Makalah Wacana [PDF]

  • Author / Uploaded
  • eka
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

WACANA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “BAHASA INDONESIA”



Dosen Pengampu: Dr. Watono, M.Pd.



Disusun oleh: 1. Zavira Yossy La Uza



(12208173016)



2. Nurviana Eka Jurniati



(12208173017)



3. Latifaturobaniyah



(12208173018)



4. Ifa Nur Laila



(12208173019)



5. Laila Zahrotun Nisa’



(12208173020)



JURUSAN TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG OKTOBER 2017



KATA PENGANTAR



Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas limpahan berkat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rosulullah SAW beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun dengan tujuan pertama memahami dan mendalami mengenai “Wacana”. Kedua untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Bahasa Indonesia”. Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai wahana pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kami dan pembaca. Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami ucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu: 1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor IAIN Tulungagung. 2. Bapak Dr. Watono, M.Pd., selaku dosen pengampu. 3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat disebutkan satu-satu, kami ucapkan terimakasih. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.



Tulungagung, 10 Oktober 2017



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .............................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................... 2 C. Tujuan Pembahasan ...................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3 A. Pengertian Wacana ....................................................... 3 B. Ciri-Ciri Dan Jenis Wacana .......................................... 5 C. Media, Wujud, Sifat Dan Unsur Wacana ..................... 20 D. Tujuan, Fungsi Dan Pendekatan Wacana ..................... 23 BAB III PENUTUP .................................................................................. 25 A. Kesimpulan ................................................................... 25 B. Saran ............................................................................. 25 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 26



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Wacana merupakan istilah yang muncul sekitar tahun 1970-an di Indonesia. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.Wacana sebagai dasar dalam pembahasan teks sangat diperlukan oleh masyarakat bahasa dalam komunikasi dengan informasi yang utuh. Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa, terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Wacana dikatakan pula sebagai salah satu istilah umum dalam contoh pemakaian bahasa, yakni bahasa yang dihasilkan oleh tindak komunikasi (Richards, dkk., 1989). Wacana mengacu pada unit-unit bahasa yang lebih besar, seperti paragraf-paragraf, percakapan-percakapan, dan wawancarawawancara. Wacana dalam hal ini dianggap sebagai hasil tindakan komunikasi (pemakain bahasa) dan menunjukkan unit-unit bahasa yang lebih besar dari gramatika (morfologi-sitaksis) jelas pada tataran yang diacu sebagai unsur yang disebut wacana. Wujud wacana sebagai media komunikasi dapat berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis. Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana. Berdasarkan uraian di atas, untuk lebih mengetahui dan memahami mengenai wacana dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai wacana agar tidak salah paham mengenai pengertian wacana dan seluk-beluk wacana.



1



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan wacana? 2. Apa saja ciri-ciri dan jenis wacana? 3. Apa media, wujud, sifat dan unsur wacana? 4. Apa tujuan, fungsi dan pendekatan wacana?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian wacana. 2. Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri dan jenis wacana. 3. Untuk mengetahui dan memahami media, wujud, sifat dan unsur wacana. 4. Untuk mengetahui dan memahami tujuan, fungsi dan pendekatan wacana.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Wacana. Istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna “ucapan atau tuturan”. Wacana dipadankan dengan istilah discourse dalam bahasa Inggris dan le discours dalam bahasa Prancis. Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani discursus yang bermakna “berlari ke sana ke mari” (Sudaryat, 2009 : 110). Wacana adalah kesatuan yang tatarannya lebih tinggi atau sama dengan kalimat, terdiri atas rangkaian yang membentuk pesan, memiliki awal dan akhir. Hal tersebut hampir sama seperti yang diungkapkan oleh Carlson bahwa wacana merupakan rentangan ujaran yang berkesinambungan (Carlson dalam Tarigan, 2009 : 22). Yang dimaksud dengan wacana adalah semua ujaran yang tatarannya lebih tinggi dari pada kalimat, berdasarkan sudut pandang aturan rangkaian kalimat yang saling berkaitan (Dictionnaire de Linguistique,1973 : 156).1 Wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Dengan demikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat disebut wacana jika tidak ada keserasian makna. Sebaliknya, rentetan kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk makna yang serasi (Hasan Alwi, 2000: 41). Fatimah Djajasudarma (1994: 1) mengemukakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, proposisi sebagai isi konsep yang masih kasar yang akan melahirkan pernyataan (statement) dalam bentuk kalimat atau wacana.2 HG Tarigan (1987:27) mengemukakan wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi



1



http://eprints.uny.ac.id/8341/3/BAB%202-06204241001.pdf diakses pada tanggal 05 Oktober



2017 pukul 23.40 WIB. 2



http://digilib.unila.ac.id/6106/7/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf diakses pada tanggal 06



Oktober 2017 pukul 00.22 WIB.



