Makalah Tako [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FUNGSI SOSIAL LAYANG-LAYANG (TAKO) TERHADAP MASYARAKAT JEPANG MODERN” Disusun guna memenuhi UTS Mata Kuliah Sejarah Asia Timur Dosen Pengampu : Yudi Prasetyo, S.S, M.A.



Oleh: RISCHA JAYA HARDIANTI NIM [ 1787201013 ]



PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA SIDOARJO 2019



2 DAFTAR ISI Bab I 1.1 Latar Belakang……………………………………………………….………………3 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………4 Bab II 2.1 Sejarah masuknya permainan Tradisional Tako ke Jepang……………….……….5 2.2. Karakteristik Tako Jepang ………………………………………………………..6 2.3 Fungsi Sosial Tako dalam kehidupan masyarakat jepang modern…………………7 Bab III 3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..8 Daftar Pustaka……………………………………………………………….…………10 Lampiran…………………………………………………………………………………12



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah Negara kepulauan yang memiliki 4 musim yang terletak di Asia Timur dan secara geografis letaknya berada di ujung barat Samudera pasifik, di Sebelah timur laut Jepang. Dan bertetangga dengan Republik rakyat China, Korea, dan Rusia. Karena letaknya yang berdekatan dengan RRC, Korea, dan Rusia, banyak pengaruh budaya Negara-negara tersebut yang masuk dan diadaptasi oleh masyarakat jepang, mulai dari bidang kuliner,bahasa, etika-norma, teknologi pangan, hingga permainan tradisional. ( Wikipedia ) Salah satu permainan tradisional yang diadaptasi Jepang dari negara tetangganya adalah Layang-layang, yang dalam bahasa jepang disebut “Tako”. Tako atau yang lebih di kenal Layang-layang di Indonesia, atau wau di sebagian wilayah Semenanjung Malaya, merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif ( Wikipedia Indonesia ) Meskipun sudah tergolong negara maju, ternyata masyarakat dan pemerintah Jepang paling giat dalam mempopulerkan layang-layang. Disana layang-layang bukan sekadar permainan, tetapi menjadi karya seni bermutu tinggi. Layang-Layang di Jepang turut difestivalkan dan mendapatkan apresiasi yang cukup tinggi dari masyarakat, anak-anak hingga orangtua menyenangi permainan ini.



Generasi muda Jepang saat ini cenderung lebih sering memainkan permainan modern seperti games di komputer maupun yang terdapat di aplikasi perangkat smartphone mereka. Hal ini tidak menimbulkan interaksi sosial sama sekali dengan teman sebayanya sehingga menimbulkan sifat individualisme bagi anak tersebut. ( 17:2015, Halo Jepang ) 2



Di sisi lain, Pihak Orangtua terutama Ayah, cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di



kantor daripada di rumah, sehingga interaksi keluarga antara Ayah dan anak laki-lakinya cenderung sedikit, sehingga hubungan emosional diantara Mereka kurang baik. Anak laki-laki tidak memiliki kesempatan untuk bercengkerama dengan sang Ayah, dan sang Ayah menjadi kurang memahami kebutuhan dan keinginan sang anak. 3



Festival Layang-layang tako yang diadakan tiap dua kali dalam setahun dihampir seantero Jepang, menimbulkan ketertarikan bagi para keluarga di Jepang. Acara ini berhasil membuat orangtua dan anak-anaknya menjadi lebih akrab. Melalui permainan layanglayang, mereka menjadi lebih kompak, diakhir pekan, menjelang Festival, mereka sibuk membuat layang-layang di rumah masing-masing, ketika Festival, para keluarga khususnya ayah dan sang anak menghabiskan waktu seharian bermain layang-layang, sementara sang ibu dan anak perempuan menemani mereka sambil memasak barbeque, kakek dan nenek datang dari desa untuk menonton anak dan cucunya bermain layang-layang. permainan tako ini pada akhirnya membuat hubungan keluarga menjadi lebih erat, dan di satu sisi, permainan layang-layang ini juga membuat sang anak menjadi lebih kompak dengan teman sebayanya, karena acapkali mereka mempertandingkan layang-layang milik mereka.



