Makalah Toxoplasma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah “Toxoplasma dalam Kehamilan”



Disusun Oleh : Kelompok 3 1. Nurul Aini (12020170021) 2. Agoesti Dwi R. (12020170022) 3. Farikha Puji A. (120201724) 4. Eko Wijiningsih (120201726) 5. Alik Rossana (120201727) 6. Siti Muyassaroh (120201728) 7. Very Budi Setiyowati (120201729) 8. Kalimatus Sadiyah (120201730) 9. Swanila Rosliana (120201749)



JURUSAN PRODI S1 KEBIDANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan seluruh umat yang menjunjung tinggi sunnahnya. Makalah ini merupakan syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan



Kudus, 23 Juli 2020



Penulis



BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan olehkucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yangmempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknyasumber penularan Akhir-akhir ini, banyak tenaga medis,



veterinarian,



ilmuwan



peneliti,



dan



kalangan



ekonomi



mulai



memperhatikan kehadiran Toxoplasma gondii yang merupakan patogen yang berperan penting dalam kehidupan kita. Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada seekor kelinci di Brazil. Suatu penelitian di Norwegia yang melibatkan 35.940 wanita hamil selama 1992 hingga 1994, memberikan gambaran sebagai berikut: 10,9% wanita terinfeksi sebelum kehamilan dan 0,17% terjangkit infeksi selama kehamilan. Ini berarti, 1 dari 10 ibu hamil berisiko mengidap infeksi Toxoplasma gondii2. Toxoplasma gondii adalah suatu parasit/protozoa berbentuk kokus yang berkaitan dengan Plasmodium, Isospora, dan anggota lainnya dari phylum Apicomplexa. Penjamu (host) definitif yang berkaitan erat dengan parasit ini adalah dari keluarga kucing/felidae. Selain itu, banyak hewan mamalia dan burung yang merupakan penjamu menengah (intermediate host).Manifestasi klinis toksoplasmosis sangat beragam, mulai dari asimtomatik, demam, limfadenopati, nyeri otot, sakit kepala, hingga cacat kongenital yang bersifat permanen seperti retardasi mental, hidrosefalus, hingga kematian, khususnya pada penderita AIDS4.



BAB II PEMBAHASAN A.



Mengenal Toksoplasma gondii Toksoplasmosis



adalah



penyakit



yang



disebabkan



oleh



parasit



Toxoplasma gondii, yang telah diketahui dapat menyebabkan cacat bawaan (kelainan kongenital) pada bayi dan keguguran (abortus) pada ibu hamil. Toxoplasmosis disebabkan oleh parasit obligat intraseluler yaitu Toxoplasma gondii. Parasit ini merupakan golongan protozoa yang hidup bebas di alam, dimana pertama kali ditemukan pada limpa dan hati hewan pengerat (rodensia) Ctenodactyles gondii (gundi) di Sahara Afrika Utara Toxoplasma termasuk dalam phylum Apicomplexa, kelas Sporozoa dan Subkelas Coccidia. Genus Toxoplasma hanya terdiri dari satu spesies yaitu Toxopasma gondii, parasit ini mempunyai sifat yang tidak umum dibandingkan dengan genus lain, diantaranya dapat menginfeksi inang antara dalam kisaran yang sangat luas ( tidak bersifat host spesifik ) Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit, kista



dan ookista.



Toxoplasma gondii merupakan parasit yang menumpang pada hewan seperti anjing, kucing, kambing, babi, dan kelinci. Manusia dapat terinfeksi parasit toxoplasma ini jika mengonsumsi daging yang tidak matang dengan sempurna, sayur dan buah-buahan mentah yang tidak dicuci bersih dan berjalan tanpa alas kaki di permukaan tanah yang telah tercemar oleh parasit tersebut. Bentuk toksoplasma gondii terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista(berisi sporozoit)







Bentuk takizoit



menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron,



lebar



2-4



mikron



dan



mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Tidak mempunyai



kinetoplas



dan



sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospesperantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes definitif. Takizoit ditemuKan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh.Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti. 