3



dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Jadi, suatu kalimat atau rangkaian kalimat, misalnya, dapat disebut sebagai wacana atau bukan wacana tergantung pada keutuhan unsur-unsur makna dan konteks yang melingkupinya. Cook (1989:6-7) menyatakan bahwa wacana merupakan suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan (cf. Brown dan Yule, 1983; Widdowson, 1981; Halliday dan Hassan, 1979). Penggunaan bahasa dapat berupa iklan, drama, percakapan, diskusi, debat, tanya jawab, surat, makalah, tesis dan sebagainya. Wacana merupakan satu kesatuan semantik, dan bukan kesatuan gramatikal. Kesatuan yang bukan lantaran bentuknya (morfem, kata, klausa, atau kalimat), tetapi kesatuan arti (Halliday dan Hassan, 1979:1-2).3 Apa pun bentuknya, wacana mengasumsikan adanya penyapa (addressor) dan pesapa (addressee). Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara, sedangkan pesapa adalah pendengar. Dalam wacana tulis, penyapa adalah penulis, sedangkan pesapa adalah pembaca. Wacana mempelajari bahasa dalam pemakaian, jadi bersifat pragmatik (Samsuri, 1987/1988:1). Wacana, dalam hal ini mempertimbangkan pembicarapenyimak (masyarakat tutur), penulis-pembaca (masyarakat wacana). Dalam pemahaman tersebut, dipertimbangkan gejala kebahasaan yang disebut pragmatik.4 Dari uraian di atas maka yang dimaksud wacana adalah penggunaan bahasa untuk komunikasi baik berupa lisan maupun tulisan. Wacana merupakan organisasi bahasa tertinggi yang lebih besar atau di atas kalimat. Wacana selalu melibatkan dua pihak yaitu penyapa dan pesapa. Adapun wujud wacana antara lain: a. Karangan,



bentuk



tulisan



yang



mengungkapkan



gagasan



(pemikiran) seseorang dan perasaan seseorang. Menyampaikannya melalui bahasa tulis yang teratur (sistematis) agar pembaca mudah 3



Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)., hlm.5.



4



Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik,(Bandung: PT Refika Aditama, 2012)., hlm.3-4.



4



memahami.karanagn



berdasarkan



bentuknya



yaitu,



narasi,



deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. b. Karya tulis, karya seseorang berupa tulisan yang merupakan hasil pemikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis. c. Ceramah, pesan yang bertujuan memberikan nasihat dan petunjukpetunjuk



sementara



ada



audiens



yang



bertindak



sebagai



pendengar. Ceramah dapat dilaksankan kapan saja, tidak ada rukun dan syaratnya, tidak ada mimbar, tempat khusus pada pelaksanaannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh berdakwah, dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif seperti (seminar, lokakarya,pelatihan atau sarasehan). d. Khutbah, kegiatan cerabah yang disampaikan kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun, baik berupa peringatan, pembelajaran atau nasihat. e. Kuliah, proses pembelajaran tingkat lanjut dimana seseorang telah menentukan pilihan jurusan.



B. Ciri-ciri dan Jenis Wacana. 1. Ciri-ciri Wacana a. Satuan ide yang lebih besar dari paragraf. b. Berupa rangkaian kalimat, memiliki satu ide. c. Memiliki hubungan kesatuan, kepaduan dan berurutan, teratur, sistematis. d. Penggunaan bahasa yang utuh dalam komunikasi. e. Berhubungan dengan situasi dan mempunyai tujuan. 2. Jenis Wacana a. Berdasarkan alat komunikasi, wacana dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Wacana Lisan Wacana lisan berarti wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media lisan. Untuk dapat menerima dan memahami wacana lisan maka pesapa harus menyimak atau



5



mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi komunikasi secara langsung antara pembicara dengan pendengar.5 Dalam mengutarakan maksud dengan wacana lisan biasanya juga digunakan gerakan-gerakan tubuh, pandangan mata, dan lain-lain. Wacana lisan dapat ditemukan dalam siaran-siaran televisi, radio, khotbah, ceramah, pidato, kuliah, deklamasi, dan sebagainya. Rekaman-rekaman kaset pun turut melestarikan wacana lisan karena setiap saat jika diingikan dapat diulang-simak oleh penerima.6 Contoh wacana lisan berupa pidato: “Pada pidato kenegaraan tgl 18 Agustus 1996 Presiden Soeharto mengajak semua pihak untuk menghormati konsensus nasional tentang keberadaan tiga kekuatan politik, yakni dua partai politik (PDI, P3) dan Golkar. Dengan pidatonya yang berbunyi: "Marilah kita semua menghormati konsensus nasional yang telah kita mufakati dengan susah payah dan memakan waktu panjang. Janganlah konsensus nasional ini kita kotak-katik lagi hanya untuk memenuhi ambisi-ambisi pribadi dan golongan. Jika kita belum puas dengan peranan ketiga wadah kekuatan politik yang kita miliki, marilah kita perbaiki wadah yang telah ada. Bukan dengan membuat wadah baru yang sama sekali tidak jelas dukungannya dari rakyat" (Kompas Online, 18 Agustus 1996).”7 2) Wacana Tulisan Wacana tulisan artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui media tulis. Untuk dapat menerima dan memahami wacana tulis maka pesapa harus membacanya. Di dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara tidak langsung 5



http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3591/Bab%202.pdf?sequenc



e=7 diakses pada tanggal 06 Oktober 2017 pukul 05.11WIB. 6



http://digilib.unila.ac.id/6106/7/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf



diakses pada tanggal



05 Oktober 2017 pukul 17.53 WIB. 7



http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/dr-widyastuti-purbani-ma/discourse-analysis.pdf.



diakses pada tanggal 06 Oktober 2017 pukul 04.56 WIB.



