Meresume Buku Filsafat Umum Karangan Asmoro Achmadi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA



: FAISAL FAHMI RAMBE



NIM



/; 0104192065



MERESUME BUKU FILSAFAT UMUM KARANGAN ASMORO ACHMADI



A. Pengertian Filsafat Secara etimologi, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani filosofia yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersbut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang berarti cinta kearifan. ·  



Sebagian orang berpendapat bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang dikaitkan dengan kata sofiah yang berarti bijaksana dan kata sufi sebagai sebutan begi orang yang ahli berfilsafat. Menurut AL-Farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-ilmu nil-maujudat bi ma hiya al-maujudat). A. Objek Materi dan Objek Forma Filsafat Objek materi filsafat adalah adalah segala sesuatu yang ada. Sedangkan objek forma filsafat adalah menyeluruh secara umum. B. Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat 1. Sangat umum atau universal; 2. Tidak faktual; 3. Bersangkutan dengan nilai; 4. Berkaitan dengan arti; 5. Implikatif. C. Cabang-Cabang Filsafat Filsafat dapat dikelompokkan menjadi empat bidang ilmu, yaitu; a. Filsafat tentang pengetahuan; b. Filsafat tentang keseluruhan kenyataan; c. Filsafat tentang tindakan; d. Sejarah filsafat. Pembagian filsafat secara sistematis yang didasarkan pada sistematika yang berlaku di dalam kurikulum akademis: a. b. c. d. e.



Metafisika (filsafat tentang hal yang ada); Epistemologi ( teori pengetahuan); Metodologi (teori tentang metode); Logika (teori tentang penyimpulan); Etika (filsafat tentang pertimbangan modal);



f. Estetika (filsafat tentang keindahan); g. Sejarah filsafat. Pembagian filsafat berdasarkan struktur pengetahuan filsafat yang berkembang saat ini: a. Filsafat sistematis; b. Filsafat khusus; c. Filsafat keilmuan. D. Beberapa Kegunaan Mempelajari Filsafat 1. Menambah ilmu pengetahuan; 2. Dasar semua tindakan adalah ide; 3. Semakin ditantang dengan memberikan alternatifnya; E. Metode-Metode Filsafat 1. Metode kritis; 2. Metode intuitif; 3. Metode analisis dan abstraksi. F. Masa kelahiran Filsafat 1. Filsafat masa Yunani; 2. Filsafat Barat abad pertengahan; 3. Filsafat masa abad modern; 4. Filsafat abad dewasa (abad 20 M)



Filsafat Yunani Lahirnya filsafat yunani diperkirakan pada abad ke 6 SM. Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos  (dongeng-dongeng). Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isi alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai  suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikiran dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi.Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.[8] Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Memang pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat yaitu indera, akal dan hati. Namun , akal dan hatilah yang paling menentukan. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang.



Diantara keduanya dalam sejarah telah terjadi perebutan dominasi siapa yang kuasa dalam mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada. Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat. Sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. [9] Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Dalam sejarah filsafat yunani biasanya dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahliahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka : mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).



Filsafat Barat abad pertengahan Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Agustus yang berperan mencipta masa keemasan kesustraan Latin, kesenian, dan arsitektur Romawi. Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli piker (filosof) , akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat Barat abad pertengahan. Filsafat barat abad pertengahan (476-1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat mebelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran- pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapat hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Yang berhak mengadakannya adalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar dan mereka dianggap murtad kemudian di inkuisisi. Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir abad XII, dan yang paling berhasil dlam pengejaran orang-orang murtad ini di Spanyol. Ciri – ciri pemikiran filsafat abad pertengahan adalah: ·  cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja ·  berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles ·  berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.