4



Layang-layang Tako ternyata bukan sekedar permainan Tradisional, tapi juga memiliki peran sosial bagi para pemainnya. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti Fungsi Sosial Layang-layang Tako di Jepang. Setelah melakukan studi referensi pustaka, Penulis menemukan bahwa ternyata Tako atau Layang-layang Jepang tidak hanya berfungsi sebagai alat permainan tradisional, melainkan memiliki fungsi sosial didalamnya.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat menarik beberapa masalah,yaitu: 1. Bagaimana latar belakang sejarah masuknya permainan Tradisional Tako ke Jepang ? 2. Bagaimana karakteristik Tako Jepang ? 3. Bagaimana fungsi sosial permainan Tako pada masyarakat Jepang ?



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah masuknya permainan Tradisional Tako ke Jepan layang pada awalnya diciptakan oleh filsuf China bernama Mozi dan Gongshu Ban pada abad ke 5 SM. Pada awalnya layang-layang digunakan sebagai pesan untuk misi penyelamatan. Menurut sumber arsip China kuno dari abad pertengahan menggambarkan bahwa layang-layang pada saat itu digunakan untuk mengukur jarak, menguji arah angin, serta komunikasi militer. Pada awalnya layang-layang china dikenal dengan bentuk desain datar ( tidak membungkuk ) dan berbentuk persegi panjang. Kemudian layang-layang berekor muncul untuk menstabilkan kekuatan ketika terbang. Layang-layang China dihiasi dengan motif mitologi dan tokoh legendaris. Dan dari China Layang-layang menyebar ke Korea, Jepang, Asia tenggara dan Dunia Barat. Nagasaki adalah daerah pertama yang dikunjungi Portugis dan Belanda serta misionaris pada abad ke 16 untuk melakukan kontak dengan negara yang mereka lewati dalam pelayaran menuju Hindia Belanda ( Indonesia ). Nagasaki adalah kota pelabuhan yang terletak di pantai barat laut dari Kyushu, di laut China timur. 1.



Nagasaki secara resmi dibuka sebagai pelabuhan utama untuk kapal portugis tahun 1571. Namun di tahun 1639 pemerintah Jepang memutuskan bahwa negara itu akan ditutup untuk semua pengunjung asing. Selama periode isolasi berikutnya yang berlangsung



hingga 1854, hanya kapal dari Belanda yang diperbolehkan berlabuh, dan terbentuklah pemukiman kecil milik warga asing yang diatur ketat oleh para pejabat Jepang yang mengembangkan pulau. 2.



Warga Belanda dan Portugis yang menetap di Jepang membawa dan memperkenalkan sejumlah budaya dan tradisinya kepada warga Jepang, diantaranya dalam bidang kuliner, bahasa, cara bertani, hingga permainan tradisional, diantaranya layang-layang yang sebenarnya berasal dari China. Sejak saat itu, antara bulan maret dan bulan mei, ratusan layang-layang nagasaki terbang tinggi diatas lereng gunung Inasa, dari area pemukiman penduduk asing yang bermukim di sekitar pelabuhan. Ada hubungan erat antara pertandingan layang-layang Nagasaki.



yang disebut hata dengan kehadiran orang asing. Hata artinya bendera. Warna dari layanglayang adalah merah, putih, dan biru, warna bendera Belanda. Jadi, pada awalnya layanglayang yang mengudara di langit jepang bermotifkan bendera negeri Belanda, karena pertama sekali diperkenalkan oleh warga asing, namun seiring berjalannya waktu motif layang-layang jepang berubah menjadi motif gambar khas Jepang. Di Jepang, deskripsi Layang-layang muncul dalam Kamus “ Istilah Nama Jepang – わめいしょう



[ 和名抄 ] yang dibuat pada pertengahan periode Heian. Layang-layang tradisional Jepang adalah layang-layang kertas yang membentang diatas kerangka bambu. Desainnya heksagonal dan memiliki penopang dikedua sisinya serta memiliki suara mendengung ketika mengudara. Sisi penopangnya juga bertumpu ditengah layang-layang agar dapat mudah dikendalikan dan dapat terbang lebih tinggi. 3.



