Makalah Uslub Al-Qur'an1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, sebab masyarakat yang dihadapi pada masa itu adalah masyarakat Arab. Dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menceritakan hal-hal yang samar dan abstrak. Manusia tidak mampu mencernanya jika hanya mengandalkan akalnya saja. Sehingga sering kali ayat-ayat tersebut diperumpamakan dengan hal-hal yang konkret agar manusia mampu memahaminya. Bermacam-macam uslub dalam Al-Qur’an ditujukan untuk memikat hati mereka, agar mereka tertarik untuk menerima kebenaran wahyu Allah SWT. Di antara uslub yang dipergunakan adalah amtsal dan aqsam. Untuk memahami itu semua maka ulama’ tafsir menganggap perlu adanya ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam al-Qur’an agar manusia mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut. Karena itulah penulis mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut, yaitu uslub al-qur’an yang terdiri dari amtsal dan aqsam dalam al-Qur’an.



B.



Rumusan Masalah 1) Bagaimanakah pengertian Uslub Al-Qur’an ? 2) Apa yang dimaksud dengan Amtsal ? 3) Apa yang dimaksud dengan Aqsam ?



C.



Tujuan Penulisan 1) Dapan menjelaskan pengertian dari kata uslub dan pengertian dari Uslub Al-Qur’an. 2) Dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan Amtsal Al-Qur’an dan memberikan contohnya. 3) Dapat menjelaskan pengertian Aqsam Al-Qur’an dan memberikan contoh-contohnya.



BAB II PEMBAHASAN A.



Uslub Dalam Al-Qur’an



1.



Pengertian Uslub Kata Uslub berasal dari bahasa Arab yang artinya “jalan” ,”cara”, “sistem atau metode”. Adapun pengertian Uslub dalam bahasa Arab ialah makna yang terdapat dalam suatu bentuk susunan lafadz-lafadz (kalimat) agar lebih mudah dimengerti oleh pendengar atau pembacanya. Uslub al-Qur’an bukanlah mufradat (kosa kata) dan susunan kalimat, akan tetapi metode yang dipakai al-Qur’an dalam memilih mufradat dan gaya kalimatnya. Oleh karena itu, uslub al-Qur’an berbeda dengan hadist, syi'ir, kalam dan buku-buku yang ada, meskipun bahasa yang digunakan sama dan mufradat (kosa kata) yang dipakai membentuk kalimatnya juga sama.



ْ ‫آن َم‬ ‫از ِه ْال ُم ْست َ ِمر‬ ُ ‫أ ُ ْسلُ ْو‬ ٍ ‫ظ َه ُر غ َِر ْي‬ ِ ‫ب ِ ِِل ْع َج‬ ِ ‫ب ْالقُ ْر‬ Artinya



:



Uslub al-qur’an,



ialah sumber



kekaguman



karena



kandungan kemukjizatannya yang berlangsung terus menerus.1 Jadi Uslub al-Qur’an adalah metode analisis dan pendekatan yang refrensif dalam menyusun kalimat-kalimatnya dan pemilihan lafaz-lafaznya. Uslub al-Qur’an mempunyai karakteristik, yaitu: sentuhan lafaz al-Qur’an melalui keindahan intonasi al-Qur’an dan keindahan bahasa al-Qur’an, dapat diterima semua lapisan masyarakat, al-Qur’an menyentuh (diterima) akal dan perasaan, keserasian rangkaian kalimat al-Qur’an dan kekayaan seni redaksional. Uslub terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1



Aminullah, Uslub



library: Medan.



Al-Quran, (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1635/1/Arab-Aminullah3.pdf).



USU



digital



a.



Uslub Khitaby (Gaya Bahasa Retorika) Retorika merupakan salah satu seni yang berlaku pada bangsa Arab yang mempunyai karakteristik dengan kandungan makna yang kuat, memakai lafadz yang serasi, argumentasi yang relevan dan kekuatan IQ oratornya. Biasanya seorang orator berbicara mengenai tema yang relevan dengan



realitas



kehidupan



untuk



membawa



audiens



mengikuti



pemikirannya. Uslub yang indah, jelas, lugas merupakan unsur yang dominan dalam retorika untuk mempengaruhi aspek psikis audiens.2



b.