6



antara penulis dengan pembaca.8 Wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk bahasa yang baku. Contoh wacana tulis dapat ditemui dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, dalam koran, majalah, buku dan lain-lain. Contoh wacana tulisan yang dijumpai pada iklan, di stasiun kereta api, di swalayan, dan di jalan: 1. Pintu keluar. 2. Semua kopi hitam sama,soal rasa ayam merak. 3. Awas! tegangan tinggi ! 4. Kocok dulu sebelum diminum.9 b. Berdasarkan jenis pemakaian, wacana dapat diklasifikasikan menjadi: a) Monolog Wacana monolog merupakan wacana yang melibatkan seorang penutur. Biasanya wacana monolog tidak menyediakan waktu bagi respon pesapa. Penyampaian wacana ini hanya berlangsung satu arah yaitu dari penyapanya saja sehingga disebut komunikasi tidak interaktif. Dengan demikian, penyapa tidak berganti peran sebagai pesapa. Contoh dari wacana monolog adalah pidato, ceramah, orasi, khutbah, pembicaraan berita di TV atau radio, penyampian visi dan misi. b) Dialog Wacana dialog merupakan wacana yang melibatkan dua orang penutur, yang secara bergantian atau bergiliran bisa berperan ganda, yaitu sebagai penyapa dan pesapa. Wacana dialog bersifat dua arah karena terjadi interaksi komunikasi antara penyapa dan pesapa sehingga di sebut komunikasi interaktif. Contoh wacana dialog terjadi pada peristiwa diskusi, pembicaraan telepon, tanya jawab.



8



http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3591/Bab%202.pdf?sequenc



e=7 diakses pada tanggal 06 pukul 05.11WIB. 9



https://diansyahrofiatin.wordpress.com/2015/05/23/wacana-tulis-dan-lisan/ diakses pada tanggal



10 Oktober 2017 pukul 14.19 WIB.



7



Contohnya: Konteks: Penjual dan pembeli (seorang ibu) sedang melakuakn transaksi jual-bai di pasar Penjual



: “Apel, apel. Apel, Bu?”



Pembeli



: “Manalagi?”



Penjual



: “Semua manalagi, Bu.”



Pemebeli



: “Nggak dicampur-campur?”



Penjual



: “Nggak berani Bu, kalau saya nyampur-nyampur seperti itu. Bisa dimarahi pembeli.”



Pembeli



: “Berapa?”



Penjual



: “Yang besar, sembilan, Bu.”



Pembeli



: “Yang kecil?”



Penjual



: “Ini agak kecil, delapan.”



Pembeli



: “Delapan yang besar, ya?”



Penjual



: “Tambah lima ratus, Bu.”



Pembeli



: “Nggak nambah. Itu delapan.”



Penjual



: “Beli banyak, Bu?”



Pembeli



: “ Lima saja.”



Merupakan dialog dua orang yang sedang menagdakan transaksi jual-beli. Pada dialog itu terdapat pergantian peran pembicara dan pedengar.10 c) Popilog Wacana popilog merupakan wacana yang melibatkan pelaku wacana lebih dari dua orang. Wacana ini juga bersifat dua arah karena terjadi interaksi antara penyapa dan pesapa. Semua pelaku wacana yang terlibat dalam pembicaraan berperan aktif dan langsung dalam komunikasi. Contoh wacana polilog seperti pada peristiwa musyawarah, diskusi, atau debat, dan teks drama.11



10 11



Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)., hlm 33.



http://digilib.unila.ac.id/6106/7/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf



05 Oktober 2017 pukul 17.53 WIB.



8



diakses pada tanggal



Contohnya: :”Sejak dulu wanita itu selalu dijadikan orang



Penyiar



belakang.



Orang kelas dua. Kita harus



memperjuangkannya.” Wartawan



:”Itu kan sesuai kodratnya.”



Wanita karier :”Bukan kodrat itu, tapi dibuat oleh manusia. Seandainya,orang laki-laki tidak memandang wanit aitu rendah maka para wanita akan lebih percaya diri. Wartawan



:”bagaimana pun wanita itu teteap terbatas secara fisik maupun mental. Secara umum, emosi wanita lebih meledak-ledak.”



Wanita Karier :”Emosi bukan merupakan ukuran rendahnya status wanita.” Contoh di atas merupakan polilog antara penyiar, wartawan laki-laki, dan wanita karier. Mereka mempunyai peran berbedabeda dalam polilog itu.12 c. Berdasarkan fungsi dan bentuknya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Wacana Narasi Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Dalam narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dalam wacana narasi harus ada unsur waktu, bahkan unsur pergeseran waktu sangat penting. Unsur pelaku atau tokoh merupakan pokok yang dibicarakan, sedang unsur peristiwa adalah hal-hal yang dialami oleh sang pelaku. Wacana



narasi



pada



umumnya



ditujukan



untuk



menggerakkan aspek emosi. Dengan narasi, penerima dapat



12



Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)., hlm 34.