Bentuk Kista (Bradizoit ) dibentuk di dalam sel hospes bila



takizoit



membentuk



yang



membelah



dinding.



Ukuran



telah kista



berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama diotak, otot jantung, dan otot bergris.







Bentuk Ookista



berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas.Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x2 mikron dan sebuah benda residu.



B. Siklus Hidup toksoplasma gondii Dalam siklus hidupnya diperantarai oleh sel inang ke intraselular inang dan kemudian melakukan multiplikasi dan parasit ini mempunyai siklus hidup yang bersifat obligat dengan fase seksual dan aseksual. Siklus seksual terjadi pada tubuh kucing dan siklus aseksual terjadi pada berbagai inang antara yang sangat bervariasi. Misalnya pada Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii .Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dipadatkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit(sporogoni) Bila ookista tertelan oleh mamaliaseperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Sumber penularannya adalah kotoran hewan berbulu, terutama kucing. Cara penularannya pada manusia melalui: Makanan dan sayuran/buah-buahan yang tercemar kotoran hewan berbulu (kucing). Makan daging setengah matang dari binatang yang terinfeksi. Melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari



donor yang terinfeksi toksoplasmSecara kongenital (bawaan) dari ibu ke bayinya apabila ibu hamil terinfeksi pada bulan-bulan pertama kehamilannya. C. Gejala Klinis Gejala klinis toksoplasmosis di bedakan menjadi 2: •



Gejala klinis Akuisita (dapatan ) Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis congenital .Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan.Gejala klinis yang paling



sering



dijumpai



pada



toksoplasmosis



dapatan



adalahlimfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala •



Gejala kongenital Gejala klinis toksoplasmosis kongenital pada bayi yang dilahirkan secara abortus dan lahir dini ditemukan gejala infeksi mata, pembesaran hati dan limpa, kuning pada mata dan kulit dan pneumonia, ensepalopati dan diikuti kematian. Sedangkan pada bayi yang lahir normal, gejala akan tampak setelah beberapa minggu, bulan atau tahun setelah lahir. Gejala ini banyak dijumpai setelah usia pubertas misalnya adanya gangguan pada mata sampai terjadi kebutaan, kegagalan pada sistem syaraf, gangguan pendengaran (bisu-tuli), deman, kuning akibat gangguan hati,erupsi kulit, gangguan pernafasan.



Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi toksoplasma maka parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada organ tubuh penderita selama siklus hidupnya. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai demam. Kelenjar limfe



di leher adalah yang paling sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu (urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis. Wujud klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi retina (korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada anak, juling merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila makula terkena, maka penglihatan sen-tralnya akan terganggu. Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti penderita cacat imun, penderita kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan imunosupresan, dapat timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat seperti ensefalopati, meningoensefalitis, atau lesi massa otak dan perubahan status mental, nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS seringkali mengakibatkan kematian. Wujud klinis toksoplasmosis bawaan adalah kelainan neurologis: hidrosefalus, mikrosefalus, kejang, keterlambatan psikomotor, perkapuran (kalsifikasi) abnormal pada foto rontgenkepala. Selain itu tampak pula gangguan penglihatan: mikroftalmi, katarak, retinokoroiditis; juga gangguan pendengaran, dan kelainan sistemik: hepatosplenomegali, limfadenopati, dan demam yang tidak diketahui sebabnya.



D. Diagnosa 1. Pemeriksaan langsung



Pemeriksaan langsung bisa dilakukan dengan cara melihat adanya dark spot pada retina, melakukan pemeriksaan darah untuk melihat apakah parasit sudah menyebar melalui darah dengan melihat perubahan yang terjadi pada gambaran darahnya, serta bisa menggunakan CT scan, MRI untuk menemukan lesi akibat parasit tersebut. Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan biopsi dan dari sampel biopsi tersebut bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan PCR, isolasi pada hewan percobaan ataupun pembuatan preparat histopatologi.