            Masa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran,keinginan dan citacita  untuk menentukan masa depannya sendiri.             Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu: masa pratistik dan masa skolastik. Masa skolastik terbagi menjadi: Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir. a. Masa Pratistik Berasal dari kata latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak  filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.Bagi yang menolak, mereka beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang- orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orangorang yang menolak filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan dengan Tuhan. Akibatnya, muncul upaya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis(pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus. b. Masa Skolastik             Istilah ini berasal dari kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Beberapa pengertian dari corak khas skolastik : 1)     Merupakan filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius. 2)     Merupakan filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan pesoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian,kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut muncul istilah Skolastik Yahudi, Skolastik Arab dan selainnya. 3)     Adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal. 4)     Merupakan filsafat yunani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan filsafat skolastik yaitu : Faktor religius             Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci  Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan



limbah air mata saja (tempat kesedihan). Manusia dengan sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan, ia memerlukan suatu pengampunan untuk dapat sampai ke surga. Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya. Faktor ilmu pengetahuan             Saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari apara penulis Latin, Arab (Islam) dan Yunani. Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu : 1.      Skolastik awal (800 – 1200) 2.      Skolastik puncak (1200 – 1300) 3.      Skolastik akhir (1300 – 1450) FILSAFAT MODEREN Ada dua hal penting yang menandai sejarah modern, yakni runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains. Kebudayaan modern kurang bernuansa gerejawi, Negara-negara semakin menggantikan gereja sebagai otoritas politik yang mengontrol kebudayaan. Penolakan terhadap otoritas gereja yang merupakan cirri negative dari abad modern, muncul lebih awal daripada cirri positifnya, yakni penerimaan terhadapa otoritas sains. Serbuan sains pertama kali datang secara serius melalui publikasi teori Copernican pada tahun 1543, tetapi teori ini tidak kunjung menebar pengaruh sampai kemudian dipelajari dan dikembangkan oleh Kepler dan Galileo pada abad ke-17. Sejak saat itulah terjadi pertikaian antara sain dan dogma dan akhirnya kaum tradisional terpaksa mengakui kemenangan ilmu pengetahuan baru. Otoritas sains yang kebanyakan filosof dipandang sebagai epos modern, sangat berbeda dengan otoritas gereja, karena otoritas sains bersifat intelektual, bukan politis. Tidak ada hukuman bagi mereka yang menolak otoritas sains juga tidak ada nasihat-nasihat bijak yang membujuk mereka untuk menerimanya. Otoritas sains diakui semata-mata karena daya tarik intrinsiknya bagi akal. Pembebasan dari otoritas gereja mendorong tumbuhnya individualisme, bahkan sampai pada batas anarki. Disiplin, intelektual, moral dan politik oleh pikiran-pikiran manusia Renaisans diasosiasikan dengan filsafat skolastik dan kekuasaan gereja. Sementara itu, sains sebagai teknik sedang menciptakan sebuah pandangan dalam diri manusia praktis, yang sangat berbeda dari apapun yang dijumpai diantara para filosof teoritis. Teknik itu memberikan rasa kekuasaan tetapi kekuasaan yang disodorkan oleh teknik bersifat sosial, bukan individual. teknik ilmiah membutuhkan kerja sama banyak individu yang terorganisir oleh satu pimpinan. Oleh karena itu, teknik ilmiah cendrung menentang anarkisme dan bahkan individualisme, karena menuntut adanya sebuah struktur sosial yang terajut dengan baik. Berbeda dengan agama, teknik ilmiah secara etis tidak bersifat netral. Teknik ilmiah meyakinkan manusia bahwa mereka dapat membuat keajaiban-keajaiban, tetapi tidak memberitahu keajaiban-keajaiban apa yang harus dibuat. Dunia kuno menyaksikan berakhirnya anarki di kerajaan romawi, tetapi kerajaan romawi merupakan fakta mentah, bukannya ide. Dunia katolik melihat berakhirnya anarki didalam gereja, yang merupakan ide tetapi tidak pernah secara memadai diwujudkan menjadi fakta.