Pada Periode Edo, Banyak layang-layang besar yang mengudara di seluruh Jepang, sehingga banyak Samurai Edo yang menghabiskan uang setiap tahun untuk memperbaiki atap rumahnya yang rusak tertimpa layang-layang. di Nagasaki, pada masa itu diterbitkan larangan untuk tidak bermain layang-layang di areal pertanian. untuk Layang-layang yang



dipertandingkan dalam Festival, dalam rangka untuk memotong benang layang-layang milik lawan, menggunakan serbuk kaca dan serpihan kayu pohon Tar. 2.2. Karakteristik Tako Jepang Pada Umumnya Layang-layang Jepang tak berbeda jauh dengan Layang-layang di negara lain, namun ada beberapa spesifikasi khusus yang membedakan Layang-layang Jepang dengan negara lain. Berikut Penulis paparkan beberapa spesifikasi khusus tersebut : 2.2.1. Tulang Kerangka Layang-layang Pada umumnya Jika Kita perhatikan secara mendetail, tulang vertikal penopang layanglayang Jepang sedikit lebih lebar dari layang-layang di negara lain, karena layang-layang



Jepang cenderung lebih berat di bagian atas. Beratnya bertahap dari bawah keatas dengan menggunakan bambu yang terbalik, dengan basis yang lebih luas dari batang bambu runcing di bagian atas. Dan tulang penopang horizontal juga lebar dan berat dengan skala yang sama, tulang penopang terberat berada diatas dan turun kebawah dan sisi ringan berada di tepi layanglayang, dan pada layang-layang yanase hal ini dapat dilihat dengan jelas. Layang-layang pertempuran biasanya mampu bertahan lebih kuat dibanding layang-layang konvensional. Pada dasarnya gerakan layang-layang terbuat dari puncaknya ( berat ) ditengah namun ringan di bagian tepi. Namun tepi atas lebih berat, menjadi ujung tombak dalam ketahanan terbang dan mengontrol penerbangan layang-layang tersebut. Bambu adalah kerangka layang-layang yang sangat kuat, bagian dari kekuatannya terletak pada fleksibilitas, yang memungkinkan untuk bertahan ketika berhadapan dengan angin kencang. Di Amerika serikat, bambu umumnya tersedia dalam bentuk jendela bambu maupun berbentuk tirai, khusus untuk layang-layang berukuran kecil. Untuk layang-layang besar juga menggunakan kerangka bambu, bentuknya melintang dan memanjang, dan cara pemotongan ini sama dengan di Jepang. Ada yang membeli per meter, ada pula yang per batang. Para penebang bambu akan memotong tanaman dari hutan bambu, memilih bambu yang bebas dari serangga, kemudian Mereka menjemurnya hingga kering, bahkan untuk kualitas kerangka



layang-layang terbaik, dibutuhkan pengeringan bambu selama 2 tahun. Sementara bambu yang masih basah umumnya tidak kuat dan tidak stabil. 2.2.2 Desain dan Desain Material Seniman layang-layang Jepang menggunakan bubuk pigmen warna yang dicampur dengan air untuk gambar layang-layang mereka. Gambar pertama diuraikan dalam bak tinta sumi ( yang tidak menggumpal ) atau lilin parafin diaplikasikan saat cairan masih dalam keadaan panas. Garis ini membatasi pigmen ke daerah yang diinginkan. Pembuat layang-layang



kertas ( pembuat festival layang-layang juga ) juga membuat khusus aplikasi cat layanglayangnya. Bagi mereka yang menginginkannya, buatan tangan pada kertas washi mirip dengan jenis yang mereka gunakan pada pembuat layang-layang yang berada di dunia Barat. Mode Layang-layang Jepang saat ini diadaptasi dari 300 sampai 400 model di masa lampau. Banyak model layang-layang yang bersifat flat tanpa corak. Layang-layang Amerika umumnya tanpa motif gambar, berbeda dengan Layang-layang Jepang yang kaya akan motif gambar. Namun Layang-layang Amerika juga dapat membungkuk. Dalam versi membungkuk, kerangka horisontal membungkuk, mendorong tengah layang-layang maju menerjang angin. Busur layang-layang ini bertindak sama seperti layar pada perahu, membantu layang-layang untuk menjaga stabilitas dalam berbagai arus angin. Hal ini juga menciptakan sudut dihedral ( sudut datar ) terhadap bidang layang-layang, karakteristik menstabilkan pada layang-layang membungkuk juga dapat ditemukan pada konstruksi pesawat terbang maupun pada sayap burung. pada dasarnya orang jepang menyebut frame sebagai tulang layang-layang. sebagian besar dari mereka dalam beberapa kasus masih membuat kerangka layang-layang dari bambu dan layar layang layang dari kertas washi. washi mungkin terbuat dari kertas, namun produk berbasis buatan tangan ini sangat kuat dan ideal untuk layang-layang, selama washi tersebut tidak basah.dan bentuk layang-layang tradisional jepang ini banyak diadaptasi dari waktu ke waktu.