2. Tes Serologi Melakukan pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgG dan IgM Toxsoplasma gondii. Antibodi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah infeksi), titernya meningkat dengan cepat (80 sampai 1000 atau lebih) dan akan mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau bulan). Antibodi IgG dibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh karena itu, temuan antibodi IgG dianggap sebagai infeksi yang sudah lama, sedangkan adanya antibodi IgM berarti infeksi yang baru atau pengakifan kembali infeksi lama (reaktivasi), dan berisiko bayi terkena toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibodi tersebut untuk menyatakan seseorang sudah terinfeksi toksoplasma sangatlah beragam, bergantung pada cara peneraan yang dipakai dan kendali mutu dan batasan baku masing-masing laboratorium.



3. Pemeriksaan Hispatologi Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan biopsi dan dari sampel biopsi tersebut bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan PCR, ataupun



pembuatan preparat histopatologi. Metode diagnosa lain yang sering digunakan adalah dengan menggunakan Indirect aemaglutination (IHA), Immunoflourescence (IFAT) ataupun dengan Enzym mmunoassay. E. Pengobatan Dan pencegahan Pengobatan Selain obat-obatan, tokso juga bisa diatasi dengan menjaga sistem kekebalan tubuh. Bisa lewat obat-obatan atau cara alamiah seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga dan istirahat yang cukup. “Beberapa suplemen juga bisa membantu pertahanan tubuh melawan penyakit dalam waktu yang lama. Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat.” Penting diingat, karena berbentuk parasit, virus tokso di dalam tubuh tidak bisa dihilangkan, tetapi hanya bisa dikontrol agar tidak membahayakan. Caranya dengan melakukan pengobatan antibiotik yang tepat. Lamanya pengobatan bisa memakan waktu berbulan-bulan.



Pengobatan pada ibu hamil Tokso plasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin setelah umur kehamilan di atas 16 minggu. Sebagai strategi baru untuk menanggulangi masalah infeksi toksoplasma yang bersifat persisten ini, digunakan kombinasi imunoterapi dan pengobatan zat antimikroba yaitu isoprinosine dan levamisol . Pengobatan pada bayi







Pirimetamin 2 mg/kg selama dua hari, kemudian 1 mg/kg/hari selama 2-6 bulan, dikikuti dengan 1 mg/kg/hari 3 kali seminggu, ditambah







Sulfadiazin atau trisulfa 100 mg/kg/hari yang terbagi dalam dua dosis, ditambah lagi







Asam folinat 5 mg/dua hari, atau dengan pengobatan kombinasi:







Spiramisin dosis 100 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, selang-seling setiap bulan dengan pirimetamin,







Prednison 1 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis sampai ada perbaikan korioreti-nitis. Perlu dilakukan pemeriksaan serologis ulangan untuk menentukan apakah pengobatan masih perlu diteruska



Pencegahan •



Segera periksakan diri anda, apakah positif toxoplasma atau tidak. Terutama para wanita atau wanita yang mempunyai rencana untuk hamil. Tes darah bisa dilakukan di beberapa laboratorium diagnostik seperti Prodia. Konsultasikan hal ini dengan dokter anda.







Masak daging dengan sempurna, minimal dengan suhu 70 derajat celcius.







Cuci buah-buahan dan sayuran dengan bersih.







Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum anda makan sesuatu.







Gunakan sarung tangan pada saat berkebun atau kontak dengan tanah. Tanah yang terkontaminasi toxoplasma adalah sumber infeksi yang potensial.







Cuci tangan, meja/talenan dan peralatan dapur dengan air hangat dan sabun setelah mengolah daging mentah.







Kotak pasir tempat anak2 bermain di halaman harus ditutup bila tidak digunakan







Jangan minum air mentah kecuali sudah direbus mendidih.







Jangan memberikan daging mentah atau tidak matang kepada kucing anda. Jangan memberikan susu yang tidak dipasteurisasi.







Jangan membiarkan kucing berkeliaran di luar rumah atau berburu binatang berdarah panas.







Pakailah sarung tangan karet dan masker dan scoop pada waktu membersihkan litterbox. Cuci tangan setelahnya.







Bersihkan dan buang feces kucing dari litterbox setiap hari, flush feces di toilet, siram air panas atau dibakar. Siram dan bersihkan litterbox dan scoopnya dg air mendidih.Kontrol populasi tikus, kecoa, lalat dan inang perantara toxoplasma gondii laiannya.