Uslub ‘Ilmy (Gaya Bahasa Ilmiah) Uslub ‘ilmy harus jauh dari aspek subyektif dan emotif penuturnya, karena eksperimen ilmiah itu obyektif dan tidak ada hubungannya dengan aspek psikis, emotif dan kondisi orang yang melakukannya.3 Uslub ‘ilmiah membutuhkan logika yang baik, pemikiran yang lurus serta jauh dari imajinasi dan emosi, karena sasarannya adalah pikiran dan menjelaskan fakta-fakta ilmiah. Karakteristik uslub ‘ilmiah adalah jelas dan lugas. Namun juga harus menampakkan efek keindahan dan kekuatan penjelasan, argumentasi yang kuat, redaksi yang mudah, rasa yang brilian dalam memilih kosa kata dan informasi yang dapat dipahami dengan mudah. Oleh karena itu, uslub ‘ilmiah harus tematik dan terhindar dari majaz, kinayah dan permainan katakata lainnya.



c.



Uslub Adaby (Gaya Bahasa Sastra) Uslub adaby sangat subyektif, karena ia merupakan ungkapan jiwa pengarangnya, pemikirannya dan emosinya. Oleh karena itu, uslub adaby sangat spesifik. 2 ‘Ali al-Jarim dan Mustafa Amin, al-Balagah al-Wadihah, (Mesir: Dar al-Ma‘arif, t.t.), h. 12. 3 Munawwir Abdul Fattah dan Adib Bisyri, Kamus al-Bisyri, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), h. 335



2.



Macam-macam Uslub Al-Qur’an Dalam buku-buku ilmu tafsir kita menjumpai beberapa pembahasan yang apabila kita teliti, pembahasan tersebut dapat digolongkan pada pembicaraan tentang uslub. Pembahasan uslub-uslub Al-Qur’an tersebut meliputi : 1) Amtsalul-Quran (perumpamaan dalam Al-Qur’an) 2) Jadalul-Quran (pembantahan dalam Al-Qur’an) 3) Aqsamul-Quran (sumpah-sumpah dalam Al-Qur’an) 4) Qasasul-Quran (kisah-kisah dalam Al-Qur’an) 5) Balaghatul-Quran Namun, dalam pembahasan ini penulis hanya akan menguraikan tentang Amtsal dan Aqsam Qur’an saja.



B.



Amtsal Dalam Al-Qur’an



1.



Pengertian Amtsal Kata amtsal merupakan bentuk jamak dari mufrod mitslu. Kata mitslu secara etimologi mempunyai 3 arti, yaitu : 1) Kata mitslu yang artinya sama dengan kata syibhu yaitu penyerupaan. 2) Sebagian ulama’ mengatakan bahwa lafazh mitslu adalah keadaan atau cerita yang menakjubkan. Sebagaimana yang dikatakan oleh orang Arab yaitu : ْ ‫َوي‬ ‫ص ِة ْال َع ِج ْي َب ِة ْالشَأ ْ ِن‬ َّ ‫ُطلَ ُق ْال ِمثْ ُل َعلَى اْل َحا ِل َو ْال ِق‬ Arti ini banyak digunakan dalam penerapan lafazh mitslu pada alQur’an. Sebagaimana dalam surat Muhammad ayat 15: َ ‫ار ِم ْن لَبَ ٍن لَ ْم يَتَغَي َّْر‬ ُ‫ط ْع ُمه‬ ٌ ‫ار ِم ْن َماءٍ َغي ِْر َءا ِس ٍن َوأَ ْن َه‬ ٌ ‫َمث َ ُل ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُو ِعدَ ْال ُمتَّقُونَ فِي َها أ َ ْن َه‬ ٌ ‫ت َو َم ْغ ِف َرة‬ َّ ‫ار ِم ْن َخ ْم ٍر لَذَّةٍ ِلل‬ ِ ‫صفًّى َولَ ُه ْم فِي َها ِم ْن ُك ِل الث َّ َم َرا‬ ٌ ‫ار ِبينَ َوأ َ ْن َه‬ ٌ ‫َوأ َ ْن َه‬ َ ‫ار ِم ْن َع‬ َ ‫س ٍل ُم‬ ِ ‫ش‬ َّ ‫سقُوا َما ًء َح ِمي ًما َف َق‬ ‫ط َع أَ ْم َعا َء ُه ْم‬ ُ ‫ار َو‬ ِ ‫ِم ْن َر ِب ِه ْم َك َم ْن ه َُو خَا ِلد ٌ فِي ال َّن‬



Artinya: “(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungaisungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.” 3) Ada juga sebagian ulama’ yang mengatakan bahwa mitslu adalah : ٌ ‫ص ِة إِذَا َكانَ لَ َها شَأ ْ ٌن َوفِ ْي َها غ ََرابَة‬ َّ ‫صفَ ِة أ َ ْو ْال ِق‬ ِ ‫َوقَدْ أ ا ْست ُ ِعي َْر ْال ِمثْ ُل ِل ْل َحا ِل أ َ ْو ْال‬ Yaitu keadaan, sifat atau cerita yang asing dan aneh.