Jalan keluar yang ditwarkan zaman kuno dan pertengahan tidak memuaskan, pertama karena tidak bisa diidealisasikan dan kedua tidak bisa diaktualisasikan. Dunia moderen sekarang ini tampaknya sedang bergerak menciptakan jalan keluar seperti zaman kuno. Sebuah tatanan yang dipaksakan dengan kekuatan dan menunjukkan keinginan pihak-pihak yang kuat daripada harapan-harapan masyarakat awam. FILSAFAT ABAD KE-20 A.  Pemikiran Filsafat Abad Ke-20 Salah satu ciri perkembangan masyarakat pada abad ke-20 ditandai oleh pemikirannya terhadap keberadaan dan sikap dasar pribadi tentang pandangannya. Problematika inti yang mendasari pemikiran ini adalah bagaimana seoarng memandang dirinya dan orang lain dalam menyimak kehadirannya di ala mini. Jean-Paul Sartre, salah seorang tokoh filsuf di antara filsuf eksistensialis, berpendapat bahwa filsuf abad ke-20 menelaah hakikat kemanusiaan dengan menerapkan kemanusiaan asli pandangannya dalam kaitan dengan dirinya maupun orang lain. Pemikiran ini tidak terbatas oleh objek yang dihadapinya, tetapi memperjelas keberadaan seseorang yang berfikir dengan pemikirannya. Berbeda dengan Gabril Marcel dan Martin Buber yang membedakan daerah keberadaan manusia sebagaimana ia adannya dalam keutuhan kesejatian diri dengan seluruh fungsi citarasa karsanya, Sartre menganggap seorang tidak dapat menangkap diri orang lain. Zone entre berbeda dengan zone avoir, yaitu daerah memiliki berarti memiliki, mengusai, dan mempunyai. Orang lain menurut Sartre, bagi dirinya adalah suatu objek untuk diperlakukan dengan cara tertentu dalam mencapai tujuan di luar hubungan itu. Sartre mengatakan “ tidak dapat kita bertemu dengan orang lain sebagai suatu subjek, kita selalu saling memiliki atau menguasai saling bergantian, tak pernah bertemu. Meskipun kita saling bertemu, kita selalu terpisah”. Pandangan Burber dan Marcel menyatakan bahwa sikap dasar orang memiliki dua segi, yang satu sebagaiman dikemukakan oleh Sartre dalam dunia pertentangan untuk memiliki dan menguasai (avoir) yang suasanannya zakelijk sedangkan yang lain yang dilukiskan oleh Buber sebagai berikut: “dari barisan objek yang saya hadapi satu diantaranya mendekati saya dan menjadi sesame subjek menjadi partner bicara saya atau bertemu dengan saya.” Buber membedakan menjadi dua sikap: dua sikap dasar tersebut adalah ich und du dan ic und es (aku dan kamu, aku dan dia). Hubungan aku dan kamu menandai suatu hubungan antara dua orang yang signifikan bagi keduanya, sedangkan aku dia melihat hubungandalam cakupanyang lebih bersifat perkara. Tujuan dari uraian Sartre, Marcel dan Buberadalah sebagai penjelasan tentang landasan kondusif yang diperlakukan untuk mewujudkan kreativitas. Kretivitas seseorang mulai terbentuk bila dia berada di tengah orang lain dalam suatu kebersamaan. Setiap penemuan yang merupakan ungkapan dari daya kreatif adalah perkembangan cetusan yang terutama terjadi bila relasi antar manusia ditandai oleh hubungan-hubungan yang signifikan.[10] B.  Awal Abad ke-20