Wanita hamil dan orang2 dg system imunitas yg rendah seperti terinfeksi HIV atau sedang mendapat pengobatan kemoterapi tidak boleh membersihkan litterbox.



F.



Tanya Jawab pada saat Presentasi 1. Dilihat dari slide, tolong jelaskan tiga bentuk toksoplasma gondii (takizoit, kista, ookista)? Jawab : stadium takizoit yaitu stadium multiplikasi aktif dari tropozoit dan biasanya teramati pada infeksi akut. Stadium ini paling sering dijumpai pada organ tubuh khususnya otak, otot daging, otot jantung dan mata Stadium bradizoit merupakan stadium dimana kista tidak aktif dan berada dalam jaringan serta bersifat infektif dan stadium ketiga adalah stadium ookista yang berada dalam kotoraran kucing. Dalam siklus hidupnya diperantarai oleh sel inang ke intraselular inang dan kemudian melakukan multiplikasi dan parasit ini mempunyai siklus hidup yang bersifat obligat dengan fase seksual dan aseksual. Siklus seksual terjadi pada tubuh kucing dan siklus aseksual terjadi pada berbagai inang antara yang sangat bervariasi.



2. Apa akibatnya jika wanita hamil mengidap Toksoplasma?



Jawab:Berdasarkan beberapa hasil penelitian, sekitar 40 persen wanita hamil pengidap toksoplasma pada awal kehamilan, janin yang dilahirkan akan terinfeksi, dan 15 persen mengalami abortus atau kelahiran dini. Sebanyak 17 persen janin terinfeksi pada trimester pertama, 24 persen pada trimester kedua, dan 62 persen pada trimester ketiga. Hasil penelitian lain juga mengatakan bahwa 90 persen bayi yang terinfeksi dapat lahir dengan normal, walaupun 80-90 persen bayi tersebut dapat menderita gangguan penglihatan sampai buta setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah lahir, dan 10 persen dapat mengalami gangguan pendengaran. Toksoplasma pada bayi dapat menyebabkan kelainan pada saraf, mata, serta kelainan sistemik seperti pucat, kuning, demam, pembesaran hati dan limpa atau pendarahan. Gangguan fungsi saraf dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan psikomotor dalam bentuk retardasi mental (gangguan kecerdasan maupun keterlambatan perkembangan bicara), serta kejang



dan



kekakuan



yang



akhirnya



menimbulkan



keterlambatan



perkembangan motorik. Infeksi pada bayi juga berpotensi menyebabkan cacat bawaan, terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal sampai tiga bulan. Toksoplasma juga dapat menyebabkan encephalus (tidak memiliki tulang tengkorak), hydrocephalus (pembesaran kepala), dan bahkan kematian.



1.



Mengapa kucing dianggap sebagai sumber utama penularan



toxoplasma? Jawab: Sebenarnya semua hewan berdarah panas dapat terinfeksi dan menularkan toxoplasma kepada manusia. Toxoplasma berkembang biak mengikuti suatu siklus hidup (seperti siklus hidup pada kupu-kupu). Toxoplasma dapat berkembang dengan cara membelah diri (non seksual) dan seksual (makro gamet dan mikro gamet). Pada hewan-hewan selain kucing toxoplasma berkembang biak dengan cara non seksual. Kucing adalah inang definitif toxoplasma. Dalam tubuh kucing, toxoplasma dapat berkembangbiak dengan cara seksual dan non seksual. 2. Bagaimana



cara



penularan



toxoplasma



?



Jawab :Kucing yang terinfeksi toxoplasma hanya menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari sejak terinfeksi. Setelah 10 hari jumlah ookista yang disebarkan biasanya sangat sedikit dan mempunyai resiko penularan yang sangat kecil. Penyebaran ookista ini biasanya terjadi pada kucing muda. Penyebaran ookista biasanya tidak terjadi pada kucing dewasa karena sistem kekebalan tubuh mereka lebih baik dan relatif dapat mengendalikan



sendiri



infeksi



toxoplasma



tersebut.