Melihat dari pengertian-pengertian mitslu di atas, maka amtsal AlQur’an setidaknya berupa penyamaan keadaan suatu hal dengan kedaan hal yang lain. Penyerupaan tersebut baik dengan cara isti’arah (menyamakan tanpa menggunakan adat tasybih), ayat-ayat yang menunjukkan makna yang indah dan singkat, atau syarat-syarat yang digunakan untuk menyamakan dengan hal lain. Karena itulah, kesimpulan akhir dalam mendefinisikan amtsal Al-Qur’an adalah : ُ ‫ِإب َْر‬ ْ ‫س َوا ٌء كَان‬ ‫س ًل‬ ُ ‫از ْال َم ْعنَى فِي‬ َ ‫َت تَ ْش ِب ْي ًها أَ ْو قَ ْو ًِل ُم ْر‬ َ ‫ص ْو َرةٍ َرائِ َع ٍة ُم ْو ِجزَ ةٍ لَ َها َوقَعُ َها فِي ْالنَّ ْف ِس‬ Yaitu menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas). Definisi inilah yang relevan dengan yang terdapat dalam al-Qur’an, karena mencakup semua macam amtsal al-Qur’an. 2.



Macam-macam Amtsal Al-Qur’an Secara garis besar, amtsal Al-Qur’an terbagi menjadi dua. Pertama perumpamaan yang disebutkan secara jelas dan tegas. Imam Jalaluddin asSuyuthi dalam al-Itqaan menyebutnya sebagai matsal zhahir musharrah bih.



Sedangkan yang kedua disebutkan secara tersirat (matsal kaamin).4 Namun apabila diamati secara seksama maka amtsal al-Qur’an bisa dibagi menjadi tiga macam, yaitu: 1) Al-amtsal al-musharrahah, yaitu perumpamaan yang jelas yang didalamnya terdapat lafazh matsal atau lafazh lain yang menunjukkan arti persamaan atau perumpamaan. Amtsal jenis ini banyak terdapat dalam al-Qur’an. Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 261: ْ ‫َّللاِ َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة أ َ ْن َبت‬ َّ ‫سبِي ِل‬ ‫س ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة‬ ُ ‫سنَابِ َل فِي ُك ِل‬ َ ‫َت َس ْب َع‬ َ ‫َمث َ ُل الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي‬ َّ ‫ف ِل َم ْن يَشَا ُء َو‬ َّ ‫َو‬ ‫َّللاُ َوا ِس ٌع َع ِلي ٌم‬ ُ ‫ضا ِع‬ َ ُ‫َّللاُ ي‬ Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurniaNya) lagi Maha Mengetahui.” Dalam ayat ini dijelaskan keuntungan besar bagi orang-orang yang mau berinfak dengan menyamakannya terhadap orang yang menanam 1 butir biji yang kelak menghasilkan 700 butir biji. Penyamaan pahala orang yang infak dengan hasil tanaman pada ayat ini jelas menggunakan lafazh matsal (‫)… َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُ ْونَ أَ ْم َوالَ ُه ْم‬. Dalam ayat ini yang disamakan adalah keuntungan. 2) Al-amtsal al-kaaminah, yaitu perumpamaan yang tidak jelas dengan tanpa menggunakan lafazh matsal atau sejenisnya, akan tetapi artinya menunjukkan arti perumpamaan yang indah dan singkat. Tegasnya, amtsal jenis ini merupakan perumpamaan maknawi yang tersembunyi, bukan perumpamaan lafzhi yang jelas.



4 Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqaan fii Uluum al-Qur’an (Mesir: Mushthafa ats-Tsani, 1951), h.132.