9



membentuk citra atau imajinasi. Aspek intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami wacana narasi.13 Contohnya: “Pada tanggal 4 Juli 1927 Ir. Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan tujuan Indonesia segera merdeka. Namun nyatanya pada tanggal 29 Desember 1929, Belanda memasukkan beliau ke dalam penjara Sukamiskin di Bandung sampai pada tanggal 31 Desember 1931. Beliau dibebaskan dan kemudian bergabung dengan Partindo namun untuk yang kedua kalinya Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang ke Ende, Flores pada tahun 1933. Kemudian beliau dipindahkan ke Bengkulu. Setelah melewati perjuangan yang cukup panjang, beliau bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.”14 2) Wacana Deskripsi Wacana



deskripsi



berupa



rangkaian



tuturan



yang



memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Wacana ini biasanya bertujuan mencapai penghayatan dan imajinatif terhadap sesuatu sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah merasakan atau mengalami sendiri secara langsung. Wacana deskripsi ini, ada yang hanya memaparkan sesuatu secara objektif dan ada pula yang memaparkannya secara imajinatif. Pemaparan yang pertama bersifat menginformasikan sebagaimana adanya, sedangkan yang kedua dengan menambahkan daya khayal. Daya khayal yang didapatkan didalam novel atau cerpen, atau isi karya sastra pada umumnya.15



13



Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)., hlm 45.



14



https://www.eduspensa.id/contoh-paragraf-narasi-singkat/ diakses pada tanggal 06 Oktober 2017



pukul 00.40 WIB. 15



Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik,(Bandung: PT Refika Aditama, 2012)., hlm 10.



10



Contohnya: “Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah; segar, penuh gairah, dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh dibelahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh embusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona. Ketika angin tiba-tba bertiup lebih kencang, pelepahpelepah itu serempak terjulur sejajar satu arah, seperti tangantangan penari yang mengikuti irama hujan, seperti gadis-gadis tanggung berbanjar dan bergurau di bawah curah pancuran.” Wacana deskripsi banyak digunakan dalam katalog penjualan dan juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana ini umumnya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Wacana deskripsi cenderung tidak mempunyai penanda pergeseran waktu seperti dalam wacana narasi.16 3) Wacana Eksposisi/ekspositori Wacana eksposisi atau ekspositori bersifat menjelaskan sesuatu atau menjabarkan definisi. Biasanya, berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan. Pada umumnya, ceramah, pidato, atau artikel atau majalah dan surat kabar termasuk wacana ekspositori. Wacana ini dapat berupa rangkaian tuturan yang menjelaskan atau memaparkan sesuatu. Isi wacana lebih menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian pokok pikiran. Tujuan yang ingin dicapai melalui wacana ekspositori adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu. Wacana ekspositori dapat berbentuk ilustrasi dengan contoh, berbentuk



16



perbandingan,



uraian



kronologis,



identifikasi.



Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)., hlm 38.



11



Identfikasi dengan orientasi pada materi yang dijelaskan secara rinci atau bagian demi bagian.17 Contohnya: “Peninkgatan kadar keasaman air hujan disebabkan oleh sisa pembakaran di udara. Bahkan, bahan bakar fosil (berupa minyak bumi, gas alam) apabilla dibakar akan menghasilkan Sulfur Dioksisda (SO2) dan Nitrogen Oksida (NOx) sebagai penyeba utama kesamaan itu. Penghasil SO2 dan NOx terbesar adalah pembangkit listrik dan industry yang mengunakan batu bara sebagai bahan bakar. SO2 dan NOx itu juga dilepaskan oleh kendaraan di jalan. Zat-zat yang berat akan jatuh ke bumi dan yang ringan menegmbang di udara, tertipu oleh hujan yang turun. Makin banyak zat-zat itu makin asam air hujan yang menyapu itu.” Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kata tanya bagaimana. Oleh karena itu. Wacana tersebut dapat digunakan untuk menerangkan proses dan prosedur, kalimat-kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat deklaratif.18 4) Wacana Argumentasi Wacana argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional (Rottenberg, 1998:9). Senada dengan itu, Salmon (1984:8) memberikan definisi argumentasi



sebagai



seperangkat



kalimat



yang



disusun



sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain yang terdapat dalam perangkat itu.



17



Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik,(Bandung: PT Refika Aditama, 2012)., hlm 9.



18



Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)., hlm. 39.



12



Sebuah wacana dikategorikan argumentasi apabila bertolak dari adanya isu yang sifatnya kontroversi antara penutur dan mitra tutur. Dalam kaitannya dengan isu tersebut, penutur berusaha menjelaskan alasan-alasan yang logis untuk meyakinkan mitra tuturnya (pembaca atau pendengar). Biasanya suatu topik diangkat karena mempunyai nilai, seperti indah, benar, baik, berguna, efektif, atau sebaliknya.19 Contohnya: “Kebiasaan merokok bisa mengantarkan Anda kepada kematian. Sudah sangat banyak korban yang meninggal akibat merokok. Berdasarkan data yang dipaparkan kementerian kesehatan tercatat setiap 10 menit sekali ada individu yang meninggal diakibat rokok di negara Indonesia. Memang efek kematian yang disebabkan oleh rokok tidak bisa dirasakan secara langsung oleh perokok melainkan butuh waktu yang lama hingga beberapa tahun. Menurut dr. Aria Nugraha, Asap yang dihisap oleh perokok akan menggerogoti organ pernafasan mereka seperti paru-paru tenggorokan dan lainlain sehingga menyebabkan beberapa penyakit seperti Bronchitis, serangan jantung, dan gangguan kehamilan pada ibu yang sedang mengandung. Semakin lama asap yang mereka hirup, maka akan semakin mempercepat proses itu. Lalu mengapa rokok sangat berbahaya? karena didalam sebatang rokok terkandung zat-zat kimia berbahaya yang menyerupai racun, seperti pemutih lantai dan bahan bakar untuk roket. Tidak hanya batang rokok saja yang berbahaya, asap dan Tar juga bisa menyabakan kanker karena kandungan nikotinnya yang sangat berbahaya bagi tubuh kita. Oleh karena itulah merokok



