Bengkak menurun Edukasi Kadar sel darah putih membaik  Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Anjurkan meningkatkan asupan cairan



b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi selama 3 x 24 jam diharapkan mobilitass  Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik fisik meningkat : lainnya  Nyeri menurun  Identifikasi toleransi fisik melakukan  Kekuatan otot meningkat pergerakan  Gerakan terbatas menurun  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah  Kelemahan fisik menurun sebelum mobilisasi fisik 



Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi Terapeutik: 



Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu







Fasilitasi melakukan pergerakan ,jika perlu







Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan



Edukasi 



Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi







Anjurkan melakukan mobilisasi dini







Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di



lakukan (mis .Duduk di tempat tidur)



E. Catatan Perkembangan No. DX Kep. 1.



IMPLEMENTASI



Tanggal & pukul 27/02/2022 10.00 WIB







Memeriksa sirkulasi perifer



27/02/2022 10.00 WIB



10.30 WIB



2.



27/02/2023 10.40 WIB



 



Mengidentifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi Memonitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas



 Memonitor tanda dan gejala infeksi  Mencuci tangan sebelum dan



S:  Keluarga klien mengatakan badan lemas & memiliki riwayat DM O:



Nadi perifer: 106 x/ menit Tidak terdapat edema Pengisian kapiler : > 2 detik Warna kulit: pucat Suhu : 36,5 o C 10.15 WIB



EVALUASI



Tanggal & pukul



27/02/2023 10.40 WIB



 HB: 10,8 g/dl  CRT > 2 detik  Nadi perifer : 106 x / menit  Tidak terdapat edema  Kulit pucat  Suhu 36,5 o C  Tidak terdapat kelemahan otot A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan - Memeriksa sirkulasi perifer - Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas - Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah vena pada area dengan keterbatasan perfusi - Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat S : keluarga klien mengatakan terdapat luka di kaki bagian sebelah kiri menghitam dan berbau O:



10.00 WIB



sesudah kontak dengan pasien  Mempertahankan teknik aseptik



-



terdapat luka di kaki sebelah kiri Tidak terdapat peningkatan suhu tubuh - Tidak terdapat perdarahan terbuka A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan - Monitor tanda dan gejala infeksi - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien - Pertahankan teknik aseptik - Jelaskan tanda dan gejala infeksi - Ajarkan cra mencuci tangan yang benar - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi - Anjurkan meningkatkan asupan cairan



10.40 WIB



3.



27/02/2023 11.00 WIB



 Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi



27/02/2023 11.00 WIB



S:



 Memonitor tingkat nyeri & GP 2x1 hari  Memonitor tanda-tanda vital TD: 133/71 mmHg N: 106x/menit RR : 25x/menit S : 36,5 o C



-



Keluarga klien mengatakan sulit untuk bergerak Keluarga klien mengatakan aktifitas terganggu



-



Terdapat luka amputasi di kaki sebelah kanan Terdapat luka di kaki sebelah kiri TD : 133/71 mmHg N: 106x/menit



-



RR : 25x/menit S : 36,5 oC



O:



-



A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan -



Memonitor kondisi umum selama melakukan



1



28/02/2023 10.00 WIB



 Memeriksa sirkulasi perifer  Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas  Pemasangan infus di lengan kanan klien  Menginformasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya sensasi rasa)



2.



28/02/2023 11.00 WIB



 Memonitor tanda dan gejala infeksi.  Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien  Mempertahankan teknik aseptik.  Menjelaskan tanda dan gejala infeksi  Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Menganjurkan meningkatkan asupan cairan



3.



28/02/2023 12.00 WIB



 Monitor kondisi umum selama mobilisasi  Memonitor tingkat nyeri & GP pagi sore



28/02/2023 10.00 WIB



mobilisasi - Memonitor tingkat nyeri & GP 2x1 hari - Monitor TTV - Anjurkan meningkatkan asupan cairan S: klien mengatakan badan sedikit lemah , serta faham jika terdapat tanda dan gejala darurat akan melaporkannya kepada perawat jaga seperti rasa sakit yang tidak kunjung membaik saat istirahat, dan hilangnya sensasi rasa. O: - Klien tampak sedikit lemah - Klien tampak pucat - Konjungtiva anemis - HB : 10,8 g/dl A: masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan



28/02/2023 11.00 WIB



28/02/2023 09.00 WIB



S: klien mengatakan tidak ada merasakan badan menggigil,bernanah dan tidak ada pembengkakan di area luka. O: - Suhu tubuh dalam batas normal : 36,5 o C - Terdapat luka di kaki sebelah kiri - Leukosit : 31,44 103 µL - Klien tampak paham dengan tanda dan gejala infeksi yang dijelaskan. A: masalah teratasi sebagian P: Intervensi Dilanjutkan



S: keluarga klien mengatakan sering melatih klien dengan cara menggerakkan anggota tubuh pasien seperti makan,minum dan melatih duduk di tempat tidur O:



 Melakukan ROM dengan menggerak anggota tubuh  Melatih kekuatan otot dan fisik



- Terdapat luka amputasi di kaki sebelah kanan - Terdapat luka di kaki sebelah kiri - Terdapat luka di balut perban - TD: 130/70 mmHg - HR: 100 x menit - T: 36,5 - RR: 24 x/menit A: Masalah teratasi sebagian P: intervensi dilanjutkan



BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus dengan Diabetes Melitus di ruangan mawar RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Tinjauan kasus merupakan permasalahan yang ditemukan di ruang mawar pada tanggal 27 Maret 2023. Pembahasan ini dibuat dengan langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi meliputi :



a. Pengkajian Tahap ini merupakan langkah awal dilakukan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan DM. Di dalam. Pengkajian dilakukan dengan mewawancarai keluarganya, dikarenakan pasien kurang jelas dalam menjawab pertanyaan. Keluarga pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang ditanyakan. Tidak ditemukan adanya kesenjangan yang berarti antara teroritis dan kasus yang ditemukan dilapangan, hanya saja ditemukan keadaan umum klien yang tampak lemah.. b. Diagnosa keperawatan Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh pada klien kelolaan didapatkan 3 diagnosa keperawatan, meliputi : d. (D. 0009) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d Hb menurun 10.8 g/dl, pengisian kapiler > 2 detik, warna



kulit pucat. e. (D.0142) Risiko Infeksi b/d penyakit kronis ( Diabetes Mellitus) f. ( D.0054) Gangguan mobilitas fisik b/d tindakan amputasi



c. Intervensi Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan. Adapun acuan dalam penyusunan intervensi keperawatan menggunakan materi yang ada di buku bahan ajar seperti buku keperawatan medical bedah Brunner dan Suddarth, rencana asuhan keperawatan oleh SDKI, SLKI dan SIKI, serta buku keperawatan lainnya yang dimana sesuai dengan keadaan pasien dan situasi serta kondisi yang ada di ruangan Mawar RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Penyusunan intervensi pada kasus Diabetes Melitus yang dialami oleh Tn. Y, sejalan antara tinjauan kasus dan teori yang beracuan pada buku SIKI. d. Implementasi Implementasi dilakukan selama 3 hari. Tidak semua implementasi yang dilakukan pada pasien kelolaan berdasarakan intervensi yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang diangkat. Implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini juga mendapatkan bimbingan dan kesempatan yang baik dari pembimbing dan perawat dalam



pelaksanaan tindakan sehingga tindakan keperawatan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah pada pasien. e. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksanakan. Dari ke tiga diagnose keperawatan yang diangkat, 2 diagnosa sudah terastasi sebagian, 1 diagnosa belum teratasi .



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Diabetes Melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan/ atau ketidak mampuan dalam memecah insulin. Penyakit diabetes mellitus juga menjadi faktor komplikasi dari beberapa penyakit lain (Mughfuri, 2016). Adapun dalam menegakkan diagnose terdapat perbedaan antara teori dan dilapangan, perbedaan terletak pada etiologi penyebab terjadinya masalah. Hal ini dikarenakan masalah timbul disesuaikan dengan keadaan klien pada saat perawat melaksanakan pengkajian. Dalam menyusun intervensi, serta melakukan implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat dalam tinjauan kasus dengan pansitopenia. B. Saran 1) Bagi penulis Hasil studi kasus yang penulis dapatkan dalam karya tulis ini dapat memberikan informasi lebih lanjut sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang DM. Bagi penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan komprehensif dalam waktu yang lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal.



2) Bagi tempat pelaksanaan studi kasus Instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil studi ini sebagai dasar pertimbangan untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sehingga meningkatkan pelayanan kepada pasien sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. 3) Bagi perkembangan ilmu keperawatan Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk meningkatkan



mutu



pelayanan



kesehatan



dan



pertimbangan



untuk



mengambil



kebijakan



dalam



memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.



sebagai upaya