Salah satu contoh al-amtsal al-kaaminah adalah sebagaimana ungkapan yang disebutkan orang Arab yang berupa ‫َخي ُْر ْاْل ُ ُم ْو ِر‬ ُ ‫س‬ ‫ط َها‬ َ ‫( أَ ْو‬sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tengah). Ungkapan ini merupakan hasil perumpamaan dari beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya: 



Surat al-Baqarah ayat 68: ٌ ‫ض َو َِل ِب ْك ٌر َع َو‬ …‫ان بَيْنَ ذَلِكَ …اْلية‬ ٌ ‫ار‬ ِ َ‫إِنَّ َها بَقَ َرة ٌ َِل ف‬ Artinya: “…bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu…”







Surat al-Furqan ayat 67: ‫َو َّالذِينَ ِإذَا أ َ ْنفَقُوا لَ ْم يُس ِْرفُوا َولَ ْم َي ْقت ُ ُروا َو َكانَ َبيْنَ ذَلِكَ قَ َوا ًما‬ Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”



3) Al-amtsal al-mursalah, yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas yang tidak jelas tanpa menggunakan lafazh tasybih. Al-amtsal almursalah ini adalah beberapa ayat al-Qur’an yang berlaku sebagai perumpamaan. Contohnya seperti dalam surat Yusuf ayat 51: …‫ص ْال َحق…اْلية‬ ِ َ‫قَال‬ ْ ‫يز ْاْلنَ َح‬ َ ‫ص َح‬ ِ ‫ت ْام َرأَة ُ ْال َع ِز‬ Artinya: “…Berkata isteri Al-Aziz: “Sekarang jelaslah kebenaran itu…” Begitu juga pada surat al-Baqarah ayat 216: …‫ش ْيئًا َوه َُو ش ٌَّر لَ ُك ْم…اْلية‬ َ ‫سى أ َ ْن ت ُ ِحبوا‬ َ ‫سى أَ ْن ت َ ْك َرهُوا‬ َ ‫ش ْيئًا َوه َُو َخي ٌْر لَ ُك ْم َو َع‬ َ ‫َو َع‬ Artinya: “…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu…”



3.



Faedah-faedah Amtsal Al-Qur’an Apabila diamati berbagai macam dan contoh amtsal dalam al-Qur’an, maka ditemukan bahwa pengungkapan amtsal dalam al-Qur’an mempunyai banyak faedah. Di antara faedah-faedah tersebut adalah: 1) Menampilkan sesuatu yang abstrak (yang hanya bisa digambarkan dalam pikiran) ke dalam bentuk sesuatu yang konkret (material) yang dapat ditangkap indera agar akal dapat menerima pesan yang disampaikan oleh perumpamaan itu. Karena makna yang abstrak bisa jadi membuat hati masih ragu maka perlu adanya penggambaran dalam bentuk konkret agar mudah dicerna. Contohnya pada surat al-Baqarah ayat 264: ُ‫اس َو َِل يُؤْ ِمن‬ ِ َّ‫صدَقَاتِ ُك ْم بِ ْال َم ِن َو ْاْلَذَى كَالَّذِي يُ ْن ِف ُق َمالَهُ ِرئ َا َء الن‬ َ ‫يَاأَي َها الَّذِينَ َءا َمنُوا َِل تُب ِْطلُوا‬ َّ ِ‫ب‬ ‫ش ْيءٍ ِم َّما‬ َ ‫علَى‬ َ َ‫ص ْلد ًا َِل يَ ْقد ُِرون‬ َ ُ‫صابَهُ َوابِ ٌل فَت ََر َكه‬ َ َ ‫ان َعلَ ْي ِه ت ُ َرابٌ فَأ‬ َ ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر فَ َمثَلُهُ َك َمث َ ِل‬ ٍ ‫ص ْف َو‬ ‫سبُوا…اْلية‬ َ ‫َك‬ Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan…” Dalam ayat tersebut, hilangnya pahala sedekah (abstrak) yang disebabkanriya’ (pamer) disamakan dengan hilangnya debu di atas batu licin (konkret) yang disebabkan hujan. 2.



Menyingkap makna yang sebenarnya dan menampilkan hal yang



gaib dalam sesuatu yang tampak. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 275: ُ َّ‫الر َبا َِل َيقُو ُمونَ ِإ َِّل َك َما َيقُو ُم الَّذِي َيت َ َخب‬ َ ‫ش ْي‬ َّ ‫طهُ ال‬ ‫طانُ ِمنَ ْال َم ِس…اْلية‬ ِ َ‫الَّذِينَ َيأ ْ ُكلُون‬ Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila…”



Ayat di atas adalah menceritakan keadaan pemakan riba ketika bangkit dari kubur kelak pada hari kiamat. Keadaan mereka pada saat itu yang masih gaib diserupakan dengan keadaan orang gila yang kemasukan setan.[18] 3.