19



bisa



menyebakan



kematian



karena



rokok



Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)., hlm. 39-40.



13



bisa



menyebakan berbagai macam penyakit yang bisa mematikan Anda.”20 5) Wacana Prosedural Wacana prosedural dipaparkan dengan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan dan secara kronologis. Wacana



prosedural



disusun



untuk



menjawab



pertanyaan



bagaimana suatu peristiwa untuk pekerjaan dilakukan atau dialami, atau bagaimana cara mengerjakan atau menghasilkan sesuatu, misalnya cara memasak masakan tertentu, atau cara merawat mobil.21 Contohnya: Cara Membuat Jus Jeruk Manis Bahan : 1.



5 buah jeruk yang masih segar



2.



Es batu secukupnya



3.



Ir matang secukupnya



4.



Gula batu yang dicairkan 35 ml



5.



Susu kental manis putih 1 sachet



Langkah-langkah : 1. Kupas kulit jeuk atau dibelah menjadi 2 bagian kemudian peras airnya kedalam blender. 2. Tuang air secukupnya lalu tambahkan gula batu yang dicairkan. 3. Kucuri dengan susu kental manis kedalam blender. 4. Kemudian blend dengan kecepatan sedang selama 90 detik atau sampai tercampur rata.



20



https://studioznak.net/contoh-karangan-paragraf-argumentasi-singkat/ diakses pada tanggal 10



Oktober 2017 pukul 15.00 WIB. 21



Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik,(Bandung: PT Refika Aditama, 2012)., hlm 8.



14



5. Tuang jus jeruk kedalam gelas saji yang sudah diisi dengan es batu. Aduk sedikit sampai dingin lalu siap disajikan.22 6) Wacana Hortatori/Persuasi Wacana hortatori adalah tuturan yang berisi ajakan atau nasihat. Tuturan dapat pula berupa ekspresi yang memperkuat keputusan untuk lebih meyakinkan. Wacana ini tidak disusun berdasarkan urutan waktu, tetapi merupakan hasil. Wacana ini digunakan untuk mempengaruhi pendengar dan pembaca agar terpikat akan suatu pendapat yang dikemukakan. Isi wacana selalu berusaha untuk memiliki pengikut atau penganut, atau paling tidak menyetujui pendapat yang dikemukakannya itu, kemudian terdorong untuk melakukan atau mengalaminya. Yang termasuk wacana hrtatori antaralain yaitu: khotbah, pidato tentang politik, dan lain-lain.23 Contoh wacana persuasi dalam iklan radio sebagai berikut. Lelaki



: “Gratis! Bu, ada yang gratisan lagi! Rinso satu kilo sekarang berhadiah, hadiahnya itu.......”



Wanita



: “O, apa sih?” (dengan penuh rasa ingin tahu)



Lelaki



: “He, betul kan ... nggak sabar kan! Hadiahnya itu satu sabun Livebuoy seratus gram seharga tiga ratus rupiah. Siip kan, Bu? Jadi ingat, setiap beli Rinso satu kilogram



bertanda



khusus,



jangan



lupa



minta



hadiahnya satu sabun Livebuoy! Oke, cepat lho, sebelum habis!” Bentuk bahasa yang digunakan untuk mengubah perilaku konsumen, antara lain, berupa ungkapan “Cepat sebelum habis!”, “Persediaan terbatas!”, “Dapatkan segera!”.24 Contoh wacana persuasi lainnya:



22



http://www.resepharian.com/resep-minumam-dingin-jus-jeruk-segar-spesial/



diakses



pada



tanggal 6 Oktober 2017 pukul 10.20 WIB. 23



Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik,(Bandung: PT Refika Aditama, 2012)., hlm8-9.



24



Abdul Rani, dkk, Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2006)., hlm. 43.