Manusia atau hewan dapat tertular bila menelan kista atau ookista toxoplasma. Kista atau ookista ini bersifat seperti telur. Telur yang tertelan tersebut akan menetas dan berkembang di dalam tubuh hewan atau manusia. Kista tersebut dapat hidup dalam otot (daging) manusia dan berbagai hewan lainnya. Penularan juga dapat terjadi bila hewan atau manusia tersebut memakan daging mentah atau daging setengah matang yang mengandung kistatoxoplasma.Kista toxoplasma juga dapat hidup di tanah dalam jangka waktu tertentu. Dari tanah ini toxoplasma dapat menyebar melalui hewan, tumbuh-tumbuhan atau sayuran yang kontak dengan kista tersebut.



5.



Bagaimana



Jawab



:Pada



akibat



pria,



infeksi



toxoplasma akut



pada



toxoplasma



manusia



dapat



?



menyebabkan



pembengkakan kelenjar getah bening. Bila berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kemandulan. Toxoplasma dan menginfeksi dan menyebabkan peradangan



pada



saluran



sperma.



Radang



yang



berlebihan



dapat



menyebabkan terjadinya penyempitan bahkan tertutupnya saluran sperma. Akibatnya pria tersebut menjadi mandul, karena sperma yang diproduksi tidak dapat dialirkan untuk membuahi sel telur. Seperti pada pria, infeksi toxoplasma yang berlangsung terus menerus dapat menginfeksi saluran telur wanita. Bila saluran ini menyempit atau tertutup, sel telur yang telah dihasilkan oleh indung telur (ovarium) tidak dapat sampai ke rahim untuk dibuahi oleh sperma. Yang paling berbahaya adalah akibat toxoplasma terhadap Janin/fetus. Kista toxoplasma bisa berada di otak janin menyebabkan cacat dan berbagai macam gangguan syaraf seperti gangguan syaraf mata (buta, dll). Akibat lainnya adalah janin dengan ukuran kepala yang besar dan berisi cairan (hidrocephalus). 6. Kenapa toksoplasma itu sering? Jawab: 1. Aktivitas intraselularnya yang sangat tinggi. 2. Konsentrasi di plasenta yang sangat tinggi (6.2 mg/L), sehingga dapat mencegah infeksi maternal infiltrasi ke janin. 3. Aman bagi fetus. Spiramycin sedikit sekali kadarnya yang dapat masuk ke janin. Oleh sebab itu, pada janin yang sudah terinfeksi toksoplasma, efek terapi Spiramycin tidak akan maksimal. Spiramycin tidak dapat mencegah kerusakan yang sudah terjadi pada janin sebelum terapi Spiramycin dimulai. 4. Ditoleransi dengan baik oleh ibu hamil. 5. Studi-studi pendukung yang sangat banyak sebagai evidence based medicine22.



G.Kasus Adapun Resiko pada ibu hamil dan bayi pada wanita hamil ternyata dapat berdampak signifikan, seperti mengakibatkan abortus (keguguran), atau



cacat



pada



janin.



Ibu hamil yang mengalami infeksi primer toksoplasma sesaat menjelang hamil, selama hamil atau reaktivasi, dapat



menularkan



toksoplasma



penyakit



kepada



bayinya.



Semakin tua usia kehamilan, semakin mudah untuk terkena toksoplasma. Namun, semakin muda janin terkena infeksi, semakin berat manifestasi. Bayi terinfeksi toksoplasma yang lahir tanpa kelainan organ 85 persen akhirnya terkena retardasi mental, 75 persen sarafnya mengalami gangguan, 50 persen gangguan penglihatan, dan 15 persen gangguan pendengaran. Indikasi infeksi pada bayi dapat diketahui melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang memperlihatkan adanya cairan berlebihan pada perut (asites), pengapuran pada otak, serta pelebaran saluran cairan



otak



(ventrikel).