Menghimpun arti-arti yang indah dalam ungkapan yang singkat,



sebagaimana yang terdapat dalam amtsal kaaminah dan amtsal mursalah. 4.



Mendorong orang untuk beramal dan menimbulkan minat dalam



ibadah dengan melaksanakan hal-hal yang dijadikan perumpamaan yang menarik dalam al-Qur’an. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 261: ْ ‫َّللاِ َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة أ َ ْن َبت‬ َّ ‫س ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة َو‬ َّ ‫سبِي ِل‬ ُ‫َّللا‬ ُ ‫سنَابِ َل فِي ُك ِل‬ َ ‫َت َس ْب َع‬ َ ‫َمث َ ُل الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي‬ َّ ‫ف ِل َم ْن يَشَا ُء َو‬ ‫َّللاُ َوا ِس ٌع َع ِلي ٌم‬ ُ ‫ضا ِع‬ َ ُ‫ي‬ Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” Dengan adanya iming-iming lipat gandanya pahala bagi orang menafkahkan hartanya di jalan Allah dengan menyerupakannya kepada keuntungan besar yang diraih seseorang dalam menanam biji-bijian maka manusia akan terdorong untuk beramal. 5.



Dapat menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi



jiwa. Seperti dalam surat al-Hujurat ayat 12: …‫ض ُك ْم َب ْعضًا أَي ُِحب أ َ َحد ُ ُك ْم أ َ ْن َيأ ْ ُك َل لَحْ َم أ َ ِخي ِه َم ْيتًا فَك َِر ْهت ُ ُموهُ…اْلية‬ ُ ‫َو َِل َي ْغتَبْ َب ْع‬ Artinya: “…Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya….” Manusia pasti akan merasa jijik dan tidak suka memakan daging orang lain yang telah meninggal. Karena itulan Allah SWT menyamakan perbuatan menggunjing orang lain dengan hal tersebut agar manusia menjauhi perbuatan tercela itu.



6.



Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah



kepada para sahabat Rasulullah dalam surat al-Fath ayat 29: ْ ‫اْل ْن ِجي ِل كَزَ ْرعٍ أ َ ْخ َر َج ش‬ َ َ‫َطأَهُ فَآزَ َرهُ فَا ْست َ ْغل‬ … ‫ظ فَا ْست ََوى َعلَى‬ ِ ْ ‫ذَلِكَ َمثَلُ ُه ْم فِي الت َّ ْو َراةِ َو َمث َلُ ُه ْم فِي‬ َ ‫ع ِليَ ِغي‬ ‫ار…اْلية‬ ُ َ ‫سوقِ ِه يُ ْع ِجبُ الز َّرا‬ َ َّ‫ظ ِب ِه ُم ْال ُكف‬ Artinya: “…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifatsifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanampenanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)…” Dalam ayat ini Allah para sahabat Rasul. Pada permulaan Islam, kaum yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari 10. Namun dalam waktu yang terbilang singkat, yaitu 23 tahun, para sahabat jumlahnya menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum musyrikin dalam peristiwa fathu Makkah. 7.



Digunakan untuk mencela. Ini terjadi apabila sesuatu yang



menjadi perumpamaan adalah hal yang dianggap buruk oleh manusia. Seperti dalam surat al-A’raf ayat 176: ‫ب إِ ْن تَحْ ِم ْل َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫َولَ ْو ِشئْنَا لَ َرفَ ْعنَاهُ بِ َها َولَ ِكنَّهُ أ َ ْخلَد َ إِلَى ْاْل َ ْر‬ ِ ‫ض َواتَّبَ َع ه ََواهُ فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل ْالك َْل‬ ْ ‫ث أ َ ْو تَتْ ُر ْكهُ يَ ْل َه‬ ْ ‫يَ ْل َه‬ ‫ث ذَلِكَ َمثَ ُل ْالقَ ْو ِم الَّذِينَ َكذَّبُوا بِآيَاتِنَا…اْلية‬ Artinya: “Dan kalau



Kami menghendaki,



sesungguhnya Kami



tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami…” Dalam mencela orang-orang yang berilmu namun mereka tetap cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya, Allah menyerupakan mereka dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya. 8.



Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena di hati,



lebih mantap dalam menyampaikan nasihat atau larangan serta lebih kuat



pengaruhnya. Dalam kaitan ini Allah berfirman dalam surat az-Zumar ayat 27: َ‫ان ِم ْن ُك ِل َمث َ ٍل لَعَلَّ ُه ْم يَتَذَ َّك ُرون‬ ِ َّ‫ض َر ْبنَا ِللن‬ َ ْ‫َولَقَد‬ ِ ‫اس فِي َهذَا ْالقُ ْر َء‬ Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.” 4.