2.3 Fungsi Sosial Tako dalam kehidupan masyarakat jepang modern Layang-layang adalah salah satu permainan yang sering dimainkan oleh anak-anak di berbagai belahan dunia. Selain mudah untuk dibuat, benda ini juga memiliki berbagai macam bentuk yang bisa dibuat sesuai kreatifitas masing masing. Di Jepang sendiri layang-layang disebut Tako, mereka juga memiliki Festival tako yang diadakan setiap tanggal 3-5 Mei di setiap tahunnya bertempat di Bukit Pasir Nakatajima, Prefektur Shizuoka. Perayaan ini disebut sebagai Hamamatsu Matsuri. Seni layang layang atau Tako (凧) mempunyai sejarah yang panjang di negara tersebut yaitu pada jaman Periode Nara (649-794 AD). Desain layang-layang dari negeri ini cukup unik dan sangat mudah dibedakan dengan desain layang-layang dari negara atau wilayah lain. Di Jaman Heian bahkan layang-layang bukan hanya sekedar permainan melainkan menjadi salah satu pesan rahasia orang penting di istana. Tentu karena di jaman itu, Tako dianggap istimewa dan cara mendapatkannya juga sangat sulit. Biasanya para orang tua akan menuliskan nama anaknya pada tako sebelum diterbangkan. Kebanyakan akan memilih layang-layang dengan gambar prajurit atau pahlawan legendaris terkenal dalam cerita anak-anak dengan tujuan agar anaknya tumbuh sehat dan kuat. Selain gambar prajurit, motif yang banyak dipilih para orang tua adalah kura-kura dan bangau yang melambangkan panjang umur, juga mpotif gurame yang dipercaya melambangkan keuletan. Konon semakin tinggi layang-layang yang bertuliskan nama anak tersebut terbang, maka nasib anak tersebut pun akan semakin baik juga. Selain itu dalam Festival Hamamatsu tak hanya sekedar menerbangkan tako saja, biasanya mereka juga bertarung (takoage gassen) untuk menjadi yang terbaik. Saat menerbangkan layangan, para peserta juga menggunakan pakaian tradisional happi yang digunakan dalam festival atau matsuri. Selama festival berlangsung, ada beragam pertunjukkan seni dan tari, juga ada ratusan penduduk lokal yang menjadi pedagang makanan atau suvenir dadakan di sepanjang jalan utama Hamamatsu



BAB III KESIMPULAN



Tako atau yang lebih di kenal Layang-layang (di Indonesia), atau wau (di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan, layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif. Meskipun sudah tergolong negara maju, ternyata masyarakat dan pemerintah Jepang paling getol memopulerkan layang-layang. Di sana layang-layang bukan sekadar permainan, tetapi menjadi karya seni bermutu tinggi. Sejak lama banyak sekolah di Jepang mengajarkan kerajinan layang-layang kepada para murid sebagai bagian dari ekstrakurikuler mereka. Karena itu era layang-layang mengalami kebangkitan. Tidak heran setiap tahun layang-layang dibuat dalam desain yang baru dan orisinal meskipun dengan dasar-dasar motif tradisional. Langkah inovatif lainnya adalah melestarikan seniman pembuat layang-layang tradisional, yakni dengan memberikan subsidi dan tunjangan kepada mereka. Sampai kini terlihat dampak positifnya bahwa permainan dan kerajinan membuat layang-layang tak pernah (akan) mati.



DAFTAR PUSTAKA Septianingrum, Anisa M.Pd. 2017. Sejarah Asia Timur Dari masa Peradaban kuno hingga Modern. Bantul : Sociality. https://nationalgeographic.grid.id/read/131648127/sejarah-Tako-di-mas?page=all



Haryanti,Pitri. 2013. All About Japan. Yogyakarta : Andi.



https://www. http://nicomura.blogspot.com/p/tako.html



LAMPIRAN



Sebuah Layang-layang raksasa pada Hammamatsu tako festival di prefektur Shizuoka, diperlukan tenaga 35-50 orang pria dewasa untuk menerbangkannya.



Layang-layang dengan motif wajah salah satu aktor Kabuki



Layang-layang dengan motif wajah Dewa Kemakmuran Jepang



FESTIFAL TAKO DI JEPANG