Maserasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kita masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan laporan lengkap praktikum farmakognosi II ini. Tidak lupa juga kita sanjung sajikan selawat beriringkan salam kepada nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari alam kebodohan hingga alam yang penuh pengetahuan yang seperti kita sarakan pada saat ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai mahasiswa jurusan farmasi, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Makassar. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan temanteman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu Kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun motivasi. Semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan temanteman. Amin. Makassar,



Penulis



Juni 2013



BAB I PENDAHULUAN I.1



Latar Belakang Ilmu farmakognosi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan bidang terhadap farmasi yang secara teoritis dan praktis membahas tentang bahan alam yang dapat digunakan sebagai obat. Selain persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi terhadap sumber bahan alam, misalnya jenis tumbuhan, cara pengolahan bahan baku, cara identifikasi kandungan senyawa kimia serta kegunaan maupun cara penggunaan bahan-bahan tersebut. Kata farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, Pharmakon yang artinya “obat” (obat dalam tanda petik yang dimaksud adalah senyawa obat dari alam). Praktikum



farmakognosi



secara



praktis



mengutamakan



keterampilan pengolahan sumber bahan alam yang dapat digunakan sebagai obat bahan alam: a. Bahan alam nabati



: berasal dari tumbuhan



b. Bahan alam hewani



: berasal dari hewan



c. Bahan alam mineral/pelican Diantara ketiga sumber bahan alam tersebut, maka bahan alam nabati paling banyak digunakan, sediaan bahan alam dapat berbentuk simplisia. Selain pengolahan, diperlukan pula cara-cara identifikasi kandungan zat aktif yang terdapat dalam simplisis.



Dalam praktikum ini, akan dilakukan pengolahan sumber bahan alam yang berasal dari tumbuhan dan dapat digunakan sebagai obatobatan, yaitu Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus).



I.2



Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1



Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara ekstraksi dan identifikasi komponen kimia yang terdapat dalam suatu tumbuhan dengan menggunakan metode tertentu.



I.2.2



Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengekstraksi daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) secara maserasi serta mengidentifikasi komponen kimia yang terkandung di dalamnya secara KLT.



I.3



Tujuan Percobaan I.3.1



Prinsip Ekstraksi secara Maserasi Prinsip ekstraksi secara maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam cairan penyari selama 3 x 5 hari dengan menggunakan pelarut yang sesuai lalu disaring.



I.3.2



Prinsip Ekstraksi secara Cair-Cair



Prinsip



ekstraksi



secara



cair-cair



yaitu



dengan



menggunakan corong pisah yang merupakan pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi di kocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. I.3.3



Prinsip Ekstraksi secara Kromatografi Lapis Tipis Prinsip kromatografi lapis tipis yaitu metode pemisahan bahan alam secara fisikokimia berdasarkan prinsip absorbs (penyerapan pada permukaan sel) dan partisi (penyerapan zat dalam fase diam).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1



Teori Ringkas Simplisia adalah bahan alami yang digunakan sebagai obat, yang belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain, simplisia berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat berupa tumbuhan utuh, organ atau bagian dari tumbuhan tersebut, atau berupa zat yang secara spontan keluar dari bagian tumbuhan karena suatu sebab misalnya ranting patah, luka terkena benda tajam. Zat tersebut dikenal dengan nama eksudat tumbuhan (misalnya: Gom, Lateks, Oleoresin, tragakan, dsb).



II.2



Pembuatan Simplisia Proses pembuatan simplisia terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: Pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian, pengecilan ukuran/volume, pengeringan sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan, serta pemeriksaan kualitas. Selain tahapan yang telah disebutkan di atas, pembuatan simplisia dapat juga dengan fermentesi (peragian) penyulingan pengentalan pengeringan sari air. 1. Pengumpulan Bahan



Pada proses pengumpulan/panen, faktor yang perlu diperhatikan agar bahan baku anbati yang diambil dapat memenuhi standar sesuai yang disyaratkan untuk memperoleh simplisia yang baik adalah : a.



Bagian tanaman yang akan digunakan -



Bila yang diambil biji, diambil bila buah telah kering, maka selayaknya dipilih yang tidak buah pecah.



-



Bila yang diambil buah, telah terjadi perubahan kekerasan atau telah terjadi perubahan warna kulit buah lebih kecoklatan, telah terjadi perubahan perubahan kandungan air, telah terjadi perubahan bentuk.



-



Bila yang diambil daun pucuk, telah terjadi peruabahn pertumbuhan vegetatif ke generatif.



-



Bagian yang diambil daun, daun telah membuka sempurna dan dipilih yang mendapat sinar matahari penuh.



-



Bila yang diambil batangnya, tanaman sudah cukup umur.



-



Bagian yang diambil rhizoma/bulbus/tuber, tanda-tandanya adalah organ tanaman di atas tanah telah mulai kering.



-



Bila yang dambil bunga, maka dianjurkan untuk bunga kuncup menjelang mekar.



b.



Umur tanaman



c.



Waktu panen (pagi, siang, sore)



d.



Lingkungan tempat tumbuh



2. Sortasi Basah, pemisahan bahan dari pencemar.



3. Pencucian, menghilangkan sisa tanah atau pencemar yang melekat dan mengurangi jumlah mikroba awal. 4. Perajangan, mempercepat pengeringan dan mempermudah pemrosesan dan penyimpanan/pengepakan. Perhatikan adanya zat yang mudah menguap, reaksi bahan dengan alat dan jumlah mikroba tak bertambah. 5. Pengeringan, dilakukan dengan cepat, suhu tidak terlalu tingg. Tujuan hasil panen segera dikeringkan, yaitu untuk mengurangi kadar air agar tidak busuk dan tidak terjadi reaksi enzimatik. Kandungan air bahan sampai