Tujuan Amtsal Al-Qur’an Para ulama’ ahli tafsir tidak secara jelas menyebutkan tujuan dari amtsal al-Qur’an. Namun apabila dicermati dari berbagai faedah dan ayat-ayat amtsal



al-Qur’an maka



dapat



dikatakan



bahwa



tujuan



dari amtsal adalah agar manusia menjadikannya pelajaran dan bahan renungan dalam arti contoh yang baik dijadikan sebagai teladan sedangkan perumpamaan



yang



jelek



sedapat



mungkin



dihindari.[19] Hal



ini



sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat az-Zumar ayat 27. Mengenai kedudukanamtsal dalam al-Qur’an, Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Abu Hurairah: َّ ‫س ِة أ َ ْو ُج ٍه َح َل ٍل َو َح َر ٍام َو ُمحْ ك ٍَم َو ُمتَشَا ِب ٍه َو أ َ ْمثَا ٍل فَا ْعلَ ُم ْوا بِ ْال َح َل ِل‬ َ ‫إن ْالقُ ْرأَنَ نَزَ َل َعلَى َخ ْم‬ ‫ام َواتَّبِعُ ْوا ْال ُمحْ ك ََم َوأَ ِمنُ ْوا بِ ْال ُمتَشَابِ ِه َوا ْعتَبِ ُر ْوا بِ ْاْل َ ْمثَا ِل‬ َ ‫َواجْ تَنِب ُْوا ْال َح َر‬ Artinya: (Sesungguhnya al-Qur’an turun dengan menggunakan lima sisi: halal, haram, muhkam, mutasyabih dan amtsal. Kerjakanlah kehalalannya; tinggalkanlah keharamannya; ikutilah muhkamnya; imanilah mutasyabihnya; dan ambillah pelajaran dari amtsalnya) Dari dalil al-Qur’an dan hadits di atas maka jelaslah bahwa tujuan amtsal al-Qur’an adalah sebagai teladan dan bahan renungan sehingga manusia terbimbing menuju jalan yang benar demi meraih kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat. C.



Aqsam Dalam Al-Qur’an



1.



Pengertian Aqsam Secara



etimologi



kata Aqsama merupakan



bentuk



jamak



dari Qasama yang artinya sumpah. Adapun kata yang memiliki makna sama



dengan kataqasama adalah yamin atau al-half.[20] Tentang yamin, Ibrahim Anis dkk seperti yang dikutip oleh Hasan Mansur Nasution mengatakan bahwa qasam sama



dengan yamin yang



sumpah. Qasam dan yaminadalah



dua



kata



bermakna



sinonim



yang



berarti



sama. Qasam didefinisikan sebagai “mengikat hati jiwa (hati) agar tidak melakukan atau melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang besar, agung, baik secara hakiki maupun secara I’tiqadi, oleh orang yang bersumpah itu. Bersumpah dinamakan juga dengan yamin (tangan kanan) karena orang arab ketika bersumpah memegang tangan kanan sahabatnya. Selain Qasamsama dengan yamin, Qasam juga sama dengan half.[21] Sedangkan secara terminologi ilmu Aqsamul Qur’an adalah ilmu yang membicarakan



tentang



sumpah-sumpah



yang



terdapat



dalam



al-



Qur’an.Kemudian yang dimaksud sumpah sendiri adalah sesuatu yang digunakan untuk menguatkan pembicaraan. Menurut al-Jurjani seperti yang dikutip oleh Hasan Mansur Nasution sumpah adalah sesuatu yang dikemukakan untuk menguatkan salah satu dari dua berita dengan menyebutkan nama Allah atau sifatnya.[22] 2.