15



“Apakah anda ingin berkerja, tapi malas keluar rumah?” Gampang! Tak perlu anda pusing-pusing, mulailah untuk berbisnis online yang terpercaya, sudah berkembang di seuruh penjuru dunia d. Berdasarkan sifat, wacana dapat diklasifikasikan menjadi: a) Wacana Fiksi Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanyan,



tampilan



bahasanya



mengandung



keindahan



(estetika). Mungkin sekali wacana fiksi bersifat atau kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah. Walaupun begitu, karya semacam itu tetap tergolong karya fiktif karena proses penciptannya dan sifatnya memang fiktif. Bahasanya konotatif, analogis,



dan



multiinterpretatif



karena



pada



umumnya



berdasarkan asas kebahasaan berpuisi (licentia puitica) dan kebebasan bergremetika (licitia gremetica) wacana fiksi dapat di bagi menjadi wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama. 1. Wacana Prosa Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam bentuk prosa. Wacana prosa dapat berbentuk tulis atau lisan (Tarigan, 1987 : 57). Novel, cerita pendek, artikel, makalah, buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, dan beberapa bentuk kertas kerja dapat digolongkan sebagai wacana prosa. 2. Wacana Puisi Wacana puisi dituturkan dalam bentuk puisi, bisa berbentuk tulis atau lisan. Bahasa dan isinya berorentasi pada keindahan. Puisi, lagu, tembang dan belada merupakan contoh wacana puisi. Perhatikan keindahan pada sebuah lagu karya Angun C. Sasmi berikut. Yang Kutunggu, masih kucari



16



Bahasa dari sebaris lagu itu terasa indah dan maknanya pun ternyata amat dalam. Tampaknya “ sesuatu yang di tunggu itu masih amat jauh sebab sesuatu itu ternyata masih di cari. 3. Wacana Drama Wacana drama disampaikan dalam bentuk drama. Biasanya, drama berbentuk percakapan atau dialog. Oleh karena itu, dalam wacana harus ada pembicara dan yang di ajak bicara.25 b) Wacana Non Fiksi Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang melibatkan data dan informasi nyata kadang menggunakan kaidah-kaidah penulisan yang baku. Contoh: opini, essay, artikel, dan laporan penelitian. Wacana nonfiksi disebut juga sebagai wacana ilmiah, jenis wacana ini disampaikan dengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahasa yang digunakan bersifat denotatif, lugas dan jelas.26 e. Berdasarkan Isi, wacana dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Wacana Politik Berkaitan dengan bidang politik yang melahirkan istilah dan jargon politik yang maknanya lebih dipahami oleh orang-orang dilingkungan itu sendiri. Contoh: “Pemilu 2009 diikuti oleh lebih dari 30 partai besar dan kecil, mungkin ini di antaranya ada yang merupakan partai sempalan, yang munculnya, antara lain karena adanya konflik di dalam tubuh partai.”



25



https://silvinaatiningsih.wordpress.com/2017/03/19/makalah-jenis-dan-tujuan-wacana/ diakses



pada 10 Oktober 2017 pukul 15.29 WB. 26



Ibid.



17



2) Wacana Sosial Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan



sehari-hari masyarakat, memang sulit untuk



mengatakan apa persoalan sehari-hari. Misal saja masalah sandang, pangan, papan, tanah, pernikahan, kematian, dan sebagainya merupakan sejumlah kecil masalah sosial tersebut. Contoh: “Persoalan tanah menjadi salah satu persoalan hidup yang utama, serius, dan sensitive, karena persoalan tanah mudah menimbulkan konflik sosial dan bisa melibatkan lembaga atau instituasi.” 3) Wacana Ekonomi Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi ada beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Ungkapan-ungkapan seperti pesaingan pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, inflasi, devaluasi, harga saham tabungan, mata uang dan sejenisnya merupakan contoh-contoh register ekonomi. Contoh: “Upaya pemerintah untuk melakukan kembali surat utang negara (buy back SUN) lebih dari satu triliun padfa setiap jatuh tempo SUN bertujuan untuk mengurangi beban pembayaran pokok utang pada tahun-tahun yang memiliki jatuh tempo besar.......” 4) Wacana Budaya Wacana budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan. Meskipun saat ini makna ‘kebudayaan’ masih terus di perdebatkan, namun pada wilayah ‘kebiasaan, adat, tradisi, sikap hidup, dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari’. Wilayah tersebut kemudian menghasilan bentukbentuk kebahasaan sebagai representasi aktivitasnya kemudian di sebut wacana budaya.



18



5) Wacana Militer Hingga saat ini wacana militer hanya dipakai dan berkembang di bidang militer. Nama instansi militer, nama dokumen bahkan birokrasi kepangkatan ataupun komunikasi di bidang militer sering menggunakan istilah yang hanya di kenal di kalangan militer. Contoh: “Koramil (komandan rayon militer), letjen (ketnan jendral), opsmil (operasi militer), wamil (wajib militer).” 6) Wacana Hukum dan Kriminalitas Persoalan



hukum



dan



kriminalitas,



sekalipun



bisa



dipisahkan, namun keduanya tetap menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan hukum mengelilingi kriminalitas. Contoh istilah yang digunakan dalam wacana hukum dan kriminalitas seperti tersangka, tim pembela, kasasi, vionis, hakim dan lain-lain. 7) Wacana Olahraga dan Kesehatan Bidang kesehatan dan olahraga bisa dibedakan meskipun kedudukan nya berkaitan dan mungkin memiliki timbal balik. Contoh : “istilah jogging adalah aktivitas olahraga ringan yang berkaitan dengan kesehatan.........” f. Berdasarkan gaya, wacana dapat diklasifikasikan menjadi: 1) Wacana Iklan Iklan merupakan salah satu jenis penggunaan bahasa yang bertujuan mempengaruhi dan menyerang calon konsumen agar menggunakan suatu layanan jasa atau produk yang di iklan kan. Umumnya iklan di pasang di media masa, baik secara cetak maupun elektronik. Contoh: “Apakah anda ingin bekerja, tapi malas keluar rumah?” gampang! Tak perlu anda pusing-pusing, mulailah untuk



19



berbisnis online yang terpercaya, sudah berkembang di seluruh penjuru dunia. 2) Wacana Berita Wacana Berita adalah wacana yang berkaitan dengan berita yang beredar di masyarakat. bentuk nya bisa berupa tulisan seperti koran atau lisan seperti berita di radio maupun TV.