Toksoplasma pada bayi dapat menyebabkan kelainan pada saraf, mata, serta kelainan sistemik seperti pucat, kuning, demam, pembesaran hati dan limpa atau pendarahan. Gangguan fungsi saraf dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan



psikomotor



dalam



bentuk



retardasi



mental



(gangguan



kecerdasan maupun keterlambatan perkembangan bicara), serta kejang dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan keterlambatan perkembangan motorik.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Toxoplasma gondii merupakan coccidian, ubiquitous, dan mempunyai beberapa wujud bentuk. Di antaranya, ookista, bentuk resisten yang berada di lingkungan luar, trofozoit, bentuk vegetatif dan proliferatif, dan kista, bentuk resisten yang berada di dalam tubuh manusia serta hewan. Hingga saat ini, tidak ada satupun obat yang sanggup untuk mengeradikasi toksoplasma dalam bentuk kista. Berdasarkan data epidemiologi, angka ibu yang berisiko terkena infeksi toksoplasma ini snagat besar. Dampak klinis dari infeksi ini, khususnya pada janin, sangat merugikan, baik materil maupun moril. Karena infeksi ini terkadang asimtomatis, pemeriksaan berkala/skrining pada ibu hamil perlu dilakukan agar tindakan antisipasi dapat dilakukan sedini mungkin. Pengobatan menggunakan pyrimethamine yang dikombinasikan dengan Sulfa untuk mengatasi beberapa bentuk klinis toksoplasmosis cukup efektif, tetapi penggunaan selama kehamilan sebaiknya dihindari. Ini disebabkan efek samping hematologikal dan efek teratogenik yang kurang menyenangkan. Spiramycin merupakan antiparasit yang cukup efektif untuk mencegah masuknya Toxoplasma gondii ke janin. Dosis Spiramycin yang dianjurkan untuk profilaksis kongenital toksoplasmosis 3 kali sehari 3 juta Internasional Unit (3 MIU) selama 3 minggu lalu diulang setelah interval 2 minggu hingga saat partus. Hal ini sudah dibuktikan secara luas dengan menggunakan metode yang sangat beragam, termasuk studi meta-analisis.



B.Saran Dalam



menyusun



makalah



ini



kami



menyadari



masih



banyak



kekurangan,baik dari segi bahasa maupun penulisan. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran dari para dosen, mahasiswa dan pihak lain yang menaruh perhatian terhadap perbaikan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.



DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.unekunek.com/2025/toksoplasmosis.html 2. http://mabanget.wordpress.com/2007/04/09/hubungan-antaraschizophrenia-dan-toxoplasma-gondii/ 3. http://matahatiku.net/, 4. http://solocatsblogspot.com/2008/12/all-about-toksoplasma-artikel-inisaya.html 5. http://www.totalkesehatananda.com/toksoplasm0sis1.html 6. http:Wikipedia.com/



Kasus Adapun Resiko pada ibu hamil dan bayi pada wanita hamil ternyata dapat berdampak signifikan, seperti mengakibatkan abortus (keguguran), atau



cacat



pada



janin.



Ibu hamil yang mengalami infeksi primer toksoplasma sesaat menjelang hamil, selama hamil atau reaktivasi, dapat



menularkan



toksoplasma



penyakit



kepada



bayinya.



Semakin tua usia kehamilan, semakin mudah untuk terkena toksoplasma. Namun, semakin muda janin terkena infeksi, semakin berat manifestasi. Bayi terinfeksi toksoplasma yang lahir tanpa kelainan organ 85 persen akhirnya terkena retardasi mental, 75 persen sarafnya mengalami gangguan, 50 persen gangguan penglihatan, dan 15 persen gangguan pendengaran. Indikasi infeksi pada bayi dapat diketahui melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang memperlihatkan adanya cairan berlebihan pada perut (asites), pengapuran pada otak, serta pelebaran saluran cairan



otak



(ventrikel).



Toksoplasma pada bayi dapat menyebabkan kelainan pada saraf, mata, serta kelainan sistemik seperti pucat, kuning, demam, pembesaran hati dan limpa atau pendarahan. Gangguan fungsi saraf dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan



psikomotor



dalam



bentuk



retardasi



mental



(gangguan



kecerdasan maupun keterlambatan perkembangan bicara), serta kejang dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan keterlambatan perkembangan motorik.