Unsur-unsur Yang Membentuk Sumpah Dalam Al-Qur’an Lahirnya suatu sumpah mengharuskan adanya unsur-unsur yang mendukungnya,



yaitu



hal-hal



yang



dengannya



terbentuk



sumpah



Allah.Tanpa adanya unsur-unsur dimaksud maka tidak dapat disebut dengan sumpah Allah.Menurut Ahmad Syadzali sedikitnya terdapat tiga unsur yang harus dipenuhi jika dikehendaki suatu ucapan menjadi sebuah sumpah, yaitu: fi’il yangdimuta’addikan atau ditransitifkan dengan “ba”,muqsam bih dan muqsam ‘alayh[23] 1). Fi’il yang berbentuk muta’addi dengan diawali huruf ba’ Sighat qasam baik yang berbentuk uqsimu atau ukhlifu tidak akan berfungsi tanpadita’addiyahkan dengan huruf ba’ Contoh:



Artinya: mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,[24] Oleh karena qasam sering dipergunakan dalam percakapan maka ia diringkas, yaitu fi’il qasam dihilangkan dan dicukupkan dengan huruf ba’. Kemudian ba’pun dihilangkan dengan wawu pada isim dzahir , kadangkala dengan huruf ta’ pada lafadz jalalah. Contoh dengan huruf wawu:



Artinya: demi malam apabila menutupi (cahaya siang),[25] Contoh dengan huruf ta’:



Artinya: demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya 2).



Muqsam Bih



Muqsam bih adaah lafad yang terletak sesudah adat qasam yang dijadikan sebagai sandaran dalam bersumpah yang juga disebut sebagai syarat Muqsam



bih atau mahluf



bihmaksudnya



adalah



sesuatu



yang



dengannya sumpah dilakukan.Misalnya Allah bersumpah dengan Allah sendiri atau dengan sebagian makhluk-Nya.[26] Allah dalam al-Qur’an bersumpah dengan Zatnya sendiri Yang Maha Suci atau dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya Yang Maha Besar.[27] Contoh Allah bersumpah dengan dzatnya sendiri:



Artinya: orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.[28]



Allah



bersumpah



dengan



makhluk-Nya,



karena



makhluk



itu



menunjukkan pada Pencipta-Nya, yaitu Allah di samping menunjukkan pula akan keutamaan dan kemanfaatan makluk tersebut, agar dijadikan pelajaran bagi manusia.[29] Contoh Allah bersumpah dengan makhluk ciptaan-Nya:



Artinya: demi matahari dan cahayanya di pagi hari,[30] 3).



Muqsam ‘Alaih



Muqsam ‘alaih adalah bentuk jawaban dari syarat yang telah disebutkan sebelumnya (muqsam bih). Posisi Muqsam ‘alaih terkadang bisa menjadi taukid, sebagai jawaban qasam. Karena yang dikehendaki dengan qasam adalah untuk mentaukidimuqsam ‘alaih danmentahkikannya.[31] Jawab qasam itu pada umumnya disebutkan. namun terkadang ada juga yang dihilangkan, sebagaimana jawab “lau” (jika) sering dibuang, seperti firman Allah:



Artinya: janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.[32] Penghilangan seperti ini merupakan bentuk/uslub penghilangan yang paling baik, sebab menunjukkan kebesaran dan keagungan-Nya. Dan takdir ayat ini adalah: “Seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi secara yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak terlukiskan banyaknya”. Penghilangan jawab qasam, misalnya:



Artinya: demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil.[33] Jawab qasam terkadang dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh perkataan yang disebutkan sesudahnya seperti:



Artinya: tidak aku bersumpah demi hari kiamat, dan tidak aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri).[34] Jawab qasam disini sudah dihilangkan karena sudah ditunjukkan oleh firman sesudahnya yaitu:



Artinya: Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?.[35] Takdirnya adalah : Sungguh kamu akan dibangkitkan dan dihisab. Untuk fi’il madli yang muttasharif yang tidak didahului ma’mul, maka jawab qasamnya sering kali menggunakan “lam” atau “qad” contoh:



Artinya: dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. 3.



Macam-macam Aqsam Qasam



itu



adakalanya zahir (jelas,tegas)



dan



adakalanya mudmar (tidak jelas, tersirat). 1). Zahir adalah



sumpah



yang



didalamnya



disebutkan fi’il



qasam dan muqsam bih. Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jar, berupa “ba”, “wawu”, dan “ta”. Di beberapa tempat, fi’il qasam terkadang didahului (dimasuki) “la” nafy, seperti:



Artinya: tidak aku bersumpah demi hari kiamat, dan tidak aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri). Dikatakan “la” di dua tempat ini adalah “la” nafi yang berarti tidak , untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang sesuai dengan konteks sumpah. Dan takdir (perkiraan arti) nya adalah: “Tidak benar apa yang kamu sangka,bahwa hisab dan siksa itu tidak ada”. Kemudian baru dilanjutkan dengan kalimat berikutnya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat dan dengan nafsu lawwamah, bahwa kamu kelak akan dibangkitkan”. Dikatakan pula



bahwa “la” tersebut untuk menafikan qasam, seakan-akan Ia mengatakan: “Aku tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu. Tetapi aku bertanya kepadanya tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa Kami tidak akan mengunpulkan tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena kematian? Sungguh masalahnya teramat jelas, sehingga tidak lagi memerlukan sumpah”, tetapi dikatakan pula, “la” tersebut zaidah (tambahan).Pernyataan jawab qasam dalam ayat di atas tidak disebutkan tetapi telah ditunjukkan oleh perkataan yang sesudahnya. Takdirnya adalah: “Sungguh kamu akan dibangkitkan dan akan dihisab. 2).



Mudmar adalah sumpah yang didalamnya tidak dijelaskan fi’il



qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh lam taukid yang masuk kedalam jawab qasam, seperti firman Allah: Artinya: “ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orangorang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”[36] 4.



Faedah Aqsam dalam Al-Qur’an Bahasa arab mempunyai keistimewaan tersendiri berupa kelembutan ungkapan dan beraneka ragam uslubnya sesuai dengan berbagai tujuannya. Lawan bicara (mukhatab) mempunyai beberapa keadaan yang dalam ilmu ma’ani disebut adrubul khabaras-salasah atau tiga macam pola penggunaan kalkimat berita, ibtida’i, thalabi, dan ingkari. Mukhatab



terkadang



seorang



yang



berhati



kosong (khaliyuz



zhanni) sama saekali tidak mempunyai persepsi akan pernyataan (hukum) yang diterangkan kepadanya, maka perkataan yang disampaikan kepadanya tidak perlu memakai penguat (ta’kid). Penggunaan perkataan demikian dinamakan ibtida’i.



Terkadang pula ia ragu-ragu terhadap kebenaran pernyataan yang disampaikan kepadanya. Maka perkataan untuk orang semacam ini sebaiknya



diperkuat



dengan



suatu



penguat



guna



menghilangkan



keraguannya.Perkataan yang demikian dinamakan thalabi. Dan terkadang ia inkar atau menolak isi pernyataan. Maka pembicaraan untuknya harus disertai penguat sesuai dengan kadar keingkarannya, kuat atau lemah. Pernyataan demikian dinamakan inkari. Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa.al-Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Di antaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam kalamullah guna menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar, dan menetapkan hukum dengan cara yang paling sempurna.[37]



BAB III PENUTUP A.



Simpulan Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik konklusi, bahwa uslub alQuran adalah metode analisis dan pendekatan yang refrensif dalam menyusun kalimat-kalimatnya dan pemilihan lafaz-lafaznya. Uslub al-Quran mempunyai karakteristik, yaitu: sentuhan lafaz al-Quran melalui keindahan intonasi al-Quran dan keindahan bahasa al-Quran, dapat diterima semua lapisan masyarakat, al-Quran menyentuh (diterima) akal dan perasaan, keserasian rangkaian kalimat al-Quran dan kekayaan seni redaksional. Amtsal al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun majaz mursal (ungkapan bebas), Macam-macam amtsal alQur’an adalah amtsal yang jelas dengan menggunakan lafazh mitslu atau sesamanya, amtsal yang



terselubung



tanpa



menggunakan



lafazh mitslu dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa ada adat tasybih. Faedah



mempelajari amtsal



al-Qur’an yang



terpenting



adalah



mendorong manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya melakukan hal-hal yang dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-hal abstrak dengan hal-hal yang nyata agar pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia mengambil pelajaran dari alQur’an dengan mengambil hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Amtsal alQur’an lebih



mampu



dinalar



karena



hal-hal



yang



masih



abstrak



diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati. Aqsamul Qur’an adalah salah satu kajian dalam Ulumul Qur’an yang membahas tentang pengertian, unsur-unsur, bentuk-bentuk, tujuan, serta manfaat (faedah) sumpah-sumpah Allah, dalam menegaskan suatu pernyataan tertentu, yang terdapat di dalam al-Qur’an, dimana sumpahsumpah dalam al-Qur’an itu menyebut nama Allah atau ciptaan-Nya sebagai Muqsam bih. Aqsamul Qur’an mempunyai tujuan untuk memberikan penegasan atas suatu informasi yang disampaikan dalam al-Qur’an atau untunuk memperkuat informasi kepada orang lain yang mungkin sdang mengingkari suatu kebenarannya, sehingga informasi itu dapat diterimanya dengan penuh keyakinan.