C. Media, Wujud, Sifat dan Unsur Wacana. 1. Media Wacana a. Verbal Komunikasi



verbal



adalah



bentuk



komunikasi



yang



disampaikan penyapa kepada pesapa dengan cara tertulis maupun lisan. Dalam komunikasi verbal terdapat komunikasi antara penyapa yaitu penulis atau pembicara dan pesapa yaitu pembaca dan penulis. Komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan secara tidak langsung antara penyapa dan pesapa. Sedangkan komunikasi verbal melalui lisan dilakukan secara langsung antara penyapa dan pesapa sehingga ada interaksi langsung antara keduanya. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antara penyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/ gagasan penyapa.27 b. Non Verbal Selain



menggunakan



kata-kata,



ketika



berkomunikasi



digunakan pula gerakan-gerakan tubuh atau lebih dikenal dengan bahasa isyarat atau body language. Komunikasi ini disebut dengan komunikasi



non



verbal.



Komunikasi



ini



diperlukan



untuk



mempermudah pesapa dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penyapa. Contoh komunikasi non verbal bisa berupa kontak mata, ekspresi, gerakan tangan, isyarat dan sikap 27



http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/s841408035bab2.pdf pada tanggal 06 Oktober 2017



pukul 05.13WIB.



20



tubuh. Gerakan tubuh dan isyarat digunakan untuk menggantikan suatu kata yang diucapkan. Dengan gerakan tubuh dan isyarat, pesapa dapat mengetahui maksud yang disampaikan penyapa tanpa harus mengucapkan suatu kata.28 2. Wujud Wacana 1) Lisan Wacana berwujud lisan merupakan bentuk komunikasi langsung antara pembicara dan pendengar dengan menggunakan bahasa dan media lisan. Bentuk komunikasi ini bisa berupa musyawarah, pidato, ceramah, khotbah dan lainya. Dalam wujud lisan pendengar harus menyimak betul apa yang disampaikan pembicara agar interaksi tidak terputus. Dalam wacana yang berwujud lisan terdapat kelemahan yaitu sulit diulang, dalam arti mengulang hal yang sama dengan perkataan yang sama persis. 2) Tulisan Wacana berwujud tulisan merupakan bentuk komunikasi secara tidak langsung antara penulis dan pembaca menggunakan media dan bahasa lisan. Bentuk komunikasi ini melalui kaya tulis yang telah disusun dan diciptakan penulis baik berupa buku, novel, makalah, koran dan lainnya 3. Sifat Wacana a. Transaksional (monolog) Wacana bersifat transaksional jika yang dipentingkan ialah isi komunikasi. Bahasa digunakan sebagai penyalur komunikasi. Contoh wacana lisan transaksional yaitu: pidato, deklamasi, ceramah, iklan radio. Contoh wacana tulisan transaksional yaitu: cerpen, makalah, tesis, surat undangan. b. Interaksional (dialog) Wacana bersifat interaksional jika yang dipentingkan adalah timbal balik 28



antara



penyapa



dan



pesapa.



Contoh



wacana



lisan



https://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi-non-verbal/ diakses pada tanggal 07 Oktober



2017 pukul 20.08 WIB.



21



interaksional yaitu debat, wawancara, diskusi, musyawarah. Contoh wacana tulisan interaksional yaitu dalam kegiatan surat-menyurat.29 4. Unsur Wacana Wacana selalu melibatkan dua pihak yaitu penyapa dan pesapa. Tanpa adanya kedua unsur itu tidak akan terbentuk suatu wacana. a. Pembicara/penulis/penyapa Penyapa terdiri dari dua yaitu pembicara dan penulis. Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara, sedangkan dalam wacana tulis, penyapa adalah penulis. Pembicara merupakan pelaku wacana yang menyampaikan maksud yang ingin disampaikan dalam berbagai bentuk wacana lisan baik itu pidato, ceramah ataupun yang lainya. Sedangkan penulis merupakan pelaku wacana yang menyusun atau menciptakan berbagai bentuk dari wacana tulisan seperi buku, novel, makalah ataupun yang lain. b. Pendengar/pembaca/pesapa Pesapa terdiri dari dua yaitu pendengar dan pembaca. Dalam wacana lisan, pesapa adalah pendengar, sedangkan dalam wacana tulis, pesapa adalah pembaca. Pendengar merupakan pelaku wacana yang memahami maksud yang disampaikan pembicara dengan cara mendengar dan menyimak. Sedangkan pembaca merupakan pelaku wacana yang memahami apa yang disampaikan penulis dengan kegitan membaca karya-karya yang telah diciptakan oleh penulis. Dalam sebuah wacana, harus ada unsur pesapa dan penyapa, tanpa adanya kedua unsur itu, tidak akan terbentuk suatu wacana.30 Aktivitas penyapa dan pesapa dalam wacana a. Penyapa menyampaikan pikiran, rasa, kehendak. b. Pesapa menerima ide, saran, kehendak. c. Aktivitas penyapa/ penulis/ pembicara: produktif, ekspresif, kreatif. 29



http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3591/Bab%202.pdf?sequen



ce=7 diakses pada tanggal 06 pukul 05.11 30



Abdul Rani, dkk., Analisis Wacana, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm.4.