Tendensi-tendensi tertentu selama abad ke-19 ilmu menjadikan posisi menguat selama priode pergantian. Pada masa ini ini ilmu bersifat profesional dalam organisasi sosialnya, reduksionis dalam gayanya dan positif dalam jiwanya. Kemudian ilmu dipandang pada dasarnya sebagai hasil karya penelitian murni. Hampir semua penelitian dilakukan oleh para ahli yang dilatih sangat ketat, bekerja secara total atau seperlunya untuk pekerjaan ini didalam lembaga-lembaga khusus. Para ilmuwan individual cendrung dikondisikan oleh kompetisi untuk menjadi pekerja peneliti yang sangat terspesialis. Prestasi-prestasi ilmiah di awal abad ke-20 terlalu besar bahkan untuk dikatalogkan. Akan tetapi ada suatu pola umum kemajuan di tiap bidang utama, kemajuan didasarkan pada karya deskriptif yang sangat berhasil dari abad ke-19. Misal penemuan-penemuan pada abad ke-20 yang lebih maju adalah, ilmu-ilmu fisika, biologi, kedokteran dan lainnya. Dalam fisika, teori-teori klasik mengenai daya-daya fisik yang utama seperti panas, listrik, dan magnetisme telah disatukan hingga ke fondasi-fondasinya oleh termodinamika dan bagian awal abad ke-20 menyaksikan penemuan efek-efek baru yang menyeluruh (sinar x, radioaktif) penetrasi ke dalam struktur materi (teori atomik, isotop-isotop). Dalam ilmu biologi,metode-metode kimia dan fisika membawa penemuan dan penjelasan mengenai agenagen yang halu (vitamin-vitamin, hormon-hormon) dan rekonstruksi atas siklus-siklus rumit transformasi-transformasi kimia dengan mana materi hidup. Ilmu kedokteran dapat dihubungkan berdasarkan bakteriolog dan melalui penemuan obat-obatan khusus dan umum. C.      Masalah-masalah dan Prospek-prospek Dalam perspektif sejarah yang panjang ini, dapat dilihat bahwa kesulitan-kesulitan moral, politik dan lingkungan yang dihadapi ilmu dan teknolgi masa kini tidak seluruhnya baru. Semua itu merupakan suatu pembalikan kepada masalah-masalah yang telah dilupakan, pertama dengan kemunduran kepercayaan atas magis dan kemudian datangnya ilmu yang matang. Pada masa kini, hubungan ilmu yang intim dengan industry, pertahanan, dan politik telah mebuat cita-cita akan ilmu murni ketinggalan zaman dan telah menghadapkan masyarakat pada perlunya suatu konsepsi mengenai cara kerja dunia ilmiah yang berbeda dari model reduksionis fisikawan. Transformasi-transformasi apa yang dibawa di masa depan dan apakah peradaban dapat berhasil mencapai harmoni dengan alam yang diperlukan bagi kelangsungan hidup tak dapat dijamin. Mendefinisikan suatu masalah menjalani jalan yang panjang menuju solusisolusinya masalah itu hanyalah bagian yang bersifat teknis sama halnya, ia merupakan salah satu sifat ilmu alamiah dalam peradaban eropa sebagaimana ia dikembangkan selama berabad-abad.



D.    KESIMPULAN ·  Sebagian orang berpendapat bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang dikaitkan dengan kata sofiah yang berarti bijaksana dan kata sufi sebagai sebutan begi orang yang ahli berfilsafat. ·  Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal.sedangkan sisi yang terkandung dalam proses



refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Maka suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan pada hakikinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.         Berfikir kritis. 2.         Bersifat konseptual. 3.         Kohereh (runtun). 4.         Bersifat menyeluruh (komprehensif). 5.         Bersifat universal 6.         Bersifat sistematis 7.         Bertanggungjawab ·  Kegunaan mempelajari Filsafat ialah : 1.         Dengan belajar filsafat diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan. 2.         Dasar dari semua tindakan adalah ide 3.         Agar terlatih berfikir serius,agar mampu memahami filsafat ·  Lahirnya filsafat yunani diperkirakan pada abad ke 6 SM. Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos  (dongeng-dongeng). ·  Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli piker (filosof) , akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat Barat abad pertengahan.