22



d. Aktivitas pesapa/ pendengar/ pembaca: reseptif, menerima, mendengar.



D. Tujuan, Fungsi dan Pendekatan Wacana. 1. Tujuan Wacana a. Menyampaikan informasi (informatif) Bertujuan



untuk



menginformasikan



sesuatu,



misalnya



mendeskripsikan, menjelaskan, dan melaporkan ide atau gagasan yang hendak disampaikan b. Menggugah perasaan (emotif) Bertujuan untuk membangkitkan emosi pesapa/ pendengar/ pembaca. Agar lebih berkesan dan mudah ditangkap. 2. Fungsi Wacana a) Informatif (memberi informasi): berfungsi untuk memberikan informasi apabila wacana tersebut bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa. b) Persuasif (mengajak): bertujuan untuk mempengaruhi mitra tutur unuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya. c) Instruktif (memberi perintah): berfungsi untuk menampilkan petunjuk aturan dan pedoman. Agar si pembaca atau pendengar melakukan suatu tindakan yang kita perintah. Contoh dalam wacana prosedural yang sering menggunakan kata masukkanlah, tutuplah, campurlah, ini merupakan kalimat perintah. d) Ekspresif



(mengungkapkan



perasaan):



berfungsi



untuk



mengekspresikan emosi, keinginan atau perasaan penyampai pesan agar pesan yang disampaikan atau ide/topic dapat tersampaikan. e) Estetik/fatik (keindahan): apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi. Fungsinya untuk memberikan keindahan dalam



23



3. Pendekatan Wacana a) Faktual: yaitu pendekatan yang dilakukan dengan kajian penelitian, pengamatan, pnedataan, dan observasi. Ini dilakukan untuk mendapatkan data/hasil yang terbukti kebeanaran data tersebut. b) imajinatif/fiksional: yaitu pendekatan yang tidak memerlukan datadata atau kajian ilmiah. Pendekatan ini lebih berorientasi pada imajianasi. Contoh wacana puisi, prosa, drama dll



24



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Wacana adalah penggunaan bahasa untuk komunikasi baik berupa lisan maupun tulisan. Wacana merupakan organisasi bahasa tertinggi yang lebih besar atau di atas kalimat. Wacana selalu melibatkan dua pihak yaitu penyapa dan pesapa. Wujud wacana dapat berupa karangan, karya tulis, ceramah, khotbah, dan kuliah.Sedangkan jenis-jenis wacana dapat di kelompokkan berdasarkan alat komunikasi, jenis pemakaian, fungsi dan bentuknya, sifat, dan isi, serta gaya. Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Karena wacana banyak dipakai, maka wacana memiliki fungsi sebagai informatif, persuasif, instruktif, ekspresif, dan estetik/ fatik.



B. Saran Dengan memahami wacana secara mendalam, diharapkan pembaca mampu mengembangkan tulisan maupun pikiran dengan lebih tajam dalam hal menganalisis wacana dan dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu wacana, pembaca tidak keliru lagi serta lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut tentang wacana. Jika dalam makalah kami ada kekurangan dan ada kesalahan dalam memaparkan tentang wacana, kami mohon maaf. Dan dalam hal ini kami meminta bantuan dan bimbingannya agar makalah kami menjadi lebih baik.



25



DAFTAR PUSTAKA 



Djajasudarma, Fatimah. 2012. Wacana dan Pragmatik. Bandung: PT Refika Aditama.







Rani, Abdul. Dkk. 2006. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.







http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/s841408035bab2.pdf



(06-10-



2017, 05.13) 



http://digilib.unila.ac.id/6106/7/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf ( 6-10-2017, 00.22)







http://eprints.uny.ac.id/8341/3/BAB%202-06204241001.pdf



(5-10-2017,



23.40) 



http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3591 /Bab%202.pdf?sequence=7 ( 06-10-2017, 05.11)







http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/dr-widyastuti-purbanima/discourse-analysis.pdf. ( 06-10-2017, 04.56)







http://www.resepharian.com/resep-minumam-dingin-jus-jeruk-segarspesial/ (06-10-2017, 10.20)







https://diansyahrofiatin.wordpress.com/2015/05/23/wacana-tulis-dan-lisan/ (10-10-2017, 14.19)







https://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi-non-verbal/



(07-10-



2017, 20.08) 



https://silvinaatiningsih.wordpress.com/2017/03/19/makalah-jenis-dantujuan-wacana/ (10-10- 2017, 15.29)







https://studioznak.net/contoh-karangan-paragraf-argumentasi-singkat/ (1010- 2017, 15.00)







https://www.eduspensa.id/contoh-paragraf-narasi-singkat/ 00.40)



26



(06-10-2017,